PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB III LANDASAN TEORI

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN AGREGAT DARI LOLI DAN TAIPA

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KERAMIK SEBAGAI TAMBAHAN AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

NILAI STABILITAS POROUS ASPHALT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

BAB 1 PENDAHULUAN. ini pemerintah DKI Jakarta mencoba mengeluarkan salah satu solusi yaitu

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUK GYPSUM SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL EFFECT OF GYPSUM POWDER AS A FILLER IN ASPHALT MIXTURE

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ALAMI LATEKS (GETAH KARET) TERHADAP KINERJA MARSHALL ASPAL PORUS

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KARAKTER ASPAL PORUS MENGGUNAKAN AGGREGATE GRAVEL DAN KERIKIL MERAPI DENGAN AGGREGATE KONVENSIONAL (268M)

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE GILSONITE HMA MODIFIER GRADE TERHADAP KINERJA ASPAL PORUS JURNAL

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

VARIASI PERENDAMAN PADA CAMPURAN BETON ASPAL TERHADAP NILAI STABILITAS MARSHALL

METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB III LANDASAN TEORI

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI Danny Gunaran Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Tanjung Duren Raya 4 Jakarta Barat 11470 danny.2012ts003@civitas.ukrida.ac.id Amelia Makmur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Tanjung Duren Raya 4 Jakarta Barat 11470 amelia@ukrida.ac.id Abstract Water runoff to the asphalt pavement, especially in parking lot, is a common phenomenon during the rainy season. This problem needs to be solved by developing porous asphalt pavement able to drain water and meets the Marshall stability criteria. This study used polymer called Polyurethane which was expected to improve the Marshall stability value of the porous asphalt mixture. The results showed that the asphalt mixtures using polyurethane polymer meet the specification of the Indonesian National Standard SNI 03-1737-1989 and the Australian Road Standard. Keywords: porous asphalt pavement, polyurethane polymer, Marshall stability Abstrak Permasalahan limpasan air pemukaan pada perkerasan beraspal, khususnya pada fasilitas parkir, merupakan fenomena yang biasa terjadi di musim hujan. Persoalan ini membutuhkan suatu penyelesaian dengan mengembangkan perkerasan beraspal berpori yang mampu mengalirkan air dan pada saat yang sama memenuhi kriteria stabilitas Marshall. Penelitian ini menggunakan bahan polimer yang disebut Polyurethane yang diharapkan mampu meningkatkan nilai stabilitas Marshall campuran beraspal berpori. Hasil studi ini menunjukkan bahwa campuran beraspal yang menggunakan polimer Polyurethane memenuhi spesifikasi Standar Nasional Indonesia SNI 03-1737-1989 dan Australian Road Standard. Kata-kata kunci: perkerasan beraspal berpori, polimer polyurethane, stabilitas Marshall PENDAHULUAN Permasalahan limpasan air permukaan pada perkerasan beraspal, khususnya pada lahan parkir, masih menjadi fenomena yang sering kali dijumpai selama musim hujan. Aliran air permukaan banyak menimbulkan masalah baru, sehingga perlu dikembangkan suatu lapis perkerasan yang dapat mengalirkan air, yaitu campuran beraspal berpori yang memenuhi nilai stabilitas Marshall. Pada dasarnya, campuran beraspal dapat dibuat berongga sehingga air dapat melalui campuran tersebut (Asphalt Institute, 1997). Campuran beraspal berpori atau berongga merupakan campuran beraspal dengan kadar agregat halus yang rendah untuk mendapatkan ruang pori yang tinggi sehingga memberikan ruang bagi air untuk masuk ke dalam campuran beraspal. Selain itu, dengan adanya rongga yang lebih banyak, maka jika ada kendaraan yang melintas di perkerasan tersebut, suara yang dihasilkan akibat kendaraan akan terendam oleh rongga yang dihasilkan campuran beraspal berpori. Jurnal HPJI Vol. 2 No. 2 Juli 2016: 91-98 91

