PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

Nisa khoiriah INTISARI

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. mendapat ASI Eksklusif dengan bayi yang mendapat ASI non eksklusif.

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu dengan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENGELUARAN COLOSTRUM DI WILAYAH PUSKESMAS POLANHARJO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN Endah Purwaningsih 1), Ana Puji Lestari 2) Abstrak : Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 didapatkan sekitar 41 % bayi umur kurang dari 6 bulan selain diberi ASI juga sudah mendapatkan makan dan minum pendamping ASI. Perkembangan otak merupakan peristiwa sangat kompleks yang dipengaruhi faktor gizi, genetik atau bawaan dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan perkembangan motorik bayi usia 0-6 bulan pada bayi yang diberi ASI dengan bayi yang diberi PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten. Subjek penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI di desa Glagah Jatinom Klaten. Metode penelitian ini dilakukan secara observasional analitik pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 0-6 bulan di Desa Glagah Jatinom, Klaten pada bulan April 2008. Analisa data dengan uji T-test. Hasil penelitian didapatkan bayi yang diberi ASI sebanyak 15 orang (50%) dan bayi yang diberi PASI sebanyak 15 orang (50%) di Desa Glagah Jatinom Klaten. Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna antara perkembangan psikomotorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten, yaitu perkembangan motorik bayi yang diberi ASI lebih baik dari pada yang diberi PASI. Kata Kunci : Perkembangan Psikomotorik, ASI eksklusif dan Pendamping ASI

2 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10 PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007) dengan harapan pada tahun 2010, di Banten sendiri Angka Kematian Bayi adalah 550/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Profil Dinkes Klaten, 2006). Di Indonesia angka prevalensi gizi kurang pada anak usia 0-58 bulan masih cukup tinggi yaitu 28,3 % sedangkan untuk usia 0-12 bulan sekitar 8 % (Suryati, 2008). Hambatan pertumbuhan sudah terjadi sejak awal kehidupan yaitu sejak umur 4-6 bulan dan paling sering dijumpai setelah bayi berumur 6 bulan sampai 12 bulan (Sunawang, 2002). Analisis antropometri data Susenas 1989-1999, menunjukkan terjadinya hambatan pertumbuhan mulai bayi sampai menginjak usia 4-6 bulan, baik di wilayah pedesaaan maupun perkotaan. Gambaran ini menunjukkan telah terjadi ketidakcukupan asupan zat gizi pada usia bayi dan balita. Dampak akibat kurang gizi antara lain adalah terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi (Azwar, 2002). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 didapatkan sekitar 41 % bayi umur kurang dari 6 bulan selain diberi ASI juga sudah mendapatkan makan dan minum pendamping ASI (Depkes RI, 2003). Sementara sebuah hasil SDKI tahun 2000 menunjukan 52 % dari sekitar 4 juta ibu yang melahirkan, memberikan ASI secara eksklusif pada usia bayi umur 0-6 bulan (Roesli, 2005). Dalam upaya pembangunan sumber daya manusia masa depan, anak paling rentan terhadap berbagai gangguan tumbuh kembang. Dibandingkan usia dewasa anak mempunyai resiko kematian dan kesakitan yang lebih tinggi. Apalagi di negara berkembang termasuk Indonesia, berbagai penyakit infeksi dan gangguan gizi mengancam kelangsungan dan tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2008). Perkembangan otak merupakan peristiwa sangat kompleks yang dipengaruhi faktor gizi, genetik atau bawaan dan faktor lingkungan. Pertumbuhan ini berlangsung sejak janin berada dalam kandungan dan pada masa setelah lahir. Untuk mendapatkan anak yang berkualitas baik di kemudian hari, orang tua, khususnya ibu, harus mempersiapkan

