DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DEM LOGISCHEN DENKVERMÖGEN UND DEM HÖRVERSTEHEN IM DEUTSCHEN. Fitri Apriani Susliawati, Pepen Permana, Amir.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini terdiri dari atas dua variabel, yaitu motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. Bahasa dalam menyusun kalimat menjadi teks bahasa Jerman.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan teknik analisis regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi

oleh Cindhy Dwi Meidany

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang tertuju pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. analitik, yaitu suatu metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen,

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Diktat Mata Kuliah. Oleh: Sulis Triyono Wening Sahayu Tia Meutiawati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis,

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL ILMIAH OLEH AGUS FAIZI NIM

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. situasi tertentu kemampuan bernalar diperlukan manusia untuk dapat mengembangkan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi

Laterne. Volume VI Nomor 02 Tahun 2017 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS XI IPS SMAN 2 SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Seringkali terjadi kesalahpahaman dalam menggunakan bahasa, terutama

BAB III METODE PENELITIAN. Beranjak dari masalah yang akan diteliti oleh penulis, maka metode yang akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ADVANCE ORGANIZER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*)

Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati

SILABUS. JR 420, Arbeit mit Lesetexten III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Arbeit mit Lesetexten III

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, diperlukan metode

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN MENYIMAK (HŐREN) SISWA KELAS XI KETERAMPILAN SMA NEGERI 6 MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS UNSUR KALIMAT (SATZGLIEDANALYSE) DAN MENERJEMAHKAN TEKS BERBAHASA JERMAN Pepen Permana*)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa

KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket uji coba

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pengajaran bahasa pada umumnya bertujuan agar mahasiswa dapat

KEEFEKTIFAN METODE COOPERTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN

SILABUS. JR 421, Schriftlicher Ausdruck III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Schriftlicher Ausdruck III

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MIND MAP PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SKRIPSI. oleh Dewi Uswatun Chasanah NIM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A.

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan atau cara mengemukakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO

SILABUS ARBEIT MIT HÖRTEXTEN I JR 411 DRA. NINING WARNINGSIH, M.PD.

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh suatu jawaban atas

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PENGUASAAN GRAMATIK TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI I TEMANGGUNG SKRIPSI

Sumber Bahan/ Referensi. Estimasi Waktu. Uraian Kegiatan. Lap top & LCD

Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB III METODE PENELITIAN. Keharusan sebuah penelitian adalah bersifat logis dan berkesinambungan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar hasil

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI UHRZEIT. Syaiful Qudsi, Lersianna HS, Pepen Permana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dengan metode

Transkripsi:

DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DEM LOGISCHEN DENKVERMÖGEN UND DEM HÖRVERSTEHEN IM DEUTSCHEN Fitri Apriani Susliawati, Pepen Permana, Amir. Abstrakt Das logische Denkvermögen ist eine Denkaktivität, die auf dem Muster, dem Verlauf und der bestimmten Struktur (frame of logic) beruht. Das Hörverstehen ist ein Prozess der Sprachlauten, Identifizierung, Interpretierung, Bewerten und Reagierung auf einen Sinn. Beim Hörverstehen wird das logische Denkvermögen erfordert, um das Konzept zu verstehen. Dies hat das Ziel, um die Entscheidung zu nehmen und auf die Mitteilung zu reagieren. Das Hörverstehen ist für die einige Studenten schwieriger als andere Sprachfertigkeiten. Einer der Faktoren, der groβen Einfluss auf das Hörverstehen hat, ist das logische Denkvermögen. Deshalb wurde diese Untersuchung durchgeführt, um die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen im Deutschen der Studenten im 5. Semester der Deutschabteilung zu überprüfen. Die Ziele dieser Untersuchung sind, folgendes herauszufinden: (1) das logische Denkvermögen der Studenten, (2) das Hörverstehen der Studenten, (3) Die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen im Deutschen und (4) Den Beitrag dem logischen Denkvermögen zu dem Hörverstehen. Die Population dieser Untersuchung waren die Studenten im 5. Semester der Deutschabteilung vom Jahrgang 2013/2014 und als Stichprobe wurden 30 Studenten von Population ausgewählt. Die Instrumente, die in dieser Arbeit verwendet werden, sind die Teste, nämlich: (1) Test des logischen Denkvermögens, (2) Test des Hörverstehens. Die verwendete Methode in dieser Untersuchung ist die deskriptiv-analytische kuantitative Methode. Die Ergebnisse dieser Untersuchung sind wie folgendes: (1) mit dem Durchschnitt 54,07 gehört das logische Denkvermögen der Studenten zur Kategorie befriedigend, (2) mit dem Durchschnitt 71,99 ist das Hörverstehen der Studenten in der Kategorie ausreichend, (3) Die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen hat eine niedrige Korrelation. Dies gehört die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen der Studenten unsignifikant und (4) Mit dem Korrelationskoefizienten 0,25 zeigt die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen zur Kategorie ausreichend. Dies wurde durch die Regressionsgleichung Ŷ = 47,41+0,45X gezeigt. Die Berechnung der Determinationskoefizienten (kd) ergab den Wert 6,25%. Nach den Untersuchungsergebniss ist folgendes vorzuschlagen, die Studenten sollten das Hörverstehen trainieren.und Sie sollten sich oft mit anderen Studenten auf Deutsch unterhalten, die deutsche Lieder hören und die deutsche Filme sehen. Losungswörter: Das logische Denkvermögen und Das Hörverstehen i

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN MENYIMAK DALAM BAHASA JERMAN Fitri Apriani Susliawati*, Pepen Permana, S.Pd., M.Pd., Drs. Amir, M.Pd. Abstrak Berpikir logis adalah kegiatan berpikir yang berjalan menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic). Menyimak adalah proses mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai dan merespon makna. Dalam proses menyimak, kemampuan berpikir logis dituntut untuk memahami konsep. Hal ini bertujuan untuk mengambil keputusan dan merespon pesan. Keterampilan menyimak dianggap sebagai keterampilan yang lebih sulit bagi beberapa mahasiswa dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya. Salah satu faktor dari dalam diri pendengar yang cukup berpengaruh dalam keterampilan menyimak adalah berpikir logis. Berdasarkan hal itu, penelitian ini mengkaji hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman mahasiswa semester 5 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Taraf berpikir logis mahasiswa, (2) Keterampilan menyimak mahasiswa, (3) Hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman dan (4) Kontribusi kemampuan berpikir logis terhadap keterampilan menyimak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 5 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel berjumlah 30 orang dari anggota populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yang terdiri dari: (1) Tes kemampuan berpikir logis dan (2) Tes keterampilan menyimak. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Dari perhitungan statistik diperoleh hasil sebagai berikut: (1) nilai rata-rata sebesar 54,07, kemampuan berpikir logis mahasiswa tergolong sedang, (2) nilai rata-rata sebesar 71,99, keterampilan menyimak tergolong cukup, (3) Kemampuan berpikir logis memiliki hubungan yang rendah dengan keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak pada mahasiswa tidak signifikan dan (4) Nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,25 menunjukkan hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak mahasiswa tergolong pada kategori rendah. Hal ini ditunjukkan melalui persamaan regresi Ŷ = 47,41+0,45X. Melalui penghitungan koefisien determinasi (kd) diperoleh angka sebesar 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar mahasiswa membiasakan diri berlatih keterampilan menyimak. Mahasiswa harus sering bercakap-cakap dengan mahasiswa lainnya dalam bahasa Jerman, mendengarkan lagu dan menonton film berbahasa Jerman. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menyimak ii

