BAB II TELAAH PUSTAKA. menjadi koperasi diatur dalam undang-undang mengenai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis

Nomor 61 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 61 TAHUN 2010

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, peran koperasi sebagai roda perekonomin nasional serta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur penggajian yang ditetapkan. pemotongan gaji dan pembayaran gaji yang salah. Hal tersebut akan

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan membahas lebih jauh mengenai pengaruh Sistem

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Agoes (2004) menjelaskan tiga tujuan pengendalian intern, yaitu

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Konsep Resiko & Sistem Pengendalian Intern

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP

BAB II LANDASAN TEORI

Bandung, 14 oktober Kepada Yth, Bapak / Ibu respoden Di tempat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1/28/2012. Menurut Warren Reeve & Fees (1999) Pengendalian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

BUPATI BANDUNG BARAT

Modul ke: AUDIT INTERNAL. Standar Audit Internal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini negara kita sedang mengalami berbagai masalah yang

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Pedoman Kerja Komite Audit

Mengenal dan Menaksir Resiko

MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini menyebabkan perubahan

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mempunyai tujuan dalam melakukan aktivitasnya. Tujuan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

Menurut Mulyadi (2001), Sistem Pengendalian Internal meliputi organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. publik diindonesia pada umumnya berkaitan dengan kinerja manajemen dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya ke tingkat yang lebih tinggi. (google, wikipedia)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas manajemen di perusahaan. Tujuan pengendalian intern adalah untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah: Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

BSN^ BADAN STANDARDISASi NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 13TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai resiko besar dapat bangkrut, apalagi oraganisasi yang berbentuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PEMERINTAH KOTA BLITAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari sistem pengendalian internal. Untuk memastikan bahwa sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

9 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis dan Hipotesis 2.1.1 Pengertian Koperasi Istilah koperasi berasal dari bahasa asing co-operation. (co = bersama, operation = usaha), secara keseluruhan koperasi berarti usaha bersama. Sedangkan pengertian secara umum, koperasi merupakan suatu kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal yang bekerjasama demi kesejahteraan bersama. Untuk konteks Indonesia, persyaratan sahnya suatu badan hukum menjadi koperasi diatur dalam undang-undang mengenai perkoperasian.undang-undang pertama yang mengatur koperasi di Indonesia adalah Undang-Undng Koperasi Nomor 12 Tahun 1967.Namun kemudian untuk menyelaraskan dengan perkembangan lingkungan yang dinamis, dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.koperasi ialah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya Berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 2.1.2 Ukuran Koperasi Ukuran perusahaan merupakan suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saha, dan lain-lain (Widana dan Yasa,

10 2013). Ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, menengah, dan kecil.dalam hal ini, perusahaan yang dimaksud adalah koperasi. Menurut Hasmawati (2012) semakin besar koperasi mencerminkan bahwa kegiatan usaha yang dikelola koperasi juga semakin besar, sebaliknya koperasi kecil menandakan kegiatan usaha yang dikelola masih bersifat sederhana dan masih dalam lingkup kecil.oleh karena itu sistem pengendalian yang diterapkan pada koperasi tersebut juga berbeda-beda.menurut Yunus (1992) dalam Paramita (2014) ukuran atau skala koperasi adalah ukuran besar kecilnya koperasi berdasarkan aset yang dimiliki koperasi.asset koperasi terdiri dari dua hal yaitu aset lancer dan asset tetap.asset lancar terdiri dari kas, piutang anggota, piutang bukan anggota dan persediaan barang sedangkan asset tidak tetap berupa inventaris, tanah, bangunan, dan asset tidak tetap lainnya. Ukuran perusahaan merupakan besaran yang ditentukan dari jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dalam hal ini ukuran perusahaan untuk koperasi diukur dengan menghitung asset lancar dengan menggunakan natural logaritma total asset yang dimiliki perusahaan pada periode 2014. 2.1.3 Jenis Koperasi Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, jenis koperasi dibedakan menjadi empat yaitu: 1. Koperasi Produksi 2. Koperasi Konsumsi

11 3. Koperasi Simpan Pinjam 4. Koperasi Serba Usaha Koperasi produksi adalah koperasi yang melakukan usaha produksi atau menghasilkan barang.koperasi konsumsi adalah koperasi yang menyediakan semua kebutuhan para anggota dalam bentuk barang.koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani simpan pinjam bagi para anggotanya untuk menabung dengan mendapatkan imbalan.sedangkan koperasi serba usaha merupakan koperasi yang terdiri atas berbagai jenis usaha. Penilaian untuk jenis koperasi menggunakan nilai kategori berkisar antara 1 sampai dengan 4, yaitu koperasi produsen diberi nilai 1, koperasi konsumsi diberi nilai 2, koperasi simpan pinjam diberi nilai 3, dan koperasi serba usaha diberi nilai 4. 2.1.4 Tingkat pendidikan Karyawan Kualitas sistem pengendalian intern pada setiap organisasi dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia. Pentingnya peranan sumber daya manusia dalam pelaksanaan sistem pengendlian intern karena meskipun suatu sistem yang dirancang dengan baik akan percuma apabila tidak ditunjang dengan adanya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Khususnya kualitas pribadi sumber daya manusia yaitu tingkat pendidikan dari sumber daya manusia yang bersangkutan. Pendidikan formal yang dimiliki karyawan akan turut meningkatkan kemampuan dan penguasaan akan pekerjaannya yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas

12 kerja yang baik. Karyawan yang berpendidikan tinggi seringkali dianggap lebih berpotensi dan produktif dibanding yang berpendidikan rendah.hal tersebut sesuai dengan ungkapan Mulyadi (2009) yang menyatakan bahwa unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian intern yang paling penting.untuk mencapai kualitas sistem pengendalian intern yang baik pada koperasi, maka dalam koperasi diperlukan suatu langkah yang efektif diantaranya setiap karyawan koperasi harus memiliki kapasitas individu yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya, dalam artian latar belakang pendidikan yang dimiliki karyawan harus sesuai dengan pekerjaan yang diembannya. Dimensi yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan karyawan adalah pendidikan formal dan indikator yang digunakan untuk mengukur adalah tingkat pendidikan Diploma 3, Sarjana, dan tingkat pendidikan formal lainnya. Penilaian untuk tingkat pendidikan karyawan berkisar antara 1-3, yaitu Sarjana diberi nilai 3, Diploma 3 diberi nilai 2, dan tingkat pendidikan lainnya diberi nilai 1. 2.1.5 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem adalah sebuah entitas yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi yang dikoordinasikan untuk mencapai satu atau lebih tujuan bersama (Wilkinson, et al, 2000).Sedangkan menurut Mulyadi (2001) menjelaskan bahwa pada dasarnya sistem adalah sekelompok elemen yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

13 Dalam arti yang lebih luas, Holmes dan Burns (1990) menjelaskan pengertian pengendalian intern yang dikutip dari statement on Auditing Standards, pengendalian intern meliputi rencana organisasi dan semua metode serta peraturan yang sederajat yang digunakan di dalam perusahaan untuk menjaga kekayaanya, memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansinya, meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang sudah digariskan oleh manajamen. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern, sistem pengendalian intern merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. 2.1.6 Komponen Pengendalian Intern Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang SPIP disebutkan bahwa terdapat lima komponen pengendalian intern yang berhubungan (Arens, 2003 yang dikutip dari COSO), diantaranya : a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak yang terdapat dalam

14 organisasi tersebut.lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian ini terdiri dari tindakan, kebjakan, dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap dari manajemen puncak para direktur, dan pemilik dari suatu entitas mengenai pengendalian internal dan arti pentingnya bagi entitas itu. b. Penilaian Resiko Penilain ini dimulai dengan menetapkan maksud dan tujuan instansi pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan.selanjutnya instansi pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif resiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar instansi.terhadap resiko yang telah diidentifikasi, dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan.pimpinan instansi pemerintah merumuskan pendekatan manajemen resiko dan kegiatan pengendalian resiko yang dperlukan untuk memperkecil resiko. c. Aktivitas Pengendalian Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah untuk mengurangi resiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian resiko. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu instansi pemerintah dapat berbeda dengan yang diterapkan pada instansi pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi,

15 dan tujuan, lingkungan dan cara beroperasi, tingkat kerumitan organisasi, sejarah dan latar belakang serta budaya, serta resiko yang dihadapi. d. Informasi dan Komunikasi Informasi yang berhubungan perlu diidentifikasi, ditangkap dan dikomunikasikan dalam bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan para pihak memahami tanggung jawab.sistem informasi menghasilkan laporan, kegiatan usaha, keuangan dan informasi yang cukup untuk memungkinkan pelaksanaan dan pengawasan kegiatan Instansi Pemerintah.Informasi yang dibutuhkan tidak hanya internal namun juga eksternal.komunikasi yang efektif harus meluas di seluruh jajaran organisasi dimana seluruh pihak harus menerima pesan yang jelas dari manajemen puncak yang bertanggung jawab pada pengawasan.semua pegawai harus paham peran mereka dalam sistem pengendalian intern seperti juga hubungan kerja antar individu. Mereka harus memiliki alat yang menyebarluaskan informasi penting. e. Pemantauan Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin supervise, pembandingan, rekonsiliasi dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, review, dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern yang

16 dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil auditdan review lainnya yang ditetapkan. 2.1.7 Peraturan Untuk Sistem Pengendalian Intern Koperasi Sistem pengendalian intern koperasimerupakan kebijakan serta aturan yang dijalankan oleh pengawas, pengurus, dan manajemen koperasi untuk menjaga aset koperasi dan memberikan keyakinan atas keandalan informasi laporan pertanggungjawaban keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam menunjang efektifitas dan efisiensi operasi. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah juga telah mengeluarkan peraturan menteri nomor 21 tahun 2008 tentang pedoman pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang ditujukan untuk menunjang pelaksanaan pengendalian intern pada koperasi. Peraturan ini memuat tentang petunjuk teknis pemeriksaan atas laporan keuangan, dimana petunjuk ini disusun untuk memberikan pelajaran bagi pengawas dalam melakukan kegiatan pemeriksaan atas laporam keuangan koperasi.peraturan ini memuat petunjuk-petunjuk kerja serta prosedur pemeriksaan bagi koperasi simpan pinjam dan semua jenis koperasi yang mempunyai unit usaha simpan pinjam di dalamnya.

