PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II KELETAL DENGAN KOMBINASI AKTIVATOR - HEADGEAR

dokumen-dokumen yang mirip
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I ANGLE TIPE 2

MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran. Abstrak

I. Nama mata kuliah : Ortodonsia. II. Kode/SKS : KGO 1/2. III. Prasarat : Anatomi IV. V. Deskripsi Mata Kuliah. VI. Tujuan Pembelajaran

BAHAN AJAR Pertemuan ke 12

BIONATOR Dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Populer di Amerika Serikat tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

Perawatan Maloklusi Kelas III Skeletal dengan Penggunaan Chin Cap pada Pasien Usia Pertumbuhan

III. RENCANA PERAWATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK. Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. RPE adalah suatu alat yang digunakan di klinik, bertujuan untuk mengoreksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAHAN AJAR Pertemuan ke 11

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan.

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

I. Nama mata kuliah : Ortodonsia III. II. Kode/SKS : KGO III / I. III. Prasarat : Ortodonsia II. IV. Status Mata Kuliah : Wajib Program studi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

Manajemen Penjangkaran dalam Perawatan Ortodonti Menggunakan Alat Lepasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN AJAR Pertemuan ke 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan Maloklusi Angle Klas II Divisi 1 Menggunakan Bionator Myofungsional

PERAWATAN GIGI IMPAKSI 21 DENGAN ALAT CEKAT STANDAR EDGEWISE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

BPM BLOK BLOK BUKU PANDUAN FASILITATOR PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2. SEMESTER V TAHUN AKADEMIK Penyusun : Editing :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

Universitas Gadjah Mada 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

III. KELAINAN DENTOFASIAL

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jaringan lunak. Gigi digerakkan dalam berbagai pola, dan berbagai cara perawatan

PERAWATAN MALOKLUSI KLAS III DENGAN PESAWAT TWIN BLOCK

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

Howes Analysis Measurement of Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha Bandung Patients

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 1 Dentoskeletal Disertai Retrusi Mandibula Dengan Alat Fungsional Bionator

RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) ASUHAN KEPERAWATAN ORTODONSIA I Semester V/ 1 SKS (1-0)/KKG 5313

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai perawatan selesai (Rahardjo, 2009). Hasil perawatan ortodontik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAHAN AJAR Pertemuan ke 6

BPM BLOK BLOK BUKU PANDUAN FASILITATOR PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK Penyusun : Editing :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

Transkripsi:

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II KELETAL DENGAN KOMBINASI AKTIVATOR - HEADGEAR MAKALAH Oleh : Yuliawati Zenab, drg.,sp.ort NIP.19580704 199403 2 001 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010

Bandung, Maret 2010 Disetujui oleh : Prof.Dr.Bergman Thahar, drg.,sp.ort. (K) NIP.19461005 197403 1 001 Kepala Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung i

ABSTRAK Maoklusi Skeletal adalah penyimpangan hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap kranium. Etiologi Maloklusi kelas II Skeletal ada 3 kemungkinan yaitu pertama : hubungan maksila dengan kranium normal, pertumbuhan mandibula ke anterior mengalami hambatan (retrognati), ke dua : hubungan maksila dengan kranium tidak normal(prognati), hubungan mandibula dengan kranium normal, ke tiga: kombinasi yaitu pertumbuhan maksila ke anterior berlebih (prognati), pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (retrognati). Perawatan maloklusi kelas II skeletal tergantung pada usia. Perawatan maloklusi kelas II skeletal pada usia muda merupakan perawatan ortopedik yaitu perawatan dengan cara memodifikasi pertumbuhan, perawatannya juga berbeda-beda tergantung faktor etiologinya. Perawatan pada pasien dengan maloklusi kelas II skeletal masa pertumbuhan yang disebabkan oleh prognati maksila dan retrognati mandibula, maka diperlukan alat ortopedik yang bisa menghambat pertumbuhan maksila ke anterior dan merangsang pertumbuhan mandibula ke anterior yaitu dengan alat ortopedik kombinasi Aktivator-Headgear. ii

