Tafsir janggal adalah tafsir yang tidak sejalan dengan tafsir pada umumnya. 3 Kedua tafsir ini tidak diterima oleh umumnya ulama, hanya orang-orang

dokumen-dokumen yang mirip
PESONA TAFSIR MAWḌU I

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research).

Beberapa Problem Tafsir

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

MEMAHAMI AL-QUR AN DENGAN METODE TAFSIR MAUDHU I

BAB II MANHAJ AL-MUFASSIRI<N; TINJAUAN UMUM DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA. Kata manhaj merupakan salah satu bentukan kata dari akar kata nahaja yang

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kitab suci yang telah diturunkan Allah kepada Nabi

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB III METODOLOGI TAFSIR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Kata Kunci: Tafsir Maudhu i, Muhammad al-ghazali, Wihdah al-maudhu iyah,

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD. dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan,

BAB II METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI MUNASABAH

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA TERHADAP STANDAR PENILAIAN MUHAMMAD HUSEIN AL-ZAHABI. penulis menilai bahwa tentunya sangat berkualitas penuh dengan pembahasan

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

Membahas Kitab Tafsir

BAB I PENDAHULUAN. Tafsir menurut bahasa berasal dari kata Al-Fasr yang berarti menjelaskan dan

bat}il. Al-Qur an: (2: 185):

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan pemeliharaan dari Allah atas keotentikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tidak diragukan lagi bahwa al-qur`an merupakan kitab suci dan. pedoman bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. perilakunya terhadap Tuhan dan implikasinya dalam interaksi sosial. 1

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH INSTITUSIONAL

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

URGENSI LAJNAH PENTASHIH AL-QUR AN DI INDONESIA 1 Oleh : FAIZAH ALI SYIBROMALISI

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HASANAH DAN SAYYI AH SECARA UMUM. sebanyak 160 ayat dalam 48 surat, sedangkan kata سیي ھ yang

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode tafsir bi al-ma tsur dan tafsir bi al-ra yi. 1

TAFSIR BI AL-RA YI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENAFSIRAN ALQURAN. Oleh Moh. Arsyad Ba asiyen STAIN Datokarama Palu, Jurusan Ushuluddin

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

Surah Al- Alaq, ayat 1-5. Surah Al-Fatihah. Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4. Bismillah. Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran)

FORMAT ILMU TAFSIR PADA ERA MASYARAKAT PLURAL. Masruchin Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung

BAB I PENDAHULUAN. dan membacanya bernilai ibadah. Oleh karena itu, al-qur an adalah kitab suci umat

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia shaleh dan masyarakat utama yang berdiri di atas petunjuk

UNTUK KALANGAN SENDIRI

DAFTAR PUSTAKA. Abu Dawud, Sulaiman bin al-asy as al-sijistani H. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar Ibn Hazm. Juz III.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu al-qur an juga merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk umat Islam dalam

BAB II DISKURSUS METODE TAFSIR TEMATIK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai kajian kepustakaan (Library

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an yang secara harfiah berarti "bacaan sempurna" merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di antara ulama Indonesia yang secara perorangan telah menyusun tafsir Al Quran adalah Quraish Shihab dengan Tafsir al-mishbah.

BAB III METODE PENELITIAN

URGENSI ASBA<B AL-NUZUL DALAM PENAFSIRAN AL-QUR AN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 84 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ibadah.oleh karena itu, al-quran adalah kitab suci umat Islam, secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. Allah dalam juz amma dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menurut pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam kitabnya

BAB V PENUTUP. air sebagai sumber kelangsuhan kehidupan di bumi Qs, al-furqon ayat 49, Qs, al-araaf ayat 160 dan Qs, an-nisa ayat 43.

PENDAHULUAN BAB I. dengan berbagai latar belakang mulai dari proses penciptaan, fungsi, karakteristik

BAB I PENDAHULUAN Abdul Aziz Zarkoni, Manahilul Irfan fi Ulum Al-Quran, Darul Ihya Kitab Al-

AL-MIZAN: MAHAKARYA ABAD MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Al-Salibiy, Pengantar Studi al-qur an, Terj. Moch. Mukhdlori dkk, al-ma arif, Bandung, 1987, hlm. 18.

DAFTAR PUSTAKA. Al- Aridh, Ali Hasan. Tari>kh ilm at-tafsi>r wa Mana>hij al-mufasiri>n. Jakarta: Rajawali Press, 1992.

