MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI JAMBI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/II/2009 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN INFORMASI KETENAGAKERJAAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/VIII/2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

- 1 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. /MEN/ /2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAN MENTERI DALAM NEGERI

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2016, No perkembangan saat ini sehingga perlu disempurnakan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-28/MEN/XII/2008. TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/V/2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN KANTOR CABANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 23 TAHUN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

9. Keputusan /2 ATE\MW\DATAWAHED\2016\PER.GUB\NOVEMBER

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/I/2005 TENTANG

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 457 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENETAPAN UPAH MINIMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA. No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 226 /MEN/2003

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

WALIKOTA KEDIRI NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL WALIKOTA MADIUN,

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Tahun 2000). Sekitar satu dasa warsa lalu, jumlah. laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir,

2013, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1918); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PERLINDUNGAN DI BIDANG KETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/I/2009 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODA STATISTIKA KETENAGAKERJAAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Penggunaan Metoda Statistika Ketenagakerjaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4273); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 34); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31/P Tahun 2007;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODA STATISTIKA KETENAGAKERJAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Metoda statistika ketenagakerjaan adalah metoda yang dipergunakan untuk pengumpulan, pengolahan, dan penganalisisan serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar klasifikasi dan karakteristik data dari jenis informasi ketenagakerjaan. 2. Pengumpulan data dan Informasi ketenagakerjaan adalah pencatatan peristiwa, keterangan, dan karakteristik baik sebagian maupun keseluruhan populasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. 3. Pengolahan data dan informasi ketenagakerjaan adalah proses penataan dan penghitungan data dan informasi ketenagakerjaan sesuai dengan tahapan dan kebutuhan yang dapat dilakukan secara manual dan/atau elektronik. 4. Analisis data dan informasi ketenagakerjaan adalah proses penguraian data dan informasi ketenagakerjaan dari hasil pengolahan data dan informasi ketenagakerjaan yang memuat interpretasi dan kesimpulan. 5. Sensus ketenagakerjaan adalah cara pengumpulan data dan informasi ketenagakerjaan yang dilakukan melalui pencacahan semua unit populasi untuk memperoleh karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. 6. Survei ketenagakerjaan adalah cara pengumpulan data dan informasi ketenagakerjaan yang dilakukan melalui pencacahan sampel untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. 7. Kompilasi produk administrasi adalah cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data yang didasarkan pada catatan administrasi yang ada pada pemerintah dan/atau masyarakat. 8. Sampel adalah sebagian unit populasi yang menjadi objek pencacahan untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi. Pasal 2 (1) Data dan informasi ketenagakerjaan yang dikumpulkan, diolah, dan dianalisis meliputi data dan informasi: a. ketenagakerjaan umum; b. pelatihan dan produktivitas tenaga kerja; c. penempatan tenaga kerja; d. pengembangan dan perluasan kesempatan kerja; dan e. hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja. (2) Pengumpulan, pengolahan, dan penganalisisan data dan informasi ketenagakerjaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan menggunakan metoda statistika.

BAB II PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI KETENAGAKERJAAN Pasal 3 Pengumpulan data dan informasi ketenagakerjaan, dapat menggunakan metoda statistika: a. sensus; b. survei; c. kompilasi produk administrasi; atau d. cara lain sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasal 4 Penggunaan metoda statistika dengan cara sensus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dilakukan secara menyeluruh terhadap populasi. Pasal 5 (1) Penggunaan metoda statistika dengan cara survei, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, dilakukan terhadap sebagian populasi melalui penarikan sampel berdasarkan: a. peluang ; atau b. penunjukan. (2) Penarikan sampel berdasarkan peluang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, melalui penarikan sampel secara acak: a. sederhana; b. sistematik; c. berstrata; d. berkelompok; atau e. bertingkat. (3) Penarikan sampel berdasarkan penunjukan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, melalui cara penarikan sampel berdasarkan penunjukan: a. dengan maksud tertentu; b. tidak direncanakan; atau c. berjatah. Pasal 6 (1) Penggunaan metoda statistika dengan cara kompilasi produk administrasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, dilakukan untuk data dan informasi yang bersifat: a. transaksional ; atau b. pencatatan administrasi. (2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah data dan informasi yang terjadi sewaktu-waktu dan terus menerus. (3) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah data dan informasi yang dilakukan menurut tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja.

Pasal 7 Penggunaan metoda statistika, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, dilakukan untuk mengantisipasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Pasal 8 Pengumpulan data dan informasi ketenagakerjaan, dapat dilakukan antara lain melalui instrumen: a. angket atau daftar pertanyaan; b. wawancara; c. pengamatan. Pasal 9 (1) Angket atau daftar pertanyaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, adalah alat pengumpul data dalam bentuk serangkaian pertanyaan tertulis, yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. (2) Wawancara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, adalah tanya-jawab dengan responden untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. (3) Pengamatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, dengan maksud untuk merasakan dan memahami fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui. BAB III PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI KETENAGAKERJAAN Pasal 10 Pengolahan data dan informasi ketenagakerjaan hasil sensus, survei, kompilasi produk administrasi, dan cara lain sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dilakukan dengan cara manual dan/atau elektronik. Pasal 11 Pengolahan dengan cara manual, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan melalui validasi, identifikasi, klasifikasi, kodifikasi, entri, tabulasi, editing, dan/atau penghitungan. Pasal 12 Pengolahan data dan informasi ketenagakerjaan secara elektronik, sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dilakukan dengan menggunakan program aplikasi sesuai kebutuhan.

