BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada korelasi yang positif lagi signifikan antara gaya belajar visual siswa

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri, selain itu setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri, selain itu setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting yaitu era globalisasi yang membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SUMIARTI, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

BAB V PEMBAHASAN. hasil atau jawaban dari fokus penelitian yang yang telah disusun oleh peneliti

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS GAYA BELAJAR SISWA. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang disegala aspek kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan berakal sehat, yakni manusia yang sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS UNGGUL DENGAN KELAS REGULER DI SMP N 12 PADANG. Oleh: ABSTRACK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG. Linda Agustina 1

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 1 Sehingga dari sini dapat dipahami bahwasannya pendidikan itu merupakan suatu proses untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan yang dilakukan secara utuh dan menyeluruh sepanjang hayat kehidupan manusia. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara indonesia. 2 Tujuan pendidikan ialah perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu antara lain perubahan pada tingkah laku individu, kehidupan pribadi individu 1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 1. 2 Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 2 Th.2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 48. 1

2 maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup. 3 Tujuan pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya proses pembelajaran yang baik dan tepat. Proses pembelajaran merupakansuatu proses interaksi antara siswa dengan pengajar dan sumber belajar dalam suatu lingkungan. 4 Sehingga proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian aktifitas antara guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung untuk mencapai tujuan tertentu. Timbal balik atau interaksi antara guru dan siswa merupakan syarat utama dalam berlangsungnya proses belajar. Menurut pengertian secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 5 Dengan kata lain, belajar merupakan suatu aktivitas perubahan manusia untuk menjadi suatu yang lebih dari sebelumnya, perubahan tersebut antara perubahan pola pikir, pola rasa, dan pola tingkah laku. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa 3 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 9. 4 Koffieenco, pengertian proses belajar dalam http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/pengertian-proses-belajar.html, diakses 25 April 2014. 5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 2.

3 memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. 6 Cara belajar yang dimiliki oleh siswa sering disebut dengan gaya belajar. Gaya belajar learning style siswa, yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. 7 Dengan begitu gaya belajar akan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi sehingga akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Menurut Kolb gaya belajar dibedakan menjadi empat tipe, yaitu: 1) Converger : Pelajar ini lebih suka belajar bila dihadapinya soal yang mempunyai jawaban tertentu. 2) Diverger : Kekuatan mereka terletak pada kemampuan imajinasi mereka. 3) Assimilator : Mereka menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam menciptakan model teori. 4) Accomodator : Mereka suka akan pengalaman baru dan melakukan sesuatu. 8 Sedangkan menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. Orang bergaya belajar visual melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya. 9 Dengan kata lain, pengkategorian ini tidak berarti bahwa 6 Hamzah B. Uno, Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hal. 180. 7 S. Nasution, Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hal. 93. 8 Ibid., hal. 112. 9 Bobbi De Poter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), hal. 112.

4 individu hanya memiliki salah satu gaya belajar tertentu sehingga tidak memiliki gaya belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu gaya belajar yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dari dua teori pendapat ahli di atas yang menyatakan tentang macam gaya belajar, peneliti fokus pada teori yang di kemukakan oleh Bobbi De Poter & Mike Hernacki, dengan alasan karena macam-macam gaya belajar tersebut dinyatakan secara umum, bahwa macam gaya belajar ada tiga macam yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Berdasarkan fenomena yang ada khususnya dalam suatu komunitas pendidikan, ada siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Akan tetapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Cara lain yang juga kerap disukai banyak siswa adalah model belajar yang menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri. Apa pun cara yang

5 dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. 10 Memang kita perlu akui bahwa secara umum siswa kurang dapat menggunakan kemampuan dan bakat yang dimilikinya. Hal ini kemungkinan dikarenakan informasi tentang gaya belajar masih sangat minim, sehingga siswa belum bisa mengidentifikasi gaya belajarnya apalagi memanfaatkannya dengan baik. Jadi mereka tidak menyadari potensi yang mereka miliki. Di indonesia banyak fenomena yang terjadi terkait gaya belajar, salah satunya yaitu ada seseorang yang berprestasi baik disekolah menengah atas, namun di perguruan tinggi mulai tertatih-tatih atau bahkan gagal. Hal ini terjadi pada banyak orang, dan kebanyakan di antara mereka tidak mengerti apa yang membuat mereka merasa tidak mampu. Masalahnya mungkin ada ketidak cocokan antara gaya belajar siswa dengan gaya belajar gurunya. Gejala ini sangat menonjol pada pergantian dari sekolah lanjutan ke perguruan tinggi karena pengajaran yang diberikan berganti dari sangat visual menjadi sangat auditorial. 11 SMP Islam Durenan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan Unggul dalam Prestasi dan Berbudi Pekerti Luhur. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya perlu memperhatikan sekaligus menciptakan kegiatan belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan. 10 Hamzah B. Uno, Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran..., hal. 180. 11 Bobbi De Poter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan...., hal. 120.

