OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah tentu mempunyai objek. Begitu juga dengan linguistik, yang mengambil bahasa sebagai objeknya.

Tugas bahasa indonesia

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA

Pengertian Universal dalam Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Hakikat Bahasa. Beberapa pendapat bahasa para ahli yakni,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

Hakikat Bahasa. Definisi Bahasa. Uraian dari Definisi Bahasa 23/10/2014. Bahasa sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seperti pendapat Kridalaksana (1982: 17) bahwa bahasa (language)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB II PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA SISWA DI SEKOLAH DASAR. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

Abstrak. I. Pendahuluan

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

BAHASA INDONESIA. Karakteristik Bahasa Indonesia. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Untuk berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

SEJARAH SINGKAT, KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN RAGAM BAHASA INDONESIA. Pengantar Awal Perkuliahan Bahasa Indonesia Oleh Ari Kusmiatun_UNY

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

13ILMU. Modul Perkuliahan XIII. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Etnografi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengucapan bunyi bahasa sebagai alat interaksi penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB II A. Kajian Teori dan Kerangka Berpikir 1. Hakikat Bahasa a. Pengertian Bahasa Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan bahasa

Penting Tidaknya Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari bahasa. Bahasa menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

HUBUNGAN SOSIOLINGUISTIK

Transkripsi:

Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole berwujud konkret, yang nyata yang dapat dinikmati/diobservasi. Masalah ini berkenaan dengan pengertian bahasa adalah bilamana sebuah tuntutan disebut bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya dan bilamana hanya dianggap sebagai verian dari suatu bahasa. Perbedaan dua tuturan/bahasa berdasarkan 2 buah patokan yaitu linguistik dan patokan politis. Secara linguistik, bahasa Indonesia dan Malaysia adalah sebenarnya hanya dua buah dialek dari bahasa yang sama yaitu bahasa Melayu. Tetapi secara politis, dewasa ini bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia itu berbeda, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia dan bahasa Malaysia merupakan bahasa nasional bangsa Malaysia. 3. 2. Hakikat Bahasa a. Bahasa sebagai sistem Dalam kaitan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna/berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur/komponen yang satu dengan lainnya berhubungan secara fungsional. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis yaitu bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Dan secara sistemis yaitu bahasa bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari subsubsistem atau sistem bawahan. Kajian linguistik dibagi menjadi beberapa tataran yaitu tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik dan tataran leksikon. Tataran morfologi sering digabung dengan tataran sintaksis menjadi yang disebut tataran gramatika atau tataran bahasa.

Bagan: Wacana Kalimat Klausa Frase Kata Morfem Fonem Fon Sintaksis Morfologi Fonologi b. Bahasa sebagai lambang Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol. Lambang dengan pelbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiatika/semiologi yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia termasuk bahasa. Beberapa jenis tanda yaitu tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Tanda, selain dipakai sebagai istilah generik dari semua yang termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian. Semiotika itu suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda dan tindakan secara langsung dan alamiah. Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional tidak secara alamiah dan langsung. Yang penting yang harus anda pahami bahwa bahasa adalah suatu sistem lambang dalam wujud bunyi bahasa, bukan dalam wujud yang lain. c. Bahasa adalah bunyi Bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Bunyi bahasa/bunyi ajaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai "fon" dan di dalam fonemik sebagai "fonem". Hakikat bahasa adalah bunyi atau bahasa lisan, dapat kita saksikan sampai kini banyak sekali bahasa di dunia ini, termasuk di Indonesia, yang hanya punya bahasa lisan, tidak punya bahasa tulisan, karena bahasa-bahasa tersebut tidak atau belum mengenal sistem aksara. d. Bahasa itu bermakna Dari pasal-pasal terdahulu sudah dibicarakan bahwa bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi, atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan, maka yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. e. Bahasa itu arbitrer Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. f. Bahasa itu konvensional Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa ini mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Berbeda dengan kata yang merupakan lambang "siap pakai", artinya sudah ada tanpa harus diciptakan dulu, makna istilah merupakan lambang "yang dibuat" untuk menampung konsep yang ada tetapi belum ada lambangnya, seperti pada contoh curat dan gasar di atas. Sebuah istilah yang dibuat, tentu dimaksudkan untuk melambangkan suatu konsep, bisa digunakan atau tidak digunakan dalam pertuturan tergantung dari keperluan penggunaannya, bukan dari kepatuhan atau tidak terhadap konvensinya. g. Bahasa itu produktif Kata produktif adalah bentuk afektif dari kata benda produksi. Arti produktif adalah "banyak hasilnya" atau lebih tepat "terus menerus menghasilkan". Lalu,

kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuansatuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Keproduktifan bahasa memang ada batasnya. Dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Katerbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidaklaziman atau kebelumlaziman bentuk-bentuk yang dihasilkan. Selain itu keproduktifan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dengan afiks-afiks tertentu tampaknya juga dibatasi oleh ciri-ciri inheren bentuk dasarnya, yang sejauh ini belum dikaji orang. h. Bahasa itu unik Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan berifat unik, maka artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis melainkan sintaksis. Maksudnya kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna kata itu tetap, yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat. i. Bahasa itu universal Selain bersifat unik yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa juga bersifat universa. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu bersifat ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. j. Bahasa itu dinamis Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang

tidak disertai dengan bahasa. Malah dalam bermimpipun manusia menggunakan bahasa. Krrena keterikatan dan keterkaitan manusia itu dengan bahasa, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis. Perubahan dalam bahasa, dapat juga bukan terjadi berupa pengembangnan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya atau tidak lagi menggunakan bahasanya lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak bahasa daerah yang ditinggalkan para penuturnya terutama dengan alasan sosial. Jika ini terjadi terus-menerus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa daerah yang hanya ada dalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya. k. Bahasa itu bervariasi Mengenai variasi bahasa ini, ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idialek, dialek, dan ragam. Idialek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. l. Bahasa itu manusiawi Kalau kita menyimak kembali ciri-ciri bahasa, bahwa bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia adalah memang suatu kenyataan. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