Pendahuluan Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. Dalam komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya diperlukan adanya bahasa, khususnya bahasa asing. Pembelajaran bahasa asing sangat penting saat ini dalam pergaulan globalisasi, terutama bahasa Jerman. Bahasa Jerman adalah bahasa yang penting dalam komunikasi internasional. Lebih dari 101 juta orang di dunia berbahasa Jerman, sekitar 20 juta orang di seluruh dunia mempelajari bahasa Jerman. Bahasa Jerman juga menempati kedudukan kuat dalam pengetahuan dan sastra. Jerman sebagai bahasa pengetahuan dan teknologi memainkan peran penting dalam penelitian dan pendidikan bagi perguruan tinggi yang telah kerjasama dengan Jerman. Dalam mempelajari bahasa Jerman di perguruan tinggi mahasiswa harus menguasai keempat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (Hören), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen) dan menulis (Schreiben). Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan serta keterampilan berbahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi adalah berbicara dan menyimak. Keterampilan menyimak bagi pembelajar bahasa asing adalah keterampilan yang sangat penting, karena keterampilan ini diperlukan untuk menguasai materi pelajaran dan dibutuhkan untuk menyimak perkuliahan yang disampaikan dengan bahasa yang bersangkutan. Pembelajar bukan hanya dituntut untuk mengerti dan memahami apa yang diucapkan, tetapi juga menyeleksi bagian informasi yang penting dan relevan untuk disusun secara cepat dalam bentuk lisan maupun tulisan. Keterampilan menyimak juga dapat membantu pembelajar berpartisispasi secara baik dan aktif dalam komunikasi lisan, karena komunikasi tidak bisa berhasil apabila pesan yang disampaikan tidak dapat dipahami. Keterampilan menyimak diduga sebagai keterampilan yang lebih sulit bagi beberapa mahasiswa dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya, karena mahasiswa belum terbiasa dengan intonasi dan kecepatan penutur 1

2 asli, tidak adanya kesempatan mengulang tuturan, keterbatasan kosakata pembelajar, kegagalan untuk mengenali tanda-tanda pembicara, dan kesulitan menginterpretasikan wacana. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Destrisia (2010) mengenai Hubungan antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Menyimak menyatakan bahwa pencapaian hasil keterampilan menyimak yang diperoleh mahasiswa belum mencapai optimal bila dibandingkan dengan hasil pada ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa keterampilan menyimak dianggap sebagai keterampilan yang paling susah di antara keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keterampilan menyimak, yakni faktor eksternal dan internal. Faktor luar diri pendengar (eksternal) yaitu, situasi sekitar yang gaduh dan kondisi pembicara atau native speaker yang kurang dimengerti pelafalannya serta media yang digunakan, seperti CD, Tape dan kaset yang kurang optimal. Faktor dalam diri pendengar (internal) dapat mempengaruhi keberhasilan menyimak, yaitu daya ingat, daya konsentrasi, inteligensi, minat, motivasi dan berpikir logis. Salah satu dari faktor dalam diri pendengar yang cukup berpengaruh dalam keterampilan menyimak adalah berpikir logis, karena kemampuan berpikir logis dituntut untuk memahami konsep yang menjadi pesan bermakna untuk dipahami dan mengambil keputusan untuk menerima respon atau menolak pesan yang diperoleh sampai munculnya respon. Tujuan utama menyimak yaitu dapat memahami dan merespon pesan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat mencapai tujuan itu, penyimak dituntut beraktivitas mental yang tinggi dalam melaksanakan tahapan-tahapan proses menyimak. Tarigan (Heryadi, 2006:51-54) menyatakan terdapat empat tahapan dalam proses menyimak, yaitu hearing, understanding, evaluating, dan responding. Semua tahapan tersebut dalam proses menyimak berlangsung sangat cepat dalam mental penyimak.

