UJI DAYA HASIL 13 GALUR CABAI IPB PADA TIGA UNIT LINGKUNGAN. Oleh: S. ANDRA MASTAUFAN A

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT HIBRIDA CABAI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

Cara Menanam Cabe di Polybag

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian C3 B1 C1 D2 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1. Keterangan:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Daya Hasil 15 Galur Cabai IPB dan Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan,

III. MATERI DAN METODE

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

Transkripsi:

UJI DAYA HASIL 13 GALUR CABAI IPB PADA TIGA UNIT LINGKUNGAN Oleh: S. ANDRA MASTAUFAN A24070011 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN S. ANDRA MASTAUFAN. Uji Daya Hasil 13 Galur Cabai IPB pada Tiga Unit Lingkungan. Dibimbing oleh MUHAMAD SYUKUR dan SRIANI SUJIPRIHATI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi 13 galur cabai IPB, mendapatkan galur dengan daya hasil yang tinggi, dan memiliki tingkat adaptasi yang baik pada lingkungan tanam yang berbeda. Pengujian dilakukan dengan menanam galur terpilih pada tiga unit lingkungan yang berbeda, yaitu Bogor1 (Bogor dengan curah hujan rendah), Bogor2 (Bogor dengan curah hujan tinggi), dan Boyolali. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Tersarang dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor utama adalah kondisi lingkungan tanam dan sebagai anak petak adalah 17 genotipe cabai yang diuji. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2010 Januari 2011 di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor, dan kebun petani di Boyolali. Genotipe yang digunakan adalah 13 galur cabai, terdiri atas IPB001004, IPB002001, IPB002003, IPB002005, IPB002046, IPB009002, IPB009004, IPB009015, IPB009019, IPB015002, IPB015008, IPB019015, dan IPB120005, serta 4 varietas komersial sebagai pembanding, yaitu Gelora, Tit Super, Tombak, dan Trisula. Data dari tiga unit lingkungan kemudian dianalisis gabungan. Analisis stabilitas terhadap karakter hasil dilakukan dengan menggunakan metode Additif Main Effect and Multiplicative Interaction (AMMI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan dan genotipe memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hampir semua peubah kuantitatif yang diamati, yaitu lebar daun, panjang daun, diameter batang, tinggi tanaman, lebar tajuk, bobot 1 000 biji, hari berbunga, hari berbuah, diameter buah, bobot buah, tebal kulit buah, panjang buah, bobot buah total, dan produktivitas. Peubah produksi per tanaman dianalisis secara terpisah per lingkungan, dan didapatkan bahwa pada lingkungan Bogor1 dan Boyolali, terdapat pengaruh yang sangat nyata. Pada lingkungan Bogor2, didapatkan bahwa perlakuan lingkungan, genotipe, maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa galur IPB120005 dan IPB001004 memiliki potensi hasil yang tinggi (14.34 ton/ha dan 13.04 ton/ha). Hasil analisis stabilitas menunjukkan bahwa galur IPB002003, IPB009004, dan IPB015008 bisa dikategorikan sebagai galur yang stabil. Galur IPB009019 merupakan galur yang spesifik lingkungan pada Bogor2, sedangkan galur IPB001004 dan IPB120005 merupakan galur yang sesuai untuk lingkungan Boyolali.

UJI DAYA HASIL 13 GALUR CABAI IPB PADA TIGA UNIT LINGKUNGAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: S. ANDRA MASTAUFAN A24070011 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NIM : UJI DAYA HASIL 13 GALUR CABAI IPB PADA TIGA UNIT LINGKUNGAN : S. Andra Mastaufan : A24070011 Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS NIP 19720102 200003 1 001 NIP 19551028 198303 2 002 Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101 198703 1 003 Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Desa Wotsogo, Kabupaten Tuban, pada tanggal 29 Oktober 1989 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan bapak Masueb dan ibu Suparti. Penulis memulai pendidikan formal saat bersekolah di TK Dharma Wanita pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN Wotsogo 02 hingga tahun 2001, kemudian menempuh pendidikan di SMPN 01 Jatirogo. Pada tahun 2007, penulis menyelesaikan studi di SMAN 01 Jatirogo, dan pada tahun yang sama mulai tercatat sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2008-2009. Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar Pemuliaan Tanaman, Teknik Pemuliaan Tanaman I, dan Genetika dan Pemuliaan Tanaman.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan judul Uji Daya Hasil 13 Galur Cabai IPB pada Tiga Unit Lingkungan. Penelitian ini merupakan rangkaian dari perakitan cabai merah bersari bebas yang dilakukan oleh tim pemuliaan cabai bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini yaitu: 1. Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi. dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan penulis arahan selama penelitian hingga penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Maya Melati MS, MSc. Selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini. 3. Suparti SPd dan Masueb SPd, selaku kedua orang tua penulis. 4. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama penulis tercatat sebagai mahasiswa. 5. Dr. Rahmi Yunianti SP, MSi yang telah memberikan masukan selama penelitian berlangsung. 6. Nurwanita Ekasari Putri SP, MSi, Siti Marwiyah SP, MSi, Swisci Margaret SP, MSi, Abdullah bin Arif SP, MSi, Novita Fardilawati SP, Tiara Yudilastari SP, Abdul Hakim SP, Mochamad Suwarno SP, Ricki Susilo, dan Rara Puspita Dewi Lima Wati yang telah membantu penulis selama penelitian. 7. Undang SP, Pak Darwa, Vitria Puspitasari R. SP, dan M. Ridha Alfaribi Istiqlal SP yang sangat membantu pelaksanaan penelitian di lapang. 8. Wahyu Kaharjati SP dan Anisa Rachmi Ayu Rihana yang telah membantu ketersediaan data lingkungan Boyolali. Bogor, Agustus 2011 Penulis

DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani dan Morfologi Cabai... 3 Syarat Tumbuh Cabai... 4 Pemuliaan Tanaman Cabai... 4 Interaksi Genetik x Lingkungan dan Analisis Stabilitas... 5 Lingkungan Tanam... 6 BAHAN DAN METODE... 7 Waktu dan Tempat Penelitian... 7 Bahan dan Alat... 7 Metode Penelitian... 7 Pelaksanaan Penelitian... 8 Pengamatan... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN... 13 Kondisi Umum... 13 Karakter Kualitatif... 15 Karakter Kuantitatif... 21 Rekapitulasi F-hitung dan Koefisien Keragaman... 21 Lebar daun dan Panjang Daun... 22 Diameter Batang, Tinggi Tanaman, Lebar Tajuk... 24 Bobot 1 000 biji... 28 Umur Berbunga dan Umur Berbuah... 30 Diameter Buah, Bobot per Buah, Tebal Daging Buah, dan Panjang Buah... 32 Karakter Mutu Buah Cabai Segar... 37 Karakter Produksi... 39 Analisis Stabilitas... 41 KESIMPULAN DAN SARAN... 45 Kesimpulan... 45 Saran... 45 DAFTAR PUSTAKA... 46 LAMPIRAN... 48

DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Penampilan Bentuk Kanopi, Warna, dan Bentuk Batang 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 15 2. Penampilan Bentuk Daun, Bentuk Tepi Daun, dan Bentuk Ujung Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 16 3. Penampilan Bentuk Warna Daun dan Tekstur Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 17 4. Penampilan Warna dan Jumlah Mahkota dan Warna dan Jumlah Anther 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 18 5. Penampilan Tekstur Kulit Buah, Bentuk Ujung Buah, Warna Buah Muda, dan Warna Buah Tua 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 19 6. Rekapitulasi F-hitung dan Koefisien Keragaman... 21 7. Rataan Lebar Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 22 8. Rataan Panjang Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 23 9. Rataan Diameter Batang 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 25 10. Rataan Tinggi Tanaman 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 26 11. Rataan Lebar Tajuk 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 28 12. Rataan Bobot 1 000 biji 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 29 13. Rataan Umur Berbunga 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 30

14. Rataan Umur Berbuah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 31 15. Rataan Diameter Buah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 33 16. Rataan Bobot per Buah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 34 17. Rataan Tebal Daging Buah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 35 18. Rataan Panjang Buah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 37 19. Karakteristik Mutu Buah Cabai Segar 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 38 20. Produksi 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 40 21. Analisis Ragam Model AMMI 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Unit Lingkungan... 42 22. Analisis AMMI pada 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 43 Lampiran 1. Data Komponen Cuaca Daerah Dramaga, Bulan Maret 2010- Januari 2011... 49 2. Data Curah Hujan Daerah Sawit-Boyolali, Bulan Agustus Desember 2010... 49 3. Sidik Ragam Lebar Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 49 4. Sidik Ragam Panjang Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 50 5. Sidik Ragam Diameter Batang 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 50

6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 50 7. Sidik Ragam Lebar Tajuk 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 51 8. Sidik Ragam Bobot 1 000 biji 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 51 9. Sidik Ragam Umur Berbunga 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 51 10. Sidik Berbunga Umur Berbuah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 52 11. Sidik Ragam Diameter Buah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 52 12. Sidik Ragam Bobot per Buah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 52 13. Sidik Ragam Tebal Daging Buah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 53 14. Sidik Ragam Panjang Buah 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 53 15. Sidik Ragam Bobot Buah Total 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 53 16. Sidik Ragam Produktivitas 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 54 17. Produktivitas 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding... 54

DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Bentuk Kanopi Cabai... 10 2. Bentuk Daun Cabai... 11 3. Gejala Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai... 14 4. Diagram Biplot AMMI... 44 Lampiran 1. Tanaman Cabai Galur IPB001004... 55 2. Tanaman Cabai Galur IPB002001... 56 3. Tanaman Cabai Galur IPB002003... 57 4. Tanaman Cabai Galur IPB002005... 58 5. Tanaman Cabai Galur IPB002046... 59 6. Tanaman Cabai Galur IPB009002... 60 7. Tanaman Cabai Galur IPB009004... 61 8. Tanaman Cabai Galur IPB009015... 62 9. Tanaman Cabai Galur IPB009019... 63 10. Tanaman Cabai Galur IPB015002... 64 11. Tanaman Cabai Galur IPB015008... 65 12. Tanaman Cabai Galur IPB019015... 66 13. Tanaman Cabai Galur IPB120005... 67 14. Tanaman Cabai Varietas Pembanding Gelora... 68 15. Tanaman Cabai Varietas Pembanding Tit Super... 69 16. Tanaman Cabai Varietas Pembanding Tombak... 70 17. Tanaman Cabai Varietas Pembanding Trisula... 71

PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai merupakan tanaman hortikultura yang banyak dikembangkan di Indonesia. Cabai memiliki kelebihan dibandingkan dengan sayuran lainnya karena bisa digunakan sebagai penambah rasa (rempah-rempah) pada makanan. Sebagai sayuran, cabai mengandung serat, vitamin, dan mineral yang sangat diperlukan oleh manusia. Cabai di Indonesia biasa dikonsumsi secara segar maupun olahan. Tanaman ini memiliki banyak kegunaan, mulai dari sayuran hingga fungsi biofarmaka. Cabai memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, dilihat dari tingginya angka produksi cabai yang tercapai per tahun. Pada tahun 2005, produksi cabai nasional mencapai 1 058 023 ton, kemudian berfluktuatif pada tahun-tahun berikutnya menjadi 1 185 057 ton pada 2006, 1 128 792 pada 2007, 1 153 060 ton pada 2008, dan 1 378 727 ton pada 2009 (BPS, 2010 a ). Di Indonesia, ada tiga provinsi yang menjadi sentra produksi cabai, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dengan total produksi pada tahun 2009 masing-masing mencapai 315 569 ton, 220 929 ton, dan 243 562 ton (BPS, 2010 b ). Kebutuhan cabai selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun mengingat jumlah penduduk dan tingkat konsumsi per kapita terus meningkat. Selain itu, perluasan penggunaan cabai sebagai bahan baku industri membuat peningkatan produksi cabai perlu segera dilakukan. Peningkatan produksi cabai bisa dilakukan melalui beberapa cara, yaitu penggunaan varietas cabai berdaya hasil tinggi, perluasan areal tanam, dan perbaikan berbagai teknik budidaya lainnya. Penggunaan varietas berdaya hasil tinggi dapat menjadi cara yang dipilih untuk mengingkatkan produksi cabai. Dengan luasan lahan dan teknik budidaya yang sama, penggunaan varietas berdaya hasil tinggi bisa memberikan hasil panen yang lebih besar. Varietas berdaya hasil tinggi merupakan salah suatu tujuan utama dalam proses pemuliaan tanaman. Salah satu tahapan dalam proses pemuliaan tanaman adalah evaluasi daya hasil dan stabilitas. Evaluasi stabilitas galur cabai dilakukan dengan menanam

pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda, sehingga bisa melihat pengaruh lingkungan terhadap daya hasil galur cabai. Galur cabai yang unggul akan memiliki nilai produksi yang tinggi pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda, artinya galur tersebut memiliki daya adaptasi yang baik. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengevaluasi 13 galur cabai IPB. 2. Mendapatkan galur-galur cabai yang memiliki daya hasil yang tinggi dan lebih baik daripada varietas pembanding. 3. Mendapatkan galur cabai yang memiliki daya adaptasi yang baik pada lingkungan yang berbeda. Hipotesis 1. Terdapat minimal satu galur tanaman cabai yang memiliki daya hasil lebih tinggi daripada varietas pembanding. 2. Terdapat minimal satu galur yang memiliki daya adaptasi yang baik pada tiga lingkungan yang berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merupakan sebutan untuk mewakili semua spesies dari genus Capsicum. Berdasarkan penggunaannya, cabai bisa dibedakan menjadi sayuran, rempah-rempah, obat herbal, atau tanaman hias di beberapa bagian di dunia.cabai memiliki berbagai macam kenampakan, bentuk, ukuran, dan warna. Berdasarkan karakteristik bunga dan buah, cabai budidaya (Capsicum spp.) dibagi menjadi lima spesies utama, yaitu C. annuum, C. frutencens, C. chinense, C. pendulum, dan C. pubenscens (Ali, 2006). Di Asia, tiga spesies yang disebutkan pertama merupakan spesies yang paling banyak dikembangkan. Tanaman cabai yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah cabai merah, memiliki nama latin Capsicum annuum L. Cabai diduga berasal dari daerah Colombia, mengingat fakta yang ada bahwa genus Capsicum memiliki keragaman morfologis yang sangat luar biasa di daerah ini (Barrera et al., 2005). Cabai merah (C. annuum) memiliki tingkat keragaman yang sangat tinggi, namun umumnya merupakan tanaman semusim yang tumbuh berupa terna atau menyemak, dengan tinggi 0.5 1.5 m, tegak, dengan percabangan lebat, dan ditanam sebagai tanaman semusim. Akar tunjang cabai sangat kuat, dengan banyak akar samping. Batang cabai biasanya bulat, dengan diameter hingga 1 cm. susunan daun cabai adalah alternate berupa daun tunggal, dengan variasi yang tinggi. Tangkai daun hingga 10 cm, panjang daun berukuran 10-16 cm, lebarnya 5-8 cm. Tepi daunnya umumnya rata dengan warna daun hijau muda hingga hijau tua (Poulos, 1994). Buah cabai menggantung atau tegak, merupakan buah beri dengan biji yang banyak.buah kadang tumbuh tunggal pada tiap buku, meskipun beberapa jenis menunjukkan adanya buah yang lebih dari satu. Saat perkembangan buah, kulit buah berkembang lebih cepat daripada plasenta biji, sehingga buah yang terbentuk akan berongga. Biji cabai berbentuk pipih, biasanya kuning pucat, bulat telur, dengan 150-160 butir tiap gram (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Syarat Tumbuh Cabai Cabai merupakan tanaman daerah dengan iklim hangat yang tidak terpengaruh panjang hari, meskipun beberapa jenis menunjukkan reaksi fotoperiodik. Penanaman cabai di Indonesia meliputi daerah dengan agroklimat dan sistem penanaman yang berbeda-beda (Mustafa et al., 2006). Cabai mampu bertahan pada lingkungan dengan naungan hingga 45 %, meskipun hal tersebut akan menunda pembungaan. Cabai tumbuh baik pada tanah berlempung yang teririgasi dengan baik dengan ph 5.5-6.8 (Poulos, 1994). Tanah yang baik untuk penanaman cabai adalah tanah yang berstruktur remah atau gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organik (BBPPTP, 2008). Cabai dapat hidup pada daerah dengan ketinggian antara 0 1200 m dpl, yang artinya tanaman ini toleran terhadap dataran tinggi maupun dataran rendah. Cabai secara tradisional dibudidayakan pada areal dengan kisaran suhu yang lebih luas jika dibandingkan dengan paprika yang dikategorikan tanaman iklim sejuk (Gniffke, 2004). Cabai mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi yang lebih hangat daripada paprika, namun pembentukan buah tidak terjadi dengan baik ketika suhu malam diatas 24 o C. Suhu yang baik bagi cabai adalah antara 20-30 o C. Ketika suhu dibawah 15 o C atau melebihi 32 o C untuk waktu yang cukup panjang, pertumbuhan dan potensi hasil biasanya akan menurun (Berke et al., 2005). Pemuliaan Tanaman Cabai Pemuliaan tanaman adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk merakit suatu varietas dengan kemampuan yang lebih baik dan dapat diterima oleh petani sebagai pengguna. Dalam melakukan pemuliaan tanaman dibutuhkan sumber daya genetik yang memiliki keragaman sehingga bisa dihasilkan variasi yang akan dilakukan seleksi. Tujuan akhir suatu kegiatan pemuliaan tanaman adalah dihasilkannya suatu varietas unggul. Pemuliaan cabai pada awalnya berkembang untuk merakit kultivar paprika. Pemuliaan untuk cabai pedas baru berkembang pada akhir-akhir ini (Sanjaya et al., 2002). Sebagai komoditas hortikultura yang penting, kini pemuliaan cabai mulai dikembangkan ke arah cabai merah, mengingat potensi pengembangannya yang lebih besar.

Pengembangan varietas cabai diarahkan untuk tujuan akhir didapatkannya varietas hibrida atau varietas bersari bebas (Open Pollinated Variety / OPV). Varietas unggul cabai merah di Indonesia masih mengarah ke aspek produksi yang tinggi, karena produktivitas cabai nasional yang masih rendah, yaitu sekitar 4 ton/ha (Kirana, 2006). Untuk meningkatkan produktivitas cabai, salah satu solusinya adalah menggunakan benih bermutu dari varietas unggul. Benih hibrida memiliki kelebihan dibandingkan dengan benih bersari bebas, antara lain produktivitas yang lebih tinggi dan lebih seragam. Kelemahan benih hibrida adalah harganya yang jauh lebih mahal dan biji yang didapatkan dari tanaman hibrida tidak bisa digunakan sebagai benih pada musim tanam berikutnya. Perbedaan harga benih hibrida dengan benih bersari bebas cukup tinggi, hal ini disebabkan proses pembuatan benih hibrida yang relative lebih sulit sehingga memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi. Interaksi Genetik x Lingkungan dan Analisis Stabilitas Tanaman Salah satu kriteria supaya varietas bisa dikatakan unggul adalah jika varietas tersebut mampu beradaptasi secara baik pada kondisi lingkungan yang beragam. Suatu parameter yang paling mudah diamati untuk menilai tingkat adaptasi suatu genotipe adalah dengan melihat kenampakan visual atau kondisi fenotipenya. Hal tersebut sejalan dengan tulisan Sujiprihati et al. (2006), yang menyatakan bahwa tingkat adaptasi tanaman bisa diukur dari penampilan tanaman, yang tergantung kepada genotipe, lingkungan, dan interaksi genotipe dan lingkungan. Untuk mengetahui tingkat adaptasi tanaman bisa dengan melakukan pengamatan visual secara langsung kepada genotipe yang dievaluasi. Untuk mengetahui tingkat adaptasi secara akurat dan terstruktur dilakukan pengujian multi lingkungan, yang terdiri atas multi musim dan multi lingkungan. Saraswati et al. (2006), menyatakan bahwa pengujian multi lingkungan dilakukan untuk melihat daya adaptasi dan stabilitas dalam mempertahankan penampilan potensi hasil di berbagai lokasi. Genotipe yang stabil dan adaptif akan menunjukkan kemampuan tumbuh yang sama pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pertumbuhan yang sama pada lingkungan yang berbeda menunjukkan bahwa

