EVALUASI KEGIATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

I. Permasalahan yang Dihadapi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/2011

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PETA SOSIAL KOMUNITAS

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2010

Sejarah AusAID di Indonesia

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Strategi 3: Mencegah erosi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan banjir di wilayah pemukiman penduduk Mengurangi Dampak Erosi Daratan/Lahan Pertanian

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian...

ANALISIS KEGIATAN PANGLIMA LAÔT DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT NELAYAN

TENTANG KEPALA BADAN PELAKSANA,

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Oleh Prof Dr Abdullah Ali

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

penelitian 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Visi pembangunan nasional tahun sebagaimana dalam Undang-

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI KAJIAN Tempat dan Waktu Kajian Lokasi penelitian

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG DANA REBOISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I U M U M 1.1 Latar Belakang

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

-1- QANUN ACEH NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Transkripsi:

47 EVALUASI KEGIATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Pada kegiatan Praktek Lapangan II yang telah dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh Kecamatan Langsa Timur Pemerintah Kota Langsa, pengkaji telah mengevaluasi kegiatan proyek pengembangan masyarakat nelayan yang ada di Gampong Telaga Tujuh. Proyek ini dilaksanakan rangka pengentasan kemiskinan dengan pengembangan kegiatan kelompok usaha pengolahan Ikan (UPI) dan kegiatan usaha jual beli hasil tangkapan nelayan tradisional yang menggunakan perahu, motor tempel dan alat tangkap yang sederhana. Deskripsi Program Pengembangan Kelompok Usaha Pengolah Ikan (UPI) Pada saat penanggulang krisis ekonomi dengan menitik beratkan pada pembedayaan masyarakat sebagai pendekatan komunitas, merupakan wujud komitmen pemerintah dalam merealisasi kesejahteraan sosial bagi Masyarakat. Pengembangan sebagai sebuah konsep yang memberikan arti kemampuan atau menguatkan. Perlaksanaan pengembangan ini juga memberikan peluang bagi individu atau kelompok untuk melakukan perubahan dengan mengkomunikasikan berbagai kekurangan atau hambatan yang dirasakannya. Menurut Rappaport (1984) bahwa: Praktek yang berbasiskan, pengembangan adalah suatu pertolongan yang mengkomunikasikan kekuatan yang tangguh untuk merubah hal-hal yang terkandung dalam diri atau orang lain yang kita anggap penting serta masyarakat di sekitar kita. Proses Pengembangan dalam mengadakan perubahan tersebut lebih menekankan pada proses menstimulasi, mendorong agar individu atau kelompok tertentu mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan dalam hidupnya melalui dialog. Dalam hubungan ini, Pranarka dan Vidhyandika dalam Prijono dan Pranaka (1996) mengemukakan bahwa: Proses Pengembangan menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya melalui proses dialog. Pengembangan juga berarti menyediakan kesempatan kepada kelayan untuk mengakui nilai-nilai personal dan untuk pencapaian tujuan dirinya sendiri melalui upaya-upaya yang dilakukannya.

48 Pada pasca tsunami 26 Desember Tahun 2004 yang memporakporandakan di 17 kabupaten dari 21 kabupaten, Aceh dibanjiri oleh sekitar 500 Nongorverment Organization (NGO) Internaional, Nasional dan Regional. Namun kemudian secara perlahan, satu persatu Nongorverment Organization (NGO) tersebut mulai meninggalkan Aceh dengan alasan telah melewati masa tanggap darurat dan habisnya dana operasional. Tahun 2007 tersisa lebih kurang 291 Nongorverment Organization (NGO) yang terus bekerja hingga Tahun 2009, bersamaan dengan berakhirnya masa kerja badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) di Aceh dan Nias. Keberadaan Nongorverment Organizations (NGO) dari berbagai negara dengan beragam kegiatan tersebut, dikordinir Oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD-Nias. Salah satu program kegiatan Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD-Nias adalah pengembangan kegiatan kelompok usaha pengolahan Ikan (UPI) di daerah pesisir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pada kegiatan kelompok usaha pengolahan ikan (UPI), Pemerintah Kota Langsa mendapat alokasi kegiatan UPI dari Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) sebanyak 15 kelompok dengan anggaran sebesar Rp. 375.000.000,- Dalam kegiatan UPI ini, Gampong Telaga Tujuh mendapat alokasi untuk membuat kelompok usaha pengolahan ikan (UPI) sebanyak dua kelompok dengan anggaran Rp. 50.000.000,- Dalam mengelola dana Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD- Nias dibentuk usaha pelayanan pengembangan (UPP) pengolahan ikan di Kota Langsa, sesuai dengan juklak dari Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi NAD- Nias, dan SK usaha pelayanan pengembangan (UPP) pengolahan ikan yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Kelautan Pemerintah Kota Langsa. Dinas teknis merupakan perpanjangan tangan dari Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD-Nias dalam pembinaan kelompok tersebut. Usaha pelayanan pengembangan (UPP) pengolahan ikan di Kota Langsa terdiri dari dua UPP berikut ini: 1. Usaha pelayanan pengembangan (UPP) pengolahan ikan Kecamatan Langsa Timur, membina dan mengelola dana sebanyak delapan kelompok usaha pengolah ikan (UPI).