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Perawatan Maloklusi Kelas II Skeletal dengan Kombinasi Aktivator-Headgear. Tidak sedikit hambatan yang penulis temui, tetapi berkat izin-nya serta bantuan berbagai pihak hambatan tersebut dapat penulis atasi. Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Bergman Thahar, drg.,sp.ort. (K) yang telah memberikan bimbingan kepada penulis didalam pembuatan suatu makalah. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bandung, Maret 2010 Penulis iii

DAFTAR ISI Hal ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I : PENDAHULUAN... BAB II : TINJAUAN UMUM MALOKLUSI KELAS II SKELETAL 2.1 Definisi dan Pengertian Maloklusi Skeletal... 2.2 Klasifikasi dan Etiologi Maloklusi Kelas II Skeletal... 2.3 Macam-macam alat perawatan maloklusi kelas II skeletal... 2.3.1 Aktivator... 2.3.2 Headgear... 2.3.3 Kombinasi Aktivator-Headgear... BAB III : TINJAUAN UMUM KOMBINASI AKTIVATOR - HEADGEAR... 3.1 Klasifikasi Alat-alat Fungsional... 3.1.1 Alat-alat Tooth Borne Pasif... 3.1.2 Alat-alat Tooth Borne Aktif... 3.1.3 Alat-alat Tissue Borne... 3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional. 3.2.1 Indikasi Perawatan Alat Fungsional.. 3.2.2 Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional... 3.3 Definisi dan Pengertian Alat Kombinasi Aktivator-Headgear 3.4 Macam-macam Alat Kombinasi Aktivator-Headgear... 3.4.1 Kombinasi dari Teuscher... 3.4.2 Kombinasi dari Van Beek... 3.4.3 Kombinasi dari Lehman... 3.4.4 Kombinasi Open Aktivator-Headgear... BAB IV : KESIMPULAN... DAFTAR PUSTAKA... ii iii iv v 1 2 2 4 6 6 7 9 10 10 10 11 12 13 13 13 13 13 13 14 15 16 17 18 iv

DAFTAR GAMBAR GAMBAR Hal 2.1 Maloklusi skeletal dalam arah sagital... 3 2.2 Maloklusi skeletal dalam arah transversal... 3 2.3 Maloklusi skeletal dalam arah vertikal... 4 2.4 Bermacam-macam kelas II skeletal... 5 2.5 Aktivator... 7 2.6 Headgear... 8 2.7 Kombinasi Aktivator-Headgear... 9 3.1 Alat Herbst... 10 3.2 Expansion Aktivator... 11 3.3 Functional Regulator of Frankel... 12 3.4 Kombinasi dari Teuscher... 14 3.5 Kombinasi dari Van Beek... 15 3.6 Kombinasi dari Lehman... 16 3.7 Kombinasi open aktivator Headgear... 16 v

BAB I PENDAHULUAN Maloklusi kelas II skeletal dapat disebabkan karena hubungan maksila terhadap kranium prognati dan mandibula normal, hubungan maksila terhadap kranium normal dan mandibula retrognati, serta kombinasi keduanya yaitu hubungan maksila terhadap kranium prognati dan hubungan mandibula terhadap kranium retrognati (Moyers, 1988). Karena penyebab maloklusi kelas II skeletal berbeda-beda, maka perawatannya juga berbeda-beda tergantung faktor penyebabnya. Beberapa macam alat yang sering digunakan pada kasus maloklusi kelas II skeletal yaitu aktivator, headgear dan kombinasi aktivator-headgear. Untuk perawatan pada pasien dengan maloklusi kelas II skeletal yang disebabkan oleh prognati maksila dan retrognati mandibula, maka diperlukan alat ortopedik yang bisa menghambat pertumbuhan maksila ke anterior dan merangsang pertumbuhan mandibula ke anterior. Perawatan ortopedik adalah bertujuan untuk memperbaiki hubungan skeletal dan fungsional (pola aktivitas sistem otot orofasial) sehingga dapat digunakan untuk merawat suatu maloklusi akibat ketidakseimbangan skeletal dan fungsional. Kombinasi Aktivator-Headgear merupakan alat ortopedik yang berguna untuk menghambat pertumbuhan maksila ke anterior dan merangsang pertumbuhan mandibula ke anterior. Alat kombinasi Aktivator-Headgear sangat tepat digunakan untuk perawatan maloklusi kelas II skeletal yang disebabkan prognati maksila dan retrognati mandibula. Alat kombinasi Aktivator-Headgear ada bermacam-macam yaitu kombinasi dari Teuscher, kombinasi dari Van Beek, kombinasi dari Lehman dan kombinasi open aktivator-headgear. 1

