BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. samping menjadi fokus kebijakan pemerintah juga karena meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006, hlm Lia Vendiagrys, dkk, Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Soal

BAB I PENDAHULUAN. dengan Tuhannya. Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia diatur dalam undang-undang termasuk pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2009), hlm Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 29

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, Semarang, 2005, hlm. 1 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia handal dan mampu berkompetensi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang dilakukan pada kegiatan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 6.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. diterangkan, simbol-simbol dan titik tolak berpikir yang tak dibuktikan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan/mendorong/mengantarkan siswa ke arah aktivitas belajar. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semarang, 2008, hlm Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Kansius, Yogyakarta, 2007, hlm. 9.

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya lebih memperhatikan komponen-komponen pengajaran seperti. sarana dan prasarana pengajaran serta evaluasi pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ali Muhdi Amnur (ed.), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam pengembangan kemampuan berfikir kreatif, kritis, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. 1. sangat penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal. 1 Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 mengenai guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 20 poin (a) tentang kewajiban Guru dinyatakan bahwa Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu juga ditekankan bahwa seorang pendidik harus kreatif dan terampil dalam melaksanakan proses pendidikan yang dapat membuat peserta didik interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah penyelenggaraan sistem pendidikan yang pada umumnya lebih mengarah pada model pembelajaran yang yang dilakukan secara massal dan klasikal, dengan berorientasi pada kuantitas agar mampu melayani sebanyak-banyaknya peserta didik sehingga tidak dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik serta individual di luar kelompok. 2 Selama ini dalam 1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 5. 2 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15. 1

2 proses kegiatan pembelajaran terkesan masih banyak yang mengikuti metode lama misal metode ceramah yaitu posisi guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek, peserta didik hanya menerima atau mentransfer keilmuan belaka, peserta didik dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai pengetahuan apa-apa kemudian dimasuki dengan informasi supaya mereka tahu, padahal belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi kedalam benak peserta didik. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja peserta didik sendiri selama ini, metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama seperti ceramah, menghafal, dan demonstrasi yang nampak kering, cara-cara seperti itu diakui atau tidak membuat peserta didik tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar. 3 Adapun untuk mengatasi kejenuhan-kejenuhan itu seorang pendidik perlu memotivasi anak didik untuk membuat strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak didik, sehingga peserta didik akan semangat dalam belajar dan akan merasa senang tujuan dalam pembelajaran akan tercapai dan pendidik akan merasa puas dengan yang hasil mereka terapkan, menjadi guru kreatif dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif, hal ini sangat penting sekali terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. 4 Untuk mencapai itu semua, diperlukan paradigma baru oleh seorang guru dalam proses pembelajaran dari yang semula pembelajaran yang berpusat pada guru menuju pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada peserta didik. 5 Dalam model pembelajaran inovatif, peserta didik dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan sebagai objek. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi pada peserta didik. Guru memfasilitasi peserta 3 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm. 3. 4 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005, hlm. 95. 5 Aris Shoimin, Op. Cit, hlm. 16.

3 didik untuk belajar sehingga mereka lebih leluasa untuk belajar. Dalam pembelajaran inovatif, metode yang digunakan bukan lagi bersifat monoton seperti metode ekspositosi atau metode caramah, melainkan metode yang bersifat fleksibel dan dinamis sehingga dapat memenuhi kebutuhan peserta didik keseluruhan. 6 Model pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran inovatif, misalnya model pembelajaran problem based learning. Model pembelajaran problem based learning adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Finkle dan Torp menyatakan bahwa model pembelajaran problem based learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Dari definisi diatas mengandung arti bahwa problem based learning merupakan suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari. 7 Secara luas, pemecahan masalah adalah upaya yang dilakukan peserta didik untuk mencari dan menetapkan alternatif kegiatan dalam menjembatani suatu keadaan pada saat ini dengan kesadaran yang diinginkan. Pemecahan masalah merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan peserta didik dihadapkan dengan kondisi masalah. Dari masalah yang sederhana menuju masalah yang sulit. 8 Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah menggunakan strategi yang disandarkan pada situasi yang nyata, memberikan sumber-sumber, menunjukkan atau memandu dan memberikan petunjuk kepada peserta didik. 6 Ibid, hlm. 18. 7 Ibid, hlm. 130. 8 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 80.