3 Pada tahap hearing, telinga penyimak menerima bunyi ujar dari pembicara. Pada tahap ini penyimak dituntut kemampuannya mengenali bunyi bahasa yang digunakan pembicara. Jadi, pada tahap hearing ini, aktivitas mental penyimak yang dituntut yaitu kemampuan menguasai bahasa yang digunakan pembicara beserta unsur-unsur linguistiknya. Pada tahap understanding, terjadi transformasi bunyi-bunyi ujaran ke dalam syaraf-syaraf pendengaran, kemudian melalui proses persepsi bunyi-bunyi itu diterjemahkan menjadi pesan-pesan bermakna yang dipahami. Pada tahap ini penyimak dituntut mampu mempersepsi konsep-konsep yang terkandung dalam unsur-unsur bahasa lisan. Dalam tahapan pemahaman ini, tampak sekali bahwa aktivitas mental atau proses berpikir logis menyimak sangat dituntut; mulai persepsi bunyi ujar menjadi konsep-konsep, konseptualisasi, hingga diperoleh pemahaman pesan. Pada tahap evaluasi atau memverifikasi pesan, penyimak dituntut untuk mampu secara intelektual mempertimbangkan pesan yang diperolehnya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Pada tahap ini dalam kognisi penyimak terjadi proses pengujian, penelaahan, dan penilikan dari berbagai segi. Apakah pesan yang diterima didukung oleh bukti-bukti yang meyakinkan; apakah pesan itu baik atau jelek, penting atau tidak. Pada akhir tahap ini, penyimak dapat memutuskan untuk dapat menerima atau menolak pesan yang dipahaminya. Pada tahap ini proses berpikir logis tampak sekali, terutama saat proses mempertimbangkan hingga mengambil keputusan. Pada tahap responding, penyimak dituntut mampu memberi respon yang benar-benar sesuai dengan keputusan hasil verifikasi pesan. Respon itu dapat berupa verbal atau nonverbal. Jika respon yang diperlukan berupa verbal tentunya aktivitas mental (proses berpikir logis) sangat dituntut pula. Dari uraian di atas jelas bahwa kemampuan berpikir logis sangat diperlukan dalam proses menyimak. Kemampuan berpikir yang logis dituntut yaitu kemampuan memahami konsep, memahami hubungan konsep-konsep menjadi

4 konseptualisasi yang menjadi pesan bermakna untuk dipahami dan kemampuan mengambil keputusan untuk menerima respon atau menolak pesan yang diperoleh, hingga munculnya respon (Heryadi, 2006:51-54). Berpikir Logis Berpikir logis yaitu berpikir sesuai dengan logika atau benar menurut kaidah penalaran, baik melalui proses deduktif ataupun induktif. Penalaran deduktif yaitu alur berpikir yang menarik kesimpulan dengan mulai dari yang umum kepada yang empiric atau khusus; sedangkan penalaran induktif yaitu alur berpikir yang menarik kesimpulan dari pengalaman empiris menuju kepada yang umum atau general (KBBI, 1994 : 599). Sudarminta (Sobur, 2003:209), bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar bisa mengambil bentuk induktif, deduktif, ataupun abduktif. Penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum (universal) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus (partikular). Sebaliknya, penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum. Adapun penalaran abduktif (suatu istilah yang diperkenalkan oleh Charles S. Pierce) adalah penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui. Senada dengan yang dikemukakan Sobur (2003 : 209) penalaran adalah kegiatan berpikir seturut asas kelurusan berpikir atau sesuai dengan hukum logika. Pendapat lain dikemukakan Tjandi dan Arfan (Hamzah, 2010) berpikir logis adalah kegiatan berpikir berjalan menurut alur, pola, dan kerangka tertentu (frame of logic). Keterampilan Menyimak Beck dan Klieme dalam Nold dan Rossa (2007: 178) menyatakan bahwa Das Hörverstehen vereinigt als rezeptive Sprachkompetenz die Wahrnehmung,