BAB II TINJAUAN UMUM MALOKLUSI KELAS II SKELETAL 2.1 Definisi dan Pengertian Maloklusi Skeletal Maloklusi merupakan kata yang paling sering digunakan untuk anomali di dalam ortodontik yang hanya memberitahukan bahwa oklusi dalam keadaan tidak benar, tidak membicarakan tentang oklusi yang sakit atau penyakit dari oklusi (Van der Linden, 1987). Maloklusi adalah keadaan gigi yang tidak harmonis secara estetik mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan fungsi baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi umumnya bukan merupakan proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal (Proffit, et.al., 2007). Maoklusi Skeletal adalah penyimpangan hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap kranium yang disebabkan oleh disproporsi ukuran, bentuk atau posisi rahang. Istilah untuk maloklusi skeletal dalam arah sagital ada 2 istilah yaitu pertama ; Prognati=Proposisi=Protrusi (maksila atau mandibula) yaitu istilah yang menyatakan lebih maju ke anterior dibandi ngkan dengan normal dan ke dua : Retrognati=Retroposisi=Retrusi (maksila atau mandibula) yait u istilah yang menyatakan lebih mundur ke posterior dibandingkan dengan normal. Istilah untuk maloklusi skeletal dalam arah transversal yaitu Crossbite dapat ke bukal atau lingual/palatinal, unilateral atau bilateral. Istilah untuk maloklusi skeletal dalam arah vertikal yaitu High Angle=Posterior Rotation=Divergen=Clockwise Rotation dan Low Angle=Anterior Rotation=Konvergen=Anticlockwise Rotation (Moyers, 1988 ; 2

3 Proffit, et.al., 2007). SNA : 84, SNB : 74, ANB : 10 SNA : 78, SNB : 87, ANB : - 9 Gambar 2.1 Maloklusi skeletal dalam arah sagital Gambar 2.2 Maloklusi skeletal dalam arah transversal

4 HIGH ANGLE=POSTERIOR ROTATION, DIVERGEN = CLOCKWISE ROTATION LOW ANGLE=ANTERIOR ROTATION= KONVERGEN=ANTICLOCKWISE ROTATION Gambar 2.3 Maloklusi skeletal dalam arah vertikal Teknik analisis maloklusi skeletal menggunakan roentgen foto kepala (sefalogram) kemudian dilakukan prosedur penapakan (tracing). Klasifikasi maloklusi skeletal dibagi 3 kelas yaitu pertama : kelas I skeletal adalah dimana relasi rahang atas dan rahang bawah terhadap kranium normal, ke dua : kelas II skeletal adalah dimana relasi rahang atas lebih ke anterior dari rahang bawah, ke tiga : kelas III skeletal adalah dimana relasi rahang bawah lebih ke anterior dari rahang atas (Moyers, 1988). Pada makalah ini yang dibahas adalah perawatan maloklusi kelas II skeletal dengan kombinasi aktivator-headgear. 2.2 Klasifikasi dan Etiologi Maloklusi Kelas II Skeletal Klasifikasi memegang peranan penting dalam ortodonti sebagai pedoman

5 dalam menentukan diagnosis dan prosedur rencana perawatan. Klasifikasi berguna untuk alasan praktis sehingga dapat menjelaskan anomali seperti apa yang ditemukan dan klasifikasi harus dapat dibedakan secara jelas dan tepat (Van der Linden, 1987). Klasifikasi maloklusi kelas II skeletal adalah hubungan rahang atas lebih ke anterior dari rahang bawah. Etiologi maloklusi kelas II skeletal terdapat 3 kemungkinan yaitu : 1. Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati, tetapi pertumbuhan mandibula ke anterior normal. 2. Hubungan maksila terhadap kranium adalah normal, tetapi pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (Retrognati). 3. Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati dan pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (Retrognati). 4. Etiologi untuk alat kombinasi Aktivator-Headgear ini yaitu hubungan maksila terhadap kranium Prognati dan pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (Retrognati). Gambar 2.4 Bermacam-macam keadaan kelas II skeletal A. Maksila terhadap kranium prognati, mandibula normal B. Maksila terhadap kranium normal, mandibula retrognati C. Maksila terhadap kranium prognati, mandibula retrognati

