KOMBINASI PROSEDUR PEMODELAN SUBSET ARIMA DAN DETEKSI OUTLIER UNTUK PREDIKSI DATA RUNTUN WAKTU

dokumen-dokumen yang mirip
FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

PENERAPAN MODEL HYBRID ARIMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA GABAH INDONESIA. Abstract

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Model Hibrida ARIMA dan Fuzzy Time Series Markov Chain

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di:

Peramalan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Bali Tahun 2019: Metode ARIMA

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

SEASONAL ARIMA Arum Handini Primandari

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Seasonal ARIMA adalah model ARIMA yang mengandung faktor musiman.

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP (Studi Kasus Pada Jumlah Pengiriman Benda Pos Ke Semarang Pada Tahun )

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

(S.4) PENDEKATAN METODE ALGORITMA GENETIK UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ARIMA

PEMODELAN RETURN SAHAM PERBANKAN MENGGUNAKAN EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (EGARCH)

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di:

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah dalam menentukan model EGARCH pada pemodelan data

BAB 2 LANDASAN TEORI

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di:

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

Peramalan Harga Beras di Perum BULOG Divre Jatim

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP ABSTRAK

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-249

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

UNNES Journal of Mathematics

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL

PEMILIHAN MODEL TERBAIK DAN PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA (WISMAN) KE BALI TAHUN 2014

Penerapan Model ARIMA

PERBANDINGAN AKURASI ENSEMBLE ARIMA DALAM PERAMALAN CURAH HUJAN DI KOTA BATU, MALANG, JAWA TIMUR

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria)

PEMODELAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS TERKAIT KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA MADYA DENPASAR DENGAN METODE TRANSFER FUNCTION

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI: S1 SISTEM INFORMASI Semester : Genap

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

BAB 2 LANDASAN TEORI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI STATISTIKA

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PETUNJUK PRAKTIKUM MATAKULIAH : METODE RUNTUN WAKTU

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

Prediksi Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Barat Melalui Pintu Masuk Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati Menggunakan Metode SARIMA

Program Studi Matematika, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti

PERAMALAN VOLATILITAS MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (GARCH-M)

BAB III METODE PENELITIAN

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PREDIKSI TINGGI PASANG AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEASONAL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN KURS MATA UANG RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK

PENGGUNAAN METODE VaR(Value at Risk) DALAM ANALISIS RESIKO INVESTASI SAHAM PT.TELKOM DENGAN PENDEKATAN MODEL GARCH-M

PEMODELAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (TGARCH)

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL ARCH/GARCH MODEL ARIMA DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER

INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (IGARCH) (Studi Kasus pada Return Kurs Rupiah terhadap Dollar Australia)

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA

ANALISIS PERAMALAN ARIMA BOX-JENKINS PADA DATA PENGIRIMAN BARANG

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

Transkripsi:

