I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

dokumen-dokumen yang mirip
PELAYANAN PUBLIK SEBAGAI PINTU MASUK DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE. Oleh : Alwi Hashim Batubara

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA KANTOR KECAMATAN KARANG PILANG SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, sebagaimana pula termuat dalam pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara

EVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN:

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pengelolaan organisasi sektor publik (khususnya organisasi pemerintahan)

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.

Perlunya Sebuah Keterbukaan dalam Pelayanan Publik melalui Pembuatan SOP (Standar Operasional Prosedur)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik (good governance). Menurut Thoha dalam Jurnal Pendayagunaan Aparatur

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/26/M.PAN/2/2004 TENTANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

Kebutuhan Pelayanan Publik

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

Good Governance. Etika Bisnis

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

ANALISIS SISTEM PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR BALAI DESA PELEM KECAMATAN KERTOSONO

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Republik Indonesia memberikan perlindungan, pengakuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

PENGARUH KONTRAK PELAYANAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN LEMBAGA BIROKRASI PUBLIK PADA KANTOR DESA

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan publik. Penerima Layanan Publik adalah. hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, negara sebagai penjamin kehidupan masyarakat harus mampu menyelenggarakan pendidikan agar taraf hidup masyarakatnya semakin baik. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa setiap warga negara berusia 7 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Sedangkan pasal 34 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, dalam ayat 3 juga disebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Untuk mewujudkan amanah Undang-Undang tersebut maka pemerintah wajib menyelenggarakan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar yaitu di SD dan SMP serta satuan pendidikan lain yang sederajat.

2 Hak setiap warga negara Indonesia untuk mendapat pelayanan pendidikan dijamin UUD 1945. Sebagai resiprokasi juridis-nya hak ini mewajibkan pemerintah sebagai penyelenggara negara untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat sebagai kumpulan warga negara. Pasal 31 UUD secara eksplisit menyatakan: (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, serta (2) Pemerintah meng usahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Sampai saat ini pelayanan pendidikan di Indonesia dihadapkan pilihan yang dilematis oleh karena adanya "tarik menarik" kepentingan di satu pihak ialah kepentingan peningkatan kualitas untuk memperkuat daya kompetisi bangsa, di lain pihak kepentingan kuantitas untuk memberikan hak pelayanan pendidikan kepada warga negara. Guna mengahadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, aparatur negara sebagai pelayan masyarakat yang memberikan pelayanan sebaik-baiknya menuju good governence. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat yang dilakukan secara transparan dan akuntabilitas. Berangkat dari fakta sementara, saat ini konsep desentralisasi dan otonomi daerah diartikulasikan oleh daerah untuk hanya terfokus pada usaha menata dan mempercepat pembangunan di wilayahnya masing-masing. Penerjemahan seperti ini ternyata belum cukup efisien dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

3 Berdasarkan konteks negara modern, pelayanan publik telah menjadi lembaga dan profesi yang semakin penting. Pelayanan Publik tidak lagi merupakan aktivitas sambilan, tanpa payung hukum, gaji dan jaminan sosial yang memadai, sebagaimana terjadi di banyak negara berkembang pada masa lalu. Sebagai sebuah lembaga, pelayanan publik menjamin keberlangsungan administrasi negara yang melibatkan pengembangan kebijakan pelayanan dan pengelolaan sumber daya yang berasal dari dan untuk kepentingan publik. Sebagai profesi, pelayanan publik berpijak pada prinsip-prinsip profesionalisme dan etika seperti akuntabilitas, efektifitas, efisiensi, integritas, netralitas, dan keadilan bagi semua penerima pelayanan. Berdasarkan Alinea ke 4 (empat) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen mengamanatkan bahwa salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini mencerdaskan kehidupan bangsa harus diartikan secara mendalam dan menyeluruh. Artinya bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya dijadikan sebuah alat untuk menaikkan derajat sosial ekonomi saja, namun harus dapat menjadikan manusia sebagai manusia seutuhnya. Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan tidak optimal maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan. Oleh sebab itu perlu ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu diformulasikan standar pelayanan pada masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah.

