BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak. penerimaan negara terbesar adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan di Indonesia berubah yang awalnya official assessment system menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kas negara yang digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. negara dapat juga digunakan untuk kepentingan umum lainnya seperti subsidi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Daftar Penerimaan Pajak Negara. Penerimaan Sektor Pajak (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang.

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara serta untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Terutama di. Indonesia, pajak merupakan komponen penting dan

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tercapainya pembangunan nasional yang telah dicita-citakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam hal perekonomian. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. langsung kepada Kantor Wilayah. KPP Sumedang merupakan salah satu Kantor

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang. Pembayar pajak tidak mendapat imbalan secara langsung, tetapi pajak yang disetorkan oleh warga Negara ke kas Negara digunakan untuk keperluan Negara dan bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat (Undang Undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan). Kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan Negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan memberlakukan reformasi perpajakan dengan menerapkan Self Assessment System dalam pemungutan pajak. Self Assessment System memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan seluruh pajak yang menjadi kewajibannya. Dengan kata lain, wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Self Assessment System menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut (Tarjo dan Indra Kusumawati, 2008). Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak telah memberikan kontribusi cukup tinggi dalam penerimaan Negara. Dalam struktur penerimaan APBN, kita mengenal dua pos penerimaan, yaitu pertama pos penerimaan perpajakan dan kedua pos penerimaan Negara bukan pajak. Penerimaan Negara tahun 2007-2011 dari sektor perpajakan berasal dari : 1. Penerimaan pajak dari dalam negeri berasal dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Cukai 1

2 2. Penerimaan pajak perdagangan internasional yang berasal dari bea masuk, pajak atas impor Berikut ini disajikan tabel perkembangan pendapatan Negara tahun 2007-2011 Tabel 1.1 Perkembangan Pendapatan Negara, 2007-2011 (triliun rupiah) Uraian 2007 2008 2009 2010 I Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Perpajakan a. Pajak Dalam Negeri 1) Pajak Penghasilan a) Migas b) Nonmigas 2) Pajak pertambahan nilai 3) Pajak Bumi & Bangunan 4) BPHTB 5) Cukai 6) Pajak lainnya b. Pajak Perdagangan Internasional 1) Bea Masuk 2) Bea Keluar 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak a. Penerimaan SDA 1) Migas a) Minyak bumi b) Gas bumi 2) Non Migas a) Pertambangan umum b) Kehutanan c) Perikanan d) Panas bumi b. Bagian Laba BUMN c. PNBP Lainnya d. Pendapatan BLU II Penerimaan Hibah 706,1 491,0 470,1 238,4 44,0 194,4 154,5 23,7 6,0 44,7 2,7 20,9 16,7 4,2 215,1 132,9 124,8 93,6 31,2 8,1 5,9 2,1 0,1 0,0 23,2 56,9 2,1 1,7 979,3 658,7 622,4 327,5 77,0 250,5 209,6 25,4 5,6 51,3 3,0 36,3 22,8 13,6 320,6 224,5 211,6 169,0 42,6 12,8 9,5 2,3 0,1 0,9 29,1 63,3 3,7 2,3 847,1 619,9 601,3 317,6 50,0 267,6 193,1 24,3 6,5 56,7 3,1 18,7 18,1 0,6 227,2 139,0 125,8 90,1 35,7 13,2 10,4 2,3 0,1 0,4 26,0 53,8 8,4 1,7 992,2 723,3 694,4 357,0 58,9 298,2 230,6 28,6 8,0 66,2 4,0 28,9 20,0 8,9 268,9 168,8 152,7 111,8 40,9 16,1 12,6 3,0 0,1 0,3 30,1 59,4 10,6 3,0 2011 1.205,3 873,9 819,8 431,1 73,1 358,0 277,8 29,9 0,0 77,0 3,9 54,1 25,3 28,9 331,5 213,8 193,5 141,3 52,2 20,3 16,4 3,2 0,2 0,6 28,2 69,4 20,1 5,3 Jumlah 707,8 981,6 848,8 995,3 1.210,6 Sumber: Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan RAPBN 2013 Dilihat dari Tabel 1.1 di atas Pajak yang berasal dari dalam negeri lebih besar pada penerimaan pajak perdagangan internasional maupun Penerimaan