Sistem perencanaan di bawah perkerasan juga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan perkerasan atau campuran beraspal menjadi tergenang sehingga campuran mengalami penurunan kinerja. Untuk menyelesaikan kekurangan yang terjadi pada campurancampuran tersebut dilakukan penelitian terhadap campuran beraspal yang menggunakan Polyurethane, sehingga campuran dapat dialiri air tetapi mempunyai stabilitas yang cukup. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap pengaruh penambahan polimer Polyurethane terhadap nilai stabilitas campuran beraspal berpori. Dua jenis aditif Polyurethane digunakan pada studi ini, yaitu Rethane Tipe A (Isocyanate) dan Rethane Tipe B (Polyol). Sedangkan manfaat yang ingin dicapai adalah dengan terbentuknya komposisi campuran beraspal berpori yang dapat diaplikasikan dengan fungsi yang diinginkan pada suatu lahan parkir. Pada studi ini dibuat benda-benda uji campuran beraspal dengan bentuk silinder berukuran diameter 10,16 cm (4 inch) dan tinggi 7,62 cm (3 inch), aspal Pen. 60/70, dengan perancangan campuran beraspal berpori menggunakan metode SNI 06-2489-1991. Pengujian porositas dilakukan setelah proses pembuatan benda uji. Komposisi campuran tersusun dari campuran agregat bin 1 (9,5 mm-12,7 mm) sebanyak 17%; agregat bin 2 (4,75 mm-9,5 mm) sebanyak 17%; agregat bin 3 (2,8 mm-4,75 mm) sebanyak 50%; agregat bin 4 (0,5 mm-2,8 mm) sebanyak 15%; dan bahan pengisi sebanyak 1%. Kadar aditif Polyurethane yang digunakan adalah 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15%. Nilai stabilitas campuran merujuk pada referensi Standar Nasional Indonesia, yaitu minimum sebesar 450 kg untuk lalulintas sedang, dan nilai koefisien permeabilitas vertikal merujuk pada referensi Australian Road Standard (2002), yaitu minimum sebesar 0,01 cm/s. Campuran beraspal berpori atau yang biasa disebut campuran beraspal porus merupakan jenis campuran beraspal yang kadar pasirnya lebih rendah dibandingkan dengan campuran beraspal normal lainnya. Campuran tersebut dirancang memiliki rongga yang lebih besar atau ruang pori yang tinggi dibandingkan campuran beraspal normal, sehingga terbentuk rongga-rongga yang dapat mengalirkan air ke bawah sehingga air tidak menggenang. Permeabilitas campuran beraspal berpori berbeda dengan permeabilitas campuran beraspal normal atau beton aspal. Pada beton aspal air diharapkan tidak dapat masuk karena campuran bersifat kedap air. Sedangkan campuran beraspal berpori diharapkan mampu mengalirkan air melewati rongga-rongga yang ada pada campuran tersebut sehingga air tidak menggenang di atas permukaan. Sifat permeabilitas ini bergantung pada ikatan aspal pada campuran tersebut. Jika aspal dan agregat tidak mampu mempertahankan ikatannya, campuran beraspal tersebut akan rusak sehingga menyebabkan lubang-lubang yang lebih besar daripada rongganya. Stabilitas pada campuran beraspal berpori tidak sebesar stabilitas pada beton aspal biasa karena dengan berkurangnya agregat halus, kekuatan campuran akan berkurang, yang menyebabkan stabilitas menurun. Spesifikasi stabilitas minimum campuran beraspal berpori adalah 500 kg sedangkan stabilitas minimum campuran beraspal normal adalah 800 kg, atau stabilitas minimum campuran beraspal berpori lebih kecil 37,5% dibandingkan dengan stabilitas campuran beraspal normal. 92 Jurnal HPJI Vol. 2 No. 2 Juli 2016: 91-98

Gambar 1 Bagan Alur Penelitian Pengaruh Penambahan Polyurethane terhadap Stabilitas Campuran Beraspal (Danny Gunaran dan Amelia Makmur) 93

METODOLOGI PENELITIAN Proses penelitian dilakukan sesuai dengan bagan alir penelitian yang terdapat pada Gambar 1. Pada tahap awal dilakukan studi literatur mengenai campuran beraspal berpori. Tahapan berikutnya adalah mempersiapkan material-material yang dipakai, yang meliputi agregat yang digunakan, yaitu agregat halus dan agregat kasar, aspal Pen 60/70, serta polimer Polyurethane, yang terdiri atas 2 macam, yaitu Rethane Tipe A (Isocyanate) dan Rethane Tipe B (Polyol). HASIL DAN ANALISIS Pembuatan campuran beraspal menggunakan data hasil pengujian terhadap aspal dan agregat. Hasil pengujian ini disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Pengujian aspal dilakukan untuk mengetahui karakteristik aspal yang meliputi berat jenis, penetrasi, titik lembek, kelekatan, dan titik nyala, sesuai dengan prosedur SNI 06-2441-1991. Tabel 1 Hasil Pengujian Aspal No. Pengujian Standar Minimum Maksimum Hasil Satuan 1 Penetrasi (25 C, 5 detik, 100 gram) 60 79 62,87 0,1 mm 2 Titik lembek (ring and ball) 48 58 47,33 C 3 Titik nyala (cleveland open cup) 200-284 C 4 Kelekatan aspal terhadap agregat 95-98 % 5 Berat jenis 1,0-1,038 grm/cc Tabel 2 Pengujian Karakteristik Agregat No. Karakteristik Pengujian Standar Batas Hasil A. Agregat Kasar 1 Penyerapan SNI 03-1969-1990 max. 3% 3,365 2 Berat jenis SNI 03-1970-1990 min. 2,5 gr/cc 2,469 3 Mesin abrasi Los Angeles SNI 03-2417-1991 max. 40% 19,047 4 Kelekatan aspal terhadap agregat SNI 03-2439-1991 min. 95% 98 B. Agregat Halus 1 Penyerapan SNI 03-1969-1990 max. 3% 4,750 2 Berat jenis SNI 03-1970-1990 min. 2,5 gr/cc 2,310 C. Abu Batu 1 Berat jenis SNI 03-1970-1990 min. 2,50 2,712 Dari rancangan pada Tabel 3 didapatkan hasil bahwa komposisi tipe 1.2 dan 1.3 memenuhi standar spesifikasi, sehingga dari 2 pilihan komposisi tersebut diambil campuran dengan nilai stabilitas terbesar, yaitu komposisi tipe 1.3 dengan nilai stabilitas lebih besar dari 600 kg. Komposisi tersebut selanjutnya dikembangkan dengan penambahan polimer. 94 Jurnal HPJI Vol. 2 No. 2 Juli 2016: 91-98