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 KOMBINASI PROSEDUR PEMODELAN SUBSET ARIMA DAN DETEKSI OUTLIER UNTUK PREDIKSI DATA RUNTUN WAKTU Tarno Program Studi Statistika FSM UNDIP e-mail: tarno@undip.ac.id Abstrak Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) merupakan salah satu model paling popular yang biasa digunakan untuk prediksi data runtun waktu. Tahapan yang paling krusial dalam pemodelan ARIMA adalah identifikasi dan pemilihan model terbaik berdasarkan karakteristik data. Tahapan-tahapan tersebut membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang karakteristik data berdasarkan pola fungsi autokorelasi (FAK) dan fungsi autokorelasi parsial (FAKP). Tujuan dari tahap identifikasi adalah mencocokkan pola FAK dan FAKP sampel dengan pola FAK dan FAKP teoritis untuk menentukan order ARIMA yang tepat, termasuk order dari Subset ARIMA. Berdasarkan order yang ditentukan melalui tahapan identifikasi tersebut akan digunakan untuk penentuan model ARIMA atau Subset ARIMA yang tepat. Namun demikian apabila pada tahapan identifikasi ini dapat diketahui terdapat observasi yang secara mencolok berbeda dengan observasi lainnya, maka dapat diindikasikan bahwa dalam populasi terdapat data pencilan atau outlier. Pada kasus data runtun waktu, outlier dapat mempengaruhi kesesuaian model. Dalam tulisan ini, diusulkan prosedur pemodelan Subset ARIMA yang dikombinasikan dengan pendeteksian outlier untuk prediksi data runtun waktu. Proses tersebut dimulai dengan model ARIMA yang melibatkan lag yang signifikan berdasarkan pola FAK dan FAKP. Penambahan order AR atau MA didasarkan pada konsep over-fitting, yaitu berdasarkan pola FAK dan FAKP dari residual. Untuk menganalisis kesesuaian model salah satunya dilakukan dengan cara pendeteksian pengamatan outlier. Apabila terdapat outlier dalam data, maka perlu diatasi dengan cara memasukkan pengamatan outlier tersebut ke dalam model. Outlier diklasifikasikan menjadi Additive Outlier (AO), Innovative Outlier (IO), Level Shift (LS) dan Transitory Change (TC). Kombinasi prosedur tersebut diterapkan untuk mengkonstruksikan model inflasi di Indonesia. Kata kunci: Runtun waktu; Subset ARIMA; FAK; FAKP; Outlier. 1. ` Pendahuluan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) model merupakan metode yang dikenalkan oleh Box-Jenkins (1970). Sampai saat ini, ARIMA merupakan salah satu model yang paling populer untuk prediksi data runtun waktu univariat. Modelmodel stasioner non musiman terdiri dari AR, MA dan ARMA, sedangkan model non stasioner non musiman terdiri dari ARI, IMA dan ARIMA. Apabila komponen musiman dimasukkan ke dalam model tersebut menjadi model musiman (SARIMA). 583

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 Metode Box-Jenkins untuk pemodelan ARIMA terdiri dari beberapa tahapan, yaitu identifikasi, estimasi parameter, verifikasi model dan forecasting. Secara umum, model ARIMA(p,d,q) dapat ditulis sebagai (lihat Box et al. 1970, Makridakis et al. (1998) and Wei (006)) d p( B )(1 Zt q( at (1) dengan ( 1 B B B, p 1 q q( 1 1B B qb, p p dengan B adalah operator backward shift, p dan q masing-masing menyatakan order dari autoregressive dan moving average dan d menyatakan order dari difference. Sedangkan model SARIMA(P,D,Q) S dapat dinyatakan sebagai S S D S P( B )(1 B ) Zt Q( B ) at () dengan S S S PS P( B ) 1 1B B PB S S S QS Q( B ) 1 1B B QB, dengan B merupakan operator backward shift, P dan Q masing-masing menyatakan order musiman dari autoregressive dan moving average, D menyatakan order musiman dari difference dan S menyatakan periodisitas musiman. Model ARIMA telah digunakan untuk prediksi di berbagai bidang terapan. Sebagai contoh, Al-Fattah (006) menerapkan model ARIMA untuk prediksi gas alam A.S.; Aston (007) menggunakan model SARIMA untuk prediksi; Chang et al. (011) menggunakan ARIMA untuk prediksi arus lalu lintas jangka pendek; Ghosh (004) melakukan prediksi arus lalu lintas di Dublin; Meyler (1998) memprediksi inflasi Irish; Ojo et al. (009) menganalisis estimasi dan performa dari subset ARIMA; Spreen et al. (1979) menerapkan model subset AR untuk prediksi harga sapi bulanan; Suhartono et al. (011) menggunakan subset, multiplicative atau model SARIMA additive untuk prediksi kedatangan turis. Hampir semua tulisan sebelumnya terfokus untuk membahas model ARIMA, namun yang membahas subset ARIMA masih sangat terbatas. Perbedaan krusial antara model ARIMA dan Subset ARIMA adalah terletak pada penentuan order dari model. 584