6 2.3 Macam-macam alat perawatan maloklusi kelas II skeletal Alat yang sering digunakan pada perawatan kasus maloklusi kelas II skeletal yaitu : 2.3.1 Aktivator Aktivator merupakan suatu alat fungsional yang dapat menghasilkan daya ortodoti dan ortopedik. Daya ortodonti pengaruhnya pada gigi geligi yaitu daya untuk menggerakkan gigi geligi dalam arah sagital, vertikal dan transversal. Daya ortopedik adalah daya untuk mempengaruhi struktur kraniofasial dan pengaruhnya pada rahang yaitu merangsang pertumbuhan mandibula dan menghambat pertumbuhan maksila. Aktivator prinsip kerjanya adalah dengan merangsang aktivitas otot-otot pengunyahan dan kemudian menyalurkan, mengubah atau mengarahkan daya-daya alami ke daerah sekitarnya, seperti gigi geligi, jaringan periodontal, tulang alveolar dan sendi temporo mandibula. Secara umum pengaruh aktivator yaitu pengaruh pemakaian aktivator terhadap kranium, maksila, mandibula, otot pengunyahan dan gigi. Keuntungan dan kerugian penggunaan aktivator yaitu : Keuntungan : 1. Efektif untuk perawatan maloklusi kelas II divisi 1 dengan retrognati mandibula dan pada masa geligi sulung atau geligi campuran. 2. Pemakaiannya tidak terlalu merusak jaringan lunak. 3. Karena hanya digunakan malam hari, maka baik untuk estetik dan kebersihan mulut. 4. Menolong memperbaiki kebiasaan buruk seperti cara penelanan yang salah, bernafas melalui mulut dan lain-lain.

7 Kerugian : 1. Dibutuhkan kooperatif pasien. 2. Pada kasus crowding, pemakaian aktivator kurang efektif. 3. Penggunaannya tidak efektif pada pasien dewasa. 4. Pengontrolan daya pada masing-masing gigi tidak seteliti alat ortodontik cekat. Gambar 2.5 Aktivator 2.3.2 Headgear Headgear merupakan suatu alat ekstra oral yang prinsip kerjanya adalah menghambat aposisi tulang pada sutura-sutura yang berperan pada pertumbuhan maksila, sehingga akan menghambat pertumbuhan maksila. Pengaruhnya pada gigi geligi adalah menggerakkan gigi geligi dalam arah vertikal, sagital dan transversal tergantung posisi daya headgear yang diberikan. Secara umum kegunaan headgear adalah mendorong gigi molar pertama ke posterior (distalisasi), menghambat pertumbuhan maksila ke anterior, intrusi/ekstrusi

8 gigi anterior atau posterior, sebagai penjangkar untuk gigi molar, tipping dari bidang palatal dan rotasi mandibula ke anterior atau posterior. Ada beberapa macam jenis headgear antara lain adalah : 1. Headgear servikal. 2. Headgear parietal. 3. Headgear straight pull atau netral, bekerja dalam arah bidang oklusal. Gambar 2.6 Headgear

9 2.3.3 Kombinasi Aktivator-Headgear Merupakan suatu alat yang prinsip kerjanya adalah gabungan dari teknik aktivator dengan headgear. Pengaruhnya pada maksila yaitu menghambat pertumbuhan maksila, sedangkan pada mandibula yaitu merangsang pertumbuhan mandibula. Gambar 2.7 Kombinasi Aktivator-Headgear