5 das Verstehen, Interpretieren und Reflektieren von sprachlichen Äußerungen. Hal ini berarti bahwa pemahaman mendengar merupakan menggabungkan persepsi, memahami, menafsirkan dan merefleksikan pernyataan-pernyataan suatu bahasa. Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat tiga jenis menyimak, yaitu menyimak global (Globales Hören), menyimak intensif (Detailliertes Hören) dan menyimak selektif (Selektives Hören). Dinsel dan Reimann (2000:40) menyebutkan bahwa Globales Höre; Welche Meinung / welche Erfahrungen hat eine Person?. Hal ini berarti menyimak global hanya menanyakan pokok pikiran atau secara global isi dalam teks. Dinsel dan Reimann (2000:40) juga menyatakan bahwa Detailliertes Hören; Alle Informationen und Aussagen zu einem Thema können wichtig sein. Hal ini berarti menyimak intensif adalah mendengarkan untuk mendapatkan semua informasi dari teks lisan karena semua informasi dalam teks sangat penting untuk dipahami. Menyimak selektif juga disebutkan oleh Dinsel dan Reimann (2000:40) Selektives Hören; Nur bestimmte Informationen sind interessant. Hal ini bermakna menyimak selektif adalah mendengarkan untuk menemukan informasi khusus yang spesifik. Metode Dalam penelitian kuantitatif ini digunakan metode deskriptif analitik sebagai penentu besarnya korelasi antara dua variabel, yaitu: variabel kemampuan berpikir logis dan variabel keterampilan menyimak melalui teknik analisis korelasi dan analisis regresi. Teknik analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak. Koefisien korelasi digunakan untuk menentukan besar kecilnya hubungan tersebut, sedangkan teknik analisis regresi digunakan untuk memprediksi hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak. Waktu penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dan penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas

6 Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa semester V sebanyak 30 orang tahun ajaran 2013/2014 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Variabel X dan variabel Y merupakan dua variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini. Variabel bebas (X), adalah kemampuan berpikir logis mahasiswa. Variabel terikat (Y), adalah keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Tes kemampuan berpikir logis. Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir logis pada penelitian ini adalah tes baku yang berupa Intelligenz Structure Test (IST) yang diselenggarakan oleh Layanan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia. Tes ini untuk mengukur kemampuan berpikir logis berdasarkan kaidah logika yang meliputi berpikir logis analogis sistematis secara verbal dan keruangan serta potensi menyatakan pandangan analitis dan sintesis berdasarkan data tertentu. Intelligenz Structure Test merupakan psikotes yang telah baku dan valid yang dimiliki pihak Layanan Bimbingan dan Konseling. Jadi, penulis tidak menguji validitas dan reliabilitas dari tes tersebut. Bentuk tes ini terdiri atas empat bagian, yaitu Analogi verbal, Generalisasi, Numerik, dan Analisis sintesis (non-verbal) dengan skor maksimal 100 serta beralokasi waktu 45 menit. 2. Tes kemampuan menyimak. Tes kemampuan menyimak berisi beberapa soal isian dalam bentuk pilihan benar atau salah. Tes ini terdiri dari lima soal tentang menyimak global, 10 soal menyimak detail dan lima soal menyimak selektif. Tes kemampuan menyimak ini diambil dari contoh ujian B1 Zertifikat Deutsch. Tes ini diasumsikan telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, karena format

