BAB I PENDAHULUAN. Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sejalan dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Camat Tualang Kabupaten Siak Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASSET DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (Good Governance). Terselenggaranya pemerintahan

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting. RS swasta maupun milik organisasi nirlaba (publik/pemerintah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

KATA PENGANTAR. Semarapura, 30 Maret 2016 Kepala Bappeda Kabupaten Klungkung, I Wayan Wasta, SE, M.Si Pembina Tk. I (IV/b) NIP

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan organisasi yang ideal, dan perlu mendapat perhatian dan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan masyarakat, tidak dipergunakan untuk kepentingan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

2014, No639 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

1 Universitas Indonesia

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut :

User [Pick the date]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan kelembagaan dan birokrasi di Indonesia, dimana semua stakeholder mulai menuntut penyelenggaran good governance dari organisasi sektor publik. Penyelenggaraan organisasi publik berdasarkan good governance menjadi keharusan di era sekarang karena berdasarkan pengalaman sebelum reformasi bahwa sebuah organisasi yang dikelola tanpa pedoman dan arah yang jelas akan membawa dampak yang sangat buruk. Banyak konsep mengenai good governance seperti dari United Nation Development Programme (UNDP), World Bank dan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) akan tetapi terdapat beberapa perbedaan penekanan mengenai konsep good governance. United Nation Development Programme (UNDP) lebih menekankan pembangunan manusia yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan dan transformasi administrasi publik. Kemudian Bank Dunia menekankan perhatiannya pada pendayagunaan sumber daya sosial dan ekonomi bagi pembangunan. Sedangkan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menekankan pada penghargaan hak-hak asasi manusia,demokrasi, dan legitimasi pemerintah. (Wiranto dalam Wahyu, 2012) Tingginya tuntutan masyarakat terhadap pengelolaan pelayanan publik yang baik sehingga membuat pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi 1

2 Pemerintah (AKIP). Inpres Nomor 7 Tahun 1999 berisi mengenai instruksi kepada pimpinan organisasi sektor publik untuk menyampaikan pencapaian kinerja nya dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Tujuan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yaitu memberikan informasi kepada para stakeholder mengenai capaian kebijakan dan program ataupun kegiatan yang sudah direncanakan oleh organisasi sektor publik. Pengukuran kinerja merupakan salah satu cara untuk menilai tingkat keberhasilan atau kegagalan organisasi sektor publik dalam menjalankan program atau kebijakan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi organisasi sektor publik. Pengukuran kinerja dapat menjadi feedback atau umpan balik kepada pemangku kepentingan seperti pimpinan lembaga/kementerian, kepala daerah, dan pimpinan institusi untuk menjadi bahan evalasi agar kinerja dimasa yang akan datang menjadi lebih baik. Sistem yang telah dikembangkan oleh pemerintah selama ini yaitu dengan adanya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ternyata belum mampu menjawab keinginan para stakeholder. Instrumen pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan misi organisasi dalam LAKIP belum dapat menggambarkan kinerja organisasi keseluruhan secara nyata karena SAKIP belum mempunyai alat ukur kinerja intangible melainkan berisi ukuran kinerja yang masih bersifat program berbasis anggaran sehingga sulit untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pencapaian visi organisasi (Isutami,2010).

3 Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi secara garis besar melewati tiga tahap yaitu tahap pertama diawali dengan perencanaan mengenai program atau aktivitas yang akan dijalankan oleh organisasi, fase kedua yaitu dijalankan atau diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan tahap terakhir yaitu pelaporan mengenai pencapaian organisasi dalam suatu periode tertentu. Organisasi sektor publik harus menerapkan manajemen kinerja yang bagus yaitu mencakup ketiga tahap yaitu perencanaan, proses, dan pelaporan agar misi yang diemban oleh organisasi dapat tercapai. Banyak instrumen dalam pengukuran kinerja yang bisa digunakan dalam mengukur kinerja suatu organisasi, seperti rasio laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan, prinsip value for money dengan 3E (Ekonomis, Efisisen, dan Efektif) untuk menilai pencapaian sebuah program, dan juga ada BSC yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton yang bisa digunakan untuk mengukur tidak hanya dari aspek keuangan tapi juga non-keuangan. Peneliti tertarik untuk meneliti di sektor pendidikan karena pendidikan merupakan elemen dasar untuk membentuk negara yang maju, makmur dan kuat selain sektor kesehatan dan ekonomi. Sektor pendidikan sekarang menjadi perhatian khusus pemerintah, hal ini ditandai dengan komitmen dari pemerintah untuk mengalokasikan 20% dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk sektor pendidikan. Secara khusus dapat dilihat bahwa alokasi dana APBN untuk perguruan tinggi dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dibawah ini