pengaruh genetik tanaman memiliki proporsi yang lebih besar terhadap penampilan tanaman jika dibandingkan dengan pengaruh lingkungan atau interaksi genetik dan lingkungan. Zen (2007) menyatakan bahwa nilai kontribusi galur yang rendah terhadap komponen varians interaksi Genotipe dan Lingkungan (interaksi G x L) sebesar 15 % menunjukkan bahwa galur tersebut lebih stabil daripada galur dengan nilai G x L sebesar 23 %. Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Saraswati (2006), bahwa ketidakstabilan hasil suatu kultivar di berbagai lingkungan biasanya menunjukkan interaksi yang tinggi antara faktor genetik dan lingkungan. Lingkungan Tanam Kondisi lingkungan tanam dalam budidaya tanaman bisa dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan musim dan lokasi. Budidaya tanaman pertanian pada musim tanam yang berbeda-beda akan memberikan hasil atau harga yang lebih baik (Berke, 2005). Pengaruh lain dari musim tanam adalah dari segi kondisi faktor lingkungan abiotik seperti radiasi matahari, kadar air tanah, suhu harian, dan faktor lainnya. Pada musim kemarau, suhu harian dan radiasi surya akan meningkat, namun akan diiringi oleh turunnya kelembaban. Kafidazeh (2008), menyatakan bahwa peningkatan suhu mampu menyebabkan turunnya daya kecambah polen cabai secara drastis. Suhu yang tinggi menyebabkan menurunnya jumlah buah yang terbentuk dan memperkecil ukuran buah cabai (Gniffke, 2004). Penanaman pada lokasi yang berbeda akan memberikan pengaruh berupa perbedaan kondisi agroklimat, sehingga berdampak terhadap pertumbuhan tanaman budidaya. Menurut Hartuti dan Sinaga (2006) umur panen cabai sangat bervariasi, salah satunya disebabkan oleh perbedaan lokasi penanaman. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sujiprihati et al. (2006), bahwa tanaman yang dibudidayakan di dataran tinggi memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih lama, sehingga umur panen yang ada juga lebih lama.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mencakup tiga unit lingkungan. Lingkungan Bogor1 dan Bogor2 dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2010 dan September 2010 Januari 2011 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Dramaga dan di Laboratorium Genetika dan Pemulian Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Lingkungan Boyolali dilaksanakan dari bulan Agustus Desember 2010 bertempat di lahan petani di Boyolali. Penulis tidak melaksanakan sendiri untuk lingkungan Boyolali, namun oleh tenaga lapang yang sudah terlatih. Bahan dan Alat Alat yang digunakan meliputi tray semai, cangkul, koret, ember, gayung, sprayer, timbangan, gelas ukur, jangka sorong, penggaris, dan kantong plastik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 galur cabai yaitu IPB001004, IPB002001, IPB002003, IPB002005, IPB002046, IPB009002, IPB009004, IPB009015, IPB009019, IPB015002, IPB015008, IPB019015, dan IPB120005. Galur tersebut merupakan galur cabai generasi lanjut hasil pemuliaan Tim Pemuliaan Cabai Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Tetua yang digunakan sebagai bahan persilangan terdiri dari beberapa golongan, yaitu cabai besar, cabai rawit, dan cabai keriting. Disamping itu juga digunakan 4 varietas komersial sebagai pembanding yaitu Gelora, Tit Super, Tombak, dan Trisula. Sarana produksi cabai yang digunakan adalah media semai, pupuk kandang, pupuk daun, pupuk NPK mutiara, urea, SP-18, KCl, ajir bambu, tali rafia, akarisida berbahan aktif Difocol 51 %, insektisida butiran berbahan Karbofuran 3 %, insektisida berbahan aktif Profenofos 50 %, fungisida berbahan aktif Mancozeb 45 %, fungisida berbahan aktif Propineb 70 %, dan bakterisida berbahan aktif Streptomisin sulfat 20 %. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Tersarang dua faktor dan tiga ulangan. Faktor utama adalah lingkungan tanam yang terdiri dari tiga taraf,

yaitu Bogor1, Bogor2, dan Boyolali. Faktor kedua sebagai anak petak adalah 17 genotipe cabai yang diuji, terdiri atas 13 galur cabai IPB dan 4 varietas komersial sebagai pembanding. Setiap lingkungan terdapat 51 satuan percobaan dengan masing-masing terdapat 20 tanaman Model matematis untuk analisis gabungan antar lokasi adalah: Y ijk = + i + i/j + k + ( ) ik + ijk dimana: Y ijk i i/j k = nilai peubah yang diamati = nilai tengah populasi = pengaruh lingkungan ke-i = pengaruh ulangan ke-i dalam lingkungan ke-j = pengaruh genotipe ke-k ( ) ik = pengaruh interaksi lingkungan ke-i genotipe ke-k ijk = pengaruh galat pada ulangan ke-i, lingkungan ke-j, dan genotipe ke-k i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3 k = 1, 2, 3,..., 17 Analisis data pengamatan kuantitatif menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada taraf 5 % untuk melihat perbedaan diantara perlakuan. Jika hasil pengujian menunjukkan beda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Dunnett pada taraf 5 %. Analisis stabilitas dilakukan pada karakter hasil dengan menggunakan metode Additive Main Effect and Multiplicative Interaction (AMMI). Hasil analisis stabilitas AMMI ditampilkan dengan menggunakan biplot untuk melihat galur-galur yang stabil pada tiga unit lingkungan atau spesifik pada lingkungan tertentu. Pelaksanaan Penelitian Penyemaian Penanaman cabai dilakukan dengan metode indirect planting, artinya benih cabai disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam di lapang. Benih disemai dalam tray semai 72 lubang yang diisi media tanam organik. Tiap lubang tray semai diisi dua benih. Seminggu setelah penyemaian dilakukan penyulaman untuk

benih yang tidak tumbuh. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman jika media mulai kering. Jika terdapat serangan OPT, dilakukan pengendalian dengan pestisida maupun secara manual. Setelah tanaman berusia 2 minggu, dilakukan penyemprotan pupuk daun dan pupuk kocor setiap minggu pada hari yang berbeda. Bibit cabai siap dipindah ke lahan setelah berusia 1.5 2 bulan, setidaknya tanaman memiliki setidaknya 4-6 daun sejati. Pengolahan Lahan Lahan disiapkan 2 minggu sebelum tanam. Pupuk dasar berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton /ha. Tanah diolah sehingga bercampur dengan pupuk kandang, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1 m, panjang 5 m, jarak antar bedeng 50 cm, tinggi bedeng 30 cm. Bedeng ditutup dengan mulsa plastik hitam perak setelah ditaburi dengan pupuk urea, SP-18 dan KCl, kemudian dibuat lubang tanam 50 cm x 50 cm. Penanaman Bibit Bibit yang telah dikeluarkan dari tray semai kemudian ditanam di bedengan sebatas posisi daun kotiledon. Bibit yang telah ditanam segera diberi insektisida butiran dan ditancapkan ajir bambu dan diikat dengan tali rafia dengan ikatan yang membentuk angka 8. Waktu penanaman dilakukan pada sore hari agar tidak terjadi penguapan yang berlebih. Pemberian insektisida butiran untuk mencegah serangan ulat tanah. Bibit yang selesai ditanam kemudian disiram agar tidak layu. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan gulma, pewiwilan, pengocoran, pengikatan ke ajir, dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan penyulaman dilakukan maksimal satu minggu setelah tanam. Penyiraman dilakukan apabila kondisi tanah mulai kering. Penyiangan gulma dilakukan secara manual. Satu minggu setelah penanaman, dilakukan pewiwilan pada tanaman, agar tidak tumbuh cabang air yang akan menggangu pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan lainnya adalah pengocoran, yang dilakukan seminggu sekali dengan larutan NPK mutiara dengan dosis 10 g/liter. Setelah tanaman tumbuh besar, dilakukan pengikatan kembali ke ajir agar

