BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah

Diskusikan secara kelompok, apa akibat apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diubah. Bagaimana sikap kalian terhadap hal ini?

BAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini.

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

2016 PERANG ENAM HARI

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SILABUS PEMBELAJARAN

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB II GAMBARAN UMUM

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Nasionalisme Liberalisme Sosialisme Demokrasi Pan-Islamisme

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI. PENUTUP. A. Kesimpulan. dalam waktu singkat, yaitu mulai tahun 1961 sampai dengan Dalam kurun lima

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

MAKALAH KAJIAN KEISLAMAN DAN KEINDONESIAAN MAKNA NASIONALISME DALAM PEMIMPIN. Disusun oleh: Alvi Muhayat Syah

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menyangkut tentang cita-cita hidup manusia. Sehubungan dengan itu

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB)

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

Komunisme dan Pan-Islamisme

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1964 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN/TUNJANGAN KEPADA PENRINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN/KEMERDEKAAN

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

BAB III METODE PENELITIAN

MENJADI PAHLAWAN Oleh: Janedjri M. Gaffar (Sekretaris Jenderal Mahkamah Kostitusi RI)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan, 1979: 5) Nasionalisme merupakan suatu perpaduan antara perasaan emosional berlebih dari dua fenomena, yakni kebangsaan dan patriotisme. Kebangsaan merujuk pada kelompok suatu masyarakat yang memiliki persamaan bahasa, memiliki persamaan sejarah di masa lampau, dan saling menganggap bahwa mereka memiliki kesamaan budaya. Sedangkan patriotisme adalah kecintaan terhadap tanah air dan merupakan awal dari kebangsaan. Nasionalisme di setiap bangsa atau wilayah akan berbeda satu sama lain, hal ini disebabkan perbedaan kondisi yang dihadapi oleh suatu bangsa. Konsep nasionalisme itu sendiri pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-19 sebagai jawaban untuk menentukan nasib sendiri yang semata-mata hanya berorientasi kepada kesamaan etnik, bahasa dan budaya (Tn.1992: 5). Dampak dari munculnya nasionalisme di Eropa bukan saja melahirkan bangsa-bangsa baru akan tetapi juga memunculkan imperialisme modern, dimana bangsa Eropa mulai berlomba untuk memperluas wilayah jajahannya ke Asia, Afrika dan Amerika. Dari imperialisme itulah maka nasionalisme Asia, dimana penulis akan meneliti salah satu nasionalisme

2 Negara Asia, akan muncul persatuan dan kesatuan sebagai jawaban untuk menentang kekuasaan asing yang telah dianggap menyengsarakan bangsanya. Nasionalisme di Asia sebagaimana diungkapkan di atas berbeda dengan nasionalisme di Eropa yang berorientasi kepada persamaan etnik, budaya dan bahasa untuk menentukan nasib sendiri, sebab nasionalisme Asia mengandung kehendak untuk menghapuskan ketidakadilan dan ketimpangan yang ada antara penjajah asing dan rakyat pribumi, terutama ketimpangan dalam hal kekuasaan dan kesejahteraan. Ketimpangan sosial serta penindasan yang dilakukan oleh pihak asing terhadap bangsanya telah menimbulkan kesadaran nasional serta pada tahap selanjutnya kebangkitan nasional. Gambaran umum nasionalisme Asia barangkali dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan Smith (2003: 7) mengenai dua konsep nasionalisme, yaitu nasionalisme dapat terjadi karena adanya suatu sentimen yang ditandai dengan kesadaran memiliki bangsa bersangkutan, serta suatu gerakan sosial dan politik demi bangsa bersangkutan. Kebangkitan nasionalisme di banyak Negara Asia memang sangat lazim dengan kedua pendapat Smith tersebut yang dimanifestasikan melalui pemberontakan serta perlawanan terhadap pihak imperialis. Chavan (1973: 63) memandang: Kebangkitan nasionalisme di Asia selalu digambarkan dari pemberontakan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan di Negara-negara Asia, dimana hampir diseluruh wilayah Asia ciri kebangkitannya digambarkan dengan perjuangan dan pemberontakan untuk menentang pihak kolonial. Perlawanan terhadap kolonial ini merupakan jawaban dari sifat sewenang-wenang pihak imperialis yang menguasai dan menjajah tanah air mereka.