3 Negara Bukan Pajak (PNPB). Maka dari itu, Indonesia akan berusaha untuk lebih meningkatkan potensi penerimaan Negara dari dalam negeri, dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak telah memberikan kontribusi cukup tinggi dalam penerimaan Negara (Nota Keuangan dan RAPBN 2013). Dari data di atas terlihat jelas bahwa Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mempunyai andil besar dalam penerimaan negara, tetapi PPh hanya bisa dikenakan kepada mereka yang telah memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Hal ini berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai, karena PPN dapat dilimpahkan kepada orang lain dan seperti yang kita ketahui bahwa hampir semua barang atau jasa yang dikonsumsi di Negara ini adalah Barang Kena Pajak. Setelah dilihat dari adanya PTKP bagi seluruh Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Penghasilan (PPh) pun tidak menjalankan sepenuhnya sistem pemungutan pajak Self Assessment System, ada sebagian nya menggunakan Withholding System, menurut Siti Resmi (2009) Withholding System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang sepenuhnya kepada pihak ketiga dalam memotong pajak nya, contoh nya dengan PPh pasal 21 yang memotong pajak nya itu langsung dari pemberi kerja nya. Beda hal nya dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang menjalankan semua pelaksanaan Self Assessment System dari mulai mendaftar di KPP, Menghitung, Memperhitungkan, Menyetorkan pajak nya ke Bank, dan Melaporkan SPT ke KPP dengan sendiri. Saat ini pemerintah mengutamakan sistem pemungutan pajak menggunkaan Self Assessment System untuk meningkatkan voluntary compliance atau bisa disebut tingkat kepatuhan sukarela. Setelah dilihat dari data di atas Pajak Penghasilan (PPh) terbagi dua kelompok menjadi PPh migas, dan PPh non migas. Pajak Pertambahan Nilai pun terbagi atas dua kelompok menjadi PPN dan PPnBM. Berikut tabel perkembangan penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2007-2011.

4 Uraian Tabel 1.2 Perkembangan Penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2007-2011 (triliun rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 a. PPN 147,4 95,4 198,2 94,5 184,2 95,4 218,2 94,6 264,4 95,2 PPN DN PPN impor PPN lainnya 93,3 60,3 116,7 55,7 120,4 62,4 133,9 58,1 157,2 56,6 53,9 34,9 81,1 38,7 63,4 32,9 84,2 36,5 107,0 38,5 0,3 0,2 0,3 0,1 0,3 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 b. PPnBM 7,1 4,6 11,5 5,5 8,9 4,6 12,4 5,4 13,4 4,8 PPnBM DN PPnBM impor PPnBM lainnya Jumlah (a+b) 4,7 3,0 7,5 3,6 6,1 3,2 7,6 3,3 8,0 2,9 2,4 1,6 4,0 1,9 2,8 1,5 4,8 2,1 5,4 1,9 0,021 0,01 0,012 0,01 0,015 0,01 0,00 0,002 0,008 0,003 154,5 100,0 209,6 100,0 193,1 100,0 230,6 100,0 277,8 100,0 Sumber: Kementerian Keuangan Nota Keuangan RAPBN 2013 Dari data tabel 1.2 dapat di simpulkan bahwa Penerimaan PPN dalam periode 2007 2011 meningkat rata-rata sebesar 15,8 persen per tahun. Dalam periode tersebut, penerimaan PPN memberikan kontribusi rata-rata 95,0 persen. Penerimaan PPN dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan PPN dalam negeri serta penerimaan PPN impor. Penerimaan PPN dalam negeri meningkat rata-rata 12 persen per tahun, sedangkan penerimaan PPN impor meningkat rata-rata 12,9 persen per tahun (Nota Keuangan dan RAPBN 2013). Dengan melihat nominal-nominal di atas, kenaikan PPN yang terjadi tiap tahun nya masih belum membuat pemerintah puas atas penerimaan negara Indonesia dari sektor pajak, karena sebenarnya Jumlah penerimaan pajak yang sangat dominan di dalam penerimaan dalam negeri dalam hal ini PPN tersebut sebetulnya masih bisa lebih besar jumlahnya. Nyatanya secara nominal jumlah tersebut masih jauh dari potensi yang sebetulnya bisa digali. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dinilai belum baik.

