Masyarakat Hukum Adat dan Konservasi Kertas Posisi WWF Indonesia. Februari 2012

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN KERTAS POSISI WWF INDONESIA TENTANG PEMANFAATAN TRADISIONAL SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KONSERVASI

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

FPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

HAK MASYARAKAT ADAT. Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-5) Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROPOSAL STUDI KEARIFAN LOKAL PULAU WANGI-WANGI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hak Atas Lingkungan (HAL) Sebagai Hak Asasi Manusia (HAM) Dewi Triwahyuni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 20 TAHUN 2015

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

2013, No.73.

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Baharuddin Nurkin, Ph.D Lahir : 24 Febr. 1946, Bantaeng Pendidikan formal: M.Sc (Washington State Univ. USA, 1983); Ph.D (University of Idaho, USA, 19

Dewan Kehutanan Nasional dan UN-REDD Programme Indonesia. Disusun dari hasil konsultasi dengan multi pihak pemangku kepentingan

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 122/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

Forest Stewardship Council

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

8 KESIMPULAN DAN SARAN

PERJALANAN PANJANG PERKEMBANGAN KONSEPSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

ICT for Development: Multi-stakeholder

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT

KebijakanKeanekaragamanHayati. FakultasPertaniandanPeternakan

PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA PARIWISATA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK PERANCIS

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

Kebijakan Pelaksanaan REDD

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAGIAN I. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

the Right of Indigenous Peoples, melalui suatu pemungutan suara (roll-call vote),

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. NOMOR 112 /M/Kp/X/2009.

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Masyarakat Hukum Adat dan Konservasi Kertas Posisi WWF Indonesia Februari 2012 Misi WWF Indonesia Kertas posisi ini adalah rangkuman dari prinsip WWF Indonesia tentang masyarakat hukum adat dan konservasi dalam menjalankan misi utama WWF Indonesia yaitu: 1) Mempromosikan etika konservasi, kesadaran dan pelaksanaan upaya-upaya konservasi di kalangan masyarakat Indonesia secara luas; 2) Memfasilitasi upaya-upaya multi pihak untuk melestarikan konservasi keanekaragaman hayati dan proses ekologi dalam skala luas; 3) Mempengaruhi kebijakan dan penegakan hukum untuk memperkuat upaya konservasi keanekaragaman hayati; 4) Mempromosikan upaya konservasi untuk kesejahteraan manusia melalui penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Pendahuluan WWF Indonesia memiliki sejarah yang panjang bekerja bersama dengan komunitas masyarakat adat. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain pemetaan partisipatif, penyusunan perencanaan manajemen kawasan konservasi yang partisipatif, penyusunan zonasi, kajian potensi kekayaan tumbuhan dan hewan, kajian dan pengembangan potensi ekonomi lokal. Peran serta dan dukungan nyata dari komunitas masyarakat hukum adat adalah salah satu kata kunci dalam agenda konservasi WWF Indonesia. Yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat 1 atau istilah lain yang sejenis di dalam kertas posisi ini merujuk pada pengertian yang dikembangkan oleh Komisi Nasional HAM yaitu suatu komunitas antropologis yang bersifat homogen dan secara berkelanjutan mendiami suatu wilayah tertentu, mempunyai hubungan historis dan mistis dengan sejarah masa lampau mereka, merasa dirinya dan dipandang oleh pihak luar sebagai berasal dari satu nenek moyang yang sama, dan mempunyai identitas dan budaya yang khas yang ingin mereka pelihara dan lestarikan untuk kurun waktu sejarah selanjutnya, serta tidak mempunyai posisi yang dominan dalam struktur dan sistem politik yang ada (KOMNAS HAM, 2006). WWF menyadari bahwa masyarakat hukum adat pada umumnya adalah bagian masyarakat yang rentan dan termarginalisasikan serta banyak di antara mereka yang tidak memperoleh manfaat dari proses pembangunan. Di sisi lain disadari pula bahwa identitas, kebudayaan, serta sumberdaya masyarakat hukum adat saling terkait erat dan sangat rentan terhadap perubahan kebijakan pengelolaan sumber daya alam. Program lapangan WWF Indonesia mengupayakan penguatan kelompok masyarakat adat agar mempunyai posisi tawar yang lebih baik dan mampu beradaptasi terhadap perubahan sosial, ekonomi dan budaya. 1 Istilah masyarakat hukum adat digunakan dengan mengacu pada Pasal 18 B UUD 1945 1

