HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KONDISI RUMAH SEHAT DENGAN FREKUENSI SESAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

HUBUNGAN ANTARA KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO

Pengaruh Faktor Sanitasi Rumah dan Sosial Ekonomi Terhadap Kejadian Penyakit TB Paru BTA Positif Di Kecamatan Genteng Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna terletak kurang lebih 100 M 2 dari

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH FAKTOR HOST DAN ENVIRONMENT TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMUAN KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2015 T E S I S

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

HUBUNGAN PERILAKU DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA BIMA PROVINSI NTB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

KEPADATAN HUNIAN, VENTILASI DAN PENCAHAYAAN TERHADAP KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di

NURMALA SYARI LUBIS NIM

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA MAGELANG

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Lindy Agraini Patiro*, Wulan P.J Kaunang*, Nancy S.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

KARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 22 Melisah Pitri Siregar 1, Wirsal Hasan 2, Taufik Ashar 3 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan 2,3 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, 255, Indonesia Email: Chocolate_putih@yahoo.com Abstract Corelation of house characteristic with the prevalence of pulmonary tuberculosis at public health centre Simpang Kiri Subulussalam city 22. Pulmonary Tuberculosis is a communicable disease which is caused by mycobacterium tuberculosis that lives in high humidity place, and house in one of media that gives high influence to the mycobacterium tuberculosis s growth and its transmitting if the condition do not complete the term of health. Tuberkulosis bacteria can lives for weeks depend on the present of ultraviolet, the condition of ventilation, humidity, temperature and over crowding. The aim of this research was for determining the relation between the characteristics of house with the prevalence of pulmonary tuberculosis.the design of this research was Case Control. Total samples of this research was 50 respondents which is consist of 25 respondents for case that as the sufferer of pulmonary tuberculosis which recorded on the medical record of public health centre Simpang Kiri Kota Subulussalam city, and 25 respondents for Control, that was the people who lives around the sufferer of pulmonary tuberculosis by matching the characteristics age and gender with case. The data was analiyzed by Chi Square with degree of confidence was 5 %. Accourding to the result of this research, there was a significant differend between the characteristics of citizen s house who suffer from pulmonary tuberculosis. With the citizens who didn t suffer from it. The data shows, that Odds Ratio Of the density of living is 13,5, ventilation is 30,5, type of floor is 22,1, lighting is 9,3, temperature is 27,5 and humidity is 84,4 it is estimated that the characteristic of citizen s house who didn t suffer from it this condition indicate that there is relation between the characteristic of house with the prevalence of pulmonary tuberculosis in public health centre Simpang Kiri area Subulussalam city in 22. Keyword : Characteristic of house, Pulmonary Tuberculosis Pendahuluan Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena mycrobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Di berbagai negara maju penyakit tuberkulosis paru hampir dikatakan sudah dapat dikendalikan, meski peningkatan angka HIV merupakan ancaman potensial terhadap merebaknya kembali tuberkulosis paru di negara maju. Di negara maju diperkirakan hanya 10 hingga 20 kasus diantara 100.000 penduduk, sedangkan angka kematian hanya berkisar antara 1 hingga 5 kematian per 100.000 penduduk. Sementara di Afrika diperkirakan mencapai 165 kasus baru diantara 100.000 penduduk, dan Asia 110 diantara 100.000 penduduk, namun 1