6 Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMP Islam Durenan bahwa peneliti sering mendapati siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar mereka. Siswa juga kerap kesulitan menyesuaikan cara belajar mereka dengan cara mengajar guru di sekolah. Berdasarkan fenomena di atas maka dapat ketahui sangat berpengaruhnya gaya belajar terhadap hasil belajar seseorang. Walaupun hal itu belum di uji kebenarannya namum secara teoritis gaya belajar memegang peranan penting dalam hubungannya dengan hasil belajar. Seperti yang dijelaskan oleh Bobbi de Porter dan Make Hernacki dalam Quantum Learning gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasisituasi antar pribadi. 12 Dengan begitu gaya belajar akan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi sehingga akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Begitu pula dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam apabila seorang guru dalam mengajar bisa menggunkan berbagai gaya belajar maka materi yang disampaikan akakn cepat bisa difahami oleh siswa. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah islam masa lalu, dan pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) diberikan sejak dari tingkat madrasah ibtidaiyah (MI) sampai perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi agama islam. Pada umumnya materi sejarah kebudayaan islam dirasakan oleh siswa sulit untuk dipahami. 12 Sukadi, Progressive Learning, (Bandung: MSQ Publishing, 2008), hal. 93-94.

7 Seperti hasil wawancara dari guru SKI SMP Islam yang bernama Bu Juwariyah, beliau mengatakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang sulit diterima oleh siswa yaitu materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), faktor penyebabnya antara lain, yaitu karena pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu dan tidak dialami oleh siswa dan apa lagi cara belajar siswa dalam menyerap informasi berbeda-beda, sehingga di sekolah guru sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan, banyak mengarah pada metode ceramah. Padahal apabila guru memberikan materi hanya dengan menggunakan metode tersebut maka tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan siswa, selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Oleh karena itu apabila seorang guru tidak mengenali gaya belajar siswa maka akan berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan peristiwa dan teori tersebut di atas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar yang nantinya diharapkan apabila guru mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa maka dalam proses pembelajaran siswa akan mudah menerima pelajaran, senang dan tidak membuat malas untuk belajar sehingga hasil belajarpun bisa meningkat, khususnya dalam proses pembelajaran SKI materinya bisa mudah diterima oleh siswa sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa yang optimal.

8 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ini berjudul Korelasi Gaya Belajar Siswa Kelas VII dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek. B. Identifikasi Masalah Belajar sebagai prosespadadasarnya melibatkan banyak hal dan komponen yang disadari atau tidak akan berdampak terhadap proses dan hasil belajar itu sendiri. Menurut Muhibbin Syah, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar, antara lain 1. faktor internal, 2. faktor eksternal, 3. faktor pendekatan belajar. 13 1. Faktor Internal a. Faktor fisiologis/fisik. Yang termasuk faktor ini antara lain indera, anggota badan, anggota tubuh, bentuk tubuh, kelenjar, saraf, dan kondisi fisik lainnya. b. Faktor psikologis/psikis. Yang termasuk faktor ini antara lain tingkat intelegensi, perhatian dalam belajar, minat terhadap materi dan proses pembelajaran, jenis bakat yang dimiliki, jenis motivasi yang dimiliki untuk belajar, tingkat kematangan dan kedewasaan, faktor kelelahan mental atau psikologis, tingkat kemampuan kognitif siswa, tingkat kematangan efektif, kemampuan 13 Muhibbin Syah dalam Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 126.

9 psikomotorik siswa, dan kepribadian siswa (seperti sikap, kebiasaan, gaya belajar, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri), serta bentuk-bentuk lainnya. 2. Faktor eksternal a. Faktor non sosial Faktor-faktor tersebut meliputi segala sesuatu yang ada di sekeliling siswa selain faktor-faktor sosial, diantaranya: cuaca, suhu udara, waktu, belajar dan pembelajaran (pagi, siang, sore, atau malam), tempat belajar (letak gedung atau tempat belajar dan kondisi tata ruang), peralatan dalam pembelajaran (alat tulis, alat peraga, buku-buku dan peralatan belajar lainnya). b. Faktor sosial Faktor-faktor sosial terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan budayanya, serta lingkungan alam dan kondisinya. 3. Faktor pendekatan dalam pembelajaran Faktor pendekatan dalam pembelajaran yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan dan metode pembelajaran hingga kini masih menjadi persoalan dalam lingkungan