BAB IV PENGANALISISAN DATA DAN INFORMASI KETENAGAKERJAAN Bagian Kesatu Data dan Informasi Ketenagakerjaan Umum Pasal 13 Penganalisisan data dan informasi ketenagakerjaan umum, dilakukan antara lain dengan cara menghitung: a. tingkat partisipasi angkatan kerja; b. tingkat ketidakaktifan angkatan kerja; c. tingkat penganggur terbuka; d. kesempatan kerja; e. tingkat elastisitas kesempatan kerja. Pasal 14 Tingkat partisipasi angkatan kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, dilakukan dengan cara membandingkan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Pasal 15 Tingkat ketidakaktifan angkatan kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah Bukan Angkatan Kerja (BAK) dengan penduduk usia kerja. Pasal 16 Tingkat penganggur terbuka, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c, dilakukan dengan cara membandingkan antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja pada waktu tertentu. Pasal 17 Tingkat kesempatan kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d, dilakukan dengan cara membandingkan penduduk yang bekerja dengan jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja. Pasal 18 Elastisitas kesempatan kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e, dilakukan dengan cara membandingkan antara pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi. Bagian Kedua Data dan Informasi Pelatihan dan Produktivitas Pasal 19 Penganalisisan data dan informasi pelatihan dan produktivitas, antara lain menghitung: a. kebutuhan pelatihan menurut lapangan usaha dan jenis pekerjaan/jabatan; b. kebutuhan pelatihan calon tenaga kerja Indonesia; c. kebutuhan pelatihan pencari kerja; d. kebutuhan pelatihan pekerja/buruh di perusahaan; e. produktivitas tenaga kerja.

Pasal 20 Kebutuhan pelatihan menurut lapangan usaha dan jenis pekerjaan/jabatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, dilakukan dengan cara membandingkan beban kerja dengan kapasitas kerja pada lapangan usaha atau jenis pekerjaan/jabatan Pasal 21 Kebutuhan pelatihan bagi calon tenaga kerja Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah calon tenaga kerja Indonesia yang memenuhi persyaratan dengan jumlah permintaan tenaga kerja Indonesia. Pasal 22 Kebutuhan pelatihan bagi pencari kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, dilakukan dengan cara membandingkan antara kebutuhan dengan pencari kerja yang tidak memenuhi persyaratan. Pasal 23 Kebutuhan pelatihan bagi pekerja/buruh di perusahaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, dilakukan dengan cara membandingkan kompetensi yang seharusnya dimiliki dengan kompetensi yang sudah dimiliki oleh pekerja/buruh yang tersedia. Pasal 24 Produktivitas tenaga kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e, dilakukan dengan cara membandingkan nilai tambah suatu produk dengan jumlah tenaga kerja untuk menghasilkan produk tersebut. Bagian Ketiga Data dan Informasi Penempatan Tenaga Kerja Pasal 25 Penganalisisan Data dan Informasi Penempatan Tenaga Kerja, antara lain menghitung : a. penciptaan kesempatan kerja; b. penempatan pencari kerja; c. penempatan TKI; d. penerimaan devisa dari TKI. Pasal 26 Penciptaan kesempatan kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, dilakukan dengan cara membandingkan investasi dengan perkiraan jumlah produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk.

Pasal 27 Penempatan pencari kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah penempatan pencari kerja yang tersedia dengan lowongan kerja yang terisi. Pasal 28 Penempatan TKI, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah penempatan TKI di luar negeri dengan jumlah permintaan TKI di luar negeri. Pasal 29 Penerimaan devisa dari TKI, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah riil pendapatan TKI dengan akumulasi pengeluaran TKI. Bagian Keempat Data dan Informasi Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja Pasal 30 Penganalisis Data dan Informasi Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja, antara lain menghitung: a. kebutuhan wirausaha baru; b. kebutuhan padat karya; c. kebutuhan teknologi tepat guna; d. kebutuhan tenaga kerja pemuda mandiri profesional dan kebutuhan tenaga kerja muda terdidik. Pasal 31 Kebutuhan wirausaha baru, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a, dilakukan dengan cara membandingkan potensi usaha dengan wirausaha yang ada. Pasal 32 Kebutuhan padat karya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b, dilakukan dengan cara membandingkan anggaran yang tersedia dengan beban kerja. Pasal 33 Kebutuhan teknologi tepat guna, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf c, dilakukan dengan cara membandingkan penggunaan dengan potensi sumber daya lokal yang tersedia. Pasal 34 Kebutuhan tenaga kerja pemuda mandiri profesional dan kebutuhan tenaga kerja muda terdidik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d, dilakukan dengan cara membandingkan usaha yang telah dirintis oleh pemuda dengan potensi dan peluang pengembangan usaha.