3. 3. Bahasa dan Faktor Luar Bahasa a. Masyarakat Bahasa Kata masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang (dalam jumlah yang banyaknya relatif), yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal, atau yang mempunyai kepentingan sosial yang sama. Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Masyarakat bahasa bisa melewati batas, propinsi, batas negara bahkan batas benua. Orang Indonesia pada umumnya bilingual yaitu menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dan bahasa daerah sebagai bahasa pertama. Tetapi ada juga yang multilingual, selain menguasai bahasa daerahnya sendiri dan bahasa Indonesia juga menguasai bahasa daerah lain atau bahasa asing. b. Variasi dan Status Sosial Bahasa Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam pula. Berdasarkan penuturnya kita mengenal adanya dialek-dialek baik dialek regional maupun dialek sosial. Ada dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya. Yang pertama adalah variasi bahasa tinggi (variasi bahasa T). variasi T digunakan dalam situasi-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah dan lain-lain. Variasi T perlu dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Yang kedua adalah variasi bahasa rendah (variasi bahasa R). variasi R digunakan dalam situasi yang tidak formal seperti di rumah, warung, catatan sendiri, dll. Variasi R langsung dipelajari dari masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal. c. Penggunaan Bahasa Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni: 1. Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan, 2. Paticipants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan, 3. Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan 4. Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan,

5. Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan, 6. Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan, 7. Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan, 8. Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan. d. Kontak Bahasa Dalam masyarakat yang terbuka artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain. Dan akan terjadi kontak bahasa. Kasus-kasus yang terjadi karena adanya kontak bahasa misalnya interferensi, integrasi, alih kode (code switching) dan campur kode (code-mixing). Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan, sehingga adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang sedang digunakan itu. Alih kode yaitu beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa ataupun ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau ragam bahasa lain) karena alasan tertentu. Campur kode pengertiannya sama dengan alih kode, namun dalam campur kode tidak ada alasan yang mendasari. e. Bahasa dan Budaya Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua pakar yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf (dan oleh karena itu disebut hipotesis Sapir Whorf) yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. 3. 4. Klasifikasi Bahasa Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa. Bahasa yang mempunyai kesamaan ciri dimasukkan dalam satu kelompok. Suatu klasifikasi yangbaik harus memenuhi persyaratan nonarbitrer, ekshautik, dan unik. Nonarbitrer adalah bahwa kriteria klasifikasi itu tidak boleh semaunya, hanya harus ada satu kriteria. Tidak boleh ada kriteria lainnya. Dengan kriteria yang satu ini, yang nonarbitrer, maka hasilnya akan ekshautik. Artinya setelah klasifikasi dilakukan tidak ada lagi sisanya, semua bahasa yang ada dapat masuk ke dalam salah satu

kelompok. Selain itu hasil klasifikasi juga harus bersifat unik. Maksudnya, kalau suatu bahasa sudah masuk ke dalam salah satu kelompok. Dia tidak bisa masuk lagi ke kelompok yang lain. Kalau sebuah bahasa bisa masuk ke dalam kelompok atau lebih, maka berarti hasil klasifikasi itu tidak unik. a. Klasifikasi Genetis Klasifikasi genetis, disebut juga klasifikasi genologis, dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti, yaitu atas kesamaan bentuk (bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa-bahasa yang memiliki sejumlah kesamaan seperti itu dianggap berasal dari bahasa asal atau bahasa proto yang sama. Klasifikasi genetis ini hanya menggunakan satu kriteria saja yaitu garis keturunan atau dasar sejarah perkembangan yang sama, maka sifatnya menjadi nonarbitrer. b. Klasifikasi Tipologis Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang-ulang dalam suatu bahasa. Klasifikasi tipologi dapat dilakukan pada semua tataran bahasa. Klasifikasi ini bersifat arbitrer, karena tidak terikat oleh tipe tertentu melainkan bebas menggunakan tipe yang mana saja (bermacam-macam). Tapi hasilnya masih ekshautik dan unik. c. Klasifikasi Areal Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Sifat dari klasifikasi ini antara lain arbitrer karena dalam kontak sejarah bahasa-bahasa itu memberikan pengaruh timbal balik dalam hal-hal tertentu yang terbatas. Juga bersifat ekshautik, sebab masih banyak bahasa-bahasa di dunia ini yang masih bersifat tertutup dalam arti belum menerima unsur-unsur luar. Bersifat nonunik, sebab ada kemungkinan sebuah bahasa dapat masuk dalam kelompok tertentu dan dapat pula masuk ke kelompok lainnya lagi.

d. Klasifikasi Sosiolinguistik Klasifikasi sosiolinguistik dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat, tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. e. Bahasa Tulis dan Sistem Aksara Bahasa lisan adalah primer sedangkan bahasa tulis dan sekunder. Ada perbedaan antara bahasa tulis dengan bahasa lisan. Bahasa tulis bukanlah bahasa lisan yang dituliskan melainkan dibuat dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab kalau terjadi kesalahan, bahasa tulis tidak bisa secara langsung diperbaiki. Berbeda dengan bahasa lisan, setiap kesalahan bisa segera diperbaiki. Lagi pula bahasa lisan sangat dibantu oleh intonasi, tekanan, mimik, dan gerak-gerik si pembicara.