tanaman tumbuh tegak. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara teratur secara terpadu. Pemanenan Panen dilakukan setelah buah berwarna merah setidaknya 75 %. Data yang digunakan bukan merupakan data panen per petak, sehingga hanya tanaman contoh yang buahnya dipanen untuk kemudian ditimbang. Panen dilakukan dua kali seminggu untuk menghindari buah cabai busuk karena terserang antraknosa ketika berada di lahan. Pengamatan Karakter yang diamati adalah karakter kualitatif dan kuantitatif. Karakter yang diamati disesuaikan dengan karakter tanaman yang diperlukan untuk pelepasan varietas. Pengamatan yang dilakukan merujuk kepada deskripsi cabai berdasarkan International Plant Genetic Resources for Chili (IPGRI, 1995). Cara pengamatan masing-masing karakter adalah: Karakter kualitatif: 1. Bentuk kanopi (tegak, kompak, atau kompak), diamati setelah panen pertama. Gambar 1. Bentuk Kanopi Cabai. 3. Menyebar, 5. Kompak, 7. Tegak 2. Bentuk batang (bulat, bersudut, atau pipih), diamati setelah panen pertama. 3. Warna batang (hijau, hijau dengan garis ungu, ungu, atau lainnya), diamati sebelum tanaman dipindah ke lapang.

4. Bentuk daun (delta, oval, atau lanset), diamati setelah panen pertama, bentuk dari rata-rata 10 daun dewasa. Gambar 2. Bentuk Daun Cabai. 1. Delta, 2. Oval, 3. Lanset 5. Warna hijau daun (hijau muda, hijau, atau hijau tua), diamati ketika tanaman sudah dewasa. 6. Bentuk tepi daun (rata, agak bergelombang, atau bergelombang), diamati pada daun yang telah dewasa dan berukuran maksimum. 7. Bentuk ujung daun (runcing atau tumpul), diamati pada daun yang telah dewasa dan berukuran maksimum. 8. Tekstur permukaan daun (halus, agak kasar, atau kasar), diamati pada daun muda yang telah mencapai ukuran maksimum 9. Warna mahkota (putih, kuning muda, kuning, kuning hijau, ungu dengan warna dasar putih, ungu) 10. Jumlah mahkota (helai), diamati pada kisaran jumlah mahkota yang ada pada. 11. Warna anther (putih, kuning, hijau, biru, ungu muda, ungu), diamati setelah bunga mekar namun belum terjadi anthesis kelopak. 12. Jumlah anther (buah), diamati pada kisaran jumlah anther yang ada. 13. Bentuk ujung buah (runcing, tumpul, atau berlekuk), diamati sebagai rataan pada 10 buah. 14. Tekstur kulit buah (halus, agak kasar, atau kasar), diamati ketika buah sudah dewasa. 15. Warna buah muda (hijau cerah, hijau, atau hijau gelap), diamati ketika buah masih muda dan belum memasuki kematangan. 16. Warna buah tua (merah cerah, merah, atau merah gelap), diamati ketika buah telah mencapai kematangan penuh.

Karakter kuantitatif: 1. Lebar daun (cm), diukur rata-rata 10 daun yang telah berukuran maksimum pada percabangan utama pada titik terlebar. 2. Panjang daun (cm), diukur rata-rata 10 daun yang telah berukuran maksimum pada percabangan utama pada titik terpanjang. 3. Diameter batang (cm), diukur pada pertengahan batang sebelum dikotomus setelah panen pertama. 4. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi setelah panen pertama. 5. Lebar tajuk (cm), diukur setelah panen pertama. 6. Bobot 1 000 butir biji (g), berasal dari konversi penghitungan bobot 100 butir biji yang diulang sebanyak tiga kali. 7. Umur berbunga (HST), diukur dari mulai pindah tanam hingga 50 % populasi tanaman berbunga. 8. Umur berbuah (HST), diukur dari mulai pindah tanam hinga 50 % populasi tanaman berbunga 9. Diameter buah (cm), rata-rata diameter 10 buah pada titik terlebar yang berasal dari panen kedua. 10. Bobot per buah (g), rata-rata bobot 10 buah yang berasal dari panen kedua. 11. Tebal daging buah (mm), rata-rata tebal daging 10 buah pada titik tertebal yang berasal dari panen kedua. 12. Panjang buah (cm), rata-rata panjang 10 buah mengikuti bentuk buah yang berasal dari panen kedua 13. Bobot buah total per tanaman (g), ditimbang buah yang ada selama 8 minggu panen. 14. Produktivitas tanaman (ton/ha), dihitung dengan rumus: Produktivitas= / / % % (Komunikasi pribadi dengan Dr. Muhamad Syukur)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini meliputi tiga unit lingkungan yang berbeda, yaitu Bogor1 (mewakili dataran rendah beriklim kering), Bogor2 (mewakili dataran rendah beriklim basah), dan Boyolali (mewakili sentra produksi cabai). Data klimatologi untuk lingkungan 1 dan 2 (Bogor1 dan Bogor2) didapatkan dari Badan Klimatologi dan Geofisika Dramaga (Tabel Lampiran 1), sedangkan data curah hujan untuk lingkungan Boyolali didapatkan dari kantor Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Unit lingkungan Bogor1 dilakaksanakan pada bulan Maret Agustus 2010, curah hujan terendah terjadi pada bulan April, dengan curah hujan 42.9 mm, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Mei 2010, yaitu mencapai 303.4 mm. Curah hujan pada bulan April 2010 yang sangat rendah berdampak sangat besar kepada kondisi tanaman. Cekaman kekeringan yang sangat ekstrim pada saat pembungaan menyebabkan banyak tanaman yang gagal berbuah, karena bunganya rontok akibat kekurangan air. Moss (1984), menyatakan bahwa kekurangan air merupakan penyebab terbesar kehilangan hasil pada tanaman pertanian. Penyiraman yang dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), tidak banyak membantu sehingga tanaman tetap layu. Hal tersebut diperparah dengan kenaikan suhu dari rata-rata 25.68 o C menjadi 27.1 o C. Penelitian di lingkungan Bogor2 dilaksanakan pada bulan September 2010-Januari 2011. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September (curah hujan 601.0 mm), sedangkan terendah terjadi pada bulan Desember 2010 (curah hujan 177.3 mm). Distribusi curah hujan selama musim penanaman memiliki kecenderungan bahwa di awal penanaman, saat terjadi pertumbuhan pertumbuhan vegetatif, curah hujan sangat tinggi, sehingga kebutuhan air tercukupi dengan baik. Ketika tanaman berada dalam fase generatif, curah hujan menurun sehingga berada di kisaran 200 mm/bulan, sehingga masih cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman, namun tidak terlalu lembab sehingga serangan penyakit antraknosa tidak terlalu tinggi. Nilai rataan suhu harian berkisar antara 25.0 (Nopember) 25.5 (Desember) o C. Kelembaban udara pada awal musim tanam di