4 merupakan tabel yang menggambarkan perkembangan alokasi dana APBN untuk perguruan tinggi. Tabel 1.1 Belanja APBN untuk Dana Pendidikan Tinggi (2007-2013) (dalam miliaran) Keterangan Jumlah Dana Persentase Kenaikan/ (Penurunan) LKPP Tahun 2007 6.904,4 LKPP Tahun 2008 13.096,4 89,6% LKPP Tahun 2009 22.189,3 69,4% LKPP Tahun 2010 27.230,8 22,7% LKPP Tahun 2011 35.694,5 31,1% APBN-P 2012 41.940,1 17,5% APBN 2013 38.168,8 (8,9%) Sumber : Data primer diolah, nota keuangan APBN 2013 Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa belanja APBN untuk dana pendidikan tinggi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tingginya alokasi dana APBN untuk pendidikan patut diapresiasi oleh semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, akan tetapi yang menjadi masalah yaitu bagaimana menggunakan alokasi dana APBN ini secara optimal dan membawa hasil atau outcome yang diharapkan. Peneliti tertarik menjadikan FKIP UNLAM sebagai objek penelitian karena FKIP Unlam memiliki peran yang sangat penting dalam sektor pendidikan khususnya untuk daerah Kalimantan Selatan karena FKIP UNLAM mempunyai dua peran sekaligus yaitu sebagai tempat untuk untuk proses belajar mengajar dan juga tempat

5 untuk pendidikan para calon guru. Hal ini dapat dilihat dari visi dan misi dari FKIP UNLAM, yaitu : Misi Menjadi Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan yang terkemuka, yang lulusannya memiliki kemampuan akademik, profesional, dan menguasai teknologi informasi serta daya saing tinggi. Visi 1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional yang lulusannya menjadi tenaga kependidikan pada jenjang pendidikan dasar (TK, SD, dan SMP/Mts) SMA, dan SMK serta Pendidikan Tinggi sesuai kebutuhan pengembangan pendidikan dan pembangunan. 2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan bidang keilmuan yang terkait dengan kebutuhan pengembangan pendidikan dan pembangunan. 3. Meningkatkan pemberdayaan dan meningkatkan kinerja dosen dan karyawan. 4. Melakukan kerjasama dalam bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dengan PTN/PTS di dalam dan di luar negeri, serta dengan instansi-instansi pemerintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. 5. Memberikan pengetahuan dan keterampilan teknologi informasi sehingga setiap lulusan mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk kepentingan pendidikan.