mengingat penduduk Asia lebih besar dibanding Afrika, jumlah absolute yang terkena tuberkulosis paru di benua Asia 3,7 kali lebih banyak dari pada Afrika (Achmadi, 20). Penyebab terjadinya penyakit tuberkulosis adalah basil tuberkulosis yang termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia. Bakteri Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain pada umumnya akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang untuk bakteri-bakteri patogen termasuk tuberculosis. (Notoatmojo, 2007). Di Indonesia, tuberkulosis paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB paru di Indonesia merupakan ke -3 terbanyak di dunia setelah India dan China dengan jumlah pasien sekitar 10 % dari total jumlah pasien TB paru didunia. Insiden kasus TB paru BTA Positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2007). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 20 estimasi prevalensi angka kesakitan di Indonesia sebesar 8 per 1000 penduduk berdasarkan gejala tanpa pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 20 TBC menduduki rangking ketiga sebagai penyebab kematian (9,4 % dari total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem pernafasan. Hasil survei prevalensi tuberkulosis di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI,2007). Di Nanggroe Aceh Darussalam Angka kejadian tuberkulosis paru dua tahun terakhir menunjukkan penambahan penderita TB Paru Positif dari tahun 2006 sebanyak 3.251 kasus, menjadi 3.636 kasus pada tahun 2007 (Profil Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam Tahun, 2007, 2008). Angka kejadian tuberkulosis paru di Kota Subulussalam dua tahun terakhir menunjukkan angka peningkatan dari jumlah kasus 88 kasus TB paru positif pada tahun 2007 menjadi 104 kasus di tahun 2008. (Profil kesehatan Kota Subulussalam). Menurut Hendrik L Blum dalam Notoadmojo (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain adalah faktor lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah. (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan survei pendahuluan peneliti menemukan data dari rekam medis Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam jumlah pasien penderita TB paru pada awal januari 22 sampai dengan juni 22 memiliki total 2

kunjungan sebanyak 29 orang dan kasus tersangka TB sebanyak 29 orang. Dari referensi diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang apakah ada hubungan antara karakteristik rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam tahun 22. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik rumah yaitu kepadatan hunian, jenis lantai, ventilasi, pencahayaan, suhu dan kelembaban dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam tahun 22. Tujuan khusus mengetahui karakteristik rumah responden penderita tuberkulosis paru yang tercatat di data rekam medis Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam. Mengetahui karakteristik responden penderita tuberkulosis paru yang tercatat di data rekam medis Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam. Mengetahui hubungan karakteristik rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik yaitu untuk mengetahui hubungan karakteristik rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam tahun 22 dengan rancangan penelitian Case Control. Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 golongan yang pertama Sampel kasus yaitu penderita penyakit tuberkulosis paru berdasarkan data dari rekam medis periode Januari - Juni tahun 22 di Puskesmas Simpang kiri Kota Subulussalam, dan sampel kontrol yaitu orang terdekat dari penderita kasus yang bermukim di sekitar rumah penderita TB paru yang tidak menderita TB paru dengan pencocokan (matching) sama dengan kasus dalam hal umur (atau memiliki range umur 5 tahun diatas umur kasus) dan jenis kelamin. Analisis data dengan menggunakan Chi Square Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh perbedaan menggunakan analisis Odd Ratio (OR) dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%). Hasil dan Pembahasan Adapun hasil analisis univariat dan bivariat karakteristik rumah dan karakteristik responden adalah sebagai berikut : Karakteristik Rumah Responden di Puskesmas Simpng Kiri Kota Subulussalam Tahun 22 Karakteristik rumah Kepadatan hunian Kategori Kasus Kontrol Ventilasi Jenis lantai Pencahayaan Suhu Kelembaban n % n % 18 81,8 4 18,32 2. Baik 7 25 21 75 24 68,6 11 31,4 2. Baik 1 20 14 80 12 92,3 1 7,7 2. Baik 13 35,1 24 64,9 22 100 0 0 2. Baik 3 10,7 25 89,3 21 84 4 16 2. Baik 4 16 21 84 23 88,5 3 11,5 2. Baik 2 88,3 22 86,7 3