4 Guru harus memiliki kreatifitas yang dapat menerapkan teknik dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran inovatif, sehingga dari hasil proses pembelajaran tersebut dapat berjalan secara maksimal. Terlebih pada mata pelajaran fiqih biasanya guru lebih cenderung menggunakan metode pembelajaran ceramah karena tujuan pembelajarannya cenderung ke ranah kognitif, dan banyak guru yang menganggap bahwa pengetahuan peserta didik dapat terpenuhi dengan cara ceramah saja. Fiqih adalah salah satu mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mngetahui, memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tata cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan pribadi maupun sosial. 9 Mata pelajaran fiqih merupakan suatu ilmu untuk mengetahui hukumhukum dalam agama Islam dengan menggunakan dalil-dalil terperinci yang bersumber dari Al-Qur an dan Hadits. 10 Bahan pelajaran fiqih yaitu yang mengandung problematika dan khilafah para ulama serta topik lain yang justru mengandung problem bagi peserta didik untuk kemudiaan dipecahkan dengan tujuan agar anak-anak terlatih ketika menghadapi berbagai masalah. Dengan demikian peserta didik akan tertarik dan terfokus dalam memecahkan masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pada observasi awal, peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran fiqih di MTs N Grobogan. Dalam wawancara tersebut diketahui bahwa di MTs N Wirosari masih ditemui guru mata pelajaran fiqih kelas VIII yang cara mengajarnya menggunakan metode ceramah dan metode demonstrasi saja. Padahal guru dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam mengajarnya agar peserta didik tidak bosan dalam proses belajarmengajar, terutama pada mata pelajaran fiqih, karena pada mata pelajaran fiqih akan selalu ada masalah-masalah baru yang bisa dibahas dan harus dipecahkan. Misalnya dengan menggunakan model pembelajaran problem 9 Departemen RI, Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2013, hlm, 48. 10 Rahmat Syafe i, Ilmu Ushul Fiqih Untuk UIN, STAIN, PTAIS, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 19.

5 based learning yang menuntut peserta didik untuk aktif dalam mencari informasi guna memecahkan permasalahan yang ada. 11 Masih terdapat guru di MTs N Wirosari yang cara mengajarnya masih menggunakan metode ceramah dan demonstrasi saja sehingga peserta didik menjadi tidak aktif, bahkan peserta didik seringkali merasa bosan dan mengakibatkan tujuan dari pembelajaran tersebut tidak tercapai. Ada juga beberapa guru kelas VIII yang mengajar dengan menggunakan metode problem solving, metode yang hampir serupa dengan model pembelajaran PBL, yang peneliti sebut dengan embrio problem based learning. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut mampu memberikan informasi atau pengetahuan baru bagi peserta didik. Apalagi dalam mata pelajaran fiqih materi yang dibahas sangat dekat dengan kehiduoan sehari-hari. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian terkait model pembelajaran problem based learning yang memberikan rangsanganrangsangan terhadap peserta didik dalam melakukan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif, dan membuat peserta didik lebih tertarik pada pelajaran fiqih. Model pembelajaran problem based learning dapat membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang telah dihadapinya baik itu masalah pada mata pelajaran fiqih maupun masalah yang dihadapi sehari-hari. Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, seorang guru hendaknya mampu memilih metode atau model pembelajaran yang tepat dan juga menarik bagi peserta didik. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul: Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan dalam Memecahkan Masalah Peserta didik pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII di MTs N Wirosari Grobogan Tahun Ajaran 2016/2017. (Studi Eksperimen) 11 Hasil wawancara dengan Kumaidi, guru MTs N Wirosari pada senin 18 Januari 2016, pukul 09:40 WIB.

6 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pencapaian kemampuan dalam memecahkan masalah peserta didik yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning di kelas VIII di MTs N Wirosari Grobogan tahun ajaran 2016/2017? 2. Bagaimana pencapaian kemampuan dalam memecahkan masalah peserta didik yang menggunakan model pembelajaran problem based learning di kelas VIII di MTs N Wirosari Grobogan tahun ajaran 2016/2017? 3. Seberapa efektifkah model pembelajaran problem based learning terhadap peningkatan kemampuan dalam memecahkan masalah peserta didik pada mata pelajaran Fiqih kelas VIII di MTs N Wirosari Grobogan tahun ajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pencapaian kemampuan dalam memecahkan masalah peserta didik yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning di kelas VIII di MTs N Wirosari Grobogan tahun ajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui pencapaian kemampuan dalam memecahkan masalah peserta didik yang menggunakan model pembelajaran problem based learning di kelas VIII di MTs N Wirosari Grobogan tahun ajaran 2016/2017. 3. Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran problem based learning terhadap peningkatan kemampuan dalam memecahkan masalah peserta didik kelas eksperimen sebelum dan sesudah traetmen pada mata pelajaran fiqih kelas VIII di MTs N Wirosari Grobogan tahun ajaran 2016/2017.

7 D. Manfaat Penelitian Kegunaan hasil penelitian ini sekurang-kurangnya diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Sebagai pembuktian jika penggunaan model pembelajaran problem based learning dengan baik maka akan mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang baik pula. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini akan membawa manfaat praktis bagi pengguna pendidikan, yaitu : a. Bagi madrasah Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi lembaga pendidikan dimana tempat penelitian ini berlangsung, mengenai model pembelajaran problem based learning terhadap peningkatan kemampuan dalam memecahkan masalah peserta didik pada mata pelajaran fiqih kelas VIII di MTs N Wirosari Grobogan Tahun Ajaran 2016/2017. b. Bagi guru fiqih Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pendidik dan dapat menjadi alternatif variasi mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah peserta didik pada mata pelajaran fiqih kelas VIII dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning di MTs N Wirosari Grobogan Tahun Ajaran 2016/2017. c. Bagi peserta didik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning di MTs N Wirosari Gobogan Tahun Ajaran 2016/2017.