Fraksi Komposisi Tipe 1 (%) Tabel 3 Komposisi Campuran Komposisi Tipe 1.1 (%) Komposisi Tipe 1.2 (%) Komposisi Tipe 1.3 (%) Bin 1 17 15 15 15 Bin 2 17 15 15 15 Bin 3 50 50 45 40 Bin 4 15 19 24 29 Filler 1 1 1 1 Aspal 3 3 3 3 Gambar 2 Stabilitas Rata-rata Campuran Beraspal Berpori Pada Gambar 2 terlihat bahwa stabilitas Marshall benda uji dengan pengujian permeabilitas lebih besar dibandingkan stabilitas Marshall tanpa pengujian permeabilitas. Pada kadar polimer 10% terjadi penurunan stabilitas, sehingga penggunaan kadar 10% tidak disarankan untuk diterapkan. Kadar polimer 0% dan 15% menghasilkan nilai stabilitas yang mendekati sama untuk benda-benda uji dengan atau tanpa polimer. Campuran beraspal berpori yang dibuat dengan menggunakan polimer berkurang kepadatannya. Kepadatan maksimum terjadi pada benda uji dengan kadar polimer 5%, yaitu sebesar 2,031 gr/cm 3, dan kepadatan minimum terjadi pada benda uji dengan kadar polimer 15%, yaitu 1,921 gr/cm 3. Nilai flow benda uji tanpa pengujian permeabilitas cenderung lebih kecil daripada nilai flow benda uji setelah pengujian permeabilitas. Hal ini disebabkan karena benda uji mempertahankan nilai stabilitas sehingga nilai leleh tetap berjalan terus dan membuat campuran mempunyai flow yang besar. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4. Pengaruh Penambahan Polyurethane terhadap Stabilitas Campuran Beraspal (Danny Gunaran dan Amelia Makmur) 95

Gambar 3 Kepadatan Campuran Beraspal Berpori Gambar 4 Flow Campuran Beraspal Berpori Gambar 5 Permeabilitas Campuran beraspal Berpori 96 Jurnal HPJI Vol. 2 No. 2 Juli 2016: 91-98

Campuran beraspal berpori yang menggunakan Polimer Polyurethane mempunyai nilai permeabilitas maksimum pada kadar polimer 10%. Semua campuran dengan berbagai kadar polimer memenuhi persyaratan Australian Road Standard, yaitu minimum 0,01 cm/detik. Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai porositas atau Voids In Mix (VIM) tidak berbeda secara signifikan untuk kedua jenis campuran. Gambar 6 VIM Campuran Beraspal Berpori KESIMPULAN Campuran beraspal berpori yang dikaji pada studi ini adalah campuran beraspal berpori yang mampu menahan beban lalulintas dengan kategori sedang, yang umumnya peruntukkan sebagai perkerasan pada fasilitas parkir. Dari studi ini dapat ditarik hasil-hasil sebagai berikut: 1) Penambahan Polimer Polyurethane pada campuran beraspal memberikan stabilitas campuran beraspal berpori yang lebih besar 47,42% dari stabilitas minimum yang disyaratkan, yaitu 450 kg. 2) Nilai koefisien permeabilitas campuran memenuhi persyaratan Australian Road Standard, dengan koefisien permeabilitas tertinggi pada campuran dengan kadar polimer 10%, yaitu sebesar 0,196 cm/detik. Pada kadar polimer 5% dan 7,5% koefisien permeabilitas adalah sebesar 0,152 cm/detik dan 0,156 cm/detik. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT Jaya Trade Indonesia yang telah memberikan sponsor dalam penyediaan material aspal untuk membantu penelitian ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Laboratorium Teknik Sipil, Universitas Kristen Krida Wacana, yang telah membantu dan menyediakan peralatan laboratorium untuk keperluan penelitian ini. Pengaruh Penambahan Polyurethane terhadap Stabilitas Campuran Beraspal (Danny Gunaran dan Amelia Makmur) 97

DAFTAR PUSTAKA Asphalt Institute. 1997. Mix Design Methods. Lexington, KY. Australian Road Standard. 2002. Specifications for Porous Asphalt. Australia. Badan Standarisasi Nasional. 1990. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar. SNI 03-1969-1990. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1990. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. SNI 03-1970-1990. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1991. Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles. SNI 03-2417-1991. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1991. Metode Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal. SNI 03-2439-1991. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1991. Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat. SNI 06-2441-1991. Jakarta. 98 Jurnal HPJI Vol. 2 No. 2 Juli 2016: 91-98