II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

II. TINJAUAN PUSTAKA

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Kambing. penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Ternak Kambing Kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit dan bulu (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan hewan yang pertama didomestikasi di kawasan Asia Barat sekitar 10.000 tahun lalu (Zeder dan Hesse, 2000). Basuki (1996) menyatakan bahwa ternak kambing merupakan ternak yang dalam kehidupan sehari-hari dekat hubungannya dengan peternak kecil di pedesaan, keberadaan ternak kambing di tengah-tengah masyarakat kecil sangat membantu perekonomian mereka. Bagi peternak, kambing dapat berfungsi sebagai tabungan yang sewaktu-waktu diperlukan untuk mengatasi keperluan yang mendesak. Produksi yang dihasilkan dari ternak kambing yaitu daging, susu, kulit, bulu dan kotoran sebagai pupuk yang sangat bermanfaat. Taksonomi zoologi kambing Kingdom Animalia, Filum Chordata, Sub-filum Vertebrata, Kelas Mammalia, Ordo Artodactyla, Sub-ordo Ruminantia, Famili Bovidae, Subfamili Caprinae, Genus Capra, Spesies Capra hircus (Ensminger, 2002). 2.2. Kambing Kacang Suparman (2007) menyatakan bahwa kambing kacang merupakan bangsa kambing lokal Indonesia. Tubuh kambing kacang kecil dan relatif lebih pendek, jantan maupun betina bertanduk, leher pendek dan punggung meninggi, warna bulu hitam, cokelat, atau belang yang merupakan kombinasi dari warna yang ada pada kambing tersebut. Tinggi kambing jantan dewasa rata-rata 60 70 cm, betina 4

dewasa 50 60 cm, bobot badan kambing jantan dewasa antaraa 25 30 kg dan betina dewasa 15 255 kg, kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan. Kehidupan kambing kacang sangat sederhana, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat dan reproduksinya dapat digolongkan sangat tinggi. Penampilan ternak kambing kacang seperti terlihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Penampilan kambing kacang Sarwono (1990) menyatakan bahwa kambing kacang sangat cepat berkembang biak karena pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok untuk penghasil daging karena bersifat prolifik (sering melahirkan anak kembar dua). Dalam satu kelahiran mampu menghasilkan keturunan kembar tiga. 2.3. Penentuan Umur Ternak Purnomoadi (2003) menyatakan umur ternak dalam pemeliharaan mempunyai peranan penting karena melalui umur, peternak dapat mengetahui kapan ternak dapat dikawinkan atau digemukkan. Cara yang tepat untuk menentukan umur ternak adalah dengan melihat catatan produksi atau kartu rekording ternak yang bersangkutan. Apabila tidak terdapat kartu rekording, umur 5

ternak dapat diperkirakan dengan mengamati pergantian giginya, karena pergantian gigi relatif teratur. Purnomoadi (2003) menyatakan bahwa cara untuk mengetahui umur ternak berdasarkan gigi, terlebih dahulu harus diketahui keadaan giginya. Pada ternak kambing gigi seri hanya terdapat pada rahang bawah sebanyak 8 buah (4 pasang). Pada saat lahir biasanya anak kambing mempunyai gigi seri lengkap. Gigi seri akan tanggal dan diganti dengan gigi seri tetap, dengan bentuk yang lebih besar, kuat dan warnanya lebih kekuningan. Devendra dan Mcleroy (1982), me nyatakan bahwa kambing dan domba mempunyai 4 pasang (8 buah) gigi seri. Gigi seri susu mulai tumbuh pada saat anak kambing dan domba lahir. Gigi susu ini lengkap setelah anak berumur lebih dari 1 bulan. Pada umur tertentu, gigi seri susu ini akan tanggal dan diganti dengan gigi seri tetap. Proses tanggal dan pergantian gigi seri inilah yang dapat dipakai untuk patokan dalam melakukan penaksiran umur. Davendra dan Mcleroy (1982) menyatakan bahwa pedoman pergantian gigi seri sebagai berikut: (1). Gigi ser i masih utuh, menandakan umur kambing atau domba < 1 tahun, (2). Gigi seri pasangan pertama (dalam) tanggal dan berganti, menandakan kambing atau domba berumur 1-2 tahun, (3). Gigi seri pasangan kedua (tengah dalam) tanggal dan berganti, menandakan kambing atau domba berumur 2-3 tahun, (4). Gigi seri pasangan ketiga (tengah luar) tanggal dan berganti, menandakan kambing berumur 3-4 tahun, (5). Semua gigi susu telah tanggal dan berganti, menandakan kambing atau domba telah berumur 4-5 tahun, dan (6). Semua gigi seri permanen sudah terasah atau aus, menandakan kambing 6