Sejumlah prinsip yang merupakan kebijakan WWF Indonesia terhadap masyarakat hukum adat di kertas posisi ini merujuk kepada dokumen Indigenous Peoples and conservation: Statement of Principles of WWF, yang diterbitkan oleh WWF Internasional pada 2007. Masyarakat hukum adat dan konservasi WWF Indonesia mengakui peran dan keterlibatan masyarakat hukum adat dalam melakukan perlindungan terhadap ekosistem berdasar pada pranata adat dan kearifan tradisional. Dengan visi berupa pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia untuk kesejahteraan generasi masa kini dan masa datang, WWF Indonesia, memandang masyarakat hukum adat sebagai bagian dari pemangku hak yang strategis dan penting, yang harus menjadi bagian dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan sumber daya alam. Berdasar hal tersebut, WWF Indonesia memiliki komitmen untuk mengakui dan menghormati hak dan hukum adat sebagaimana diatur dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan (antara lain UUD 1945 2, Ketetapan MPR no IX tahun 2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam 3, UU no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 4, UU no 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria 5, UU no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan 6, UU no 31 tahun 2004 2 Pasal 18B Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang 3 Pasal 4 Pembaharuan agrarian dan pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip prinsip : j. mengakui, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat dan keragaman budayabangsa atas sumber daya agrarian/sumber daya alam. 4 Pasal 6 (1) Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat dan pemerintah (2) Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi selaras dengan perkembangan zaman. 5 Pasal 2. (4) Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah. Pasal 3. Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi. 6 Pasal 5 (2) Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat berupa hutan adat 2

tentang Perikanan 7, UU no 8 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 8, dan UU no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 9 ), dan sebagaimana diatur dalam instrumen hukum internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia seperti Agenda 21, Deklarasi Rio 10, Convention on Biological Diversity 11 dan Deklarasi PBB tentang Hak hak masyarakat adat (United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples, September 2007) dalam kerangka mendorong kebijakan yang berpihak pada konservasi dan pembangunan yang berkelanjutan. Hak-hak masyarakat hukum adat untuk mengelola sumberdaya alam (termasuk jasa ekosistem) dan konservasi harus dihormati, diakui, dipromosikan dan dilindungi, di antaranya: 1. Hak atas tanah, wilayah dan sumber daya alam yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat atau yang dimanfaatkan oleh masyarakat hukum adat, atau yang diperoleh masyarakat hukum adat. 2. Hak untuk menentukan nasib sendiri. Berdasarkan hak tersebut, mereka secara bebas mengembangkan kemajuan ekonomi, sosial dan budaya mereka. 3. Hak atas pengelolaan tanah, wilayah dan sumber daya alam berdasar hukum adat dan kearifan tradisional yang berlaku dengan penghormatan terhadap (3) Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2); dan hutan adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya. (4) Apabila dalam perkembangannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan tidak ada lagi, maka hak pengelolaan hutan adat kembali kepada Pemerintah. 7 Pasal 6 (2) Pengelolaan perikanan untuk kepentingan penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan harus mempertimbangkan hukum adat dan/atau kearifan lokal serta memperhatikan peran serta masyarakat. 8 Pasal 6 (3) Penguasaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh pemerintah dan / atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan 9 Pasal 2 (9) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10 Principle 22 Indigenous people and their communities and other local communities have a vital role in environmental management and development because of their knowledge and traditional practices. States should recognize and duly support their identity, culture and interests and enable their effective participation in the achievement of sustainable development 11 Article 10 c Protect and encourage customary use of biological resources in accordance with traditional cultural practices that are compatible withconservation or sustainable use requirements Dan Article 8j subject its national legislation, respect, preserve and maintain knowledge, innovations and practices of indigenous and local communities embodying traditional lifestyles relevant for the conservation and sustainable use of biological diversity and promote their wider application with the approval and involvement of the holders of such knowledge, innovations and practices and encourage the equitable sharing of the benefits arising from the utilization of such knowledge, innovations and practices: 3

kedaulatan nasional dan memperkuat tujuan konservasi nasional. dan pembangunan 4. Hak untuk menentukan prioritas dan strategi untuk pengembangan atau pemanfaatan tanah, wilayah atau sumber daya lain yang dimiliki masyarakat hukum adat, termasuk penerapan asas Pemberitahuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIA TAPA atau FPIC, free prior informed consent) sebelum masyarakat hukum adat menyetujui kegiatan yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat hukum adat. 5. Hak atas peningkatan kualitas kehidupan dan hak untuk mendapatkan keuntungan secara langsung dan adil dari kegiatan konservasi dan pemanfatan yang berkelanjutan yang dilakukan diatas tanah atau dalam wilayah masyarakat hukum adat. 6. Hak masyarakat hukum adat untuk mendapatkan perlindungan dan keuntungan yang adil atas pemanfaatan hak kekayaan intelektual dan pengetahuan tradisional. 7. Hak untuk tidak dipindahkan secara paksa dari tanah dan wilayah mereka. Jika relokasi dianggap diperlukan sebagai tindakan pengecualian, ini hanya boleh dilakukan dengan menerapkan asas Pemberitahuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIA TAPA). 8. Hak masyarakat hukum adat untuk memelihara, mengawasi, melindungi dan mengembangkan warisan budaya, pengetahuan tradisional. 9. Hak masyarakat hukum adat untuk memutuskan teknologi dan sistem pengelolaan sumber daya alam yang akan diterapkan dalam wilayah mereka. Bekerjasama dengan Masyarakat Hukum Adat WWF Indonesia melakukan pola kerjasama dengan berbagai pihak antara lain masyarakat lokal, pemerintah, pemerintah daerah, LSM, pelaku usaha dalam mendorong kebijakan yang berpihak pada konservasi dan pembangunan yang berkelanjutan. WWF Indonesia mengupayakan pengakuan atas hak-hak masyarakat hukum adat di semua kawasan konservasi. Hal ini mengandung himbauan agar masyarakat dapat memiliki akses dan merasakan manfaat dari fungsi kawasan hutan ataupun perairan dan kekayaan alam, sekaligus mampu bertanggung jawab atas kelestariannya. Kondisi yang demikian diperlukan untuk menjamin adanya peluang ekonomi dan perlindungan atas hak masyarakat. Prinsip-prinsip untuk kerjasama 1. Prinsip-prinsip berikut akan mengatur : (i) Kegiatan konservasi yang dilakukan oleh WWF Indonesia di tanah atau dalam wilayah masyarakat hukum adat (ii) Kemitraan WWF Indonesia dengan kelompok masyarakat hukum adat 4

(iii) Kemitraan WWF Indonesia dengan organisasi yang aktivitasnya memiliki dampak terhadap masyarakat hukum adat 2. Sebelum memulai kegiatan konservasi pada wilayah yang telah atau belum dilekati hak, WWF Indonesia akan melalukan kegiatan pendahuluan sebagai berikut: Meneliti informasi mengenai tuntutan (claim) sejarah dan kekuatan berlakunya hukum adat pada masyarakat hukum adat di wilayah tersebut. Memahami ketentuan konstitusional, peraturan perundangan, dan ketentuan administratif berkaitan dengan hak dan klaim masyarakat hukum adat dalam kepentingan nasional. 3. Jika kegiatan konservasi yang dilakukan oleh WWF Indonesia berada pada wilayah yang memiliki klaim sejarah dan atau berada pada wilayah yang dimiliki atau wilayah berlakunya hukum adat yang masih dipatuhi oleh masyarakat hukum adat, WWF Indonesia akan melakukan kewajiban sebagai berikut : Melakukan identifikasi, dan penelitian terhadap kelompok masyarakat hukum adat yang akan terlibat mulai pada saat tahap awal pengembangan program dilakukan. Membuka peluang diadakannya konsultasi antara WWF Indonesia dengan masyarakat yang akan terlibat atau terkena dampak kegiatan sehingga semua informasi, kendala, keluhan dan perselisihan sehubungan dengan kemitraan tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya. 4. Sebagai bagian dari konsistensi untuk mendorong kegiatan yang relevan dan signifikan terhadap pencapaian dari tujuan konservasi, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial, WWF Indonesia siap untuk membantu kelompok masyarakat hukum adat untuk : Merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan konservasi dan memastikan bahwa kegiatan konservasi memiliki dampak positif bagi penghidupan masyarakat hukum adat. Memperkuat kelembagaan dan mengembangkan sumber daya manusia dan kemandirian dalam kelompok masyarakat hukum adat. Meningkatkan akses kepada sumber financsal dan teknis lainnya untuk pengembangan tujuan atau kegiatan yang berada diluar misi WWF Indonesia. Membangun kemitraan setara dengan kelompok masyarakat hokum adat Mengembangkan potensi di wilayah masyarakat hukum adat yang dapat menjadi sumber penghidupan yang nyata dan berkelanjutan. 5. Dalam keterlibatan pada kegiatan konservasi yang berdampak terhadap daerah yang ditinggali oleh masyarakat hukum adat yang hidup terisolasi secara sukarela dan atau minim kontak WWF Indonesia: Tidak akan membangun kontak atau memulai kegiatan yang menimbulkan dampak pada kedamaian dan ketenangan masyarakat dan hak yang mereka pilih secara sukarela untuk hidup terisolasi dan atau minim kontak. Berkonsultasi dan bekerja melalui jaringan institusi yang kompeten yang meliputi lembaga dan organisasi yang mewakili masyarakat hukum adat. 5