10 pendidikan. pendekatan yang tepat dan metode yang efektif tentu akan mendukung terhadap keberhasilan pembelajaran di kelas. 14 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa diantaranya faktor internal (psikologis/psikis) yaitu kepribadian siswa yang dalam hal ini adalah gaya belajar siswa. Menurut honey, terdapat beberapa model atau pendekatan gaya belajar, sebagai berikut: a). Modalitas belajar b). Belajar sosial c). Lingkungan belajar d). Emosi belajar e). Belajar global dan analitik. 15 Menurut DePorter dan Henacki, gaya belajar berdasarkan modalitas indra... adalah mengenali modalitas seseorang dalam belajar sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik (V-A-K). 16 Pendekatan tentang gaya belajar memiliki cukup banyak bentuk dan ragamnya. Namun demikian, pendekatan yang paling sering dipakai adalah gaya belajar berdasarkan modelitas indera, yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Menurut susanto bahwa dari berbagai teori tipe belajar, pendekatan yang paling sering dipakai adalah pembagian berdasarkan tiga gaya belaljar yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. 17 Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Belum semua siswa menyadari 14 Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif Pergaulan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 25. 15 Honey dalam Irham dan Ardy, Psikologi Pendidikan..., hlm. 99-100. 16 Deporter dan Hernacki dalam Irham dan Ardy, Psikologi Pendidikan..., hlm. 105. 17 Susanto dalam ibid.

11 gaya belajar yang mereka miliki sehingga mereka belum bisa memaksimalkan gaya belajarnya, terbukti dari, masih adanya siswa yang menyibukkan diri sewaktu guru menerangkan pelajaran. Oleh sebab itu siswa harus bisa mengenali gaya belajar yang dimilikinya. 4. Model gaya belajar (X) : gaya belajar visual (X 1 ), gaya belajar auditorial (X 2 ), dan gaya belajar kinestetik (X 3 ). 5. Hasil belajar (Y) : ulangan harian, ujian semester, ujian nasional, lomba. 6. Korelasi : gaya belajar visual (X 1 ) dengan hasil belajar (Y), gaya belajar auditorial (X 2 ) dengan hasil belajar, gaya belajar kinestetik (X 3 ) dengan hasil belajar, dan gaya belajar (X) dengan hasil belajar (Y). C. Pembatasan Masalah Dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhi baik intern maupun ekstern, salah satunya yaitu gaya belajar, dalam gaya belajar siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah, dan dalam situasi antar pribadi. 18 Pendekatan tentang gaya belajar memiliki cukup banyak bentuk dan ragamnya. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah gaya belajar berdasarkan modalitas indera, yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. 18 Bobbi De Poter & Mike Hernacki, Quantum Learning..., hlm. 110.

12 Dalam proses pembelajaran ada siswa yang bisa belajar dengan efektif jika dia belajar dengan mengandalakan penglihatannya (visual), ada juga siswa yang belajarnya akan efektif jika dia belajar dengan mendengarkan (auditorial), selain itu ada siswa yang belajarnya efektif jika dilakukan dengan kegiatan praktik (kinestetik). Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan pelajaran yang materinya sedikit sulit dimengerti oleh siswa karena materinya berisikan sejarah masa lalu, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa lebih sedikit dibandingkan dengan hasil nilai agama lainnya. Dengan lebih mengfokuskan ke dalam gaya belajar diharapkan materi dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) akan semakinmenyenangkan dan mudah dimengerti oleh siswa, sehingga dengan begitu hasil belajar yang diharapkan bisa dicapai. Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah di atas, serta penjelasan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi : gaya belajar visual (X 1 ) dengan hasil belajar (Y), gaya belajar auditorial (X 2 ) dengan hasil belajar, gaya belajar kinestetik (X 3 ) dengan hasil belajar, dan gaya belajar (X) dengan hasil belajar (Y), siswa kelas VII pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di SMP Islam Durenan Trenggalek tahun ajaran 2013/2014. Jadi dalam pembatasan masalah, penulis hanya membahas korelasi gaya belajar siswa kelas VII dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah

13 Kebudayaan Islam (SKI) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek. D. Rumusan Masalah Permasalah penelitian yang akan penulis ajukan berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut: 1. Adakah korelasi gaya belajar visual siswa kelas VII dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek? 2. Adakah korelasi gaya belajar auditorial siswa kelas VII dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek? 3. Adakah korelasi gaya belajar kinestetik siswa kelas VII dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek? 4. Adakah korelasi gaya belajar siswa kelas VII dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

14 1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan korelasi gaya belajar visual siswa kelas VII dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek. 2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan korelasi gaya belajar auditorial siswa kelas VII dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek. 3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan korelasi gaya belajar kinestetik siswa VII kelas dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek. 4. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan korelasi gaya belajar siswa kelas VII dengan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek. F. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan lebih khusus lagi yang berkaitan dengan gaya belajar siswa dalam meningkatan hasil belajar siswa secara optimal.