7 tes ini produk yang dikembangkan dari lembaga terpercaya, yaitu Goethe Institut. Penilaian tes ini mengikuti acuan baku, yaitu 5 poin untuk setiap soal menyimak global, 5 menyimak selektif dan 2,5 poin untuk setiap soal menyimak detail, sehingga skor maksimal 75. Kemudian skor mentah tersebut dikonversikan menjadi nilai skala 100. Hasil Analisis Data. Berdasarkan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 dapat ditafsirkan bahwa kemampuan berpikir logis sebesar 54,07 dengan skor tertinggi 68 dan skor terendah 42 (dalam skala 100) dan keterampilan menyimak sebesar 71,99 dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 46,67 (dalam skala 100). Pengujian hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak, digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,25. Nilai ini dikategorikan rendah, karena ada di antara interval 0,21-0,40. Untuk menguji keberartian korelasi maka dilakukan uji t. Dari hasil perhitungan uji t tersebut diperoleh nilai sebesar 1,31. Pada taraf nyata α = 0,05 dan derajat kebebasan dk 28, diperoleh t tabel = 1,70. Ternyata t hitung < t tabel, dengan kata lain hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak tidak signifikan. Pembahasan Tujuan utama menyimak yaitu dapat memahami dan merespon pesan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat mencapai tujuan itu, penyimak dituntut beraktivitas mental yang tinggi dalam melaksanakan tahapan-tahapan proses menyimak. Tarigan (Heryadi, 2006:51-54) menyatakan terdapat empat tahapan dalam proses menyimak, yaitu hearing, understanding, evaluating, dan responding. Tahap hearing, telinga penyimak menerima bunyi ujar dari pembicara. Tahap understanding, terjadi transformasi bunyi-bunyi ujaran ke

8 dalam syaraf-syaraf pendengaran, kemudian melalui proses persepsi bunyi-bunyi itu diterjemahkan menjadi pesan-pesan bermakna yang dipahami. Tahap evaluating, atau memverifikasi pesan, penyimak dituntut untuk mampu secara intelektual mempertimbangkan pesan yang diperolehnya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Tahap responding, penyimak dituntut mampu memberi respon yang benar-benar sesuai dengan keputusan hasil verifikasi pesan. Jika respon yang diperlukan berupa verbal tentunya aktivitas mental (proses berpikir logis) sangat dituntut pula. Dari uraian di atas jelas bahwa kemampuan berpikir logis sangat diperlukan dalam proses menyimak, sehingga kemampuan berpikir logis diduga memiliki keterkaitan dengan keterampilan menyimak, serta memberikan kontribusi terhadap keterampilan menyimak. Setelah melakukan penelitian dan melalui penghitungan analisis data, dapat diketahui bahwa hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak tidak signifikan, akantetapi kedua variabel tersebut memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,25. Nilai koefisien korelasi tersebut menurut Arikunto termasuk pada kategori rendah dan dari nilai koefisien korelasi dapat diketahui nilai koefisien determinasi (kd) sebesar 6,25 % yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir logis tidak memberikan kontribusi yang besar dalam keterampilan menyimak. Berdasarkan hasil penghitungan analisis data diketahui bahwa hubungan antara kedua variabel tidak signifikan. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi rendahnya kontribusi kemampuan berpikir logis terhadap keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman adalah: 1. Keterbatasan kosakata Faktor yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosakata. Dalam menyimak memang dibutuhkan proses berpikir untuk mengenali kosakata yang terbilang asing bagi pembelajar, terlebih lagi saat penutur asing (native speaker) sedang menyampaikan suatu

9 pesan. Keterbatasan kosakata membuat proses menyimak tidak berjalan dengan baik. Dengan faktor tersebut diasumsikan bahwa ukuran kosakata merupakan variabel penting dalam pemahaman pendengar. 2. Kurangnya minat mahasiswa Faktor lain yang diduga menyebabkan kecilnya kontribusi kemampuan berpikir logis terhadap keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman adalah kurangnya minat mahasiswa dalam menyimak. Mahasiswa kurang berminat saat mengikuti tes kemampuan berpikir logis dan kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes tersebut. Tarigan (Brata, 2010) ada empat faktor untuk menentukan keberhasilan menyimak, yaitu faktor pembicara, faktor pembicaraan, situasi dan penyimak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak, yaitu kondisi, konsentrasi, bertujuan dan berminat. Penyimak dalam menyimak harus berminat atau berusaha meminati. Bimbingan yang disimak dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. 3. Faktor performansi dan kompetensi Ketika mengerjakaan tes berpikir logis dan menyimak kondisi mahasiswa dalam kedaan letih dan lelah setelah mengikuti kuliah, sehingga menimbulkan kurangnya konsentrasi. Selanjutnya, kurangnya pemahaman terhadap soal-soal tes tersebut yang mempengaruhi mahasiswa dalam mengerjakan tes kemampuan berpikir logis, karena dalam Intelligenz Structure Test (IST) terdapat soal-soal hitung teoritis atau hitungan matematika (penalaran numerik), abstraksi (penalaran verbal), analogi verbal, dan analisis dan sintesis (penalaran non verbal) yang termasuk dalam kaidah tes psikologi yang kurang dimengerti dan dipahami mahasiswa. Alokasi waktu pengerjaan yang telah ditentukan oleh pihak Layanan Bimbingan dan Konseling menyebabkan mahasiswa tidak dapat mengerjakan tes dengan optimal. 4. Situasi dan kondisi Kemungkinan lain ialah situasi dan kondisi pada saat pengambilan data, yaitu dimana kondisi media CD dan pengeras suara (speaker) pada saat tes