Endah Purwaningsih, Ana Puji Lestari, Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi 3 diri sebaik-baiknya. Persiapan itu mencakup sejak perencanaan kehamilan, asupan gizi saat hamil, bersalin, kemudian perawatan dan stimulasi anak setelah dilahirkan. "Bayi yang dilahirkan tanpa pemberian gizi yang cukup selama di dalam kandungan bisa mengakibatkan tingkat kecerdasannya bermasalah (Rahmawat, 2007). Menurut Soetjiningsih (2002), pengalaman telah menunjukan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya makanan ASI sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. Disegi lain promosi yang tidak terkendali dari PASI (Pengganti Air Susu Ibu : Susu Botol : Susu Formula) akan mengubah kesepakatan untuk menyusui sendiri bayinya serta menghambat terlaksananya proses laktasi. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 Desember 2008 terdapat data di desa Glagah terdapat 5 desa Glagah terdapat 9 dukuh, khususnya di dukuh Jeruk Manis dan Karang Turi pada bulan Nopember 2008 ditemukan data 40 bayi yang berusia 0-12 bulan. Bayi dengan usia 0-6 bulan sebanyak 30 diantara yang diberi ASI eksklusif 15 bayi dan PASI sebanyak 15 bayi. Disamping itu menurut hasil wawancara didapatkan dari 15 bayi yang diberi ASI mempunyai pertumbuhan motorik yang baik sebanyak 8 bayi dan yang mempunyai pertumbuhan motorik kurang sebanyak 7 bayi. Bayi yang mendapatkan PASI mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik sebanyak 6 bayi dan yang mempunyai motorik baik sebanyak 9 bayi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi Usia 0-6 Bulan pada Bayi yang Diberi ASI dengan Bayi yang Diberi PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan secara observasional analitik yaitu penelitian dengan melakukan pengamatan secara tidak langsung serta menganalisis 2 variabel yaitu, variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2005). Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu mencari hubungan 2 variabel dalam 1 waktu (Notoatmodjo, 2005).

4 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10 Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu: Variabel Bebas dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pemberian ASI dan PASI dan variabel terikat dalam perkembangan motorik bayi usia 0-6 bulan. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan di Desa Glagah Jatinom, Klaten pada bulan April 2009 sebanyak 30 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel diambil dari keseluruhan populasi tersebut yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Desa Glagah Jatinom Klaten. Sedangkan teknik pengambilan sampel (sampling) adalah sampling jenuh, yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil seperti bila sampelnya kurang dari 30 maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Analisis Univariate yaitu analisis terhadap satu variabel (Notoamtodjo, 2006). Pada umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable yaitu pemberian ASI dan PASI, serta perkembangan motorik anak. Analisis Bivariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoamtodjo, 2006). Dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian statistik, dengan T-Test dengan p = 0,05 atau α = 95 %. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Bayi Umur Frekuensi Prosentase 0-1 bulan 1-2 bulan 2-3 bulan 3-4 bulan 4-5 bulan 5-6 bulan 5 5 5 3 5 7 16,7 16,7 16,7 10 16,7 23,3 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009

Endah Purwaningsih, Ana Puji Lestari, Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi 5 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada kelompok umur bayi yang terbesar adalah data kelompok umur 0-3 bulan sebanyak 17 responden (56,7%) dan yang terkecil adalah kelompok umur lebih dari 3 sampai dengan 6 bulan sebanyak 13 responden (43,3%). Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Frekuensi Prosentase kelamin Perempuan 14 46,7 Laki-laki 16 53,3 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui data kelompok jenis kelamin yang terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 16 responden (53,3%) dan yang terkecil adalah kelompok perempuan yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI dan PASI Pemberian ASI dan PASI Frekuensi Prosentase ASI PASI 15 15 50 50 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada kelompok yang diberi ASI sebanyak 15 orang (50%) dan PASI sebanyak 15 orang (50%). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perkembangan Psikomotorik Perkembangan Motorik se Prosenta- Frekuensi Baik Cukup Kurang 13 17 0 43,3 56,7 0 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada perkembangan psikomotorik yang terkecil adalah baik yaitu sebanyak 13 responden (43,3%) dan yang terbanyak tidak baik yaitu sebanyak 17 responden (56,7%).