49 2. Usaha pelayanan pengembangan (UPP) pengolahan ikan Kecamatan Langsa Barat membina dan mengelola dana sebanyak tujuh kelompok usaha pengolah ikan (UPI). Pengembangan ekonomi lokal (local economic development) merupakan kerjasama seluruh komponen masyarakat di suatu daerah (lokal) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic growth) yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi (economic welfare) dan kualitas hidup (quelity of life) seluruh masyarakat. Pengembangan ekonomi lokal juga memberikan kesempatan kepada pemerintah lokal, swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta masyarakat/komunitas untuk bersama-sama proaktif berusaha untuk memperbaiki dan mengembangkan usahanya, sehingga mampu bersaing dengan pesaing yang lebih luas. Hal ini penting karena fokus dari pengembangan ekonomi lokal adalah upaya peningkatan daya saing, peningkatan pertumbuhan dan redistribusi pertumbuhan tersebut melalui pertumbuhan usaha penciptaan lapangan kerja. Sehubungan dengan hal tersebut pengembangan ekonomi lokal di Gampong Telaga Tujuh dilakukan melalui program Usaha Pengolah Ikan (UPI). Dalam usaha ekonomi produktif untuk nelayan digolongkan miskin, merupakan salah satu upaya dari pihak Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD-Nias agar dapat tumbuh kembali perekonomian dimasyarakat pesisir Aceh. Kelompok Usaha Pengolah Ikan (UPI) dapat dikatakan sebagai embrio pengembangan ekonomi lokal, apabila terus dikelola dengan baik dan dibina secara terus menerus oleh pihak terkait, terutama petugas pendamping dari Satker Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD-Nias dan usaha pelayanan pengembangan (UPP) pengolahan ikan Kecamatan Langsa Timur yang telah diberi tugas untuk melaksanakannya. Kegiatan ini sangat berkaitan dengan usaha ekonomi produktif, berkembangnya kelompok usaha itu diharapkan berdampak pada pendapatan rumah tangga nelayan sehingga taraf kesajahteraan nelayan meningkat. Pengembangan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan pekerjaan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Dalam penyelenggaraan kegiatan Usaha Pengolah

50 Ikan (UPI) telah melaksanakan azas-azas ekonomi lokal, karena Usaha Pengolah Ikan (UPI) menggunakan pendekatan pemberdayaan dan partisipatif untuk meningkatkan kemampuan sosial, dan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan agar mereka mampu mandiri di dalam mengelola kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai komunitas. Sebelum penyaluran dana dibentuk kelompok UPI yang beranggota 15 orang untuk setiap kelompok. Untuk Gampong Telaga Tujuh alokasi Kelompok Usaha Pengolahan Ikan (UPI) sebanyak dua kelompok dengan jumlah anggota 30 orang terdiri dari wanita nelayan. Mekanisme pembentukan kelompok Usaha Pengolahan Ikan (UPI) dilakukan melalui proses yang disepakati bersama antara BRR, Dinas teknis, dan Panglima Laôt. Adapun struktur organisasi Usaha Pelayanan Pengembangan (UPP) damai sejahtera dapat dilihat pada Gambar 7: Gambar 7. Sturuktur Organisasi Usaha Pelayanan Pengembangan (UPP) Damai Sejahtera Tingkat Kecamatan Langsa Timur Pembina Kepala dinas PKP3K Ketua Abdullah Dadeh Bendahara Jumidar Sekretaris Armia Jafar Seksi Pemasaran Abdullah Seksi Saprokan Ridwan Seksi Teknis Ismail Ali Seksi Kemitraan Yusnaidi M. Isa UPI Tenggiri Ketua ; Maimunah Sekretaris : Nursiah Bendahara : Nurainai UPI Bawal Putih Ketua ; Murni Sekretaris : nurma Bendahara : Hera UPI Bawal Hitam Ketua ; Sapiah Sekretaris : Rika Bendahara : Juariah UPI Jenaha Ketua ; Siti Hawa Sekretaris : Hapni Bendahara : Umi. S UPI Belanak Ketua ; Rismawati Sekretaris: Hasriah Bendahara : Kamariah UPI Cuale Ketua ; Anisah, R Sekretaris : Zubaidah Bendahara : Nurainai UPI Mening Ketua ; Asnilam Sekretaris:Salmi jelma Bendahara : Nuraini UPI Cirik Ketua ; Nuraini, M Sekretarisa: Aisah,S Bendahara : Suriati Sumber : Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Kelautan Pemerintah Kota Langsa Tahun 2007.