5 Pernyataan diatas dipicu Menurut catatan ditjen pajak per 31 Desember 2011 dari 680.000 nomor pokok wajib pajak (NPWP) badan yang terdaftar, cuma 290.000 pengusaha yang aktif melaporkan surat pemberitahuan (SPT) masa pajak pertambahan nilai (PPN), Artinya cuma 42% yang patuh lapor. Catatan Ditjen Pajak, jumlah PKP terus meningkat. Per 31 Desember 2011, jumlah PKP sekitar 700.000, meningkat dari posisi April 2011 yang sebanyak 684.000 PKP. Dari jumlah PKP yang melakukan penyerahan SPT per April 2011 tercatat penerimaan negara mencapai Rp 300 triliun (Komite pengawas perpajakan Indonesia). Berikut di sajikan tabel jumlah wajib pajak yang terdaftar dan SPT yang melaporkan tahun 2007-2011 di KPP Pratama Bandung Karees. Tabel 1.3 Jumlah Laporan PKP yang terdaftar dan SPT Yang Lapor di KPP Pratama Bandung Karees Tahun PKP yang Terdaftar SPT yang Melaporkan 2007 13420 9256 2008 13662 9456 2009 15203 12972 2010 17078 13001 2011 19266 13201 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kenaikan PKP yang melaporkan SPT tahunannya befluktuatif, dimana tiap tahun nya angka SPT yang melaporkan masih di bawah angka PKP yang terdaftar, dengan ini dapat di simpulkan bahwa tingkat kepatuhan nya belum optimal (KPP Pratama Bandung Karees). Dengan melihat fenomena yang terjadi di lapangan kemungkinan Negara Indonesia akan menghadapi kendala terutama terkait kemauan masyarakat untuk membayar pajak. Dalam hal ini akan mencul perilaku tax avoidance dan tax evasion dari masyarakat sebagai wujud dari keengganannya dalam membayar pajak yang dibebankan oleh Negara kepadanya, upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak, dihadapkan pada kondisi masih belum optimalnya sistem perpajakan dijalankan. Indonesia menganut tiga sistem dalam pemungutan pajak yaitu Official Assessment System, Self Assessment System dan Withholding System. Sistem pengenaan pajak Self Assessment System memiliki peranan yang lebih dominan

6 karena dapat diterapkan pada sistem pemungutan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, serta sebagian pada Pajak Bumi dan Bangunan (Siti Resmi, 2008). Self Assesment System umumnya diterapkan pada jenis pajak yang dimana wajib pajak tersebut cukup mampu untuk diserahi tanggung jawab untuk menghitung dan menetapkan utang pajaknya sendiri. Dalam hal ini dikenal sebagai 5 M, yakni mendaftarkan diri di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), menghitung dan memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang terutang, menyetor pajak tersebut ke Bank Presepsi / Kantor Giro Pos dan melaporkan penyetoran tersebut kepadadirektur Jendral Pajak, serta terutama menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian SPT (Surat Pemberitahuan) dengan baik dan benar. Peranan fiskus dalam hal ini yakni mengamati dan mengawasi pelaksanaannya dan melakukan pemeriksaan dan mengenakan sanksi perpajakan sesuai peraturan perundangan perpajakan yang berlaku (Siti Resmi, 2008). Agar Self Assessment System berjalan sesuai dengan ketentuan, Direktorat Jenderal Pajak melaksanakan 3 fungsi, yaitu penyuluhan (disseminations), pelayanan (service) dan pengawasan (law enforcement). Di bidang pengawasan terdapat 3 pilar yaitu pemeriksaan (audit), penyidikan (investigation) dan penagihan pajak (tax collection) (Waluyo, 2011). Berkaitan dengan permasalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan Self Assessment System terhadap Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Bandung Karees tahun 2008-2012. 2. Bagaimanakah penerimanaan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Bandung Karees tahun 2008-2012. 3. Seberapa besar pengaruh Self Assessment System terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Pratama Bandung Karees tahun 2008-2012. 1.3 Tujuan Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui penerapan Self Assessment System terhadap Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Bandung Karees tahun 2008-2012. 2. Untuk mengetahui penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Bandung Karees tahun 2008-2012. 3. Untuk mengetahui seberapa besarnya pengaruh penerapan Self Assessment System terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2008-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dimana penulis dapat memperoleh gambaran yang nyata mengenai bagaimana penerapan teoriteori yang telah dipelajari di bangku kuliah terutama dalam meningkatkan pemahaman dan wawasan keilmuan di bidang Perpajakan khususnya tentang Self Assessment System terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

8 2. Bagi Instansi KPP Pratama di Wilayah Bandung Hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan dan masukan untuk KPP Pratama di Wilayah Bandung mengenai Self Assessment System dan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan dokumentasi untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak yang membutuhkan dan menjadi sumber informasi dan referensi dalam penelitian yang sejenis. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Jl. Ibrahim Adjie (d/h Jl. Kiara Condong) No.372 Bandung. Telepon : 7333355,733318 Fax : 7337015. Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2013 sampai dengan selesai.