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

Zuailan Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SLABUS DAN SAP ILMU HADIS

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

BAB I PENDAHULUAN. penyajiannya, juga dalam pengolahan alur ceritanya, Al-Qura>n memiliki cara

BAB I PENDAHULUAN. keotentikannya telah dijamin oleh Allah, dan al-qur an juga merupakan kitab

TUGAS MATA KULIAH STUDI AL QUR AN MAKALAH dan PRESENTASI ASBABUN NUZUL

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

`BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. al-awzar wa al-dzunub, Penerjemah: Maman Abdurrahman Assegaf, Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs (Jakarta: Zaman, 2012), p. 492.

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, (Lentera Hati:Jakarta,2002), p M.Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

URGENSI SINERGITAS METODE DAN PENDEKATAN TAFSIR KITAB SUCI

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

BAB IV. Larangan Menikahi Pezinah Dalam Al-Qur an Surat An-Nur Ayat 3; Studi Komparatif Penafsiran Kiya Al-Haras Dan Ibnu Al-Arabi

BAB II METODE MUQARIN DAN TEORI TAFSIR

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

MODEL TAFSIR FIQHI: KAJIAN ATAS TAFSîR AL-MUNîR FI AL- AQîDAH WA AL-SYARî AH WA AL-MANHAJ KARYA WAHBAH AZ-ZUHAILI Oleh: Iskandar

QIRA AT AL-QUR AN (Makna dan Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira at)

Transkripsi:

SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR TEMATIK Oleh: H. Syamruddin Nst Abstraksi Tipologi tafsir berkembang terus dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan dan kontek zaman, dimulai dari tafsir bi al-ma tsur atau tafsir riwayat berkembang ke arah tafsir bi al-ra yi. Tafsir bi al-ma tsur menggunakan nash dalam menafsirkan Al-Qur an, sementara tafsir bi al-ra yi lebih mengandalkan ijtihad yang shahih. Berdasarkan metode terbagi menjadi tafsir tahlili, tafsir maudhu i, tafsir kulli dan tafsir muqaran.tafsir maudhu i atau tematik ada berdasar surah al- Qur an ada berdasar subjek atau topik.tafsir tematik berdasarkan surah digagas pertama kali oleh Syaikh Mahmud Syaltut, sementara tafsir tematik berdasarkan topik oleh Prof.Dr.Abdul Hay al- Farmawi.Bagaimana sejarah perkembangan dan manfa at tafsir tematik itu menjadi topik pembahasan makalah ini. Key Word: Al-Qur an, Tafsir, Tematik A. Pendahuluan Ilmu tafsir sudah ada sejak nabi Muhammad SAW. Tipologi tafsir berkembang sedemikian pesat dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan dan konteks. Dasar tipologi atau pengelompokkan terhadap tafsir pun berbeda-beda. Di antara pengelompokan tersebut dan sudah dikenal sejak masa nabi Muhammad SAW adalah tafsir bi al-atsar, dan banyak yang menyebut tafsir bi al-ma tsûr atau tafsir riwayah. Pengelompokan ini disebut corak tafsir. Corak tafsir lain adalah tafsir bi al-ra y. Tafsir bi al-ma tsur adalah tafsir yang menggunakan nash dalam menafsirkan, baik al-qur an dengan al-qur an maupun al-qur an dengan sunnah. Dengan singkat, tafsir bi al-ma tsur adalah tafsir antar nash. Sementara tafsir bi al-ra y atau dikenal juga dengan tafsir dirayah adalah tafsir yang lebih mengandalkan pada ijtihad yang shahih. 1 Namun ada juga tafsir isyari dan tafsir janggal (gharaib al-tafsir). Tafsir isyari adalah penafsiran al-qur an yang berlainan dengan zahir ayat karena ada petunjuk yang tersirat hanya diketahui oleh sebagai ulama atau orang-orang tertentu. 2