atau domba berumur >5 tahun. Pergantian gigi seri kambing disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Pergantian Gigi Kambing Umur Umur kurang dari 1 tahun Umur 1-2 tahun Umur 2-3 tahun Umur 3-4 tahun Umur 4-5 tahun Sumber : Prabowo (2010) Keadaan Gigi Semua gigi belum permanen Satu pasang gigi permanen Dua pasang gigi permanen Tiga pasang gigi permanen Seluruh gigi permanen Menurut Devendra dan Mclorey (1982) susunan gigi kambing dan domba dapat dibuat bagan sebagai berikut : M P C I I C P M Rahang atas : 3 3 0 0 0 0 3 3 Raahang bawah 3 3 0 4 4 0 3 3 M P C I I C P M Keterangan: I = Gigi seri (Dentis incisivi) C = Gigi taring (Dentis canini) P = Gigi geraham berganti (Dentis premolaris) M = Gigi geraham tetap (Dentis molaris) 2.4. Morfometrik Kambing Kacang Ukuran-ukuran tubuh merupakan faktor yang banyak berhubungan dengan performans ternak. Penggunaan ukuran-ukuran badan, sangat baik untuk bobot badan maupun untuk mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan memakai ukuran-ukuran badan dapat menilai perfomans ternak (Setiadi et al., 1997). Beberapa data hasil penelitian morfometrik kambing kacang di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.2. 7

Tabel 2.2. Morfometrik Kambing Kacang Jantan dan Betina Parameter yang di amati Jantan (cm) Panjang badan 58,00 ± 3,0 53.06±11.29 53,61±1,18 Lingkar dada 66,67± 5,16 64.28±9.62 64,99±1,38 Tinggi pundak 56,33 ± 4,44 52.47±7.69 54,71±1,27 Tinggi pinggul 53,32±2,88 57,07±1,30 Kambing Kacang Betina (cm) 58,87± 5,58 46.36±6.51 48,41±1,28 63,15± 7,03 54.73±7.34 63,25±2,15 55,62±4,2 48.91±6.88 53,73±1,25 52,327,38 54,65±1,22 Sumber Batubara (2011 ) Darmariza ( 2007 ) Syarifah (2014 ) Batubara (2011 ) Darmariza ( 2007 ) Syarifah (2014 ) Batubara (2011 ) Darmariza ( 2007 ) Syarifah (2014 ) Darmariza ( 2007 ) Syarifah (2014 ) Standar mutu bibit kambing kacang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 57/permentan/ot.140/10/2006 dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Standar mutu bibit kambing kacang berdasarkan peraturan menteri pertanian nomor 57/permentan/ot.140/10/2006 Sifat kualitatif Sifat kuantitatif -Warna bulu bervariasi dari putih campur -Betina umur 8-12 bulan hitam, coklat atau hitam sama sekali; Tinggi badan minimal 46 cm -Tanduk mengarah ke belakang dan Berat badan minimal 12 kg membengkok keluar; -Jantan umur 12-18 bulan -Hidung lurus, leher pendek, telinga Tinggi badan minimal 50 cm pendek berdiri tegak ke depan,kepala kecil Berat badan minimal 15 kg. dan ringan. 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Morfometrik Kambing Kacang 2.5.1. Faktor Lingkungan Menurut Devendra dan M. Burns (1994), bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap ukuran- ukuran tubuh dan bobot badan kambing. a. Manajemen pemeliharaan Susilorini et al. (2009) menyatakan pemeliharaan ternak kambing merupakan bagian dari usaha tani. Sistem pemeliharaan kambing dibedakan menjadi tiga yaitu sistem pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. 8

Pada sistem pemeliharaan ekstensif semua aktivitas dilakukan di padang penggembalaan. Sistem pemeliharaan semi intensif adalah memelihara kambing di padang penggembalaan dan kandang. Sementara sistem pemeliharaan intensif adalah kambing dikandangkan dan seluruh pakan disediakan oleh peternak. Sistem pemeliharaan ternak kambing sebagai berikut: 1. Pakan Hidayati (2009) menyatakan bahwa pemberian pakan yang tidak sesuai dangan kebutuhan ternak dapat mengganggu produktifitas seperti jarak beranak, rendahnya angka kelahiran, perkembangan dan pertumbuhan tubuh tidak sesuai dengan umurnya. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak diharapkan mampu menyajikan unsur nutrisi yang penting untuk pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi (Hartadi et al., 1986). Purnomoadi ( 2003) menyatakan pakan yang diberikan pada ternak hendaknya memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: mengandung gizi yang lengkap, disukai ternak, mudah dicerna, tidak menimbulkan sakit, sesuai dengan tujuan pemeliharaan dan harganya murah. Kambing merupakan ruminansia yang efisien dalam mencerna serat kasar. Pakan utama kambing adalah tunas-tunas semak serta ranting dan gulma. Kambing juga perlu diberi pakan tambahan, berupa konsentrat. Kadar protein dalam konsentrat berkisar 16%. Hijauan yang diberikan dapat berupa daun lamtoro, gamal, dan daun nangka. Bila berdasarkan bahan kering hijauan diberikan sebaiknya 3% dari berat badan atau 10-9

