BAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes

dokumen-dokumen yang mirip
Anak agung ayu S. D, Zuhriana K. Yusuf, Andi Mursyidah Jurusan ilmu keperawatan FIKK UNG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

Orientasi adalah melihat - lihat atau meninjau supaya kenal atau tahu. Dalam konteks keperawatan orientasi berarti mengenalkan segala sesuatu tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Menurut Hanskins et al (2004)

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleksnya tugas dan fungsi dari perawat di rumah sakit, maka rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. April 2006 oleh Gubernur Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999). yang terus berkembang (Depkes RI, 1999).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. serta dapat dimanfaatkan untuk penelitian (Hartono, 2010). Menurut Farjam di institusi Rumah Sakit, tenaga paramedis perawatan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN KEPATUHAN TERHADAP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF.DR.R.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

BAB I PENDAHULUAN. mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi. intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath)

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayananan komunikasi terapeutik merupakan pelayanan komunikasi

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hatta (2011), pelayanan rekam medis adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, pelayanan keperawatan mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan. mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain dan

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan.perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OBEDIENCE OF NURSE IN IMPLEMENTING STANDART OPERATING PROCEDURE OF INFUSION INSERTION WITH THE PHLEBITIS

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan zaman, banyak perubahan yang terjadi di dunia dengan adanya perkembangan, baik dibidang teknologi maupun dalam peningkatan pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan merupakan pelayanan esensial dan sentral dari pelayanan rumah sakit dan kelangsungannya sangat di tentukan oleh kinerja perawat pelaksana dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes RI, 2001) Segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasiennya, bertujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali. Pelayanan kesehatan yang berkualitas, dilihat dari fungsi pelayanan kesehatan. Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai, mengarahkan yang dilakukan supervisi untuk mengurangi penyimpangan yang terjadi. Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berhubungan dengan kualitas pelayanan (Nursalam, 2012). Menurut Kelly & Joel, 1995 (dalam Saam, 2012) menyatakan bahwa keperawatan merupakan profesi yang harus disertai dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi yang disebut dengan profesional. Perawat profesional yang bertugas dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari kepatuhan perilaku perawat dalam setiap tindakan prosedur yang

bersifat invasif seperti halnya pemasangan infus. Pemasangan infus dilakukan oleh setiap perawat. Semua perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan mengenai pemasangan infus yang sesuai standar operasional prosedur (SOP). Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dilakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry & Potter, 2005). Dengan melakukan tindakan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan seperti terjadinya infeksi. Pemasangan infus sesuai standar berbeda-beda di masingmasing rumah sakit, dalam hal ini pemasangan infus sesuai standar belum dilakukan secara maksimal sesuai dengan SOP. Untuk mengatasi hal tersebut perlu kerja sama antara pelaksana supervisi dan yang disupervisi. Karena dengan diadakannya supervisi dapat memberikan pengawasan atau pemantauan yang dapat membantu meningkatkan kinerja bawahan untuk hasil yang maksimal dengan memberikan bantuan secara langsung ditempat yang sesuai, khususnya dalam pemasangan infus sesuai SOP yang telah ditetapkan untuk mengurangi berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul (Suarli & Bahtiar, 2009). Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam ruangan yang berdekatan atau anatara suatu tempat tidur dengan tempat tidur lainnya. Semua pasien yang dirawat dirumah sakit setiap tahun 50% mendapat teravi intravena. Prosedur tindakan pemasangan infus sering dilakukan di rumah sakit. Dampak yang terjadi dari infeksi tindakan

pemasangan infus (phlebitis) bagi pasi en menimbulkan dampak yang nyata yaitu ketidaknyamanan pasien, pergantian kateter baru, menambah lama perawatan dan akan menambah biaya lama perawatan di rumah sakit. Hal ini akan mencerminkan mutu pelayanan dan menurunkan citra dan kualitas pelayanan rumah sakit. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas, apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar SOP yang telah ditetapkan (Priharjo,2008). Dalam memberikan pelayanan, Perawat dapat menggunakan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, rehabilitator, edukator dan konsultan sesuai dengan karakter yang dimiliki, untuk membantu individu memperoleh keseimbangan dalam pencapaian proses penyembuhan. Setiap perawat mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam memberi pelayanan yang merupakan ciri khas dari setiap individu. Melalui proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian sampai evluasi untuk menentukan masalah praktis yang dialami individu. Untuk mencapai hal-hal yang positif memerlukan kinerja atau tindakan yang sesuai standar yang ditetapkan yang harus dilaksanakan oleh perawat. Karena hal ini dapat mengurangi terjadinya resiko yang menggagalkan pencapaian tujuan dalam pemberian pelayanan (Saam & Wahyuni, 2012). Menurut Green, 1991 faktor-faktor pemungkin ( enabling) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Faktor pendukung yaitu tersedianya sumber-sumber/sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi kemudahan untuk dapat terlaksananya pelayanan yang sesuai dengan standar