Bagian Kelima Data Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 35 Penganalisisan Data dan Informasi Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, antara lain menghitung: a. pengupahan; b. tingkat kerawanan hubungan industrial; c. tingkat partisipasi perusahaan dalam program Jamsostek; d. tingkat partisipasi pekerja/buruh dalam Serikat Pekerja/Serikat Buruh; e. tingkat penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Pasal 36 Pengupahan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a, dilakukan dengan cara membandingkan upah minimum dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Pasal 37 Tingkat kerawanan hubungan industrial, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b, dilakukan dengan cara membandingkan nilai-nilai indikator kerawanan hubungan industrial dengan nilai standar hubungan industrial. Pasal 38 Tingkat partisipasi perusahaan dalam program Jamsostek, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf c, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah perusahaan peserta Jamsostek dengan jumlah perusahaan wajib Jamsostek. Pasal 39 Tingkat partisipasi pekerja/buruh dalam Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf d, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah anggota Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan jumlah pekerja/buruh di perusahaan yang memenuhi ketentuan. Pasal 40 Tingkat penyelesaian perselisihan hubungan industrial, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf e, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kasus yang diselesaikan dengan jumlah kasus yang masuk dan sisa kasus. Bagian Keenam Data dan Informasi Pengawasan Ketenagakerjaan Pasal 41 Penganalisisan Data dan Informasi Pengawasan Ketenagakerjaan, antara lain menghitung tingkat: a. kecelakaan kerja; b. partisipasi perusahaan dalam pelaksanaan wajib lapor ketenagakerjaan; c. pelanggaran norma ketenagakerjaan; d. pelanggaran norma kesehatan dan keselamatan kerja; e. penindakan pelanggaran norma ketenagakerjaan; f. penindakan pelanggaran norma kesehatan dan keselamatan kerja.

Pasal 42 Tingkat kecelakaan kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kasus kecelakaan kerja dengan jumlah pekerja/buruh. Pasal 43 Tingkat partisipasi perusahaan dalam pelaksanaan wajib lapor ketenagakerjaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf b, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah perusahaan yang terdaftar dan mendaftar ulang dengan jumlah perusahaan wajib lapor. Pasal 44 Tingkat pelanggaran norma ketenagakerjaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf c, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kasus pelanggaran norma ketenagakerjaan dengan jumlah norma ketenagakerjaan. Pasal 45 Tingkat pelanggaran norma kesehatan dan keselamatan kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf d, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kasus pelanggaran norma kesehatan dan keselamatan kerja, dengan jumlah norma kesehatan dan keselamatan kerja. Pasal 46 Tingkat penindakan pelanggaran norma ketenagakerjaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf e, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kasus yang ditindak dengan jumlah seluruh kasus dalam periode waktu tertentu. Pasal 47 Tingkat penindakan pelanggaran norma kesehatan dan keselamatan kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf f, dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kasus yang ditindak dengan jumlah seluruh kasus dalam periode waktu tertentu. Bagian Ketujuh Data dan Informasi dengan Teknik Lainnya Pasal 48 (1) Data dan Informasi Ketenagakerjaan dapat dilakukan dengan metoda lainnya, yaitu dengan menghitung: a. distribusi ; b. rata-rata; c. regresi; d. korelasi; e. pertumbuhan; dan/atau f. proyeksi;

Pasal 49 Distribusi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a, dilakukan dengan cara membandingkan sebaran nilai data dengan jumlah nilai keseluruhan data secara proporsional. Pasal 50 Rata-rata, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf b, dilakukan dengan cara membandingan antara jumlah seluruh nilai data dengan jumlah data. Pasal 51 Regresi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf c, dilakukan untuk melihat kecenderungan hubungan antara dua variabel atau lebih. Pasal 52 Korelasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf d, dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih. Pasal 53 Pertumbuhan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf e, dilakukan dengan cara membandingkan kondisi pada waktu tertentu dengan waktu sebelumnya. Pasal 54 Proyeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf f, dilakukan dengan cara memperkirakan kondisi yang akan datang berdasarkan kondisi saat ini atau masa lalu. Pasal 55 (1) Penguraian hasil analisis, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dilakukan dengan menggunakan metoda deskriptif kualitatif dan/atau kuantitatif. (2) Metoda deskriptif kualitatif, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan cara pemaparan naratif berdasarkan penilaian yang dilakukan menggunakan tolok ukur tertentu. (3) Metoda deskriptif kuantitatif, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan pemaparan angka-angka yang dihasilkan dari pengolahan data.

BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 56 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 08 Januari 2009 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si.