3 Salah satu dari bangsa di Asia yang muncul nasionalismenya akibat imperialis asing adalah Korea. Penulis merasa tertarik untuk mempelajari nasionalisme Korea sebab penulis melihat bagaimana saat ini kemajuan ekonomi bangsa Korea (Korea Selatan) dapat menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia, terlebih ketika membaca di suatu artikel bahwa kemajuan ekonomi Korea Selatan tersebut merupakan sebuah representasi dari wujud nasionalisme rakyatnya. Wujud nasionalisme yang dimaksud disini adalah semangat anti-jepang yang telah menjajah tanah air mereka dengan tujuan untuk menyaingi bangsa Jepang dalam bidang Ekonomi. (Pikiran Rakyat, 12 Januari 2012). Hal ini berkaitan dengan kekejaman penjajahan Jepang yang masih membekas di lintas generasi bangsa Korea saat ini. Sejarah mengenai perjuangan bangsa Korea dalam menghadapi imperialis Jepang dimulai ketika masuknya bangsa Jepang pada paruh terakhir abad ke-19. Semenanjung Korea sebelum kedatangan Jepang merupakan Negara kerajaan yang menutup segala hubungan dari dunia luar, khususnya bangsa barat. Setelah Jepang berhasil mengalahkan lawan-lawannya untuk memperebutkan wilayah Korea melalui perang dengan Rusia dan China, Jepang secara resmi menganeksasi Semenanjung Korea pada tahun 1910 dan menjadikan Semenanjung Korea sebagai wilayah jajahannya dengan mengangkat seorang Gubernur Jenderal sebagai wakil pemerintah Jepang di Semenanjung Korea. Woo Keun (1970: 465) mengemukakan: Setelah berhasil menguasai Semenanjung Korea, Jepang melakukan berbagai reformasi khususnya di bidang pertanian dengan memodernisasi kepemilikan tanah di Korea dan bahkan merampas tanahnya. Modernisasi di berbagai bidang ini telah menghasilkan banyak keuntungan, akan tetapi keuntungan tersebut bukan untuk bangsa Korea melainkan untuk kepentingan Jepang sendiri.

4 Bangsa Korea sendiri dalam menghadapi imperialis Jepang pada awalnya masih terpecah menurut golongan, klan, dan kepercayaan. Nasionalisme Korea yang akan menyatukan segenap bangsa Korea baru terilhami melalui suatu peristiwa di tahun 1919, yang disebut sebagai Gerakan Samil. Gerakan Samil sendiri secara harfiah berarti gerakan tiga dan satu, yang berarti menandakan waktu gerakan ini berlangsung, yaitu tanggal 1 Maret, sehingga gerakan ini biasa disebut juga sebagai Gerakan 1 Maret. Melalui Gerakan Samil inilah usaha untuk melawan Jepang yang sebelumnya selalu dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai tujuan mulai dihilangkan. Sebelum adanya Gerakan Samil, semua bentuk gerakan untuk menentang imperialis Jepang belum menunjukkan adanya persatuan dan kesatuan serta belum terbentuk unsur gerakan modern. Tetapi dengan adanya Gerakan Samil ini telah membawa semangat kepada semua golongan dan usia untuk bersatu melawan Jepang. Disamping itu deklarasi kemerdekaan yang dilakukan di hari Samil ini telah menggambarkan modernitas yang ingin dicapai, yakni Negara merdeka dengan pemerintahan demokratis. Dari gerakan inilah loyalitas sebagai warga Negara untuk meraih kebebasan tidak akan padam meskipun terus-menerus berada dalam tekanan Jepang (Woo Keun, 1970: 477 ). Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa Gerakan Samil ini telah memunculkan modernitas yang ingin dicapai, maka bentuk perjuangan bangsa Korea kini mengarah kepada terbentuknya organisasi modern. Hal ini terbukti dengan banyaknya organisasi yang bermunculan, dimana salah satu yang paling penting adalah terbentuknya pemerintahan pengasingan Korea (Taehan Min guk Imsi