harus didukung dengan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang memadai dari SDM yang ada (Saam & Wahyuni, 2012). Dalam penelitian Tri, 2012 hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara supervisi kepala ruangan, sikap perawat dengan kepatuhan pelaksanaan prosedur tetap (Protap) pemasangan infus dengan signifikansi (P value: 0,000; α: 0,05). Dilihat dari 30 perawat tidak patuh dalam pelaksanaan prosedur tetap (Protap) pemasangan infus dan supervisi kepala ruangan dalam kategori kurang baik menunjukan bahwa peran supervisi kepala rungan kurang, dilihat dari kurangnya pengawasan, motivasi, bimbingan dan kesalahan dari persepsi perawat itu sendiri dan 2 perawat dalam kategori tidak patuh pelaksanaan prosedur tetap (Protap). Hal ini ditunjukkan dengan perawat yang tidak mencuci tangan terlebih dahulu, tidak menggunakan pengalas, tidak memasang torniquet, tidak menggunakan bengkok dan kapas alkohol yang sudah dipakai diletakkan di tempat yang sama dengan alat alat yang masih bersih. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Natalia, (2010) menunjukkan hasil penelitian yang fokus pada karakteristik perawat yang menunjukan terhadap salah satu tindakan keperawatan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai cuci tangan dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan ( p =0,02), ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan (p = 0,04), ada hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan (p = 0,02), ada hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan (p = 0,04) di Rumah

Sakit Columbia Asia Medan. Rumah sakit Columbia Asia Medan memiliki tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan dengan kategori kepatuhan minimal (72,61%). Dilihat dari segi pendidikan yang tinggi, tetapi apabila tidak ada kemauan mereka tidak akan patuh melakukan prosedur cuci tangan tersebut. Perawat yang masa kerjanya kurang dari lima tahun malah lebih patuh daripada perawat yang masa kerjanya lebih dari 10 tahun. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan paling tinggi adalah pada perawat berusia antara 25 tahun sampai 35 tahun (80,00%) dan Kepatuhan paling rendah berada pada umur > 35 tahun (58,33%). Sedangkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan mempunyai kepatuhan yang lebih tinggi (73,75%) untuk melakukan prosedur cuci tangan. Sehingga tingkat kepatuhan perawat ada hubungannya dengan karakteristik dan sikap perawat dipengaruhi oleh usia, pengetahuan, pendidikan, massa kerja dan jenis kelamin. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Toto Kabila, pada tanggal 9 Desember 2013, khususnya di ruangan Interna dan IGD dengan jumlah 36 perawat. Di ruangan Interna terdapat 18 perawat, dan di ruangan IGD, terdapat 18 perawat. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti tahun 2013 dari 5 perawat, 3 diantaranya belum melakukan tindakan pemasangan infus yang sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Sebab tidak semua perawat melakukan tindakan pemasangan infus sesuai standar yaitu contohnya ketika melakukan desinfektan tidak melakukan dengan satu arah dan kapas yang digunakan berulang-ulang dan tidak menggunakan pengalas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dengan informasi yang

diperoleh dari kepala keperawatan RSUD Toto Kabila, bahwa kurang dan tidak dilakukannya kegiatan supervisi tindakan diruangan, sedangkan perawat yang ada di Rumah Sakit Toto Kabila masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda dilihat dari segi umur, pendidikan, pengetahuan dan masa kerja. Setiap perawat yang bekerja memiliki pengetahuan dan umur yang berbeda-beda. Perawat yang ada dirumah sakit tidak sepenuhnya patuh dalam melakukan tindakan namun memiliki skill yang mahir sedangkan dilihat dari masa kerja perawat yang justru lama tidak patuh dalam bekerja. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran supervisi dan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus sesuai SOP DI Ruang IGD dan Interna RSUD Toto Kabila. 1. 2 Identifikasi Masalah 1. Beberapa penelitian menunjukan, pelaksanaan pemasangan infus dan supervisi kepala ruangan masih kurang baik, masih banyak perawat yang belum melakukan tindakan pemasangan infus sesuai SOP seperti tidak menggunakan bengkok, dan kapas alkohol yang sudah dipakai diletakkan ditempat yang sama dengan alat alat yang masih bersih. 2. Tidak adanya supervisi tindakan di masing-masing ruangan yang dilakukan oleh kepala ruangan. 3 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa tidak dilakukannya supervisi tindakan, dengan observsi yang dilakukan didapatkan 5 perawat dan 3 diantaranya belum

melakukan pemasangan infus sesuai prosedur tetap. Yaitu dilihat dari perawat yang tidak melakukan desinfektan dengan satu arah dan kapas yang digunakan berulang-ulang sekaligus tidak menggunakan pengalas pada saat melakukan tindakan. 4. Masih banyak Perawat yang tidak sepenuhnya patuh dalam melakukan tindakan namun memiliki skill yang mahir. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut: Mengetahui gambaran supervisi dan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus sesuai SOP di Ruang Interna dan IGD RSUD Toto Kabila. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahuai gambaran supervisi dan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), di RSUD Toto Kabila. 1.4.2 Tujuan Khusus 1) Diketahuinya karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat dalam pemasangan infus sesuai dengan SOP. 2) Diketahuinya supervisi dengan kepatuhan perawat dalam pemasangan infus sesuaai dengan SOP.

3) Diketahuinya kepatuhan perawat dalam pemasangan infus sesuai dengan SOP. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai dua aspek manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang dalam referensi ilmu dan dapat menambah pustaka tentang gambaran supervisi dan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus sesuai dengan SOP. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Responden Dapat membantu mengurangi atau meminimalkan pelayanan yang di berikan terhadap komplikasi dalam pemasangan infus. 2. Perawat Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan acuan bagi perawat dalam melakukan pemasangan infus sesuai dengan SOP. 3. Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan dan pembuatan standar operasional prosedur (SOP) tentang pemasangan infus pada pasien yang terpasang infus. 4. Peneliti

Penelitian ini merupakan media penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dalam teori dan manambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti khususnya gambaran suverfisi dan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus sesuai SOP.