Tafsir janggal adalah tafsir yang tidak sejalan dengan tafsir pada umumnya. 3 Kedua tafsir ini tidak diterima oleh umumnya ulama, hanya orang-orang tertentu yang menerimanya. 45 Tafsir bi al-ma tsûr menurut Quraish Shihab merupakan gabungan dari tiga generasi mufassir, yakni: (1) penafsir rasul, (2) penafsir sahabat, dan (3) penafsir tabi in. Penafsir pada tingkat sahabat adalah: (1) Ibnu Abbas, (2) Ubay bin Ka ab, dan (3) Ibnu Mas ud. Generasi tabi in dari pilar ini juga adalah Sa id bin Jubair, Mujahid bin Jabr, di Makkah yang berguru kepada Ibnu Abbas; Muhammad bin Ka ab, Zaid bin Aslam, di Madinah, yang berguru kepada Ubay bin Ka ab; dan al- Hasan al-basyri, Amir al-sya bi di Irak, yang berguru kepada Ibnu Mas ud. 6 Sementara corak tafsir muncul dengan tafsir ilmiah, tafsir sufi, tafsir politik dan sejenisnya. Disebutkan bahwa corak tafsir ini didasarkan pada keilmuwan sang penafsir dan tuntutan kehidupan masyarakat. 7 Quraish Shihab menyebutnya corak penafsiram, yakni: corak sastra basah, corak filsafat teologi, corak penafsiran ilmiah, corak tasauf, dan corak sastra budaya kemasyarakatan. Corak sastra budaya kemasyarakatan, menurut Quraish, digagas oleh Muhamad Abduh dan menyebabkan corak lain menurun. 8 Kalau dicermati lebih jauh, corak tafsir ini merupakan kelanjutan dari tafsir bi al-ra y. Jadi, tafsir bi al-ra y muncul dalam banyak corak sesuai dengan keahlian sang penafsir. Pengelompokkan lain terhadap tafsir adalah berdasarkan pada metode yang digunakan, dan ilmuwan membaginya secara umum menjadi tiga, yakni: (1) tafsir analisis (tahlili), (2) tafsir tematik (maud}û i), dan (3) tafsir holistik (kullî). Namun ada juga yang menambah tafsir muqaran (tafsir perbandingan). Maksud tafsir tah}lîlî atau ijmâli atau juz î adalah metode kajian al-qur an dengan menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat al-qur an sesuai dengan urutan bacaan yang terdapat dalam urutan mush}af Uthmânî. Ternyata menurut sejumlah ilmuwan, metode yang sebagian ilmuan menyebutnya dengan metode kajian atomistik atau metode kajian yang bersifat parsial ini memiliki beberapa kelemahan. Quraish Shihab berpendapat, satu akibat dari pemahaman al-qur an berdasar ayat demi ayat secara terpisah

adalah al-qur an terlihat seolah sebagai petunjuk yang terpisah-pisah. 9 Metode ini juga disebut tafsir analisis. 10 Adapun tafsir tematik secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) tematik berdasar surah al-qur an; dan (2) tematik berdasar subyek. Tematik berdasarkan surah al-qur an adalah menafsirkan al-qur an dengan cara membahas satu surah tertentu dari al-qur an dengan mengambil bahasan pokok dari surat dimaksud. Sementara tematik subjek adalah menafsirkan al-qur an dengan cara menetapkan satu subjek tertentu untuk dibahas. Misalnya ingin mengetahui bagaimana konsep zakat menurut Islam, metode tematik ini dapat digunakan. Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana sejarah dan perkembangan tafsir tematik dan apa langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan metode tafsir tematik dan bagaimana keistimewaan tafsir tematik dalam menuntaskan persoalan-persoalan masyarakat kontemporer B.Sejarah dan Perkembangan Tafsir Tematik Menurut catatan Quraish, tafsir tematik berdasarkan surah digagas pertama kali oleh seorang guru besar jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas al-azhar, Syaikh Mahmud Syaltut, pada Januari 1960. Karya ini termuat dalam kitabnya, Tafsir al-qur an al-karim. Sedangkan tafsir maudu i berdasarkan subjek digagas pertama kali oleh Prof. Dr. Ahmad Sayyid al-kumiy, seorang guru besar di institusi yang sama dengan Syaikh Mahmud Syaltut, jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas al-azhar, dan menjadi ketua jurusan Tafsir sampai tahun 1981. Model tafsir ini digagas pada tahun seribu sembilan ratus enam puluhan. 11 Buah dari tafsir model ini menurut Quraish Shihab di antaranya adalah karya-karya Abbas Mahmud al-aqqad, al-insân fî al-qur ân, al-mar ah fî al-qur ân, dan karya Abul A la al-maududi, al-ribâ fî al-qur ân. 12 Kemudian tafsir model ini dikembangkan dan disempurnakan lebih sistematis oleh Prof. Dr. Abdul Hay al-farmawi, pada tahun 1977, dalam kitabnya al-bidayah fi al-tafsir al-maudu i: Dirasah Manhajiyah Maudu iyah. 13