6 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10 Tabel 4.6. Hasil Uji Perbedaan perkembangan psikomotorik antara yang diberi ASI dan PASI Psiko motorik Baik Cukup Kurang Pemberian IC 95% Total ASI PASI t p Mean Atas Bawah n % n % n % 7 46,7 6 40 13 43,3-8,14 0,00 1,63-2,04-1,22 8 53,3 9 60 17 56,7 0 0 0 0 0 0 Jumlah 15 100 15 100 30 100 Sumber : Data Primer Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.7 dapat masa pada umur 0-12 bulan. diketahui bahwa ada perbedaan Berdasarkan berat badan lahir sebagian perkembangan psikomotorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI dengan ditunjukkan pada t = -8,15 dan besar adalah > 2500 gram sebanyak 27 orang (90%), hal ini dikarenakan pada saat ini sebagian besar bayi lahir p = 0,00 (p < 0,05) dengan mean dengan berat badan lahir normal. = 1,63 CI 95% (-2,04 1,22). Jadi dengan demikian hipotesis diterima. Hal ini berarti bayi yang diberi ASI Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (53,3%). eksklusif mempunyai kemungkinan Berdasarkan hasil penelitian perkembangan psikomotorik baik responden yang diberi ASI sebanyak sebesar 1,63 kali dibandingkan dengan yang diberi PASI. 15 orang (50%) dan responden yang diberi PASI sebanyak 15 orang (50%). Berdasarkan hasil penelitian ASI Eksklusif adalah bayi yang diberi sebagian besar umur responden adalah 0-3 bulan, yaitu sebanyak 17 orang (56,7%), hal ini disebabkan pada umur tersebut bayi masih diberikan ASI ASI saja tanpa cairan lain seperti susu formula, madu, air atau makanan padat seperti pisang, bubur, susu, biskuit, dan lain-lain selama 6 bulan sejak lahir, secara eksklusif dan belum dapat diberi karena bayi yang sehat tidak makanan pendamping ASI. Menurut Tanuwijaya (2002), masa bayi adalah memerlukan makanan tambahan selain ASI sampai 6 bulan setelah itu baru

Endah Purwaningsih, Ana Puji Lestari, Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi 7 diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI tetap diberikan hingga umur 2 tahun (Roesli, 2005). Kandungan zat gizi MP ASI tergantung komponen atau kombinasi material penyusunnya. Pemberian MP ASI telah banyak terlihat dalam praktek di masyarakat seperti pemberian makanan prelakteal (makanan sebelum ASI keluar), pemberian MP ASI terlalu dini, dan kandungan gizi yang tidak adekuat, penundaan pemberian ASI setelah bayi lahir dan pembuangan kolostrum yang justru sangat dibutuhkan oleh bayi. Pemberian MP-ASI pada bayi dipengaruhi oleh pengetahuan ibu dan pendidikan ibu. Sedangkan dampak pemberian MP-ASI adalah Krisnatuti dan Yenrina (2002), menambahkan bahwa seorang bayi dibawah umur 4 bulan telah diberi makanan tambahan maka bayi tersebut akan sulit tidur pada malam hari, selain itu bayi juga akan mengalami gangguan-gangguan lainnya yaitu sakit perut, mencret, atau sembelit (susah buang air besar) infeksi, kurang darah. dan alergi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden bayi yang mempunyai perkembangan psikomotorik baik sebanyak 13 orang (43,3%) yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 7 orang (46,7%) dan yang diberik PASI sebanyak 6 orang (53,3%). Hal ini berarti bayi yang diberi ASI eksklusif perkembangan psikomotoriknya lebih baik, karena dengan ASI eksklusif gizi yang diperoleh lebih banyak. Bayi yang diberi ASI yang mempunyai perkembangan psikotorik kurang baik sebanyak 7 orang (46,7%), hal ini dikarenakan perkembangan bayi atau balita tidak hanya dipengaruhi oleh pemberian ASI saja namun juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan faktor genetik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan perkembangan psikomotorik antara bayi yang diberi ASI dan bayi yang diberi PASI dengan nilai t = -8,147, p = 0,00 (p<0,05) nilai mean = -1,63 dan CI = -2,04 1,22. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fatimah (2006), dengan hasil hasil penelitian ada hubungan yang bermakna antara perkembangan berjalan dengan perkembangan emosional balita. Hasil penelitian ini didukung juga dengan perkembangan otak merupakan