10 keterampilan menyimak yang kurang optimal menyebabkan mahasiswa perlu berkonsentrasi penuh dalam mengerjakan tes tersebut dan penulis sendiri yang melakukan pengambilan data keterampilan menyimak yang masih berstatus mahasiswa menyebabkan situasi menjadi tidak formal. Hal ini menyebabkan mahasiswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes keterampilan menyimak. Beberapa faktor yang diuraikan di atas yang diduga merupakan faktor penyebab rendahnya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak pada mahasiswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat faktor-faktor lain di luar kemampuan berpikir logis yang menjadi lebih kuat, sehingga dapat mempengaruhi tingginya tingkat keterampilan menyimak mahasiswa. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis memiliki hubungan dengan keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman. Hubungan tersebut memiliki tingkat koefisisensi sebesar 0,25 yang termasuk kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak pada mahasiswa tidak signifikan. Saran Untuk meningkatkan keterampilan menyimak, para pengajar bahasa khususnya bahasa Jerman disarankan mengunakan metode pembelajaran keterampilan menyimak yang lebih variatif, yaitu mempergunakan lab bahasa, mendatangkan penutur asli bahasa yg bersangkutan (native speaker), dan mengadakan program wisata untuk menjadi pembimbing perjalanan wisata atau tour guide bagi orang asing.

11 DAFTAR PUSTAKA Brata. (2010). Keterampilan Menyimak. [Online]. Tersedia:http://mbahbrataedu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html. Depdikbud. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Destrisia, Riska. (2010). Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Menyimak. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Dinsel, Sabine dan Monika Reimann. (2000). Fit fürs Zertifikat Deutsch: Tipps und Übungen. Ismaning: Heuber. Hamzah, Imellisa Fawzia. (2010). Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Hasil Belajar Menerjemahkan Teks Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jerman. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan. Heryadi, Dedi. (2013). Penerapan Teori Berpikir Logis dalam Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Bahasa Indonesia: Penelitian Pembangunan Kepada Mahasiswa Semester Pertama Di Universitas Siliwangi Tasik Malaya. Disertasi Doktor pada FPBS Universitas Siliwangi Tasikmalaya: tidak diterbitkan. Jansen, Irene. et al. (2012). Belajar Bahasa Jerman. [Online]. Tersedia: http://www.daadjkt.org/index.php?belajar-bahasa-jerman[1 November 2012]. Nold, G. dan Rossa, H. (2007). Hörverstehen. [Online]. Tersedia: http://www.pedocs.de/volltexte/2010/3253/ [1 Oktober 2011]. Nurhidayati. (2003). Jenis dan sebab kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam menyimak teks bahasa Arab. Tesis pada FPBS Universiatas Negeri Malang: tidak diterbitkan.

12 Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Tresnadewi, S. (1994). Developing Listening Skill in The EFL Claassroom. Dalam: Guidelines. Volume: 16. No. 1.