PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN Endah Purwaningsih 1), Ana Puji Lestari 2) Abstrak : Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 didapatkan sekitar 41 % bayi umur kurang dari 6 bulan selain diberi ASI juga sudah mendapatkan makan dan minum pendamping ASI. Perkembangan otak merupakan peristiwa sangat kompleks yang dipengaruhi faktor gizi, genetik atau bawaan dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan perkembangan motorik bayi usia 0-6 bulan pada bayi yang diberi ASI dengan bayi yang diberi PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten. Subjek penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI di desa Glagah Jatinom Klaten. Metode penelitian ini dilakukan secara observasional analitik pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 0-6 bulan di Desa Glagah Jatinom, Klaten pada bulan April 2008. Analisa data dengan uji T-test. Hasil penelitian didapatkan bayi yang diberi ASI sebanyak 15 orang (50%) dan bayi yang diberi PASI sebanyak 15 orang (50%) di Desa Glagah Jatinom Klaten. Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna antara perkembangan psikomotorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten, yaitu perkembangan motorik bayi yang diberi ASI lebih baik dari pada yang diberi PASI. Kata Kunci : Perkembangan Psikomotorik, ASI eksklusif dan Pendamping ASI
2 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10 PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007) dengan harapan pada tahun 2010, di Banten sendiri Angka Kematian Bayi adalah 550/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Profil Dinkes Klaten, 2006). Di Indonesia angka prevalensi gizi kurang pada anak usia 0-58 bulan masih cukup tinggi yaitu 28,3 % sedangkan untuk usia 0-12 bulan sekitar 8 % (Suryati, 2008). Hambatan pertumbuhan sudah terjadi sejak awal kehidupan yaitu sejak umur 4-6 bulan dan paling sering dijumpai setelah bayi berumur 6 bulan sampai 12 bulan (Sunawang, 2002). Analisis antropometri data Susenas 1989-1999, menunjukkan terjadinya hambatan pertumbuhan mulai bayi sampai menginjak usia 4-6 bulan, baik di wilayah pedesaaan maupun perkotaan. Gambaran ini menunjukkan telah terjadi ketidakcukupan asupan zat gizi pada usia bayi dan balita. Dampak akibat kurang gizi antara lain adalah terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi (Azwar, 2002). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 didapatkan sekitar 41 % bayi umur kurang dari 6 bulan selain diberi ASI juga sudah mendapatkan makan dan minum pendamping ASI (Depkes RI, 2003). Sementara sebuah hasil SDKI tahun 2000 menunjukan 52 % dari sekitar 4 juta ibu yang melahirkan, memberikan ASI secara eksklusif pada usia bayi umur 0-6 bulan (Roesli, 2005). Dalam upaya pembangunan sumber daya manusia masa depan, anak paling rentan terhadap berbagai gangguan tumbuh kembang. Dibandingkan usia dewasa anak mempunyai resiko kematian dan kesakitan yang lebih tinggi. Apalagi di negara berkembang termasuk Indonesia, berbagai penyakit infeksi dan gangguan gizi mengancam kelangsungan dan tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2008). Perkembangan otak merupakan peristiwa sangat kompleks yang dipengaruhi faktor gizi, genetik atau bawaan dan faktor lingkungan. Pertumbuhan ini berlangsung sejak janin berada dalam kandungan dan pada masa setelah lahir. Untuk mendapatkan anak yang berkualitas baik di kemudian hari, orang tua, khususnya ibu, harus mempersiapkan
Endah Purwaningsih, Ana Puji Lestari, Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi 3 diri sebaik-baiknya. Persiapan itu mencakup sejak perencanaan kehamilan, asupan gizi saat hamil, bersalin, kemudian perawatan dan stimulasi anak setelah dilahirkan. "Bayi yang dilahirkan tanpa pemberian gizi yang cukup selama di dalam kandungan bisa mengakibatkan tingkat kecerdasannya bermasalah (Rahmawat, 2007). Menurut Soetjiningsih (2002), pengalaman telah menunjukan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya makanan ASI sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. Disegi lain promosi yang tidak terkendali dari PASI (Pengganti Air Susu Ibu : Susu Botol : Susu Formula) akan mengubah kesepakatan untuk menyusui sendiri bayinya serta menghambat terlaksananya proses laktasi. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 Desember 2008 terdapat data di desa Glagah terdapat 5 desa Glagah terdapat 9 dukuh, khususnya di dukuh Jeruk Manis dan Karang Turi pada bulan Nopember 2008 ditemukan data 40 bayi yang berusia 0-12 bulan. Bayi dengan usia 0-6 bulan sebanyak 30 diantara yang diberi ASI eksklusif 15 bayi dan PASI sebanyak 15 bayi. Disamping itu menurut hasil wawancara didapatkan dari 15 bayi yang diberi ASI mempunyai pertumbuhan motorik yang baik sebanyak 8 bayi dan yang mempunyai pertumbuhan motorik kurang sebanyak 7 bayi. Bayi yang mendapatkan PASI mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik sebanyak 6 bayi dan yang mempunyai motorik baik sebanyak 9 bayi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi Usia 0-6 Bulan pada Bayi yang Diberi ASI dengan Bayi yang Diberi PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan secara observasional analitik yaitu penelitian dengan melakukan pengamatan secara tidak langsung serta menganalisis 2 variabel yaitu, variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2005). Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu mencari hubungan 2 variabel dalam 1 waktu (Notoatmodjo, 2005).