BAB III TINJAUAN UMUM KOMBINASI AKTIVATOR HEADGEAR 3.1 Klasifikasi Alat-alat Fungsional Menurut Proffit, et.al., (2007), secara umum alat-alat fungsional dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : 3.1.1 Alat-alat Tooth Borne Pasif Alat ini merupakan alat yang pasif karena alat ini tidak menghasilkandaya intrinsik, seperti yang dihasilkan oleh pegas atau sekrup ekspansi dan hanya tergantung pada regangan jaringan lunak dan aktivitas otot-otot pengunyahan yang akan menghasilkan efek perawatan. Alat yang termasuk kelompok ini adalah Aktivator, Bionator, alat Herbst dan alat Twin Block. Gambar 3.1.A Alat Herbst 10

11 Gambar 3.1.B Alat Herbst 3.1.2 Alat-alat Tooth Borne Aktif Alat ini sebagian besar merupakan modifikasi dari Aktivator dan Bionator dengan menambahkan sekrup ekspansi atau pegas untuk menghasilkan daya-daya intrinsik pada alat, sehingga dapat menggerakkan gigi geligi ke arah transversal dan antero-posterior. Alat yang termasuk kelompok ini biasanya sesuai dengan nama yang mengembangkannya, seperti Expansion Aktivator, Orthopedic Corrector, Sagital Appliance, dll. Gambar 3.2 Expansion Aktivator

12 3.1.3 Alat-alat Tissue Borne Prinsip kerja alat ini adalah memperbaiki kelainan fungsional orofasial yang akan merangsang terjadinya perbaikan hubungan skeletal dengan cara mencegah tekanan dari lidah, pipi dan bibir agar tidak mengenai gigi geligi dan prosesus alveolaris sehingga dapat menimbulkan perubahan pertumbuhan pada strukturstruktur ini. Satu-satunya alat yang hanya didukung oleh jaringan lunak, tetapi masih memiliki beberapa kontak dengan gigi geligi dan yang termasuk kelompok ini adalah Functional Regulator of Frankel atau disebut juga Function Regulator (Regulator fungsional) yang disingkat F.R., Ada F.R. 1, F.R. 2, F.R. 3 dll. Gambar 3.3 Functional Regulator of Frankel

13 3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional 3.2.1 Indikasi Perawatan Alat Fungsional a. Kelainan skeletal dalam arah antero-posterior (kelas II dan kelas III skeletal). b. Pada pasien yang sedang dalam pertumbuhan aktif. c. Pasien sangat kooperatif. 3.2.2 Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional a. Tidak ada kelainan skeletal ataupun ringan. b. Pasien sangat tidak kooperatif. c. Masa pertumbuhan sudah selesai. 3.3 Definisi dan Pengertian Alat Kombinasi Aktivator Headgear Merupakan suatu alat yang prinsip kerjanya gabungan dari teknik aktivator dengan headgear. Penggunaannya akan lebih efektif, karena se lain waktu perawatannya menjadi lebih singkat, efek yang tidak diharapkan bila hanya menggunakan salah satu alat dapat dikurangi. Pengaruhnya pada maksila yaitu menghambat pertumbuhan maksila, sedangkan pada mandibula yaitu merangsang pertumbuhan mandibula. Alat Aktivator-Headgear juga dapat mengatur erupsi gigi, sehingga dapat memperbaiki hubungan rahang dalam arah vertikal. 3.4 Macam-macam Alat Kombinasi Aktivator-Headgear 3.4.1 Kombinasi dari Teuscher Aktivator yang telah dilengkapi dengan tube untuk memasang Headgear.

14 Headgear yang digunakan dari jenis high-pull headgear. Penentuan posisi vektor daya headgear merupakan faktor terpenting dari seluruh perawatan. Konstruksi gigitan untuk aktivasi sagital mandibula tidak melebihi 6 mm, sedangkan ketinggiannya sedikit lebih besar dari freeway space. Hasil perawatan pada maksila adalah menghambat pertumbuhan maksila serta mengontrol pertumbuhan tulang alveolar dan gigi geligi, sedangkan pada mandibula adalah mengontrol tinggi muka bawah dan merangsang pertumbuhan kondilus dan fossa glenoid, sehingga menyebabkan pergerakan mandibula. Gambar 3.4 Kombinasi dari Teuscher 3.4.2 Kombinasi dari Van Beek Aktivator yang telah dilengkapi dua buah lengan kawat luar untuk memasang headgear. Untuk menentukan posisi vektor daya headgear dengan cara mengaktivasi lengan kawat luar tersebut. Konstruksi gigitan untuk aktivasi sagital mandibula tidak melebihi 6 mm,