lingkungan Bogor2 cukup tinggi, yaitu 84 86 %, disertai curah hujan sebesar 436.20 601.00 mm/bulan. Pada pertanaman terjadi serangan penyakit senthik, yang disebabkan oleh cendawan Choanephora cucurbitarum. Penyakit ini terutama banyak menyerang galur IPB002001 dan IPB002005. Serangan penyakit ini menyebabkan cabang dan ranting busuk dan mati. Penelitian di lingkungan Boyolali dilaksanakan pada bulan Agustus- 138.00 Desember 2010. Curah hujan yang tercatat setiap bulan berkisar antara 260.00 mm, dengan rataan 263.00 mm/bulan. Curah hujan yang paling menonjol adalah pada bulan keempat penanaman, sebesar 336.00 mm, ketika tanaman mulai berada dalam fase awal produksi. Akibat yang muncul adalah banyaknya buah yang busuk terserang antraknosa, meskipun bobot total buah tidak terlalu terpengaruh. Organisme pengganggu tanaman (OPT) utama yang menyerang pertanaman meliputi Colletotrichum spp (penyebab penyakit antraknosa), Virus Gemini (penyakit menguning), lalat buah (Bactrocera dorsalis) dan kutu daun (Aphidae). Bosland dan Votava (2000), menyatakan bahwa gejala yang paling umum adalah pertumbuhan yang kerdil, keriting, atau daunnya terpelintir, adanya gejala mozaik berwarnaa kuning cerah, penurunan jumlah daun dan buah, serta berkurangnya hasil. Gambar 3. Gejala Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai A. Penyakit Keriting Kuning, B. Layu Bakteri, C. Senthik, D. Antaknosa

Karakter Kualitatif Karakter kualitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh satu atau beberapa gen. Karakter kualitatif sedikit sekali dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sehingga pengamatan karakter ini dilakukan hanya sekali. Karakter kualitatif pada genotipe yang diuji menunjukkan adanya perbedaan dengan varietas pembanding. Dari 16 karakter kualitatif yang diamati, hanya karakter warna batang dan bentuk batang yang tidak menunjukkan perbedaan, yaitu semua genotipe memiliki warna batang hijau dengan bentuk batang bulat (Tabel 1). Tabel 1. Penampilan Bentuk Kanopi, Warna, dan Bentuk Batang 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding yang Diuji Genotipe Bentuk Kanopi Bentuk Batang Warna Batang IPB001004 Kompak Bulat Hijau IPB002001 Kompak Bulat Hijau IPB002003 Tegak Bulat Hijau IPB002005 Kompak Bulat Hijau IPB002046 Kompak Bulat Hijau IPB009002 Kompak Bulat Hijau IPB009004 Kompak Bulat Hijau IPB009015 Kompak Bulat Hijau IPB009019 Tegak Bulat Hijau IPB015002 Menyebar Bulat Hijau IPB015008 Tegak Bulat Hijau IPB019015 Kompak Bulat Hijau IPB120005 Kompak Bulat Hijau Gelora Kompak Bulat Hijau Tit Super Menyamping Bulat Hijau Tombak Kompak Bulat Hijau Trisula Menyamping Bulat Hijau Karakter pertama yang menunjukkan adanya perbedaan adalah karakter bentuk kanopi. Galur IPB002003, IPB009019, dan IPB015008 memiliki kanopi yang berbentuk tegak, sedangkan galur IPB015002 berbentuk menyamping, sama dengan varietas pembanding Trisula dan Tit Super. Galur lain yang diuji memiliki bentuk kanopi yang sama dengan varietas pembanding Gelora dan Tombak, yaitu kompak. Bentuk kanopi merupakan gambaran secara umum penampilan tanaman

di lapang. Tanaman dengan bentuk kanopi yang menyebar, yaitu IPB015002, Tit Super, dan Trisula dahan dan rantingnya akan melengkung ketika dipenuhi buah, sehingga mudah patah jika ukuran batangnya kecil. Bentuk daun galur IPB002001 dan IPB009015 adalah sama dengan varietas Tombak, yaitu delta, sedangkan IPB002046 merupakan satu-satunya galur dengan bentuk daun lanset. Galur lain memiliki bentuk daun yang sama dengan varietas Gelora, Tit Super, dan Trisula, yaitu oval (Tabel 2). Tabel 2. Penampilan Bentuk Daun, Bentuk Tepi Daun, dan Bentuk Ujung Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding Genotipe Bentuk Daun Bentuk Tepi Daun Bentuk Ujung Daun IPB001004 Oval Rata Tumpul IPB002001 Delta Rata Tumpul IPB002003 Oval Agak Bergelombang Runcing IPB002005 Oval Agak Bergelombang Runcing IPB002046 Lanset Agak Bergelombang Agak Runcing IPB009002 Oval Agak Bergelombang Runcing IPB009004 Oval Agak Bergelombang Runcing IPB009015 Delta Rata Agak Runcing IPB009019 Oval Rata Runcing IPB015002 Oval Rata Agak Runcing IPB015008 Oval Rata Agak Runcing IPB019015 Oval Rata Runcing IPB120005 Oval Agak Bergelombang Tumpul Gelora Oval Rata Agak Runcing Tit Super Oval Bergelombang Agak Runcing Tombak Delta Agak Bergelombang Runcing Trisula Oval Agak Bergelombang Agak Runcing Tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan bentuk tepi daun pada galur-galur yang diuji. Galur IPB002003, IPB002005, IPB002046, IPB009002, IPB009004, dan IPB120005 memiliki bentuk tepi daun yang agak bergelombang, serupa dengan varietas pembanding Tombak dan Trisula. Galur lainnya memiliki bentuk tepi daun yang rata, serupa dengan varietas Gelora. Tit Super merupakan satusatunya pembanding dengan bentuk tepi daun yang bergelombang, berbeda dengan genotipe lainnya.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa galur IPB001004, IPB002001, dan IPB120005 memiliki bentuk ujung daun yang tumpul, berbeda dengan semua pembanding. Galur IPB002046, IPB009015, IPB015002, dan IPB015008 memiliki bentuk ujung daun yang agak runcing, serupa dengan varietas pembanding Gelora, Tit Super, dan Trisula. Galur lainnya memiliki ujung daun yang runcing, serupa dengan varietas pembanding Tombak. Tabel 3 menunjukkan perbedaan warna dan tekstur daun diantara galur dan varietas yang ditanam. Galur IPB002003 dan IPB009015 merupakan genotipe yang memiliki warna daun hijau, berbeda dengan 11 galur lainnya dan 4 varietas pembanding yang memiliki warna daun hijau tua. Tabel 3. Penampilan Warna Daun dan Tekstur Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding Genotipe Warna Daun Tekstur Daun IPB001004 Hijau Tua Halus IPB002001 Hijau Tua Halus IPB002003 Hijau Halus IPB002005 Hijau Tua Agak Kasar IPB002046 Hijau Tua Agak Kasar IPB009002 Hijau Tua Halus IPB009004 Hijau Tua Halus IPB009015 Hijau Halus IPB009019 Hijau Tua Agak Kasar IPB015002 Hijau Tua Agak Kasar IPB015008 Hijau Tua Halus IPB019015 Hijau Tua Halus IPB120005 Hijau Tua Halus Gelora Hijau Tua Agak Kasar Tit Super Hijau Tua Kasar Tombak Hijau Tua Kasar Trisula Hijau Tua Agak Kasar Tekstur daun genotipe yang diuji dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu halus, agak kasar, dan kasar. Galur yang memiliki permukaan daun yang halus adalah IPB001004, IPB002001, IPB002003, IPB009002, IPB009004, IPB015008, IPB019015, dan IPB120005, sedangkan IPB002005, IPB002046, IPB009019, dan IPB015002 memiliki permukaan daun yang agak kasar, serupa