4 Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami secara berbeda tergantung pada konteksnya. Dalam konteks pemberantasan Korupsi Kolusi Nipotisme (KKN), good governance sering diartikan sebagai pemerintahan yang bersih dari praktik KKN. Sebagian kalangan ada yang mengartikan good governance sebagai penerjemahan kongkrit dari demokrasi dengan meniscayakan adanya budaya sipil (civil culture)sebagai penopang kelangsungan (sustainability) demokrasi itu sendiri. Pada umumnya good governance diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik, Koirudin (2005: 160). Good governance, sebenarnya sudah lama menjadi mimpi banyak orang Indonesia. Kendati pemahaman mereka mengenai good governance berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik. Dengan demikian, kualitas pelayanan publik akan menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah dan pemerintah semakin peduli dengan kepentingan warga. Subarsono (2005: 34) mendefenisikan pelayanan publik sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Berdasarkan hasil penelitian Ulbert Silalahi (Utomo, 2003: 62) atas pelayanan publik sebelum reformasi diperoleh data bahwa tingkat kepuasan layanan aparatur negara yang diberikan kepada masyarakat menunjukkan presentase rata-rata 33.7% yang dikategorikan rendah. Wujud atau bentuk pelayanan publik tersebut yang merupakan sins of service (dosa pelayanan) dari sikap pelayanan aparatur

5 negara dapat berbagai bentuk dan wujud antara lain apatis, menolak berurusan, bersikap dingin, memandang rendah, bekerja mekanis, ketat pada prosedur dan sering mempingpong masyarakat. Secara teoritik, Birokrasi Pemerintahan memiliki tiga fungsi utama, yaitu; fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum (LAN, 2007). a. Fungsi pelayanan, berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yangberhubungan langsung dengan masyarakat. Fungsi utamanya, memberikan pelayanan (service) langsung kepada masyarakat. b. Fungsi pembangunan, berhubungan dengan unit oganisasi pemerintahan yang menjalankan salah satu bidang tugas tertentu disektor pembangunan. Fungsi pokoknya adalah development function (fungsi pembangunan) dan ada ptivefunction (fungsi adaptasi). c. Fungsi pemerintahan umum, berhubungan dengan rangkaian kegiatan organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum (regulasi), temasuk di dalamnya menciptakan dan memelihara ketentraman dan ketertiban. Fungsinya lebih dekat pada fungsi pengaturan (regulation function). Persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan pemerintah umumnya kinerjanya masih belum seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari banyaknya pengaduan atau keluhan dari masyarakat kepada Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) seperti menyangkut prosedur d an mekanisme kerja pelayanan yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang

6 informatif, kurang akomodatif, kurang konsisten, terbatasnya fasilitas, sarana dan prasarana pelayanan, sehingga tidak menjamin kepastian (hukum, waktu, dan biaya) serta masih banyak dijumpai praktek pungutan liar serta tindakan-tindakan yang berindikasi penyimpangan dan KKN. Buruknya kinerja pelayanan publik ini antara lain dikarenakan belum dilaksanakannya transparansi dan akuntabilitas (prinsip good governance) dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Oleh karena itu, pelayanan publik harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel oleh setiap unit pelayanan instansi pemerintah karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Persoalannya, isu ini tidak mewarnai proses pelaksanaan desentralisasi pendidikan di Tanah Air. Faktanya, pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan lebih disibukkan dengan kualifikasi dan sertifikasi guru, komite sekolah yang mandul, dana BOS yang diselewengkan, dan ujian nasional (UN) yang kontroversial. Pada hal, persoalanpersoalan ini sebetulnya menjadi lebih mudah ditangani ketika desentralisasi pendidikan itu mengoptimalkan kerangka kelembagan governance yang memungkinkan warga negara melibatkan diri dan menyuarakan hak-hak asasi untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik (Hadiyanto, 2004: 63). Mengacu pada fungsi pelayanan, Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai salah satu pemerintah daerah di Indonesia wajib untuk memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat Bandar Lampung. Pelayanan publik yang