Namun kalau merujuk pada catatan lain, kelahiran tafsir tematik jauh lebih awal dari apa yang dicatat Quraish Shihab, baik tematik berdasar surah maupun berdasarkan subjek. Kaitannya dengan tafsir tematik berdasar surah al-qur an, Zarkashi (745-794/1344-1392), dengan karyanya al- Burhân, 14 misalnya adalah salah satu contoh yang paling awal yang menekankan pentingnya tafsir yang menekankan bahasan surah demi surah. Demikian juga Suyût}î (w. 911/1505) dalam karyanya al-itqân. 15 Sementa tematik berdasar subyek, diantaranya adalah karya Ibn Qayyim al-jauzîyah (1292-1350H.), ulama besar dari mazhab H{anbalî, yang berjudul al-bayân fî Aqsâm al-qur`ân; Majâz al- Qur`ân oleh Abû Ubaid; Mufradât al-qur`ân oleh al-râghib al-isfahânî; Asbâb al-nuzûl oleh Abû al-h{asan al-wah}îdî al-naisâbûrî (w. 468/1076), dan sejumlah karya dalam Nâsikh wa al- Mansûkh, yakni; (1) Naskh al-qur`ân oleh Abû Bakr Muh}ammad al-zuhrî (w. 124/742), (2) Kitâb al-nâsikh wa al-mansûkh fî al-qur`ân al-karîm oleh al-nah}h}âs (w. 338/949), (3) al-nâsikh wa al-mansûkh oleh Ibn Sal>amâ (w. 410/1020), (4) al-nâsikh wa al-mansûkh oleh Ibn al- Atâ`iqi (w.s. 790/1308), (5) Kitâb al-mujâz fî al-nâsikh wa al-mansûkh oleh Ibn Khuzayma al-fârisî. 16 Sebagai tambahan, tafsir Ah}kâm al-qur`ân karya al-jas}s}âs} (w. 370 H.), adalah contoh lain dari tafsir semi tematik yang diaplikasikan ketika menafsirkan seluruh al-qur an. Karena itu, meskipun tidak fenomena umum, tafsir tematik sudah diperkenalkan sejak sejarah awal tafsir. Lebih jauh, perumusan konsep ini secara metodologis dan sistematis berkembang di masa kontemporer. Demikian juga jumlahnya semakin bertambah di awal abad ke 20, baik tematik berdasarkan surah al-qur an maupun tematik berdasar subyek/topik. C.Langkah-Langkah Menerapkan Metode Tafsir Tematik Menurut Abdul Hay Al-Farmawiy dalam bukunya Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-mawdhu i secara rinci menyeabutkan ada tujuh langkah yang ditempauh dalam menerapkan metode tematik ini, yaitu ; (1) Menetapkan masalah yang akan dibahas ( topik ) (2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah terseabut ;

(3) Menyusun runtutan ayat sesuai masa turunnya.disertai pengetahuan tentang azbabun nuzulnya; (4) Memahami kolerasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing; (5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna; (6) Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok pembahasan; (7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayatayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikan antara yang am ( umum) dan yang khash (khusus), muthlak dan muqayyad, atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan 17 Sementara menurut M.Quraish Shihab ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan didalam menerapkan metode tematik ini.antara lain; (1) Penetapan masalah yang dibahas. Walaupun metode ini dapat menampaung semua masalah yang diajukan namun akan lebih baik apabila permasalahan yang dibahas itu diproritaskan pada persoalan yang langsung menyentuh dan dirasakan oleh masyarakat, misalnya petunjuk Al-Qur an tentang kemiskinan, keterbelakangan, penyakit dan lain-lainnya. Dengan demikian, metode penafsiran semacam ini langsung memberi jawaban terhadap problem masyarakat tertentu di tempat tertentu pula. (2) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya. Bagi mereka yang bermaksud menguraikan suatu kisah atau kejadian maka runtutan yang dibutuhkan adalah runtutan kronologis peristiwa. (3) Kesempurnaan metode tematik dapat dicapai apabila sejak dini sang mufassir berusaha memahami arti kosakata ayat dengan merujuk kepada penggunaan Al-Qur an sendiri.hal ini dapat dinilai sebagai pengembangan dari tafsir bi al-ma tsur yang pada hakikatnya merupakan benih awal dari metode tematik 18 Dari uraian di atas, baik yang dikemukakan Abdul Hay Al-farmawiy maupun M.Quraish Shihab sama-sama sependapat bahwa langkah awal yang ditempuh dalam mempergunakan metode