4 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10 Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu: Variabel Bebas dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pemberian ASI dan PASI dan variabel terikat dalam perkembangan motorik bayi usia 0-6 bulan. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan di Desa Glagah Jatinom, Klaten pada bulan April 2009 sebanyak 30 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel diambil dari keseluruhan populasi tersebut yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Desa Glagah Jatinom Klaten. Sedangkan teknik pengambilan sampel (sampling) adalah sampling jenuh, yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil seperti bila sampelnya kurang dari 30 maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Analisis Univariate yaitu analisis terhadap satu variabel (Notoamtodjo, 2006). Pada umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable yaitu pemberian ASI dan PASI, serta perkembangan motorik anak. Analisis Bivariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoamtodjo, 2006). Dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian statistik, dengan T-Test dengan p = 0,05 atau α = 95 %. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Bayi Umur Frekuensi Prosentase 0-1 bulan 1-2 bulan 2-3 bulan 3-4 bulan 4-5 bulan 5-6 bulan 5 5 5 3 5 7 16,7 16,7 16,7 10 16,7 23,3 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009
Endah Purwaningsih, Ana Puji Lestari, Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi 5 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada kelompok umur bayi yang terbesar adalah data kelompok umur 0-3 bulan sebanyak 17 responden (56,7%) dan yang terkecil adalah kelompok umur lebih dari 3 sampai dengan 6 bulan sebanyak 13 responden (43,3%). Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Frekuensi Prosentase kelamin Perempuan 14 46,7 Laki-laki 16 53,3 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui data kelompok jenis kelamin yang terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 16 responden (53,3%) dan yang terkecil adalah kelompok perempuan yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI dan PASI Pemberian ASI dan PASI Frekuensi Prosentase ASI PASI 15 15 50 50 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada kelompok yang diberi ASI sebanyak 15 orang (50%) dan PASI sebanyak 15 orang (50%). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perkembangan Psikomotorik Perkembangan Motorik se Prosenta- Frekuensi Baik Cukup Kurang 13 17 0 43,3 56,7 0 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada perkembangan psikomotorik yang terkecil adalah baik yaitu sebanyak 13 responden (43,3%) dan yang terbanyak tidak baik yaitu sebanyak 17 responden (56,7%).