7 diberikan Pemerintah Kota Bandar Lampung harus secara menyeluruh pada struktur pemerintahan baik di dinas, badan, maupun kantor. Seiring dengan muatan kewenangan yang dikandung oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka kebijakan pembangunan Kota Bandar Lampung salah satunya diarahkan pada sektor pendidikan. Berdasarkan bidang pendidikan, implementasi pelayanan pemerintah Kota Bandar Lampung masih dihadapkan pada situasi problematik yang amat serius. Di satu pihak ada keinginan yang sangat kuat untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia terdidik dan terampil, tetapi di lain pihak daya dukung institusi pendidikan ke arah itu ternyata tidak cukup kuat. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Bandar Lampung, pelaksanaan pendidikan wajib belajar di Bandar Lampung tingkat SD Angka Partisipasi Kasar (APK) SD di Bandar Lampung Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 adalah : Tabel 1 Angka Partisipasi Kasar (APK) 2010-2014 SD di Bandar Lampung Tahun Angka Partisipasi Kasar % (APK) 2010 12.561 2.51 % 2011 23.279 4,65 % 2012 22.430 4,48 % 2013 25.673 5,13 % 2014 27.246 5,44 % Jumlah 111.189 22,21 % Sumber : Data Disdik Bandar Lampung, 2014

8 Dengan melihat data tabel 1 di atas maka dapat di uraikan bahwa selalu ada kenaikan Angka Partisipasi Kasar (APK) disetiap tahunnya. Kenaikan terbesar pada tahun 2011 dan tahun 2013 yang masing-masing besaran kenaikannya 23.279 (4,65 %) dan 25,673 (5,13 %). Dengan demikian jumlah keseluruhan data selama 5 (lima) tahun dari tahun 2010 2014 adalah 111.189 (22,21 %) Tabel 2 Angka Putus Sekolah (APS) 2010-2014 SD di Bandar Lampung Tahun Angka Putus Sekolah (APS) % 2010 14.431 2.88 % 2011 10.642 2.12 % 2012 13.123 2.62 % 2013 12.303 2.46 % 2014 13.514 2.70 % Jumlah 73.903 12.78 % Sumber : Data Disdik Bandar Lampung, 2014 Dengan melihat data tabel 2 di atas maka dapat di uraikan bahwa selalu ada kenaikan Angka Putus Sekolah (APS) disetiap tahunnya. Kenaikan terbesar pada tahun 2010 besaran kenaikannya 14.431 (2,88 %). Dengan demikian jumlah keseluruhan data Angka Putus Sekolah (APS) selama 5 (lima) tahun dari tahun 2010 2014 adalah 73.903 (12,78 %). Dari anak usia sekolah di Bandar Lampung 7 hingga 13 tahun yang mencapai 77.585 anak. Sedangkan untuk peringkat pendidikan di Provinsi Lampung sendiri peraih nilai UN tertinggi yakni Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Barat dan Kota Metro (Disdik 2014). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan secara nasional cukup tinggi sedangkan pada tingkat Provinsi Lampung Kota Bandar Lampung tingkat pendidikannya tinggi di banding daerah kabupaten lain di Provinsi

9 Lampung. Pelayanan publik haruslah menjadi perhatian pemerintah. Isu tata kelola ( governance) dan hak melekat (inherent) dalam konsep desentralisasi pendidikan. Pentingnya isu tata kelola dan hak disebabkan karena desentralisasi pendidikan mensyaratkan partisipasi politik aktif warga negara, didesain melibatkan multipihak, baik secara personal maupun kelembagaan, dan bersentuhan langsung dengan hak dasar manusia untuk memperoleh pendidikan. Berdasarkan hasil uraian latar belakang masalah di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul Analisis Pelayanan Publik Sektor Pendidikan di Kota Bandar Lampung (Studi Kasus Pada Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SD Negeri 2 Labuhan Ratu dan SD Negeri 3 Gunung Terang) sebagai karya ilmiah. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagimana pelayanan publik sektor pendidikan di Kota Bandar Lampung? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mendapatkan kondisi pelayanan publik sektor pendidikan di Kota Bandar Lampung.

10 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1). Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu Administrasi Negara pada umumnya, khususnya tentang sektor pelayanan publik. 2). Memberi masukan kepada pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik khususnya pelayanan publik disektor pendidikan. 3). Sebagai tambahan informasi atau referensi bagi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik disektor pendidikan.