6 Jadi berdasarkan visi dan misi FKIP UNLAM diatas dapat kita ketahui bahwa FKIP UNLAM sebagai organisasi yang memiliki peran sangat penting khususnya menghasilkan calon-calon tenaga pendidik untuk wilayah Kalimantan Selatan. Banyak para peneliti mengemukakan aspek atau dimensi apa yang harus diukur dari sebuah organisasi pendidikan seperti fakultas pada sebuah universitas. Pengukuran kinerja fakultas di universitas dapat diukur untuk tiga aktivitas yaitu pengajaran, penelitian, dan pelayanan. Penilaian/pengukuran kinerja lebih banyak berfokus pada area dari pengajaran dan penelitian, sedangkan kinerja dari pelayanan hanya mendapat perhatian yang sedikit (Kurz et al., 1989). Pada hakikatnya sebuah organisasi pendidikan hanya melaksanakan pengajaran dan penelitian, sehingga sangat wajar banyak peneliti mengukur kinerja hanya berfokus kepada dua kegiatan/dimensi yaitu pengajaran dan penelitian. Akan tetapi kedua dimensi ini sebenarnya berlawanan antara kualitas pengajaran dengan produktivitas penelitian, hal ini sangat wajar karena apabila organisasi pendidikan lebih menekankan perhatian pada dimensi pengajaran, maka kemungkinan besar produktivitas penelitian akan rendah. Akan tetapi jika sebuah fakultas hanya diukur dengan dua dimensi pengajaran dan penelitian maka hasil dari pengukuran tidak akan menggambarkan kondisi sebenarnya dari sebuah organisasi pendidikan. Pada zaman sekarang banyak peneliti percaya bahwa evaluasi pada pendidikan tinggi harus menggunakan konsep dari berbagai ukuran/dimensi yang merefleksikan dari tujuan sebuah organisasi pendidikan sehingga Shao dkk (2007) menyatakan bahwa banyak peneliti telah menemukan kriteria esensial dari evaluasi

7 kinerja fakultas adalah pengajaran, penelitian, dan pelayanan. Akan tetapi ada beberapa peneliti untuk mengukur kinerja organisasi pendidikan dengan mengklasifikasikannya menjadi kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan, Chen dkk (2004) menyatakan sangat penting untuk menggunakan berbagai ukuran kinerja untuk mengevaluasi kinerja seperti antara kinerja keuangan dan non-keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pencapaian kinerja perguruan tinggi di FKIP Unlam dengan judul penelitian sebagai berikut : Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi (Studi pada FKIP Universitas Lambung Mangkurat) 1.2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan menyajikan rumusan permasalahan yaitu: a. Organisasi sektor publik mempunyai kewajiban untuk mengukur dan menyampaikan pencapaian dari program-program yang telah direncanakan dan dijalankan sebagai wujud bentuk akuntabilitas publik. Akan tetapi Pimpinan organisasi pendidikan di FKIP UNLAM ternyata belum melaksanakan pengukuran kinerja untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari program yang sudah direncanakan dan diprogramkan. b. Pimpinan organisasi pendidikan di FKIP UNLAM belum melakukan pemetaan aspek-aspek kinerja yang harus diukur dalam sebuah organisasi pendidikan.

8 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana hasil pengukuran kinerja FKIP UNLAM dengan menggunakan empat aspek yaitu keuangan, pelayanan komunitas/masyarakat, pendidikan dan pengajaran, serta penelitian? b. Apakah Pimpinan FKIP UNLAM memiliki metode /cara untuk merencanakan program/kegiatan agar program/kegiatan mampu mencapai kinerja yang optimal? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a Mengetahui pencapaian kinerja FKIP UNLAM dilihat dari empat aspek yaitu keuangan, pelayanan komunitas/masyarakat, pendidikan dan pengajaran, serta penelitian. b. Memberikan alternatif metode pengukuran kinerja melalui empat aspek yaitu keuangan, pelayanan komunitas/masyarakat, pendidikan dan pengajaran, serta penelitian pada FKIP UNLAM. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian antara lain yaitu: 1. Memberikan bahan pertimbangan kepada pimpinan FKIP UNLAM untuk mengukur kinerja organisasi dengan empat aspek keuangan, pelayanan komunitas/masyarakat, pendidikan dan pengajaran, serta penelitian

9 2. Memberikan alternatif alat bantu untuk merencanakan program/kegiatan menggunakan Logic Model agar program/kegiatan yang direncanakan memperoleh kinerja yang optimal.

10 1.6. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan dalam mengkomukasikan hasil penelitian, maka peneliti menyusun sistematika pembahasan sebgai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini meliputi telaah literatur dan model penelitian BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang jenis penelitian, popoulasi dan sample, jenis dan teknik pengumpulan data, definisi operasional variable, teknik analisis data BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini meliputi tentang gambaran umum responden, pengujian model, pembahasan pengujian hipotesis, temuan penelitian kualitatif, pembahasan gabungan metode kuantitatif dan metode kualitatif BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian dan saran