dengan varietas pembanding Gelora, Tombak, dan Trisula. Varietas Tit Super merupakan satu-satunya genotipe yang berdaun kasar. Karakter lain yang diamati adalah warna dan jumlah mahkota serta warna dan jumlah anther. Semua genotipe yang ditanam, baik galur yang diuji maupun varietas pembanding memiliki warna mahkota yang sama, yaitu putih (Tabel 4). Warna anther bunga cabai terbagi menjadi dua, yaitu ungu dan biru muda. Galur yang memiliki warna anther biru muda adalah IPB002003, IPB009002, dan IPB019015, serupa dengan varietas Tombak. Sepuluh galur lain memiliki kesamaan warna anther dengan tiga varietas pembanding lainnya, yaitu ungu. Tabel 4. Penampilan Warna dan Jumlah Mahkota dan Warna dan Jumlah Anther 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding Genotipe Warna Jumlah Warna Jumlah Mahkota Makota Anther Anther IPB001004 Putih 5 Ungu 5 IPB002001 Putih 5-6 Ungu 5-6 IPB002003 Putih 6 Biru Muda 6 IPB002005 Putih 5-6 Ungu 5-6 IPB002046 Putih 5 Ungu 5 IPB009002 Putih 5-6 Biru Muda 5-6 IPB009004 Putih 5-6 Ungu 5-6 IPB009015 Putih 5-6 Ungu 5-6 IPB009019 Putih 5-6 Ungu 5-6 IPB015002 Putih 5-6 Ungu 5-6 IPB015008 Putih 5-6 Ungu 5-6 IPB019015 Putih 5-7 Biru Muda 5-7 IPB120005 Putih 5-7 Ungu 5-7 Gelora Putih 5 Ungu 5 Tit Super Putih 5-6 Ungu 5-6 Tombak Putih 5-6 Biru Muda 5-6 Trisula Putih 5-6 Ungu 5-6 Setiap genotipe yang diuji memiliki mahkota dan anther dengan jumlah yang sama dalam setiap buah (Tabel 4). Galur IPB001004 dan IPB002046 memiliki jumlah mahkota dan anther yang sama dengan varietas pembanding Gelora, yaitu 6 buah tiap kuntum bunga. Galur IPB002001, IPB002005, IPB009002, IPB009004, IPB009015, IPB009019, IPB015002, dan IPB015008

memiliki jumlah mahkota dan anther yang sama dengan Tit Super, Tombak, dan Trisula, yaitu berkisar antara 5-6 buah dalam satu bunga. Galur IPB019015 dan IPB120005 memiliki kisaran jumlah mahkota dan anther yang lebih lebar, yaitu 5-7 buah/bunga. Galur IPB002003 memiliki jumlah mahkota dan anther yang selalu 6, berbeda dengan semua genotipe lainnya. Karakter kualitatif terakhir yang bisa dijadikan pembeda adalah tekstur kulit buah, bentuk ujung buah, warna buah muda, dan warna buah masak, yang bisa dilihart pada Tabel 5. Tekstur kulit buah digolongkan menjadi tiga, yaitu halus, agak kasar, dan kasar. Tit Super merupakan satu-satunya genotipe yang berkulit kasar, sedangkan kulit agak kasar terdapat pada galur IPB002001, IPB002003, IPB009002, IPB019015. Sembilan galur lainnya memiliki tekstur kulit yang halus, sama seperti varietas Gelora, Tombak, dan Trisula. Tabel 5. Penampilan Tekstur Kulit Buah, Bentuk Ujung Buah, Warna Buah Muda, dan Warna Buah Masak 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding Genotipe Tekstur Kulit Bentuk Warna Buah Warna Buah Buah Ujung Buah Muda Masak IPB001004 Halus Tumpul Hijau Merah IPB002001 Agak Kasar Runcing Hijau Merah IPB002003 Agak Kasar Runcing Hijau Merah Tua IPB002005 Halus Runcing Hijau Merah IPB002046 Halus Tumpul Hijau Merah Cerah IPB009002 Agak Kasar Tumpul Hijau Merah IPB009004 Halus Tumpul Hijau Tua Merah Cerah IPB009015 Halus Tumpul Hijau Muda Merah IPB009019 Halus Runcing Hijau Merah Cerah IPB015002 Halus Tumpul Hijau Tua Merah IPB015008 Halus Tumpul Hijau Muda Merah IPB019015 Agak Kasar Tumpul Hijau Muda Merah IPB120005 Halus Tumpul Hijau Merah Cerah Gelora Halus Runcing Hijau Tua Merah Tit Super Kasar Runcing Hijau Tua Merah Tua Tombak Halus Tumpul Hijau Merah Cerah Trisula Halus Runcing Hijau Tua Merah

Karakter bentuk ujung buah yang diamati bisa dibedakan menjadi dua, yaitu tumpul dan runcing. Galur IPB002001, IPB002003, IPB002005, dan IPB009019 memiliki ujung buah yang runcing, serupa dengan varietas Gelora, Tit Super, dan Trisula. Galur lainnya memiliki ujung buah yang berbentuk tumpul, serupa dengan varietas Tombak. Warna kulit buah muda digolongkan menjadi tiga, yaitu hijau muda, hijau, dan hijau tua. Warna kulit hijau muda terdapat pada galur IPB009015, IPB015008, dan IPB019015. Galur IPB009004 dan IPB015002 memiliki warna kulit buah muda hijau tua, sama dengan varietas Gelora, Tit Super, dan Trisula.Galur lainnya memiliki warna buah muda yang sama dengan varietas Tombak, yaitu hijau. Warna buah matang merupakan karakter kualitatif terakhir yang diamati. Karakter ini dibagi menjadi tiga, yaitu merah cerah, merah, dan merah tua. Warna merah cerah terdapat pada galur IPB002046, IPB009004, dan IPB009019, serupa dengan varietas Tombak. Warna merah tua terdapat pada galur IPB002003 dan varietas Tit Super. Galur lainnya dan varietas Gelora dan Trisula saat matang berwarna merah.