6 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10 Tabel 4.6. Hasil Uji Perbedaan perkembangan psikomotorik antara yang diberi ASI dan PASI Psiko motorik Baik Cukup Kurang Pemberian IC 95% Total ASI PASI t p Mean Atas Bawah n % n % n % 7 46,7 6 40 13 43,3-8,14 0,00 1,63-2,04-1,22 8 53,3 9 60 17 56,7 0 0 0 0 0 0 Jumlah 15 100 15 100 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.7 dapat masa pada umur 0-12 bulan. diketahui bahwa ada perbedaan Berdasarkan berat badan lahir sebagian perkembangan psikomotorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI dengan ditunjukkan pada t = -8,15 dan besar adalah > 2500 gram sebanyak 27 orang (90%), hal ini dikarenakan pada saat ini sebagian besar bayi lahir p = 0,00 (p < 0,05) dengan mean dengan berat badan lahir normal. = 1,63 CI 95% (-2,04 1,22). Jadi dengan demikian hipotesis diterima. Hal ini berarti bayi yang diberi ASI Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (53,3%). eksklusif mempunyai kemungkinan Berdasarkan hasil penelitian perkembangan psikomotorik baik responden yang diberi ASI sebanyak sebesar 1,63 kali dibandingkan dengan yang diberi PASI. 15 orang (50%) dan responden yang diberi PASI sebanyak 15 orang (50%). Berdasarkan hasil penelitian ASI Eksklusif adalah bayi yang diberi sebagian besar umur responden adalah 0-3 bulan, yaitu sebanyak 17 orang (56,7%), hal ini disebabkan pada umur tersebut bayi masih diberikan ASI ASI saja tanpa cairan lain seperti susu formula, madu, air atau makanan padat seperti pisang, bubur, susu, biskuit, dan lain-lain selama 6 bulan sejak lahir, secara eksklusif dan belum dapat diberi karena bayi yang sehat tidak makanan pendamping ASI. Menurut Tanuwijaya (2002), masa bayi adalah memerlukan makanan tambahan selain ASI sampai 6 bulan setelah itu baru
Endah Purwaningsih, Ana Puji Lestari, Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi 7 diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI tetap diberikan hingga umur 2 tahun (Roesli, 2005). Kandungan zat gizi MP ASI tergantung komponen atau kombinasi material penyusunnya. Pemberian MP ASI telah banyak terlihat dalam praktek di masyarakat seperti pemberian makanan prelakteal (makanan sebelum ASI keluar), pemberian MP ASI terlalu dini, dan kandungan gizi yang tidak adekuat, penundaan pemberian ASI setelah bayi lahir dan pembuangan kolostrum yang justru sangat dibutuhkan oleh bayi. Pemberian MP-ASI pada bayi dipengaruhi oleh pengetahuan ibu dan pendidikan ibu. Sedangkan dampak pemberian MP-ASI adalah Krisnatuti dan Yenrina (2002), menambahkan bahwa seorang bayi dibawah umur 4 bulan telah diberi makanan tambahan maka bayi tersebut akan sulit tidur pada malam hari, selain itu bayi juga akan mengalami gangguan-gangguan lainnya yaitu sakit perut, mencret, atau sembelit (susah buang air besar) infeksi, kurang darah. dan alergi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden bayi yang mempunyai perkembangan psikomotorik baik sebanyak 13 orang (43,3%) yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 7 orang (46,7%) dan yang diberik PASI sebanyak 6 orang (53,3%). Hal ini berarti bayi yang diberi ASI eksklusif perkembangan psikomotoriknya lebih baik, karena dengan ASI eksklusif gizi yang diperoleh lebih banyak. Bayi yang diberi ASI yang mempunyai perkembangan psikotorik kurang baik sebanyak 7 orang (46,7%), hal ini dikarenakan perkembangan bayi atau balita tidak hanya dipengaruhi oleh pemberian ASI saja namun juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan faktor genetik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan perkembangan psikomotorik antara bayi yang diberi ASI dan bayi yang diberi PASI dengan nilai t = -8,147, p = 0,00 (p<0,05) nilai mean = -1,63 dan CI = -2,04 1,22. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fatimah (2006), dengan hasil hasil penelitian ada hubungan yang bermakna antara perkembangan berjalan dengan perkembangan emosional balita. Hasil penelitian ini didukung juga dengan perkembangan otak merupakan