dilihat pada kelompok kasus memiliki jumlah kepadatan hunian yang tidak di dalam rumah dibandingkan kelompok kontrol. Kepadatan hunian berkaitan dengan luas luas lantai rumah yang harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. hal ini dilakukan untuk memperkecil kontak penularan penyakit tuberkulosis paru kepada anggota keluarga. Sebab semakin padat jumlah penghuni maka semakin cepat penularan terjadi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah ventilasi yang ada pada rumah responden kasus terbanyak yaitu tidak, sedangkan ventilasi yang ada di rumah responden kontrol yang terbanyak adalah. Kondisi ventilasi sangat mempengaruhi sirkulasi udara dan mengencerkan kuman tuberkulosis paru yang terbawa keluar. Ada atau tidaknya ventilasi di pengaruhi karena tipe rumah pada kasus dan kontrol yang berbeda dalam membangun suatu rumah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya budaya, suku dan luas tanah yang dimiliki. diketahui bahwa jenis lantai yang ada pada kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok kasus jenis lantai yang terbesar adalah tidak. Jenis lantai yang tidak bisa saja menjadi penyebab tidak langsung penyebab penyakit tuberkulosis paru, kondisi ekonomi lemah misalnya adalah salah satu faktor keluarga untuk tidak memplester lantai rumah mereka. Selain itu faktor prilaku penghuni dalam membersihkan lingkungan rumah yang salah satunya adalah lantai juga sangat mempengaruhi penyebab penyakit tuberkulosis paru. Jenis lantai yang terbuat dari tanah merupakan media yang bagi pertumbuhan mycobacterium tuberculosis. diketahui bahwa pencahayaan yang tertinggi dirumah responden kasus adalah tidak dan pencahayaan yang tertinggi dirumah kontrol adalah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ada atau tidaknya ventilasi ataupun jendela sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk kedalam rumah untuk membunuh kuman tuberkulosis. diketahui bahwa suhu tertinggi dirumah responden kasus adalah tidak dan suhu yang tertinggi dirumah kontrol adalah. Hal ini mungkin disebabkan faktor pemicu lainnya yang dapat meningkatkan suhu didalam rumah yaitu, sistem sirkulasi udara dan kepadatan hunian. dilihat bahwa kelembaban tertinggi dirumah responden kasus adalah tidak dan kelembaban yang tertinggi dirumah kontrol adalah. Hal ini menunjukan adanya faktorfaktor yang menyebabkan tingginya kelembaban di rumah reponden yang terkena tuberkulosis paru, misalnya jenis lantai, jenis dinding, pencahayaan, dan ventilasi. Bila kondisi kelembaban udara didalam ruangan >70% maka akan mempermudah berkembangbiaknya mikroorganisme yang salah satunya adalah mycobakterium tuberkulosis. 4

Karakteristik Responden di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 22 Karakteristik responden Tingkat pendidikan Jenis Pekerjaan Kategori Kasus Kontrol n % n % 1. Rendah 16 61,5 10 38,5 2. Tinggi 9 37,6 15 62,5 1. Petani 5 45,4 6 54,6 Hal ini mungkin terjadi dikarenakan penyakit tuberkulosis paru lebih banyak diderita oleh masyarakat yang umumnya lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah dibandingkan dengan orang yang bekerja. diketahui bahwa pada kelompok kasus penghasilan keluarga yang terbesar adalah tingkat penghasilan rendah, sedangkan kelompok Kontrol penghasilan terbesar adalah tinggi. Tingkat penghasilan 2. Pedagang 4 50 4 50 3. Buruh 1 50 1 50 4. Pegawai swasta 5. Tidak bekerja 5 50 5 50 10 52,6 9 47,4 1. Rendah 8 33,3 16 66,7 2. Tinggi 17 65,4 9 34,6 Tingkat penghasilan keluarga itu sendiri mungkin tidak hanya berhubungan secara langsung menjadi penyebab terjadinya penyakit tuberkulosis paru, namun dapat merupakan penyebab tidak langsung seperti adanya kondisi gizi buruk serta perumahan yang tidak sehat dan akses pelayanan kesehatan juga menurun kemampuannya. Berdasarkan hasil penelitian penderita tuberkulosis paru lebih banyak dialami pada kelompok responden yang berpendidikan rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hubungan karakteristik Rumah dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 22 Karakteristik rumah Kategori Kasus Kontrol X 2 p OR Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan penyuluhan kepada masyarakat secara kualitas maupun kuantitas agar masyarakat paham tentang risiko penyakit tuberkulosis paru serta mengetahui pencegahan dan penanganan yang tepat pada penyakit tuberkulosis. Masyarakat yang berpendidikan tinggi diharapkan akan lebih banyak tahu informasi tentang cara pencegahan tuberkulosis paru dari berbagai sumber ataupun media untuk dapat disebarkan ke masyarakat lain yang berpendidikan rendah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkanjenis pekerjaan terbesar adalah responden yang tidak bekerja. Kepadatan hunian Ventilasi Jenis lantai Pencahayaan Suhu Kelembaban 1. Tidak n % n % 18 81,8 4 18, 32 2. Baik 7 25 21 75 24 68,6 11 31, 4 2.Baik 1 20 14 80 15,909 0,0 16,09 0,0 12 92,3 1 7,7 12,57 0,0 2. Baik 13 35,1 24 64, 9 22 100 0 0 39,28 0,0 2. Baik 3 10,7 25 89, 3 21 84 4 16 23,12 0,0 2. Baik 4 16 21 84 23 88,5 3 11, 5 2.Baik 2 88,3 22 86, 7 32,05 0,0 13,5 30,5 22,1 5 9,33 27,5 84,3 5