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 Penentuan order dari model ARIMA atau Subset ARIMA ditentukan berdasarkan konsep over-fitting. Salah satu tahapan yang sangat penting dalam pemodelan ARIMA adalah identifikasi berdasarkan karakteristik data. Tahapan identifikasi ini bertujuan untuk menentukan order ARIMA atau Subset ARIMA yang tepat, yang akhirnya dapat menghasilkan model terbaik. Order dari suatu model ARIMA dapat ditentukan berdasarkan pola FAK dan FAKP. Dalam praktek, jika diberikan data runtun waktu Z, 1, Z, Zn, FAK dan FAKP teoritis k dan kk diestimasi menggunakan FAK sampel ˆ k dan FAKP sampel ˆ kk. Penambahan order juga dapat ditentukan berdasarkan pola FAK dan FAKP dari residual. Apabila telah diperoleh estimasi modelnya, maka salah satu cara untuk menentukan kesesuaian model adalah dengan melakukan deteksi outlier dalam data pengamatan. Jika terdapat outlier dalam data harus diatasi dengan cara memasukkan pengamatan outlier tersebut dalam model. Outlier dalam data tersebut dapat diklasifikasikan menjadi Additive Outlier (AO), Innovative Outlier (IO), Level Shift (LS) dan Transitory Change (TC). Dalam tulisan ini dibahas tentang prosedur pemodelan Subset ARIMA yang dikombinasikan dengan deteksi outlier untuk prediksi inflasi di Indonesia sebagai studi kasus.. Model Arima Berdasarkan persamaan (1) dan () dapat dirumuskan model multiplicative, additive atau subset ARIMA non-musiman dan model ARIMA musiman. Model Arima Multiplicative Secara umum, model SARIMA multiplicative dapat ditulis sebagai: S d S D S p( B ) P( B )(1 (1 B ) Zt q( Q( B ) at (3) Persamaan (3) biasa dikenal sebagai model SARIMA(p,d,q) (P,D,Q) S. Model SARIMA multiplicative akan tereduksi menjadi model ARIMA(p,d,q) ketika tidak ada efek musiman, serta menjadi ARMA(p,q) ketika runtun waktu tersebut stasioner. 585

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 Model Arima Additive model sarima additive yang digeneralisasi dapat ditulis sebagai: p S S PS S D (1 d 1B B pb 1B B PB )(1 (1 B ) Zt q S S QS (1 1B B qb 1B B QB ) at (4) Model ini merupakan jumlahan antara model non-musiman dan musiman tanpa parameter multiplicative. Model Subset Arima Model Subset ARIMA merupakan bagian dari model ARIMA tergeneralisasi, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk umum. Model subset ARIMA ini merupakan himpunan bagian dari model ARIMA. Sebagai contoh subset ARIMA([1,5],0,[1,1]) dapat ditulis sebagai: 5 1 (1 1B 5B ) Zt (1 1B 1B ) a t. Dengan demikian model subset ARIMA merupakan model ARIMA dengan beberapa parameternya sama dengan nol. Identifikasi Model Jika diberikan data runtun waktu Prosedur Pemodelan Subset ARIMA Z, Z,, Z dengan FAK sampel ˆ k dan FAKP sampel 1 n, FAK k dan FAKP kk diestimasi ˆ kk. Menurut Bartlett bahwa FAK k k 1 r i i 1 berdistribusi normal dengan mean nol dan varinasi (1/ n )(1 ), r i : estimasi FAK pada lag-i; dan FAKP kk berdistribusi normal dengan mean nol dan variansi (1/n), n: banyaknya obsservasi (lihat Box et al. (1970), Makridakis et al. (1998), Wei (006)). Menurut Wei (006), karakteristik dari FAK dan FAKP teoritis untuk proses stasioner AR(p), MA(q) dan ARMA(p,q) ditunjukkan seperti Tabel I. TABEL 1. KARAKTERISTIK FAK DAN FAKP TEORITIS UNTUK PROSES STASIONER Proses FAK FAKP AR(p) Turun secara ekponensial atau Terputus setelah lag p membentuk gelombang sinus MA(q) Terputus setelah lag q Turun secara ekponensial atau membentuk gelombang sinus ARMA(p,q) Terputus setelah lag (q-p) Terputus setelah lag (p-q) 586