8 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10 peristiwa sangat kompleks yang dipengaruhi faktor gizi, genetik atau bawaan dan faktor lingkungan. Pertumbuhan ini berlangsung sejak janin berada dalam kandungan dan pada masa setelah lahir. Untuk mendapatkan anak yang berkualitas baik di kemudian hari, orang tua, khususnya ibu, harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan itu mencakup sejak perencanaan kehamilan, asupan gizi saat hamil, bersalin, kemudian perawatan dan stimulasi anak setelah dilahirkan. Bayi yang dilahirkan tanpa pemberian gizi yang cukup selama di dalam kandungan bisa mengakibatkan tingkat kecerdasannya bermasalah (Rahmawat, 2007). Pemberian susu formula atau makanan pendamping ASI adalah pemberian makanan tambahan atau minuman oleh ibu kepada bayinya baik diberikan ASI atau susu formula. Susu formula untuk bayi biasanya mengandung banyak kasein. Kandungan dadih yang banyak ditujukan untuk menyerupai ASI, sedangkan kandungan kasein dianggap lebih disukai bayi. Meskipun demikian, tidak ada susu formula yang sebanding dengan ASI bagi bayi baru lahir. Menurut Dewi (2003), dengan pemberian PASI tidak dapat meningkatkan perkembangan motorik anak. Namun hasil penelitian Agusti (2004), ada hubungan antara pemberian ASI dengan perkembangan motorik anak. Perbedaan perkembangan motorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI dengan p = 0,00 dan besarnya 1,63, hal ini berarti bayi yang diberi ASI lebih baik perkembangan motoriknya dari pada yang diberi PASI, hal ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi tidak hanya pemberian ASI dan PASI saja namun juga dipengaruhi oleh faktor genetik, umur dan sosial budaya serta pengasuhan orang tua/stimulasi oramg tua (Tanuwijaya, 2003). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Bayi yang diberi ASI di Desa Glagah Jatinom Klaten sebanyak 15 orang (50%). Bayi yang diberi PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten sebanyak 15 orang (50%).
Endah Purwaningsih, Ana Puji Lestari, Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi 9 Terdapat perbedaan yang bermakna antara perkembangan psikomotorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI dengan t = -8,15, p = 0,00 (p < 0,05). Bayi yang mendapat ASI mempunyai perkembangan motorik yang lebih baik dari pada yang mendapat PASI. 2. Saran Diharapkan memberikan ASI eksklusif untuk perkembangan motorik bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi lebih dapat dipantau dan dideteksi. Perkembangan bayi yang diberi PASI dapat terpantau dengan baik. Diharapkan terus memberikan dukungan pada ibu supaya tetap memberikan ASI. Diharapkan melakukan penelitian dengan subyek penelitian dan metode penelitian yang berbeda,ditempat berbeda dan perlu adanya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi psikomotor perkembangan DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta Ariyani. 2006. Tumbuh Kembang Balita yang Diberi DDST di Desa Sabung Macan Sragen. KTI. Surakarta Azwar. 2002. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta Depkes RI. 2003. Profil Kesehatan. http://www.depkes RI.com. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Dinkes Klaten. 2006. Angka Kematian Bayi. http://www.depkes RI.com. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Dewi 2006. Hubungan Perkembangan Berjalan pada Bayi Umur 9-12 Bulan dengan Perkembangan Emosional Balita di Desa Jogonalan Klaten. KTI. Klaten Fatimah. 2006. Hubungan Perkembangan Berjalan pada Bayi Umur 9-12 Bulan dengan Perkembangan Emosional Balita di Desa Jogonalan Klaten. KTI. Klaten Maya. 2006. Hubungan Status Gizi Balita dengan Perkembangan Berjalan Anak Usia 9-1 Tahun di Desa Jogonalan Klaten. KTI. Klaten Nakita, 2008, ASI dan PASI bagi kesehatan bayi, http://www.nakita.com diakses tanggal 12 Januari 2009 jam 10.00 WIB Notoatmodjo. S. 2005. Metode Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta
10 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10... 2006. Metode Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta Purwanti. 2004. ASI Eksklusif. http//www.indoglobal.com tanggal 12 Januari 2009 Jam 11.00 WI Rahmawati. 2007. Pemberian Gizi. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Roesli. 2005. ASI Eksklusif. Gramedia Pustaka. Jakarta Soetjiningsih. 2002. Ilmu Tumbuh Kembang. EGC. Jakarta... 2008. Ilmu Tumbuh Kembang. EGC. Jakarta Suryani. 2003. Perkembangan dan Pertumbuhan. http://www.depkes RI.com. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Suryati. 2008. Prevalensi Perkembangan Anak. http://www.indomedia.com. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Tanuwijaya. 2002. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi. Rineka Cipta. Jakarta Yenrina, 2008. Makanan Pendamping ASI, Rineka Cipta. Jakarta