Karakter kuantitatif Rekapitulasi F-hitung dan Koefisien Keragaman Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam (Tabel 6), lingkungan dan genotipe memberikan pengaruh yang nyata terhadap hampir semua karakter kuantitatif yang diamati, kecuali pada karakter produksi di lingkungan Bogor2. Interaksi antara perlakuan lingkungan dan genotipe memberikan pengaruh yang sangat nyata, kecuali untuk karakter lebar tajuk dan produksi di lingkungan Bogor2. Tabel 6. Rekapitulasi F-hitung dan Koefisien Keragaman No. Peubah KT Lingkungan KT Genotipe KT GxL KK (%) 1 Lebar Daun 6.07 ** 0.45 ** 0.19 ** 7.42 2 Panjang Daun 225.15 ** 2.22 ** 1.02 ** 7.64 3 Diameter Batang 72.10 ** 5.06 ** 1.81 ** 8.70 4 Tinggi Tanaman 18.79 ** 658.19 ** 210.79 ** 8.32 5 Lebar Tajuk 6 942.51 ** 354.65 tn 251.08 tn 18.42 6 Bobot 1 000 biji 61.68 ** 2.21 ** 1.21 ** 14.63 7 Umur Berbunga 790.97 ** 33.12 ** 17.31 ** 9.14 8 Umur Berbuah 5 310.74 ** 290.83 ** 244.18 ** 2.02 9 Diameter Buah 276.41 ** 40.79 ** 5.86 ** 5.15 10 Bobot Buah 848.28 ** 23.48 ** 9.94 ** 9.40 11 Tebal Daging Buah 1.59 ** 0.55 ** 0.34 ** 8.39 12 Panjang Buah 256.22 ** 16.62 ** 4.70 ** 7.48 13 Bobot Buah Total 5 186 266.00 ** 52 756.94 ** 43 292.54 ** 26.08 14 Produktivitas 5 186 266.00 ** 52 756.94 ** 43 292.54 ** 26.08 No. Peubah KT Ulangan KT Genotipe KT Model KK (%) 15 Produksi (Bogor1) 8 476.32 * 7 869.07 ** 7 936.55 ** 41.77 16 Produksi (Bogor2) 4 631.12 tn 27 291.52 tn 24 813.54 tn 26.70 17 Produksi (Boyolali) 40 700.33 ** 104 172.93 ** 97 120.42 ** 17.60 Keterangan: * berbeda nyata pada taraf 5 %, ** berbeda nyata pada taraf 1 %, dan tn tidak berbeda nyata. Nilai koefisien keragaman (KK) yang didapatkan berkisar antara 2.02 % (karakter umur berbuah) hingga 41.77 % (karakter produksi pada lingkungan Bogor1). Gomez dan Gomez (1995) menyebutkan bahwa nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Nilai KK yang semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat validasi suatu percobaan akan semakin rendah.

Lebar Daun dan Panjang Daun Karakter lebar daun dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, genotipe cabai, dan interaksi antara keduanya. Rataan lebar daun cabai yang ditanam di tiga lingkungan adalah 3.24 cm. Tanaman di lingkungan Bogor1 memiliki nilai rataan lebar daun yang paling kecil, yaitu 2.90 cm, lebih kecil jika dibandingkan dengan Bogor2 (3.23 cm). Pertanaman di Boyolali memiliki daun yang paling lebar dibandingkan dengan dua lingkungan lainnya, yaitu sebesar 3.24 cm (Tabel 7). Tabel 7. Rataan Lebar Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Lingkungan Genotipe Lebar Daun (cm) Bogor1 Bogor2 Boyolali Rata-Rata IPB001004 2.95 3.13 c 3.60 3.23 c IPB002001 3.30 b 3.27 3.68 3.42 IPB002003 2.59 c 3.32 3.35 3.09 ac IPB002005 2.62 c 2.78 c 3.79 3.06 ac IPB002046 2.80 c 2.85 c 3.66 3.10 ac IPB009002 2.63 c 2.93 c 3.40 2.99 c IPB009004 3.40 bd 3.55 3.59 3.51 d IPB009015 3.28 b 3.16 c 3.55 3.33 c IPB009019 2.14 abcd 3.23 3.36 2.91 c IPB015002 2.59 c 3.09 c 3.53 3.07 ac IPB015008 3.61 abd 3.79 3.46 3.62 bd IPB019015 2.53 ac 3.06 c 3.77 3.12 c IPB120005 2.76 c 2.89 c 3.82 d 3.15 c Gelora 3.09 3.54 3.68 3.43 Tit Super 2.69 3.21 3.66 3.19 Tombak 3.38 3.92 3.73 3.68 Trisula 2.86 3.22 3.33 3.14 Rata-rata 2.90 C 3.23 B a3.59 A 3.24 Keterangan : - Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, dan d pada kolom yang sama, berturut-turut berbeda nyata dengan Gelora, Tit Super, Tombak, dan Trisula berdasarkan uji Dunnett pada taraf 5 %. - Angka yang diikuti huruf kapital yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %. Galur IPB001004, IPB009002, IPB009015, IPB009019, IPB019015, dan IPB120005 memiliki lebar daun yang lebih kecil jika dibandingkan dengan varietas Tombak (3.68 cm), namun tidak berbeda dengan ketiga varietas pembanding lainnya. Galur IPB002003, IPB002005, IPB002046, dan IPB015002 lebih sempit jika dibandingkan dengan varietas Gelora (3.43 cm) dan Tombak.

Daun galur IPB015008 lebih lebar daripada varietas pembanding Tit Super (3.19 cm) dan Trisula (3.14 cm). Daun galur IPB009004 lebih lebar jika dibandingkan dengan varietas Trisula, namun tidak berbeda dengan ketiga pembanding lainnya. Lingkungan budidaya, genotipe, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh terhadap ukuran panjang daun cabai. Cabai yang ditanam di Boyolali memiliki daun yang lebih panjang (11.62 cm), lebih besar daripada tanaman yang ditanam di Bogor2 (8.42 cm) maupun Bogor1 (7.66 cm). Data mengenai panjang daun disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Panjang Daun 13 Galur Cabai IPB yang Diuji dan 4 Varietas Pembanding di Tiga Lingkungan Genotipe Panjang Daun (cm) Bogor1 Bogor2 Boyolali Rata-Rata IPB001004 7.49 9.01 12.07 d 9.52 IPB002001 8.33 7.12 ac 12.05 d 9.17 a IPB002003 6.63 a 8.05 a 10.80 abc 8.49 ac IPB002005 7.00 8.01 a 11.91d 8.97 a IPB002046 8.56 8.89 11.68 9.71 IPB009002 7.44 8.24 a 10.91 ac 8.87 a IPB009004 7.75 8.98 11.49 9.40 IPB009015 7.91 7.57 a 11.49 8.99 a IPB009019 6.26 a 8.91 11.28 8.82 a IPB015002 6.8 7.62 a 11.18 8.53 ac IPB015008 8.76 9.29 11.54 9.86 IPB019015 7.04 7.83 a 12.35 d 9.07 a IPB120005 7.89 8.06 a 12.27 d 9.41 Gelora 8.93 10.10 12.04 10.36 Tit Super 7.32 7.87 11.75 8.98 Tombak 8.47 8.97 11.89 9.78 Trisula 7.64 8.54 10.81 9.00 Rata-rata 7.66 C 8.42 B 11.62 A 9.23 Keterangan : - Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, dan d pada kolom yang sama, berturut-turut berbeda nyata dengan Gelora, Tit Super, Tombak, dan Trisula berdasarkan uji Dunnett pda taraf 5 %. - Angka yang diikuti huruf kapital yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %. Genotipe yang memiliki daun paling panjang adalah varietas pembanding Gelora, dengan panjang daun 10.36 cm. Daun galur IPB002001, IPB002005, IPB009002, IPB009015, IPB009019 dan IPB019015 lebih pendek dibandingkan varietas Gelora, namun tidak berbeda dengan ketiga pembanding lainnya. Galur