disimpulkan ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru, dan diperkirakan risiko kepadatan hunian yang tidak memiliki risiko terkena tuberkulosis paru 13,5 kali dibandingkan rumah yang memiliki kepadatan hunian yang tidak. Menurut Smith (1994) ukuran luas ruangan erat kaitannya dengan kejadian tuberkulosis paru. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Putra (21) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai OR sebesar 5,983. Kepadatan hunian sangat mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru, karena penyakit tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit menular yang dapat dipindahkan melalui udara. Semakin padat penghuni maka akan semakin cepat penularan terjadi. ventilasi dengan kejadian tuberkulosis paru dan diperkirakan risiko ventilasi yang tidak memiliki risiko terkena TB paru 30,5 kali dibandingkan rumah yang memiliki ventilasi yang. Menurut Azwar (1995) ventilasi berfungsi untuk membebaskan udara dari bakteri tuberkulosis. Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran udara dan sinar matahari ke dalam rumah akibatnya kuman tuberkulosis yang ada didalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian putra (21) yang menunjukkan ada kondisi ventilasi dengan kejadian TB paru dengan nilai OR 5,741. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ventilasi mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian TB paru, karena ada atau tidaknya ventilasi mempengaruhi faktor lain yang menjadi pemicu kuman tuberkulosis tumbuh dan berkembang biak dengan. jenis lantai dengan kejadian tuberkulosis paru, dan diperkirakan risiko jenis lantai yang tidak terkena tuberkulosis paru 22,15 kali dibandingkan rumah yang memiliki jenis lantai yang. Menurut Achmadi (20) secara hipotetis jenis lantai tanah memiliki peran terhadap kejadian tuberkulosis paru melalui kelembaban, dengan demikian viabilitas kuman tuberkulosis di lingkungan juga sangat dipengaruhi. Hal ini sama dengan penelitian Rustono (2006), hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan didapatkan nilai OR sebesar 7,095. Namun pada penelitian Putra (21) menyatakan tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian tuberkulosis paru. Untuk kondisi lantai yang berbeda dengan penelitian Putra, hal ini mungkin disebabkan banyak hal, salah satunya adalah budaya. Penelitian Putra dilakukan di Kota Solok Sumatera Barat yang masyarakatnya biasa menggunakan lantai yang terbuat dari kayu. pencahayaan dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru, dan diperkirakan risiko pencahayaan yang tidak terkena tuberkulosis paru 9,33 kali 6

dibandingkan dengan rumah yang memiliki pencahayaan yang. Menurut Azwar (2007) cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Musadad (20), hasil penelitiannya menunjukkan ada pencahayaan dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai OR 3,7. Dari hasil dan penelitian diatas maka dapat disimpulkan cahaya matahari merupakan komponen penting bagi perkembangan kuman tuberkulosis karena sinar matahari mengandung sinar UV yang dapat membunuh kuman tuberkulosis. suhu dengan kejadian tuberkulosis paru, dan diperkirakan risiko suhu ruangan yang tidak tertular 27,5 kali dibandingkan dengan suhu ruangan yang tidak. kelembaban dengan kejadian tuberkulosis paru, dan diperkirakan risiko kelembaban ruangan yang tidak terkena tuberkulosis paru 84,3 kali dibandingkan dengan rumah yang memiliki kelembaban yang. Notoadmojo (2007) mengemukakan kuman tuberkulosis hidup pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Fatimah (2008), hasil penelitian tersebut menyebutkan ada hubungan kelembaban yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian tuberkulosis paru dengan nilai OR 2,571. Dari hasil beberapa penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kelembaban rumah sangat erat kaitannya dengan tuberkulosis paru karena kelembaban merupakan media tumbuh myco bacterium tuberculosis. Hubungan Karakteristik Responden dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 22 Menurut Goul dan Brooker dalam Nurhidayah (2007) bakteri myco bacterium tuberkulosis memiliki rentang suhu yang disukai, yaitu 25-40 0 C. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Nurhidayah (2007), hasil penelitiannya menunjukan tidak ada hubungan antara suhu dengan kejadian tuberkulosis paru. Untuk perbedaan suhu pada hasil penelitian yang didapat dengan penelitian Nurhidayah mungkin disebabkan karena kondisi geografis didua tempat penelitian ini berbeda. Karakteristik responden Tingkat pendidikan Jenis Pekerjaan Kategori Kasus Kontrol X 2 p OR 1. Rendah 1 6 n % n % 61,5 10 38,5 2,8 85 2. Tinggi 9 37,6 15 62,5 1. Petani 5 45,4 6 54,6 7,1 44 2. Pedagang 4 50 4 50 6. Buruh 1 50 1 50 7. Pegawai swasta 5 50 5 50 0,078 0,998 Tingkat penghasilan 8. Tidak bekerja 1 0 52,6 9 47,4 1.Rendah 8 33,3 16 66,7 5,1 28 0,023 0,26 5 2. Tinggi 1 7 65,4 9 34,6 7

Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan karakteristik kategori tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan dengan kejadian tuberkulosis paru. Hal ini menunjukan kurangnya informasi mengenai tuberkulosis paru mereka yang berpendidikan tinggi maupun rendah dan tidak adanya jenis pekerjaan yang spesifik yang dapat menyebabkan tuberkulosis paru karena semua responden berkesempatan untuk terkena tuberkulosis paru, tergantung prilaku yang dapat mempengaruhi kuman mycobakterium tuberkulosis masuk kedalam tubuh hingga menimbulkan penyakit tuberkulosis paru dan seringnya terpapar dengan faktor risiko lain yang dapat menimbulkan penyakit tuberkulosis paru. Namun berdasarkan hasil penelitian ada hubungan karakteristik responden kategori tingkat penghasilan dengan kejadian tuberkulosis paru. Hal ini menunjukkan faktor ekonomi berperan besar dalam perkembangan penyakit tuberkulosis paru, karena tingkat penghasilan mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihannya untuk tinggal di rumah dengan kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Kesimpulan dan Saran Karakteristik rumah responden yang memiliki hubungan yang signifikan adalah kepadatan hunian, ventilasi, jenis lantai, pencahayaan, suhu dan kelembaban. Karakteristik responden yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian tuberkulosis paru adalah tingkat penghasilan sedangkan jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan tidak berhubungan secara signifikan. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di Simpang Kiri Kota Subulussalam perlu mengupayakan kesehatan lingkungan perumahan dengan memodifikasi desain rumah agar sistem sirkulasi udara atau ventilasi dapat memenuhi syarat kesehatan sehingga memperkecil untuk terjadinya kejadian tuberkulosis paru Bagi Puskesmas Simpang Kiri diharapkan agar lebih meningkatkan pelayanan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan dan pengobatan penyakit tuberkulosis paru yang merupakan penyakit berbasis lingkungan. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar meneliti variabel variabel lain yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru serta melakukan penelitian yang lebih mendalam di Kota Subulussalam. Daftar Pustaka Achmadi,. U, 20. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas Indonesia press: Jakarta Azwar,. A, 1996. Pengantar Kesehatan Lingkungan, PT. Rineka Cipta. Jakarta. Departmen Kesehatan RI,. 2007. Strategi Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2006-2007. Jakarta. Fatimah,. S, 2008. Jurnal Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di kabupaten Cilacap Tahun 2008 Musadad,. 20. Jurnal Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dengan Kejadian Penularan TB Paru di Rumah Tangga Tahun 20. 8

Notoatmojo,. S 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta: Jakarta Putra,. N, 21. Jurnal Hubungan Prilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Kejadian TB Paru Di Kota Solok Tahun 21. Smith,.P.G, 1994. Epidemiologi of Tuberkulosis Pathogenesis, Protection and Control. ASM press: Washington DC. Rustono,. 2006. Tesis Faktor yang Berhubungan dengan TB paru, Magister Epidemiologi Fakultas Kedokteran UNDIP. 9