15 2. Secara Praktis a. Bagi Kepala SMP Hasil penelitian ini bagi SMP adalah dapat digunakan guru (pengajar) sebagai acuan dalam rangka mengetahui gaya belajar siswa (pelajar), serta dapat dijadikan sebagai alat untuk memacu hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru dan lembaga pendidikan yang bersangkutan. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini bagi para pendidik dapat digunakan sebagai bahan instrospeksi diri sebagai individu yang mempunyai kewajiban mencerdaskan peserta didik agar memiliki kepedulian dalam memaksimalkan proses belajar mengajar. c. Bagi Siswa Hasil penelitian ini bagi siswa dapat digunakan temuan untuk memacu semangat dalam melakukan kreatifitas belajar agar memiliki kemampuan yang maksimal sebagai bekal pengetahuan di masa yang akan datang. d. Bagi Peneliti yang Akan Datang Bagi peneliti yang akan datang, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para peneliti sebagai informasi dan pertimbangan bagi peneliti dalam meningkatkan rancangan penelitian selanjutnya.

16 G. Penegasan Istilah Untuk menjelaskan istilah dan untuk menghindarkan kesalah fahaman dalam menafsirkan dalam skripsi yang berjudul Korelasi Gaya Belajar Siswa Kelas VII Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Durenan Trenggalek maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang penting yaitu: 1. Penegasan Konseptual a. Gaya belajar adalah kombinasi antara cara seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah informasi atau pengetahuan yang didapat. 19 Itu berarti setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda, antara satu orang dengan orang yang lain. b. Pengertian Hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya input secara fungsional. 20 Jadi, hasil dapat jelas dilihat dari adanya perubahan yang terjadi setelah terjadinya proses. c. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. 21 d. Hasil belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas 19 Sukadi, Progressive Learning..., hal. 93. 20 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 39. 21 Ibid., hal. 44.

17 sejumlah bahan yang diberikan dalam proses balajar mengajar. 22 Jadi dalam kegiatan belajar mengajar hasil belajar yaitu perubah perilaku siswa dibandingkan sebelumnya setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui sebarapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah di ajarkan. 23 Dengan mengetahui hasil balajar siswa, dapat diketahui apakah siswa tersebut benar-benar sudah faham terhadap materi pelajaran yang di ajarkan apakah belum. 2. Penegasan Operasional Secara operasional yang dimaksud dengan korelasi gaya belajar siswa dengan hasil belajar adalah intensitas hubungan statistik antara gaya belajar (visual, auditorial dan kinestetik) yang dimiliki oleh siswa yang diukur melalui angket berskala likert/interval dengan hasil nilai yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran SKI yang diukur melalui nilai raport hasil ujian. H. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam sebuah karya ilmiah adanya sistematika merupakan bantuan yang dapat digunakan oleh pembaca untuk mempermudah mengetahui urut-urutan sistematis dari isi karya ilmiah tersebut. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dapat dijelaskasn bahwa skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni 22 Ibid., hal. 46. 23 Ibid., hal. 44.

18 bagian awal, bagian isi atau teks dan bagian akhir. Lebih rinci lagi dapat diuraikan sebagai berikut: Bagian awal, yang berisi: halaman judul, halaman pengajuan, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan abstrak. Bagian isi atau teks, yang merupakan inti dari hasil penelitian yang terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terbagi kedalam sub-sub bab. Bab I adalah Pendahuluan, yang berisi; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah dan sistematika sekripsi. Bab II adalah Landasan Teori yang berisi: Tinjauan tentang gaya belajar yang meliputi: pengertian gaya belajar, macam-macam gaya belajar, ciri-ciri gaya belajar, dan strategi untuk mempermudah gaya belajar. Tinjauan tentang hasil belajar meliputi: pengertian hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dan tinjauan tentang Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sebagai mata pelajaran meliputi: pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), fungsi dan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), kajian penelitian terdahulu, kerangka berfikir, Hipotesis Penelitian. Bab III adalah Metode penelitian, yang terdiri dari; pola penelitian, populasi, sampling dan sampel, sumber data, variabel dan skala pengukuran, teknik pengumpulan data, istrumen penelitian serta analisis data.

19 Bab IV adalah hasil dan pembahasan yang meliputi hasil penelitiam (yang berisi deskripsi data dan pengujian hipotesis) serta pembahasan hasil penelitian. Bab V adalah Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Bagian akhir dari skripsi ini berisikan daftar kepustakaan dan lampiranlampiran yang berhubungan dan mendukung isi skripsi.