tafsir tematik adalah menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas kemudian menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama dengan topik dan dilengkapi dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan dan yang perlu dicatat topik yang dibahas diusahakan pada persoalan yang langsung menyentuh kepentingan msyarakat. agar Al-Qur an sebagai petunjuk hidup dapat memberi jawaban terhadap problem masyarakat itu. D.Keistimewaan Tafsir Tematik Menuntaskan Persoalan Masyarakat Kontemporer Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa tafsir tematik mempunyai keistimewaan di dalam menuntaskan persoalan-persoalan masyarakat dibandingkan metode lainnya, antara lain,(a) menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadis Nabi adalah suatu cara terbaik di dalam menafsirkan Al-Qur an, (b) kesimpulan yang dihasilkan oleh metode tematik mudah dipahami. Hal ini disebabkan ia membawa pembaca kepada petunjuk Al-Qur an tanpa mengemukakan berbagai pembahasan terperinci dalam satu disiplin ilmu.dengan demikian ia dapat membawa kita kepada pendapat Al-Qur an tentang berbagai problem hidup disertai dengan jawaban-jawabannya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur an adalah petunjuk hidup.(c) metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak anggapan adanya ayat-ayat yang bertentangan dalam Al-Qura an, sekaligus membuktikan bahwa Al-Qur an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat 19. E.Penutup Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa sejarah munculnya tafsir tematik berdasarkan surah digagas pertama kali oleh seorang guru besar Al-Azhar Syaikh Mahmud Syaltut, pada tahun 1960, sedangkan berdasarkan tema digagas pertama kali oleh Prof.Dr. Ahmad Sayyid al- Kumiy dan disempurnakan lebih sistematis oleh Prof.Dr.Abdul Hay Al-Farmawiy, pada tahun 1977.

Langkah yang dilakukan dalam metode tematik ini adalah menetapkan masalah yang akan dibahas, menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan topik tersebut, melengkapi ayat-ayat dengan hadis-hadis yang relevan dengan topik pembahasan kemudian dibahas dan disimpulkan. Keistimewaan tafsir metode tematik adalah menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadis Nabi merupakan cara terbaik dalam menafsirkan Al-Qur an, sementara itu kesimpulan yang diambil mudah dipahami tanpa mengemukakan berbagai pembahasan terperinci dalam satu disiplin ilmu dan Al-Qur an sebagai petunjuk hidup secara konkrit dapat menjawab problem-problem yang dihadapi masyarakat. Endnotes: 1 T. M. Hasi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur an: Media Pokok dalam Menafsirkan Al-Qur an (Djakarta: Bulan Bintang, 1972), hlm. 204 dan 224; Mohammad Aly Ash-Shabuny, Pengantar Studi al-qur an [At-Tibyan], terj. Moch Shudlori Umar dan Moh. Matsna (Bandung: P.T. Al-Ma arif, 1970), 205, 210, 234. 2 Aly Ash-Shabuny, Pengantar Studi al-qur an hlm. 234. 3 Ibid., hlm. 247. 4 Ibid. 5 Ibid 6 M. Quraish Shihab, Membumikan al-quran, cet. Ke xix (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 71. 7 Ahmad Asy-Syirbashi, Sejarah Tafsir Qur an, terj. Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), hlm. 127, 133, 149. 8 M. Quraish Shihab, Membumikan al-quran, hlm. 72-73. 9 M. Quraish Shihab, Wawasan al-quran: Tafsir Maudhu`i atas Pelbagai Persoalan Ummat. (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 112. 10 M. Quraish Shihab, Membumikan al-quran, hlm. 111. 11 Ibid., hlm. 114. 12 Ibid. 13 Kitab ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Metode Tafsir Mawdhu iy: Suatu Pengantar, terj. oleh Suryan A. Jamrah. (Jakarta: Rajawali Pers, 1996). 14 Badr al-dîn Muh}ammad al-zarkashî, al-burhân fî Ulûm al-qur`ân (Beirût: Dâr al-kutub al- Ilmîyah, 1408/1988), 1:61-72. 15 Jalâl al-din> al-suyût}î, al-itqân fî Ulûm al-qur`ân (Kairo: Dâr al-turâth, 1405/1985), 2:159-161. 16 David S. Powers, The Exegetical Genre nâsikh al-qur`ân wa mansûkhuhu, dalam Andrew Rippin, Approach to the History of the Interpretation of the Qur an (Oxford: Clarendon Press, 1988), hlm. 120.

17 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur an, Hlm.115 18 Ibid, Hlm.116 19 Ibid, Hlm.117