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 ARMA (p,q) ditetapkan sebagai model awal, jika ˆ kk terputus setelah lag-p dan ˆ k terputus setelah lag-q untuk suatu bilangan bulat non-negatif p, q. Jika terdapat sebarang k himpunan bagian dari {,,3,,p} sedemikian hingga ˆ kk lebih besar dari selang kepercayaan FAKP dan nol untuk yang lain, atau untuk sebarang k himpunan bagian dari {,,3,,q} sedemikian hingga ˆ k lebih besar dari selang kepercayaan FAK dan nol untuk yang lain, maka model awalnya adalah subset ARIMA dengan order k dengan k merupakan himpunan bagian dari {,,3,,p} atau k merupakan himpunan bagian dari {,,3,,q}. Proses identifikasi ini akan digunakan untuk menentukan estimasi awal parameter dalam model. Estimasi Model Model-model yang telah teridentifikasi pada tahapan sebelumnya, parameterparameter modelnya dapat diestimasi berdasarkan data. Untuk estimasi parameter model dapat digunakan metode Maximum Likelihood (ML), metode Unconditional Least Squares (ULS) atau metode Conditional Least Squares (CLS). Estimasi awal yang telah diperoleh dapat digunakan sebagai nilai awal dari metode estimasi secara iterative. Verifikasi Model Pada tahapan ini, model tentative diverifikasi dengan cara melakukan uji signifikansi parameter yang diestimasi dan mengevaluasi kesesuaian model (asumsi white noise dan residual berdistribusi normal dengan mean nol variansi konstan). Proses penambahan order dilakukan apabila: Parameter yang diestimasi semuanya signifikan, tetapi berdasrkan uji Ljung-Box mengindikasikan residual tidak memenuhi syarat white noise. Tidak semua pamameter yang diestimasi tidak signifikan, khususnya parameter yang berada di antara order-order yang lain dan residual tidak memenuhi syarat white noise. Analisis Outlier Outlier adalah pengamatan yang secara jelas berbeda dengan pengamatan lainnya. Dalam kasus runtun waktu, outlier diklasifikasikan menjadi Additive Outlier (AO), Innovative Outlier (IO), Level Shift (LS) dan Transitory Change (TC). Additive Outlier (AO) hanya berpengaruh pada pengamatan ke-t, sedangkan tiga jenis outlier lainnya yaitu Innovative Outlier (IO), Level Shift (LS) dan Transitory Change (TC) berpengaruh 587

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 pada pengamatan ke-t, T+,.. Menurut Wei [ ], secara umum model dengan outlier ditulis sebagai: Zt k Tj ( jv j ( I j at j 1 ( (5) dengan v j ( 1 untuk AO, ( v j ( untuk IO ( v j 1 ( untuk LS 1 B 1 v j ( ; 0 1 untuk TC, dan pada TC nilai yang sering digunakan adalah (1 0,7. Salah satu cara untuk penanganan outlier adalah dengan cara memasukkan pengamatan outlier ke dalam model. 3. Hasil dan Pembahasan Untuk mengimplementasikan prosedur pemodelan Subset ARIMA dan pendeteksian outlier, digunakan data inflasi Indonesia sebagai studi kasus. Data pengamatan merupakan data inflasi bulanan dari Januari 1970 sampai dengan Februari 01 dan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) (lihat www.bps.go.id). Prosedur pemodelan yang diusulkan adalah sebagai berikut. Identifikasi Model Berdasarkan plot data runtun waktu menunjukkan bahwa data inflasi Indonesia bersifat stasioner dalam mean, namun terdapat beberapa pengamatan yang berbeda secara jelas dengan pengamatan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam data ada outlier. Menurut plot FAK lag-lag yang signifikan adalah lag-1 sampai lag-7, yang berarti bahwa data stasioner dalam mean. Sedangkan menurut plot FAKP lag-lag yang signifikan adalah lag-1 dan lag-3. Dengan demikian dapat diidentifikasi model AR ([1,3],0,0) sebagai model awal. 588