17 2.1.8 Sistem Pengendalian Intern Dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK ETAP dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak mempunyai akuntabilitas publik signifikan serta menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Dalam implmentasinya, penggunaan SAK ETAP lebih mudah namun harus tetap memberikan informasi yang akurat dalam penyajian laporan keuangan.apabila tidak ada peraturan tertentu dalam SAK ETAP untuk transaksi maka entitas harus menetapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan dan handal bagi pemakai.entitas yang menggunakan SAK ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan.entitas diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan minimal satu kali dalam setahun.

18 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Hipotesis Berikut adalah model pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Variabel Independen (X) UKURAN KOPERASI Variabel Dependen (Y) H1 (X 1 ) + JENIS KOPERASI H2 (X 2 ) + KUALITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TINGKAT PENDIDIKAN KARYAWAN H3 (X 3 ) + 2.2.1 Pengaruh Ukuran Koperasi terhadap Kualitas Sistem pengendalian Intern Koperasi Ukuran koperasi dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu koperasi besar koperasi menengah dan koperasi kecil.ukuran besar kecilnya koperasi ini didasarkan pada asset yang dimiliki koperasi.asset koperasi terdiri dari dua hal yaitu asset lancer dan asset tetap.asset lancar terdiri dari kas, piutang anggota, piutang bukan anggota dan persediaan barang sedangkan asset tidak tetap berupa inventaris, tanah, bangunan, dan asset tidak tetap lainnya.semakin besar koperasi mencerminkan bahwa kehiatan

19 usaha yang dikelola koperasi juga semakin besar, sebaliknya koperasi kecil menandakan kegiatan usaha yang dikelola masih bersifat sederhana dan masih dalam lingkup kecil.besarnya usaha koperasi dapat berpotensi menimbulkan konflik yang semakin kompleks.untuk memecahkan masalah yang timbul dibutuhkan sistem pengendalian intern yang berfungsi sebagai alat kontrol perusahaan.dengan semakin besarnya ukuran koperasi maka kualitas sistem pengendalian intern yang digunakan juga semakin besar (Hasmawati, 2012). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Ukuran koperasi berpengaruh positif terhadap kualitas sstem pengendalian intern. 2.2.2 Pengaruh Jenis Usaha Koperasi Terhadap Kulitas Sistem Pengendalian Intern Koperasi Jenis-jenis perusahaan sangat bervariasi.ada tiga jenis perusahaan yaitu perusahaan jasa, perusahaan manufaktur, dan perusahaan dagang.ketiga perusahaan tersebut mempunyai bidang usaha yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, penerapan sistem pengendalian intern yang dilakukan pada ketiga jenis perusahaan ini juga pasti akan berbeda.begitu pula dengan jenis koperasi. Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 1992, berdasarkan jenisnya koperasi dibedakan menjadi empat jenis koperasi, yaitu: 1) Koperasi Produksi 2) Koperasi Konsumsi

20 3) Koperasi Simpan Pinjam 4) Koperasi Serba Usaha Dari perbedaan jenis koperasi tersebut, maka dibutuhkan sistem pengendalian intern yang sesuai dengan jenisnya. Menurut Hasmawati (2012) yang melakukan penelitian terhadap lima jenis koperasi atas dasar kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan dibutuhkan sistem pengendalian yang sesuai untuk masing-masing kesamaan tersebut. Dengan demikian, hipotesis kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H2: Jenis Koperasi Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern 2.2.3 Pengaruh Tingkat Pendidikan Karyawan Terhadap Kulitas Sistem Pengendalian Intern Koperasi Pentingnya peranan sumber daya manusia dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern karena meskipun suatu sistem yang dirancang dengan baik akan percuma apabila tidak ditunjang dengan adanya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Khususnya kualitas pribadi sumber daya manusia yaitu tingkat pendidikan dari sumber daya manusia yang bersangkutan. Pendidikan formal yang dimiliki karyawan akan turut meningkatkan kemampuan dan penguasaan akan pekerjaannya yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas kerja yang baik. Karyawan yang berpendidikan tinggi seringkali dianggap lebih berpotensi dan produktif dibanding yang berpendidikan rendah.hal tersebut sesuai dengan

21 ungkapan Mulyadi (2009) yang menyatakan bahwa unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian intern yang paling penting.untuk mencapai kualitas sistem pengendalian intern yang baik pada koperasi, maka dalam koperasi diperlukan suatu langkah yang efektif diantaranya setiap karyawan koperasi harus memiliki kapasitas individu yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya, dalam artian latar belakang pendidikan yang dimiliki karyawan harus sesuai dengan pekerjaan yang diembannya. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H3: Tingkat Pendidikan Karyawan Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern