Interactive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

Pelatihan Konselor Sebaya Berhenti Merokok pada Remaja : Sebuah Inovasi untuk Program Berhenti Merokok

Learning Methods Tutorial with recitation of the Knowledge, Attitudes and Skills Students in Doing Health Promotion

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (Verawati, 2010). yang menurut penelitian banyak terjadi oleh karena asap rokok. Asap

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok merupakan kebiasaan yang biasa ditemukan di masyarakat

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL DALAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA KELAS VIII MENGENAI BAHAYA MEROKOK DI SMP NEGERI 1 JAKARTA

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

Gafur AH, Larasati TA, Apriliana E Medical Faculty of Lampung University

PENGARUH PENERAPAN METODE PETUGAS PENGAWAS PEROKOK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEROKOK

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

Dwi Adi Maryandi, SKM, MPH Center for Health PromotionThe Ministry of Health

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK SADARI PADA SISWI SMA ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TENTANG BAHAYA MEROKOK TERHADAP SIKAP SISWA KELAS VI DI SDN GEDOG WETAN TUREN KABUPATEN MALANG RYAN RAMADHAN SASKIA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA MEROKOK MELALUI MEDIA BOOKLET DAN POSTER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP N 2 TASIKMADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

PENGARUH PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP MOTIVASI PEROKOK UNTUK BERHENTI MEROKOK

Sri Wulandari : Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu 2017

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MENGENAI KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA-SISWI KELAS 4-6 SDN X DI KOTA BANDUNG,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA ROKOK PADA REMAJA DI SMP NEGERI 3 KENDAL

KELAS BAPAK DAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARTIKEL PENELITIAN. yang berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

PERILAKU TENTANG ROKOK DARI SISWA SMA NEGERI I MANADO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI UNTUK BERHENTI MEROKOK PADA SISWA KELAS VII DAN VIII SMP PGRI KASIHAN BANTUL

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA MEDIA AUDIO-VISUAL DENGAN MEDIA GRAFIS (JURNAL) Oleh LUSIANA SIMAMORA

Perbedaan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Perilaku Merokok Di SMA Negeri 4 Tuban 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Sri Setiyo Ningrum NIM :

TESIS. Oleh HIKMAH NURMARALITA /IKM

STUDI EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SMK BINATAMA SLEMAN

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENORE MELALUI MEDIA BOOKLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN DAYA TERIMA SISWI DI SMK SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAKEM PADA SISWA SMK TEKNOLOGI INDUSTRI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG BAHAYA ROKOK. Puryanto*) Eko jimi S**), Sayono***)

Pengaruh Metode Time Token Arends 1998 Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X IIS SMA Negeri 1 Waru

SKRIPSI PENGARUH FOCUS GROUP DISCUSSION TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERSEPSI SEKS BEBAS REMAJA

SKRIPSI PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MIND MAPS TERHADAP PEMAHAMAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA

Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Metode Ceramah Interaktif Dan Demonstrasi Disertai Alat Peraga Pada Guru Sekolah Dasar Sebagai Fasilitator

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS UDAYANA. Oleh: Ni Putu Dewi Tata Arini NIM : PROGRAM STUDI KESEHATANMASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Arinil Haq, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

Lepi Candra 1, Lili Andriani 2 Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP UNBARI. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA MUHAMMADIYAH 4 KARTASURA

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

Transkripsi:

Interactive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Perilaku Tidak Merokok Suharto Ronald Tolkhah Mundhofar Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang E-mail: masharto_bla@yahoo.co.id Abstract This research is aimed to improve the knowledge and behavior of teenagers against smoking by using interactive discussion with This study uses a quasi-experimental design with pre-test and post-test with control design with a sample of 94 students that are divided into 2 groups. The experimental group consists of 54 students and 40 students belong to control group. The result shows that the treatment group or the control group increased knowledge and attitudes against smoking. In the treatment group, the change of the frequency of respondents who quit smoking is higher than in the control group. There is an increase in knowledge and attitudes of respondents to smoking behavior after an interactive discussion, so that it can be used as an alternative method to improve the knowledge, attitudes and behaviors in students. Keywords: Interactive Discussion, Knowledge, Attitude, Behavior Not Smoking Abstrak Penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap perilaku tidak merokok dengan menggunakan diskusi interaktif dengan Penelitian ini menggunakan rancangan quasi-experimental dengan pre-test and post-test with control design dengan jumlah sampel siswa 94 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok eksperimen berjumlah 54 dan kelompok control 40 siswa. Hasil menunjukkan pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku tidak merokok. Untuk perubahan perilaku frekuensi responden yang berhenti merokok lebih tinggi pada kelompok perlakuan dari pada kelompok kontrol. Terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku tidak merokok setelah dilakukan diskusi interaktif, sehingga metode ini dapat dijadikan alternative untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pada siswa. Kata kunci: Diskusi Interaktif, Pengetahuan, Sikap, Perilaku Tidak Merokok 1. Pendahuluan Kebiasaan merokok, selain membahayakan si perokok, asap rokok juga membahayakan orang lain yang ada di sekitarnya. Perokok aktif atau 929

pasif tidak hanya menghisap nikotin, melainkan juga menyebarkan 4.000 macam zat asap ke dalam tubuh yang diperkirakan substansi tersebut dapat membawa efek ketagihan serta pemicu kanker (Meryn, 2005). Rokok diketahui mengandung 4.000 bahan kimia berbahaya dan 20 macam racun maut yang terdapat dalam tar yang dapat merusak kesehatan, mematikan, dan merusak kehar-monisan keluarga (Partodiharjo, 2008). Bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai macam penyakit seperti kanker paru, penyakit jantung, stroke, penyempitan pembuluh darah, impotensi, keguguran dan berat badan lahir rendah pada bayi yang ibunya perokok. Pendidikan kesehatan melalui metode ceramah merupakan merupakan sebuah metode penyampaian informasi dan pengetahuan secara lisan kepada audien yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis dan efektif. Dalam pelaksanaannya dapat dikombinasikan dengan metodemetode yang lain serta dapat menggunakan alat bantu seperti media (Ismail, 2009). Sesuai dengan penelitian Sugiharto (2003) yang mengkombinasikan metode ceramah dengan diskusi, terbukti dapat meningkatkan pengetahuan kader kesehatan tentang HIV/AIDS dibandingkan dengan kelompok yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Survei pendahulu yang telah dilakukan oleh banyak peneliti menunjukkan bahwa siswa sering mencuri waktu untuk mencari tempat yang aman untuk merokok, misalnya di toilet, atau belakang sekolah, sehingga siswa tersebut sering keluar kelas dari belajar karena keinginannya untuk merokok, dan siswa perokok sering diberi sanksi karena melanggar aturan. Tujuan penelitian mengetahui bisa tidaknya diskusi interaktif yang dikombinasi dengan menggunakan audiovisual meningkatkan pengeta- -huan dan sikap remaja terhadap perilaku tidak merokok di SMA Negeri Kabupaten Blora. 2. Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasiexperiment), dengan menggunakan rancangan pre-test dan post-test with control design (Seniati et al., 2009). Penelitian pada remaja ini menggunakan 2 kelompok, yaitu: 1) Kelompok yang dilakukan diskusi interaktif dengan menggunakan audiovisual sebagai kelompok perlakuan, 2) Kelompok yang tidak dilakukan diskusi interaktif dengan menggunakan audiovisual sebagai kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki perokok di SMA Negeri Blora masing-masing kelompok terdiri dari 54 dan 40 siswa. Dengan kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : 1) Siswa kelas I dan II, umur 15 17 tahun, 2) Bersedia menjadi partisipan, merokok, dan saling mengenal, 3) Belum pernah mengikuti diskusi interaktif yang dikombinasikan dengan menggunakan Analisa data menggunakan independent t-test 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan dijelaskan hasil uji beda rerata nilai berpasangan, yaitu pre-test dengan post-test 1 dan pre-test dengan post-test 2 pengetahuan subjek kelompok perlakuan maupun kontrol. Pada kelompok perlakuan, hasil pengukuran rerata nilai berpasangan pre-test dengan post-test 1 menunjukkan bahwa nilai rerata post-test 1 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata 930

pre-test. Hasil pengukuran ini menunjukkan ada perbedaan nilai rerata pada post-test 1 (25,36) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata pada pre-test (22,39) dengan selisih rerata 2,96. Berdasarkan hasil anallsis statistik juga didapatkan nilai signifikan sebesar 0,00. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p 0,05), berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara pre-test dengan post-test 1. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perolehan rerata nilai pre-test dengan post-tost 1 pengetahuan terhadap perilaku tidak merokok pada hasil post-test 1 Iebih tinggi dari nilai pre-test. Hasil pengukuran rerata nilai pasangan pre-test dengan post-test 2 pada kelompok perlakuan, nilai rerata post-test 2 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pre-test. Hasil pengukuran ini menunjukkan ada perbedaan nilai rerata, yaitu pada post-test 2 (25,09) Iebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata pada pre-test (22,39) dengan selisih rerata 2,70. Nilai signifikansi yang memperoleh dari hasil analisis statistik lebih kecil dari 0,05 (p 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara pre-test dengan post-test 2. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perolehan rerata nilai pre-test dengan post-test 2 pengetahuan terhadap perilaku tidak merokok pada hasil post-test 2 lebih tinggi dari nilai pre-test. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan pengetahuan kelompok perlakuan setelah diskusi interaktif dengan pemutaran Perolehan hasil uji beda 2 rerata perlakuan pre-test dengan post-test 1 mempunyai selisih rerata 2,96 dan pada kelompok kontrol adalah 0,53. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa selisih rerata nilai pada kelompok perlakuan (2,96) lebih tinggi nilai kelompok kontrol (0,53) dengan beda selisih 2,43. Hal ini dibuktikan lagi dengan uji analisis statistik yang mendapatkan nilai signifikansi 0,00 (p < 0,05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada pre-test dengan post-test 1. Berdasarkan analisis di atas, terlihat ada kesesuaian dengan hipotesis, yaitu terjadi perbedaan pengetahuan terhadap perilaku tidak merokok pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol sebelum dan setelah diskusi interaktif dengan pemutaran Hasil uji beda 2 rerata perlakuan pre-test dengan post-test 2 menunjukkan selisih rerata 2,70 dan pada kelompok kontrol adalah 0,80. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa selisih rerata nilai pada kelompok perlakuan (2,70) lebih tinggi nilai kefompok kontrol (0,80) dengan beda selisih 1,90. Hal ini dibuktikan lagi dengan uji analisis statistik yang mendapatkan nilai signifikansi 0,02, yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna (p < 0,05) antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada pre-test dengan post-test 2. Berdasarkan analisis di atas, terlihat kesesuaian dengan hipotesis, yaitu terjadi perbedaan pengetahuan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol sebelum dan setelah diskusi interaktif dengan pemutaran Peningkatan perolehan rerata nilai pengetahuan terhadap perilaku tidak merokok dalam 3 kali pengukuran (pre-test, post-test 1 dan post-test 2). Pada kelompok perlakuan terlihat rerata nilai pre-test (22,39) 931

mengalami peningkatan setelah dilakukan perlakuan (post-test 1) sebesar 25,35 dengan selisih rerata 2,96 dan terjadi sedikit penurunan nilai rerata pada post-test 2, yaitu 25,09. Namun, rerata nilai post-test 2 (25,09) bila dibandingkan dengan pre-test (22,39) masih terjadi peningkatan dengan selisih 2,70. Terjadinya peningkatan rerata nilai pre-test, post-test 1, dan post-test 2 pada kelompok perlakuan berdasarkan uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Hal ini berarfi bahwa terjadi perubahan pengetahuan kelompok perlakuan setelah dilakukan diskusi interaktif dengan pemutaran Pada kelompok kontrol terlihat rerata nilai pre-test adalah 23,08, lebih tinggi dibandingkan dengan rerata nilai pre-test pada kelompok periakuan (22,39). Pada kelompok kontrol juga terjadi sedikit peningkatan pada post-test 1 (23,60), sedangkan pada kelompok periakuan adalah 25,35. Pada post-test 2 kelompok kontrol terjadi kenaikan (23,88), sedangkan post-test 2 pada kelompok periakuan lebih tinggi (25,09). Terjadinya peningkatan rerata nilai pre-test, post-test 1, dan post-test 2 pada kelompok kontrol berdasarkan uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Berdasarkan analisis di atas, terlihat ada kesesuaian dengan hipotesis, yaitu terjadi perbedaan pengetahuan remaja terhadap perilaku tidak merokok antara kelompok periakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji beda rerata nilai berpasangan, yaitu pre-test dengan post-test 1 dan pre-test dengan post-test 2 sikap subjek terhadap perilaku tidak merokok pada kelompok perlakuan maupun kontrol. Pada kelompok perlakuan, hasil pengukuran rerata nilai berpasangan pre-test dengan post-test 1 menunjukkan bahwa nilai rerata post-test 1 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata pre-test. Hasil pengukuran ini menunjukkan ada perbedaan nilai rerata pada post-test 1 (132,98) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata pada pre-test (109,83) dengan selisih rerata 23,15. Berdasarkan hasil analisis statistik, juga didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,00. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara pre-test dengan post-test 1. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perolehan rerata nilai pre-test dengan post-test 1 sikap positif subjek terhadap perilaku tidak merokok pada hasil post-test 1 lebih tinggi dari nilai pre-test. Hasil pengukuran rerata nilai pasangan pre-test dengan post-test 2 pada kelompok perlakuan, nilai rerata post-test 2 terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pre-test. Hasil pengukuran ini menunjukkan ada perbedaan nilai rerata pada post-test 2 (132,33) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata pada pre-test (109,83) dengan selisih rerata 22,5. Nilai signifikansi yang didapat dan hasil analisis statistik lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara pro-test dengan post-test 2. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perolehan rerata nilai pre-test dengan post-test 2 sikap positif subjek terhadap perifaku tidak merokok pada hasil post-test 2 Lebih tinggi dari nilai pre-test. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan sikap positif terhadap perilaku tidak merokok pada kelompok perlakuan setelah diskusi interaktif dengan pemutaran Hasil uji beda 2 rerata periakuan pre-test dengan post-test 1 mempunyai selisih rerata 23,15 dan pada kelompok kontrol adalah 1,00. 932

Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa selisih rerata nilai pada kefompok perlakuan (23,15) lebih tinggi nilai kelompok kontrol (1,00) dengan beda selisih 22,15. Hal ini dibuktikan lagi dengan uji analisis statistik yang mendapatkan nilai signifikansi 0,00 (p<0,05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada pre-test dengan post-test 1. Berdasarkan analisis di atas, terlihat ada kesesuaian dengan hipotesis, yaitu terjadi perbedaan sikap positif terhadap perilaku tidak merokok pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol sebelum dan setelah diskusi interaktif dengan pemutaran Hasil uji beda 2 rerata perlakuan pre-test dengan post-test 2 menunjukkan selisih rerata 22,50 dan pada kelompok kontrol adalah 2,38. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa selisih rerata nilai pada kelompok perlakuan (22,50) lebih tinggi nilai kelompok kontrol (2,38) dengan beda selisih 20,12. Hal ini dibuktikan lagi dengan uji analisis statistik yang mendapatkan nilai signifikansi 0,00 (p<0,05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada pre-test dengan post-test 2. Berdasarkan analisis di atas, terlihat ada kesesuaian dengan hipotesis, yaitu terjadi perbedaan sikap positif terhadap perilaku tidak merokok pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol sebelum dan setelah diskusi interaktif dengan pemutaran Peningkatan perolehan rerata nilai pengetahuan terhadap perilaku tidak merokok dalam 3 kali pengukuran (pre-test, post-test 1 dan post-test 2). Pada kelompok perlakuan terlihat rerata nilai pre-test (109,83) mengalami peningkatan setelah dilakukan periakuan (post-test 1) sebesar 132,98 dengan selisih rerata 23,15 dan terjadi sedikit penurunan nilai rerata pada post-test 2, yartu 132,33. Namun, rerata nilai post-test 2 (132,33) bila dibandingkan dengan pre-test (109,83) masih terjadi peningkatan dengan selisih 22,50. Terjadinya peningkatan rerata nilai pre-test, post-test 1, dan post-test 2 pada kelompok periakuan berdasarkan uji statistik terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan sikap positif terhadap perilaku tsdak merokok pada kelompok perlakuan setelah disakukan diskusi interaktif dengan pemutaran Pada kelompok kontrol terlihat rerata nilai pre-test adalah 116,88 lebih tinggi dibandingkan dengan rerata nilai pre-test kelompok perlakuan (109,83), pada kelompok kontrol juga mengalami sedikit peningkatan pada post-test 1 (117,88), sedangkan pada kelompok perlakuan adalah 132,98, Pada post-test 2 kelompok kontrol terjadi kenaikan (119,25), sedangkan post-test 2 pada kelompok perlakuan lebih tinggi (132,33). Terjadinya peningkatan rerata nilai pre-test, post-test 1, dan post-test 2 pada kelompok kontrol berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05). Berdasarkan analisis di atas, terlihat ada kesesuaian dengan hipotesis, yaitu terjadi perbedaan sikap positif remaja terhadap perilaku tidak merokok antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 4. Simpulan dan Saran Simpulan Pengetahuan tentang perilaku tidak merokok setelah diskusi interaktif disertai dengan pemutaran audiovisual erdapat perbedaan pengetahuan tentang perilaku tidak merokok pada 933

kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Terdapat perubahan sikap terhadap perilaku tidak merokok setelah diskusi interaktif disertai dengan pemutaran Terdapat perbedaan sikap terhadap perilaku tidak merokok pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Saran Saran yang dapat peneliti berikan adalah agar dinas pendidikan membuat program secara periodik dan berkesinambungan setiap satu tahun sekali baik di SLTP maupun di SLTA dilakukan diskusi interaktif tentang bahaya rokok terhadap kesehatan sehingga dapat mencegah timbulnya perokok baru yang akhirnya dapat menurunkan jumlah perokok di Indonesia. 5. Ucapan Terimakasih Ucapan banyak terimakasih disampaikan atas kesempatan yang diberikan untuk mendapatkan Dana Risbinakes DIPA Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. 6. Daftar Pustaka Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2 Cetakan IV, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, R.W., and Arbert, S. 1990. Treatmen of Cigarette Dependence, WHO Chom, 33;323-325 BKKBN. 2000. Tumbuh Kembang Remaja. http://www.bkkbn. go.id/hgwe/ceria. Diakses tanggal 6 Agustus 2013 Davies, M. and Macdowall, W. 2006. Health Promotion Theory. New York: Open University. Djamarah, B.S., dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar, Edisi Revisi Penerbit Renika Cipta, Jakarta. Komalasari dan Helmi. 2000. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja, Jurnal Psikologi, (1):37-47. Mackay, J., and Erikson, M.. 2000. Tobacco Atlas, WHO, Geneva, 74-75. Maulana, H.D.J. 2009. Promosi Kesehatan, Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Pandiagan, T., Paramastri, I., Sayoga, B. 2006. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Melalui Metode Ceramah, Media Audiovisual, Ceramah Plus Audiovisual pada Pengetahuan dan sikap Remaja SLTP. BKM/22/01/1-47/2006. Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Sugiono. 2010. Statistik untuk Peneliti. Cetakan keenambelas. Bandung: Penerbit Alfabeta, Bandung. 934