51 Keterangan : 1. Alokasi untuk yang diberikan untuk pembentukan Kelompok Usaha Pengolahan Ikan (UPI) di Gampong Telaga Tujuh yaitu : UPI Tenggiri dan UPI Bawal Putih. 2. Sedangkan untuk Kelompok Usaha Pengolahan Ikan (UPI) yang lain di alokasikan ke Gampong Sungai Pauh. Program kelompok Usaha Pengolahan Ikan (UPI) berupa Usaha Ekonomi Produktif pengolahan ikan (pada dasarnya) bersifat top down, karena mulai perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengambilan keputusan program dirumuskan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD-Nias, dan Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Kelautan Kota Langsa. Sedangkan Panglima Laôt dilibatkan pada saat pembentukan kelompok, dan pelaksanaan kegiatan. Dilihat dari klasifikasinya, kelompok Usaha Pengolahan Ikan (UPI) yang ada di Gampong Telaga Tujuh berada pada tahap tumbuh, karena pada bulan Mei Tahun 2007, menerima bantuan tahap terakhir. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada tahap pengembalian dana BRR NAD-Nias dalam Usaha Pengolahan Ikan (UPI) oleh kelompok penerima belum dikembalikan. Pengembalian dana Usaha Pengolahan Ikan UPI, menurut Juklak BRR NAD-Nias telah jatuh tempo tahap awal pada bulan Agustus 2007. Kegiatan program yang dilaksanakan oleh BRR NAD-Nias dalam Usaha Pengolahan Ikan (UPI) di Gampong Telaga Tujuh tidak berjalan. Menurut pengurus UPP Kecamatan Langsa Timur, program kegiatan yang di laksanakan tidak sesuai keinginan masyarakat nelayan karena secara top down bukan bottom up.

52 Deskripsi Kegiatan Panglima Laôt dalam Pengembangan Masyarakat Nelayan Hukum adat Laôt merupakan hukum yang hidup dan ditaati (The Living Law) oleh masyarakat Aceh khususnya dilinkungan bidang penangkapan ikan di laut. Sebagai hukum yang hidup dan berorentasi pada keadaan yang nyata pada masyarakat nelayan Gampong Telaga Tujuh, maka hukum adat Laôt sangat diperlukan oleh para nelayan dalam melakukan aktifitas menangkap ikan di laut. Hukôm adat laôt juga terkait masalah lain yang berhubungan dengan kepentingan-kepentingan para nelayan itu sendiri maupun masalah sosial lainnya. Hukom adat laôt tidak terlepas dari pengaruh ajaran Islam, umpamanya norma pantangan menangkap ikan pada hari Jum at. Kegiatan yang dilakukan oleh lembaga Panglima Laôt telah diatur secara rinci dalam Pasal 6 Perda no. 2 Tahun 1990. Menurut pasal tersebut fungsi lembaga adat yang didalamnya termasuk lembaga Panglima Laôt adalah: 1. Membantu pemerintah dalam mempelancarkan pelaksanaan pembangunan. 2. Melestarikan Hukum adat, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat. 3. Memberik kedudukan hukum menurut hukum adat terhadap hal-hal yang menyangkut keperdataan adat. 4. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan masyarakat. Suatu kegiatan lembaga Panglima Laôt untuk pengembangan masyarakat di Gampong Telaga Tujuh, yang dilaksanakan oleh Sekretaris Panglima Laôt adalah kegiatan, usaha pembelian ikan hasil tangkapan nelayan tradisional yang menggunakan perahu, motor tempel, alat tangkap yang sederhana. Dalam kegiatan pembelian hasil tangkapan oleh lembaga Panglima Laôt pada masyarakat nelayan tradisional berdampak sangat menguntungkan, karena tidak perlu membawa kepasar ikan (Kota Langsa) sehingga mengurangi biaya transportasi. Kegiatan jual beli hasil perikanan, khususnya hasil nelayan tangkap oleh Sekretaris Panglima Laôt di Gampong Telaga Tujuh di mulai pada Tahun 2005. Modal/sumber pembiayaan berasal dari donatur lokal untuk membeli hasil tangkapan ikan nelayan tradisional. Bantuan/donator luar untuk kegiatan jual beli