5 Chongbu) pada tanggal 9 April 1919. Pemerintahan Pengasingan Korea tersebut merupakan wujud dari persatuan dan kesatuan bangsa Korea melalui organisasi modern dalam melawan Jepang, dimana tugas utamanya adalah untuk mengkoordinasikan berbagai organisasi pergerakan Korea serta meletakkan dasardasar negara modern. Melalui pemerintahan pengasingan inilah cita-cita bangsa Korea untuk menentukan nasib bangsanya sendiri tanpa intervensi bangsa asing mulai ditegakkan. Bangsa Korea sudah tidak lagi memikirkan pemerintahan monarki, kini dibenak segenap hati bangsa Korea adalah pemerintahan Republik Korea yang demokratis. Oleh karena itu jelaslah bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang diakibatkan oleh Gerakan Samil terhadap nasionalisme bangsa Korea. Ketertarikan peneliti untuk mengkaji Gerakan Samil lebih mendalam bermula ketika peneliti membaca beberapa buku serta artikel mengenai sejarah Korea yang selalu menyebutkan Gerakan Samil sebagai Gerakan Nasionalisme dan kebangkitan bangsa Korea untuk memperoleh kemerdekaan atas pendudukan bangsa Jepang. Disamping itu dijadikannya Gerakan Samil sebagai Hari Nasional (annual day) di Korea Selatan membuat penulis bertanya-tanya untuk mengetahui sejauh mana Gerakan Samil ini berperan terhadap nasionalisme di Korea pada umumnya serta Korea Selatan pada khususnya, sehingga bagaimana nasionalisme bangsa Korea itu masih menggelora dalam jiwa generasi muda Korea saat ini dalam semangat membangun bangsanya. Maka dari itu disini penulis merasa tertarik untuk mencoba meneliti Gerakan Samil ini sebagai karya ilmiah yang akan diteliti. Adapun judul

6 yang akan diteliti itu adalah Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Disamping itu, belum adanya tulisan karya ilmiah atau skripsi tentang Gerakan Samil di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia membuat penulis merasa perlu menelitinya sebagai tulisan karya ilmiah. Sulitnya mendapatkan buku-buku mengenai Sejarah Korea yang kalaupun ada berbahasa Inggris dan merupakan buku sejarah umum Korea juga telah memberikan peneliti pemikiran untuk mengangkat dan meneliti tema mengenai Sejarah Korea yang lebih spesifik. Oleh karena itu diharapkan tulisan karya ilmiah ini dapat dijadikan sumber bacaan mengenai Sejarah Korea. Hal tersebut dirasa perlu, karena paling tidak masyarakat dapat mengetahui sejarah perjalanan bangsa Korea yang tidak hanya Sejarah Perang Korea-nya saja, tetapi juga terdapat sejarah penting lainnya yang membangkitkan nasionalisme bangsa Korea sehingga kita dapat Korea (Korea Selatan) saat ini yang maju dan makmur. 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan pokok pemikiran di atas, terdapat suatu permasalahan utama yang akan menjadi kajian utama dari penulisan ini yaitu Bagaimana Gerakan Samil berpengaruh terhadap Gerakan kemerdekaan nasional Korea tahun 1919-1945? Sementara itu agar permasalahan yang akan dikaji lebih jelas, terarah dan hanya bertitik pada satu tema, maka penulis membatasi pokok permasalahan dengan merumuskan pokok permasalahannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

7 1. Apa faktor-faktor yang menjadi latar belakang terjadinya Gerakan Samil? 2. Bagaimanakah perkembangan kehidupan sosial dan politik di Korea setelah terjadinya Gerakan Samil? 3. Bagaimanakah pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya pemerintahan pengasingan Korea tahun 1919-1945? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan merupakan hal utama yang meyebabkan seseorang melakukan tindakan. Begitupun dalam penulisan ini penulis memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penulisan ini ialah: 1. Mendeskripsikan latar belakang kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya bangsa Korea yang mengakibatkan terjadinya Gerakan Samil. 2. Menganalisis perkembangan Gerakan Samil terhadap kondisi sosial dan politik di Korea. 3. Menganalisis pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya pemerintahan Korea tahun 1919-1945. 1.3.2 Manfaat Penelitian Dalam kaitannya dengan kesejarahan penelitian ini sangat diharapkan dapat menambah khazanah pembaca, baik untuk para akademisi ataupun pembaca umum mengenai sejarah PAN asia raya Jepang di luar Indonesia, sebab selama ini mungkin