15% dari berat badan bila dalam bentuk segar. Jenis dan cara pemberian pakan disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh (Susilorini et al., 2009). Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral). Pakan diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), air minum 1,5 2,5 liter per ekor per hari, dan garam beriodium secukupnya, untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 1 kg/ekor/hari. 2. Perkandangan Menurut Wijoseno et al. (2009) sebaiknya ternak dipelihara dalam kandang agar memudahkan pengawasan terhadap ternak yang sakit, atau yang sedang dalam masa kebuntingan, memudahkan dalam pemberian pakan dan menjaga keamanan ternak. Menurut Susilorini et al. (2009) agar kambing merasa nyaman tinggal di dalamnya, kandang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: kandang harus kering tidak lembab, cukup mendapatkan sinar matahari, kandang harus terhindar dari tiupan angin langsung, letak kandang minimal 5 meter dari rumah, kandang harus kuat dan tahan lama, bahan kandang ekonomis serta mudah didapat. Susilorini et al. (2009) ada dua tipe kandang yang digunakan di daerah tropis, yaitu kandang pada tanah dan kandang panggung. 10

Purnomoadi (2003) menyatakan bahwa model kandang untuk kambing atau domba umumnya berupa kandang panggung. Kandang untuk pejantan berukuran 125 x 150 cm/ekor, letaknya terpisah dari betina. Kandang untuk betina berukuran 100 x 125 cm/ekor, sedangkan kandang untuk anak kambing lepas sapih 2-4 bulan berukuran 100 x 125 x175 cm/ekor. 3. Kesehatan Menurut Undang Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan (2009), kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan hewan, serta keamanan pakan. Susilorini et al. (2009) menyatakan pemeliharaan kesehatan yang terpenting adalah sanitasi. Sanitasi dapat menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit. Pengendalian penyakit yang paling baik adalah menjaga kesehatan dengan tindakan pencegahan, seperti: kebersihan kandang beserta peralatannya termasuk memandikan kambing. Kambing yang sakit dipisahkan dengan kambing yang sehat dan segera dilakukan pengobatan, lantai kandang diusahakan dalam keadaan kering, kesehatan kambing diperiksa secara teratur dan dilakukan vaksinasi. Bahri et al. (2004) menyatakan bahwa kesehatan ternak menjadi sangat penting karena akan menyebabkan kerugian akibat dari gangguan pertumbuhan (pertambahan berat badan harian rendah ), dewasa kelamin atau umur beranak pertama terlambat, daya reproduksi terganggu, efisiensi 11

pakan rendah, dan kematian ternak. Oleh karena itu, dalam pemeliharaan ternak kambing perlu mengetahui sedini mungkin gejala-gejala atau tandatanda penyakit secara umum, antara lain: kurang nafsu makan, tidak lincah/lebih banyak diam, lemah atau lesu, menyendiri, menggaruk-garuk badan dan kotoran tidak normal (warna, bau, konsistensi). Bila dijumpai ternak dengan tanda-tanda seperti demikian, patut dicurigai bahwa ternak tersebut sakit. Menurut Wijoseno et al. (2009) penyakit yang sering terjadi pada kambing adalah: penyakit cacingan, kudis (scabies), diare, keracunan dan kembung (bloat). b. Iklim dan Cuaca Suhu dan kelembaban udara merupakan dua faktor iklim yang mempengaruhi produksi dan reproduksi ternak, karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi, dan keseimbangan tingkah laku ternak (Esm ay, 1982). Hasil penelitian Smith dan Mangkuwidjojo (1988), menjelaskan bahwa kambing memerlukan suhu optimum antara 18-30 0 C untuk menunjang produksinya, sedangkan untuk suhu rektal kambing pada kondisi normal adalah 38,5 40 0 C dengan rataan 39,4 0 C atau antara 38,5 39,7 0 C. Kambing akan berusaha menurunkan suhu tubuhnya melalui proses respirasi akibat suhu lingkungan yang tinggi (Yeates et al., 1975). Suhu dan kelembaban udara merupakan faktor yang penting dari iklim karena besar pengaruhnya terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ternak ( Mc Dowell et al., 1972). 2.5.2. Faktor Genetik 12

Faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam peternakan adalah tersedianya bibit, baik kualitas maupun kuantitas. Kualitas bibit ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, faktor genetik juga terkait dengan tingkat kelangsungan hidup. Faktor genetik dapat ditempuh dengan melakukan seleksi terarah dan berkelanjutan, perbaikan mutu bibit secara genetik ditentukan oleh variasi genetik dan struktur populasi induknya (Sarwono, 1990). Keanekaragaman genetik seringkali dihubungkan dengan tingkah laku reproduktif dari individu dalam suatu populasi, variasi genetik muncul karena individu memiliki variasi gen yang berbeda. Variasi genetik meningkat sewaktu keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang muncul selama reproduksi seksual. Gen dipertukarkan antara kromosom selama miosis, dan kombinasi baru diciptakan sewaktu kromosom dari kedua induk dikombinasikan untuk membentuk keturunan secara genetik (Yeates et al., 1975). 13

14