sedangkan ketinggiannya 5-8 mm, lebih tinggi bila dibandingkan aktivator umumnya. Hasil perawatan yaitu perbaikan overjet dan perbaikan overbite. 15 Gambar 3.5 Kombinasi dari Van Beek 3.4.3 Kombinasi dari Lehman Terdiri dari pelat akrilik maksila, pelat mandibula dan dua lengkung kawat luar untuk memasang headgear. Untuk menentukan posisi daya headgear dengan mengaktivasi lengkung kawat luar. Untuk memaksa mandibula bergerak ke anterior dengan cara mengaktifkan per berbentuk S. Per berbentuk S ini menghubungkan pelat maksila dengan pelat mandibula. Hasil perawatan adalah mengurangi overbite, overjet dan kecembungan muka serta pergerakan mandibula ke anterior dan menambah sudut SNB.

16 Gambar 3.6 Kombinasi dari Lehman 3.4.4 Kombinasi Open Aktivator-Headgear Prinsip kerjanya sama seperti aktivator pada umumnya, hanya pada disain alat pelat akrilik tidak diperluas sampai ke anterior, sehingga lebih mempermudah pasien untuk berbicara selama pemakaian alat ini. Gambar 3.7 Kombinasi Open Aktivator-Headgear

BAB IV KESIMPULAN Prinsip kerja dari alat kombinasi Aktivator-Headgear adalah merupakan gabungan dari teknik Aktivator dengan Headgear. Alat kombinasi Aktivator-Headgear selain menghambat pertumbuhan maksila dan merangsang pertumbuhan mandibula, juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam arah sagital dan mengatur erupsi gigi geligi serta pertumbuhan alveolar untuk memperbaiki hubungan rahang dalam arah vertikal. Penggunaan alat kombinasi Aktivator-Headgear lebih efektif, karena selain waktu perawatannya menjadi lebih singkat, efek yang tidak diharapkan bila hanya menggunakan salah satu alat dapat dikurangi. Perawatan yang paling baik dimulai pada awal periode geligi campuran yaitu pada usia pertumbuhan. 17

DAFTAR PUSTAKA 1. Adams, C.P. & Kerr, W.J. 1990. The Design, Construction and Use of Removable Orthodontic Appliances. 6 th Edition. Thomson Litho Ltd. East Kilbride. Scotland. h. 102 115. 2. Alexander, R.G. 2001. Teknik Alexander : Konsep dan Filosofi Kontemporer. Editor Ed. Bahasa Indonesia, Lilian Yuwono. EGC, Jakarta. h. 150 151. 3. Graber, T.M. & Vanarsdall, R.L. 1994. Orthodontics : Current Principles and Techniques. 2 nd Edition. Mosby Year Book Inc., St. Louis, Missouri. h.392 404, 437 463, 467 469. 4. Moyers, R.E. 1988. Handbook of Orthodontics. 4 th Edition. Year Book Medical Publishers, Inc., Chicago, London, Boca Raton. h. 191, 535, 539 543. 5. Proffit, W.R. & Fields, H.W. 2000. Contemporary Orthodontics. 4 th Edition. Mosby Inc., St. Louis. h. 397 400, 506. 6. Rakosi, T.; Jonas, I. & Graber, T.M. 1993. Color Atlas of Dental Medicine : Orthodontic Diagnosis. Thieme Medical Publishers Inc., New York. h. 49. 7. Soemantri, E.S.S. 1999. Perawatan Orthodontik dan Orthopedik pada Pasien Usia Pertumbuhan. FKG UNPAD., Bandung. h. 1 3. 8. Van der Linden, Frans P.G.M. 1987. Diagnosis and Treatment Planning in Dentofacial Orthopedics. London. Quintentessense Publishing Co. Ltd. h. 163 164. 18