8 Pan Asia raya yang dilakukan Jepang hanya terkonsentrasi mengenai Indonesia saja. melalui penelitian ini diharapkan memberikan cakupan yang lebih luas dari politik invasi Jepang yang tidak hanya terkonsentrasi pada pendudukan Jepang di Indonesia, melainkan pada kawasan lain yang lebih dahulu diduduki Jepang sebelum akhirnya masuk ke Indonesia. 1.4 Definisi Judul Judul penelitian dalam mengkaji permasalahan ini adalah Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Pengertian gerakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Wiranata, 2008: 143) berasal dari kata dasar gerak, yang berarti peralihan tempat atau kedudukan. Kata gerakan sendiri berarti perbuatan, usaha, atau kegiatan di lapangan sosial, politik dan sebagainya. Pengertian gerakan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau usaha yang dilakukan untuk merubah keadaan dari kedudukan semula yang dianggap tidak cocok ke dalam tatanan yang lebih baik, dimana biasanya gerakan ini erat kaitannya dalam masalah sosial atau politik. Gerakan Samil adalah suatu gerakan unjukrasa di Korea yang merupakan titik awal kebangkitan nasionalisme Korea. Gerakan Samil secara harfiah berarti gerakan tiga dan satu, yang berarti menandakan gerakan ini berlangsung, yakni tanggal 1 Maret. Sementara itu, Kebangkitan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata bangkit yang artinya adalah berdiri, hidup kembali timbul ataupun terbit.

9 Kebangkitan memiliki makna sebagai sesuatu yang telah bangkit untuk melakukan reaksi perlawanan terhadap kekuasaan musuh. Pengertian nasionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Wiranata, 2008: 262) adalah kesadaran keanggotaan di suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan. Adapun pengertian lainnya yakni, paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri atau sifat kenasionalan. Konsep nasionalisme sendiri didefinisikan secara berbedabeda oleh para tokoh. Hans Kohn menyebutkan bahwa nasionalisme merupakan suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara dan bangsa. Definisi serupa diungkapkan Smith (2003: 10) yang menyatakan nasionalisme sebagai suatu ideologi yang meletakkan bangsa di pusat masalahnya den berupaya mempertinggi keberadaannya. Sementara itu Hayes (Chavan, 1979: 5) berpendapat lain, bahwa nasionalisme merupakan suatu perpaduan antara perasaan emosional berlebih dari dua fenomena, yakni kebangsaan dan patriotisme. Jadi penjelasan dari definisi judul Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 adalah suatu kajian mengenai peranan Gerakan Samil sebagai simbol kebangkitan Gerakan Nasionalisme Korea. Gerakan Samil ini merupakan suatu peristiwa sejarah bagi bangsa Korea dalam membangkitkan kesadaran nasionalnya dalam menentang imperialis Jepang. Rentang waktu yang digunakan untuk mengkaji penelitian nasionalisme Korea ini adalah

10 tahun 1919-1945, dimana membahas mengenai peristiwa-peristiwa setelah terjadinya Gerakan Samil hingga berakhirnya penguasaan Jepang atas Korea. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah yang akan dilakukan oleh peneliti adalah: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan mengenai tinjauan pustaka dalam berpikir untuk mengembangkan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian. Adapun konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah suatu konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diangkat yakni tentang Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam bab ini peneliti memaparkan bagaimana teknik mencari keotentikan suatu sumber yang berkaitan dengan kajian peneliti. Dimana, metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literatur.

11 BAB IV PEMBAHASAN Bab ini merupakan sebuah pemaparan dari hasil penelitian mengenai Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. BAB V KESIMPULAN Pada bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana peneliti memberikan suatu kesimpulan dari hasil interpretasi terhadap kajian yang menjadi bahan penelitian. Interpretasi peneliti ini disertai dengan analisis peneliti dalam membuat kesimpulan atas jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, dalam bab ini juga berisikan saran dari peneliti yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.