8 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10 peristiwa sangat kompleks yang dipengaruhi faktor gizi, genetik atau bawaan dan faktor lingkungan. Pertumbuhan ini berlangsung sejak janin berada dalam kandungan dan pada masa setelah lahir. Untuk mendapatkan anak yang berkualitas baik di kemudian hari, orang tua, khususnya ibu, harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan itu mencakup sejak perencanaan kehamilan, asupan gizi saat hamil, bersalin, kemudian perawatan dan stimulasi anak setelah dilahirkan. Bayi yang dilahirkan tanpa pemberian gizi yang cukup selama di dalam kandungan bisa mengakibatkan tingkat kecerdasannya bermasalah (Rahmawat, 2007). Pemberian susu formula atau makanan pendamping ASI adalah pemberian makanan tambahan atau minuman oleh ibu kepada bayinya baik diberikan ASI atau susu formula. Susu formula untuk bayi biasanya mengandung banyak kasein. Kandungan dadih yang banyak ditujukan untuk menyerupai ASI, sedangkan kandungan kasein dianggap lebih disukai bayi. Meskipun demikian, tidak ada susu formula yang sebanding dengan ASI bagi bayi baru lahir. Menurut Dewi (2003), dengan pemberian PASI tidak dapat meningkatkan perkembangan motorik anak. Namun hasil penelitian Agusti (2004), ada hubungan antara pemberian ASI dengan perkembangan motorik anak. Perbedaan perkembangan motorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI dengan p = 0,00 dan besarnya 1,63, hal ini berarti bayi yang diberi ASI lebih baik perkembangan motoriknya dari pada yang diberi PASI, hal ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi tidak hanya pemberian ASI dan PASI saja namun juga dipengaruhi oleh faktor genetik, umur dan sosial budaya serta pengasuhan orang tua/stimulasi oramg tua (Tanuwijaya, 2003). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Bayi yang diberi ASI di Desa Glagah Jatinom Klaten sebanyak 15 orang (50%). Bayi yang diberi PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten sebanyak 15 orang (50%).

Endah Purwaningsih, Ana Puji Lestari, Perbedaan Perkembangan Motorik Bayi 9 Terdapat perbedaan yang bermakna antara perkembangan psikomotorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI dengan t = -8,15, p = 0,00 (p < 0,05). Bayi yang mendapat ASI mempunyai perkembangan motorik yang lebih baik dari pada yang mendapat PASI. 2. Saran Diharapkan memberikan ASI eksklusif untuk perkembangan motorik bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi lebih dapat dipantau dan dideteksi. Perkembangan bayi yang diberi PASI dapat terpantau dengan baik. Diharapkan terus memberikan dukungan pada ibu supaya tetap memberikan ASI. Diharapkan melakukan penelitian dengan subyek penelitian dan metode penelitian yang berbeda,ditempat berbeda dan perlu adanya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi psikomotor perkembangan DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta Ariyani. 2006. Tumbuh Kembang Balita yang Diberi DDST di Desa Sabung Macan Sragen. KTI. Surakarta Azwar. 2002. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta Depkes RI. 2003. Profil Kesehatan. http://www.depkes RI.com. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Dinkes Klaten. 2006. Angka Kematian Bayi. http://www.depkes RI.com. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Dewi 2006. Hubungan Perkembangan Berjalan pada Bayi Umur 9-12 Bulan dengan Perkembangan Emosional Balita di Desa Jogonalan Klaten. KTI. Klaten Fatimah. 2006. Hubungan Perkembangan Berjalan pada Bayi Umur 9-12 Bulan dengan Perkembangan Emosional Balita di Desa Jogonalan Klaten. KTI. Klaten Maya. 2006. Hubungan Status Gizi Balita dengan Perkembangan Berjalan Anak Usia 9-1 Tahun di Desa Jogonalan Klaten. KTI. Klaten Nakita, 2008, ASI dan PASI bagi kesehatan bayi, http://www.nakita.com diakses tanggal 12 Januari 2009 jam 10.00 WIB Notoatmodjo. S. 2005. Metode Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

10 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 1-10... 2006. Metode Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta Purwanti. 2004. ASI Eksklusif. http//www.indoglobal.com tanggal 12 Januari 2009 Jam 11.00 WI Rahmawati. 2007. Pemberian Gizi. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Roesli. 2005. ASI Eksklusif. Gramedia Pustaka. Jakarta Soetjiningsih. 2002. Ilmu Tumbuh Kembang. EGC. Jakarta... 2008. Ilmu Tumbuh Kembang. EGC. Jakarta Suryani. 2003. Perkembangan dan Pertumbuhan. http://www.depkes RI.com. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Suryati. 2008. Prevalensi Perkembangan Anak. http://www.indomedia.com. diakses tanggal 12 Janauri 2009 Jam 11.00 WIB Tanuwijaya. 2002. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi. Rineka Cipta. Jakarta Yenrina, 2008. Makanan Pendamping ASI, Rineka Cipta. Jakarta