53 hasil tangkapan nelayan tradisional yang dilakukan oleh lembaga Panglima Laôt belum ada. Menurut Sekretaris Panglima Laôt sumber dana untuk Kegiatan jual beli hasil tangkapan nelayan tradisional ada donator luar yang bersedia memijamkan dengan bunga rendah, tetapi dengan persyaratan ikan yang dibeli oleh Sekretaris Panglima Laôt dijual kepada donatur tersebut. Hal ini, menurut Sekretaris Panglima Laôt mengikat dirinya secara tidak lansung karena ikan yang dibeli pada nelayan yang menggunakan perahu dan alat tangkap tradisional harus dijual kepada donatur tersebut, sebab harga pembelian ikan dari Sekretaris Panglima Laôt dapat dimainkan. Keadaan ini dapat mengakibatkan terhadap keuntungan dari hasil pembelian ikan dari nelayan tradisional sangat tidak memadai. Selanjutnya hal ini akan berdampak terhadap harga pembelian ikan hasil tangkapan nelayan tradisional menjadi murah oleh Sekretaris Panglima Laôt. Panglima Laôt sebagai pemimpin masyarakat nelayan Aceh, sangat besar pengaruhnya. Namun yang menjadi persoalan adalah kebijakan yang ditempuh oleh pengambil kebijakan (Pemerintah) dalam usaha meningkatkan taraf hidup nelayan cenderung mengabaikan aspek kultural setempat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mubyarto (1993) sebagai usaha untuk mengenali potensi yang dimiliki dan sekaligus permasalahan yang dihadapi, untuk kemudian dipecahkan berdasarkan menurut potensi yang dimilikinya Kemudian lanjutan pembinaan masyarakat harus menggunakan cara yang tepat yaitu in situ development, yakni suatu pendekatan pembangunan yang secara fisik dilakukan di lokasi masyarakat setempat tinggal dan berpijak pada kultur yang ada (Mubyarto, 1993). Pendekatan yang dilakukan oleh Panglima Laôt tidak menjadi sulit. Panglima Laôt dipilih oleh masyarakat nelayan dan Panglima Laôt adalah sosok pemimpin yang karismatik, nelayan merasa menyatu, tunduk dan patuh kepadanya. Dalam kegiatan yag berhubungan dengan nelayan, apabila Panglima Laôt tidak di ikut sertakan ini akan membawa pengaruh negatif Berkaitan dengan itu Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) melalui lembaga Panglima Laôt Kecamatan Langsa Timur ini sangat penting karena

54 peran dari lembaga Panglima Laôt yang banyak mengetahui secara mendetail keadaan daerah pesisir Aceh, baik tentang potensi daerahnya, masyarakat, pranata adat dan lainnya. Kegiatan yang dilakukan oleh Sekretaris Panglima Laôt yaitu membeli hasil perikanan tangkap pada nelayan tradisional sangat tepat sasarannya karena dapat membantu menumbuhkan perekonomian masyarakat pesisir khusus masyarakat Gampong Telaga Tujuh. Keberhasilan pengembangan ekonomi lokal melalui Kegiatan jual beli hasil tangkapan ikan nelayan tradisional oleh lembaga Panglima Laôt tampak masih belum dapat dirasakan oleh semua warga masyarakat/komunitas Gampong Telaga Tujuh, sebab kendalanya adalah kurangnya modal untuk kegiatan yang dilakukan oleh Sekretaris Panglima Laôt. Sebagian nelayan tradisional menjual hasil tangkapan ke muge ikan (Pedagang keliling) atau ke toke bangku (pedagang perantara).