Mempromosikan dan mendukung kebijakan untuk melindungi hak, penghidupan, tanah dan sumber daya alam masyarakat hukum adat yang tinggal dalam isolasi sukarela dan atau minim kontak 6. Dimana terjadi benturan terhadap hak-hak masyarakat hukum adat dengan pemerintah, perusahaan, dan atau kelompok-kelompok lain, maka WWF Indonesia akan melakukan koordinasi dan konsultasi dengan kelompok masyarakat hukum adat terutama jika pembelaan terhadap hak itu relevan bagi pencapaian misi WWF Indonesia. WWF akan: Mencari tahu dan atau mengembangkan mekanisme yang dapat diterima semua pihak untuk mengatasi konflik; ini akan dilakukan di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, sepanjang dianggap perlu. Meyakinkan bahwa hak-hak dan kepentingan utama masyarakat hukum adat terwakili dengan baik dalam forum-forum, termasuk menginformasikan dan mempersiapkan wakil masyarakat hukum adat untuk turut serta dalam proses negosiasi. 7. Sebagai bagian dari konsistensi dukungan terhadap masyarakat hukum adat dan konservasi, WWF Indonesia mendorong diratifikasinya Konvensi ILO 169 dan mempromosikan serta mendorong pengimplementasian Pasal 29 Deklarasi PBB tentang Hak Masyarakat Adat 12. 8. WWF Indonesia tidak akan mempromosikan, mendukung dan bahkan akan menolak program konservasi atau pembangunan yang tidak direncanakan secara partisipatif dan tidak menerapkan asas Pemberitahuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIA TAPA) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada kehidupan masyarakat hukum adat dan atau dapat berdampak merugikan terhadap lingkungan hidup dalam wilayah masyarakat hukum adat dan atau dapat mempengaruhi hak mereka; termasuk dalam kegiatan ini adalah kegiatan ekonomi, pembangunan infrastruktur, eksploitasi terhadap sumber daya alam, penelitian untuk kepentingan komersial ataupun untuk kepentingan akademik, dan sebagainya. 9. WWF Indonesia akan melakukan pemantauan dan evaluasi secara internal terhadap semua kegiatan konservasi yang dilakukan oleh WWF Indonesia pada wilayah yang memiliki tuntutan (claim) sejarah dan atau berada pada wilayah yang dimiliki atau wilayah berlakunya hukum adat yang masih dipatuhi oleh masyarakat hukum adat. Pemantauan dan evaluasi ini akan melibatkan 12 Article 29 (1) Indigenous peoples have the right to the conservation and protection of the environment and the productive capacity of their lands or territories and resources. State shall establish and implement assistance programmes for indigenous peoples for such conservation and protection, without discrimination (2) States shall take effective measures to ensure that no storage or disposal of hazardous materials shall take place in the lands or territories of indigenous peoples without their free, prior and informend consent (3) States shall also take effective measures to ensure, as needed, that programmes for monitoring, maintaining and restoring the health of indigenous peoples, as developed and implemented by the peoples affected by such materials, are duly implemented 6

masyarakat hukum adat yang bersangkutan dan atau lembaga yang kompeten terkait dengan masyarakat hukum adat. 10. Dengan mengacu pada pengetahuan yang ada tentang masyarakat hukum adat, sebelum bekerja di tempat tersebut, WWF Indonesia akan membangun kesepakatan dengan organisasi lokal yang mewakili masyarakat hukum adat, untuk meyakinkan bahwa mereka mampu berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan keahlian yang diperlukan dalam atau di sekitar area yang mereka tinggali, dan pada saat yang bersamaan, memperoleh manfaat daripadanya. Kesepakatan ini secara eksplisit akan menentukan cara dan kondisi yang memungkinkan WWF Indonesia menggunakan pengetahuan tersebut. 11. Jika terjadi keluhan atau keberatan terhadap kegiatan konservasi yang dilakukan oleh WWF Indonesia pada wilayah yang memiliki tuntutan (claim) sejarah dan atau berada pada wilayah yang dimiliki atau wilayah berlakunya hukum adat yang masih dipatuhi oleh masyarakat hukum adat, WWF Indonesia akan: Menghentikan sementara waktu kegiatan konservasi yang dikeluhkan Segera melakukan evaluasi secara internal atau dengan melibatkan pihak lain yang kompeten terhadap kegiatan konservasi tersebut. Jika dari hasil evaluasi diketahui bahwa kegiatan konservasi tidak melemahkan atau melanggar hak-hak dari masyarakat hukum adat, maka WWF Indonesia akan mencari tahu dan mengembangkan mekanisme yang dapat diterima semua pihak untuk menyelesaikan konflik yang muncul. Jika dari hasil evaluasi diketahui bahwa kegiatan konservasi melemahkan atau bahkan melanggar hak-hak dari masyarakat hukum adat, maka WWF Indonesia akan segera melakukan koreksi dan perbaikan terhadap kegiatan konservasi atau menghentikan kegiatan konservasi tersebut. 12. Dalam konteks kerjasama dengan organisasi lain selain yang mewakili kepentingan masyarakat hukum adat (termasuk di dalamnya pemerintah nasional, lembaga donor, perusahaan swasta dan LSM) WWF Indonesia akan: Meyakinkan bahwa kerjasama tersebut tidak melemahkan, dan jika mungkin secara aktif mempromosikan HAM dan hak-hak adat dari masyarakat hukum adat. Meyakinkan bahwa semua informasi relevan yang terbentuk dalam kerjasama tersebut dan dapat diakses oleh WWF, dibagi kepada wakilwakil masyarakat hukum adat yang terpercaya. Meyakinkan setiap kegiatan advokasi nasional maupun internasional atau kegiatan penggalangan dana yang berhubungan dengan masyarakat hukum adat akan diambil berdasarkan konsultasi dengan perwakilan lembaga masyarakat hukum adat yang relevan. 13. WWF Indonesia memahami bahwa resolusi konflik yang berhubungan dengan masyarakat hukum adat mungkin membutuhkan aksi dalam forum internasional, 7

selain di tingkat nasional. Dalam pencarian prinsip-prinsip dan untuk memperkuat pemahaman tentang isu masyarakat hukum adat, yang konsisten dan relevan dengan tujuan konservasinya, WWF Indonesia akan: Secara aktif mencari tambahan (informasi) dan kerjasama di forum-forum nasional dan internasional yang relevan. Memulai proses dialog dengan kelompok masyarakat hukum adat dan organisasi masyarakat adat baik di tingkat nasional maupun regional berdasarkan prinsip kerjasama yang telah diajukan. 14. WWF Indonesia berkomitmen terlibat di tingkat nasional dan internasional, melalui implementasi semua prinsip ini dalam konteks aksi konservasi dan pembangunan berkelanjutan 15. WWF Indonesia memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip tersebut di atas, dengan semangat dan kemampuan terbaik yang dimilikinya. Referensi: WWF- Peru s Statement of Principles Indigenous Peoples and Conservation: Towards a Strategic Alliance Indigenous Peoples and Conservation: WWF Statement of Principles, a WWF Position Paper, 2007 Colchester, M. Beyond Tenure. Right-based approaches to peoples and forest. September 2007 WWF Indonesia. Prinsip-prinsip Penerapan Community Empowerment dalam Agenda Konservasi WWF- Indonesia, Maret 2006 8