Partial ACF -0.1 0.0 0.1 0. 0.3 0.4 ACF 0.0 0. 0.4 0.6 0.8 1.0 Indonesia inflation 0 5 10 PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 0 100 00 300 400 500 Index Gambar 1. Plot data runtun waktu inflasi Indonesia 0 5 10 15 0 5 Lag Gambar. Plot FAK dari data inflasi Indonesia Gambar 3. Plot FAKP data inflasi Indonesia Untuk mengidentifikasi model MA, dapat juga ditentukan dengan cara mencermati pola FAK dari residual berdasarkan model paling sederhana, dalam hal ini model subset AR([1,3],0,0). Dari plot FAK residual, lag-lag yang signifikan adalah lag-, lag-7, lag- 1, lag-19 dan lag-4. Beberapa model yang berhasil diidentifikasi adalah ARIMA ([1,3],0,[7,1,19]), ARIMA ([1,3],0,[7,1,4]), ARIMA ([1,3],0,[7,1,19,4]), ARIMA ([1,3],0,[,7,1,19]), ARIMA ([1,3],0,[,7,19,4]), ARIMA ([1,3],0,[,7,1,19,4]), ARIMA ([1,3],0,[,7,1,4]), ARIMA ([1,3],0,[,7,19])(1,0,0) 1, ARIMA ([1,3,1],0,[,7,19,4]). Estimasi Model Dengan memperhatikan lag-lag signifikan yang telah diidentifikasi pada tahapan sebelumnya, diperoleh tiga estimasi model subset ARIMA yang signifikan yaitu: 1. ARIMA ([1,3],0,[,7,1,4]) 0 5 10 15 0 5 Lag Parameter model diestimasi dengan menggunakan metode conditional least squares (CLS). Berdasarkan metode CLS, parameter lag-1, lag-3 dari suku AR adalah signifikan 589

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 dan parameter lag-, lag-7, lag-1, lag-4 dari suku MA juga signifikan. Sehingga diperoleh estimasi model ARIMA ([1,3],0,[,7,1,4]) sebagai berikut: 3 7 1 (1 0.50494B 0.1516B ) Zt 0.351496 (1 0.1364B 0.13990B 0.15964B 4 0.11831B ) at. ARIMA ([1,3],0,[,7,19])(1,0,0) 1 Dengan menggunakan metode CLS diperoleh estimasi model musiman multiplikatif ARIMA([1,3],0,[,7,19])(1,0,0) 1 yang dapat dituliskan sebagai: 3 1 (1 0.47780B 0.13437B )(1 0.1409B ) Zt 0.33011 7 4 (1 0.10776B 0.11783B 0.09743B ) at 3. ARIMA ([1,3,1],0,[,7,19,4]) Model ketiga yang signifikan adalah model ARIMA ([1,3,1],0,[,7,19,4]) dengan estimasi modelnya dapat ditulis sebagai: 3 1 (1 0.45804B 0.13576B 0.08475B ) Zt 0.31744 7 19 4 (1 0.1013B 0.11481B 0.1141B 0.1005B ) at Dengan demikian diperoleh tiga model signifikan dengan nilai AIC dan SBC seperti ditunjukkan pada Tabel. TABEL. TIGA MODEL YANG SIGNIFIKAN Model MSE RMSE AIC SBC ARIMA ([1,3],0,[,7,1,4]) 1,66498 1,9034 1695,36 174,9 ARIMA ([1,3],0,[,7,19])(1,0,0) 1 1,69413 1,30159 170,94 173,49 ARIMA ([1,3,1],0,[,7,19,4]) 1,69486 1,30187 1704,14 1737,91 Berdasarkan nilai AIC dan SBC dari ketiga model tersebut dipilih satu calon model terbaik yaitu ARIMA ([1,3],0,[,7,1,4]). Namun hal ini belum cukup karena model tersebut masih perlu dilakukan pengujian asumsi untuk mendapatkan model yang sesuai. Verifikasi Model Model yang telah diestimasi pada tahapan sebelumnya, perlu dilakukan uji kesesuaian model. Residual dari model harus memenuhi asumsi white noise, berdistribusi normal dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan uji Ljung-Box semua model pada Tabel 5 memenuhi asumsi independensi residual, tetapi residual tidak berdistribusi normal dan berdasarkan uji LM terdapat efek ARCH. Selain itu berdasarkan pendeteksian adanya outlier ditemukan 13 Additive Outlier (AO). 590

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 Karena model yang diestimasi belum sepenuhnya memenuhi asumsi yang disyaratkan, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan cara memasukkan 13 pengamatan AO tersebut ke dalam model serta dengan memperhatikan efek ARCH. Setelah dilakukan estimasi model dengan memasukkan AO dan memperhatikan efek ARCH maka diperoleh model sebagai berikut. Zt 0,80774 6,9454AOJAN1970+ 3,71636AONOV1970+ 3,49698AONOV1971+ 8,810AONOV197+ 5,94907AODEC197+ 7,0733AOJAN1974+,8703AOAPR1974+ 3,18730AOSEP1975+ 4,11414AOJAN198+ 3,181AOJAN1983+ 7,4787AOFEB1998+ 4,48714AOJUL1998+ 7 1 (1 0,11909B 0,1496B ) 7,34447AOOCT 005 a. 3 t (1 0,48471B 0,1598B ) (6) dengan at ~ N(0, t ) dan t 0,0997 0,431a t 0,07405 t 1. Nilai AIC dan SBC dari model masing-masing adalah 1354,364 dan 1430,7. Dengan demikian model inilah yang akan digunakan untuk prediksi data inflasi Indonesia. 4. Kesimpulan Order dari model subset ARIMA ditentukan berdasarkan pola FAK dan FAKP dari data runtun waktu yang dikombinasikan dengan pola FAK dan FAKP residual model awal yang signifikan. Penentuan order yang tepat akan mempengaruhi akurasi model. Prosedur pemodelan subset ARIMA yang digabungkan dengan deteksi outlier yang diterapkan pada studi kasus data inflasi di Indonesia dapat meningkatkan akurasi model. Hal ini didasarkan pada menurunnya nilai AIC dan SBC bila dibandingkan dengan nilai AIC dan SBC sebelum memasukkan outlier dalam model. 1 DAFTAR PUSTAKA A. Meyler, G. Kenny and T. Quinn. Forecasting Iris inflation using ARIMA models, Technical Paper, Economics Analysis, Research and Publications Department, Central Bank of Ireland, 1998. B. hosh, B. Basu and M. O Mahony. Time series forecasting for vehicular traffic flow in Dublin, 004. F.J. Ojo and T.O. Olatayo. On the Estimation and Performance of Subset Autoregressive Integrated Moving Average Models, European Journal of Scientific Research, Vol.8 No.,, 009, pp.87-93. G. Chang, Y. Zhang, D. Yao and Y. Yue. Short-term traffic flow forecasting methods, ICCTP011, 011. G.E.P. Box and G.M. Jenkins. Time series analysis: forecasting and control, Holden- Day, San Francisco, 1970. 591

UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 J.A.D. Aston, D.F. Findley, T.S. Mcelroy, K.C. Wills and D.E.K. Marten. New ARIMA models for seasonal time series and their application to adjustment and forecasting, Research Report Series, Statistics, No.14, 007. S. M. Al-Fattah. Time Series Modeling for U.S. natural Gas forecasting, E-Journal of Petroleum Management and Economics, 006. http://www.petroleumjournals.com/ S. Makridakis, S. C. Wheelwright and R.J. Hyndman. Forecasting: Methods and Applications, John Wiley & Sons Inc., New York, 1998. Suhartono and Muhammad Hisyam Lee. Forecasting of tourist arrivals using subset, multiplicative or additive seasonal ARIMA Model, MATEMATIKA, Volume 7, Number, 011, 169-18. T.H. Spreen, R.E. Mayer, J.R. Simpson and J.T. McClave. Forecasting monthly slaughter cow prices with subset autoregressive model, Southern Journal of Agricultural Economics, No. 1751, 1979, pp.16-131. W.W.S. Wei. Time Series Analysis: Univariate and Multivariate Methods, Second Edition, Pearson Education Inc. Boston, 006. 59