BAB I PENDAHULUAN. pada perubahan di segala aspek. Mulai dari sistem pemerintahan, peraturan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA KEPALA DAERAH BERLATAR BELAKANG PENGUSAHA: WUJUD REFORMASI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada umumnya dikehidupan sehari-hari sangat akrab dengan

AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, M.AB

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. hasil pengujian penelitian, dan sistematika penulisan.

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa

Membangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH DAERAH YANG DIPIMPIN OLEH PENGUSAHA DAN NON-PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Awalnya bersifat terpusat kemudian mulai mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, puskemas, dan universitas merupakan beberapa contoh dari

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari ketergantungan pada pemerintah pusat kepada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya otonomi daerah serta reformasi keuangan telah merubah iklim

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, keuangan, transportasi dan sebagainya, maka dari itu pemerintah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Selama lebih dari dua dekade, pengukuran kinerja (performance measurement)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus pada PEMKOT Surakarta Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KOTA KEDIRI SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH SKRIPSI. Oleh :

Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan bagi politik dan sistem pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Konsep New Public Management (NPM) yang telah diimplementasikan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, peraturan perundang-undangan, pengelolaan keuangan, dan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah good governance. Tuntutan gencar dilakukan oleh masyarakat

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah ke dalam program-program yang tidak lain demi terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal menitik beratkan pada pemerintah daerah. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia sejak 1998 silam telah berpengaruh positif pada perubahan di segala aspek. Mulai dari sistem pemerintahan, peraturan perundang-undangan, pengelolaan keuangan, dan berbagai perubahan sektor publik lainnya. Reformasi di bidang akuntansi dan audit sektor publik menjadi poin penting untuk terwujudnya good corporate governance. Meski perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia mungkin merupakan hal yang baru berkembang dalam satu dekade terakhir, namun reformasi sektor publik sudah menjadi agenda global yang telah muncul sejak lebih dari dua puluh tahun lalu di berbagai negara di seluruh dunia (Mahmudi, 2010). Perubahan di sektor publik diawali dengan penerapan New Public Management (NPM)di Inggris sebagai pemula tren perubahan sistem administrasi publik yang kemudian menginspirasikan berbagai negara di Eropa, Asia, dan Afrika melakukan perubahan manajemen sektor publik (Hood, 1991). Sementara itu, Amerika Serikat juga telah melakukan reformasi sektor publik di elemen pemerintahannya dengan mengusung konsep reinventing government yang diusulkan oleh David Osborne pada 1992. 1

2 Sementara itu, Australia telah menerapkan reformasi di bidang sektor publik dengan membuat kebijakan yang dinamakannational competition policy (NCP). Dengan penerapan NCP, maka entitas sektor publik harus beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip komersial yang sama dengan sektor swasta, sehingga mereka dituntut untuk menjadi lebih ekonomis, efisien, dan efektif. Oleh karena itu, NCP telah mengubah budaya organisasi sektor publik Australia, (Hoque dan Moll, 2001).Demikian juga dengan pemerintah Jerman yang banyak mengkaji tentang reformasi sektor publik melalui pengukuran kinerja secara bertahap, terutama pada sektor pemerintah daerah (local government) (Greilling, 2005). Konsep NPM dan reinventing government,pada dasarnya samasama mengusung bagaimana mewirausahakan birokrasi yang lebih berorientasi pada output sehingga lebih efektif dan efisien. Christopher Hood (1991) mengungkapkan tujuh doktrin NPM yang terdiri dari: profesionalisme dalam manajemen sektor publik, standar dan pengukuran yang jelas terhadap kinerja, perhatian lebih terhadap kontrol output, pemecahan unit-unit kerja(disaggregation unit) di organisasi sektor publik, perubahan menuju peningkatan kompetisi sektor publik, mengadopsi gaya manajemen swasta di sektor publik, dan lebih berdisiplin dan berhemat dalam penggunaan sumber daya. Osborne dan Gaebler (1992) dalam konsep reinventing governmentlebih menjelaskan pada sepuluh bentuk pemerintahan yang

3 ideal bagi sektor publik yang terdiri dari: pemerintah katalis, pemerintah milik masyarakat, pemerintah yang kompetitif, pemerintah yang berorientasi hasil,pemerintah yang digerakkan oleh misi,pemerintah berorientasi pada pelanggan,pemerintahan wirausaha, pemerintah antisipatif, pemerintah desentralisasi, dan pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar. Dalam peningkatan kinerja, pemerintah seharusnya dapat berkaca pada pengelolaan di sektor swasta. Mengelola sektor pemerintahan tidak jauh berbeda dengan mengelola perusahaan. Jika yang menjadi tujuan dari sektor swasta adalah kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan dalam peningkatan laba yang optimal, sebenarnya sektor publik juga tidak jauh berbeda. Sebagaimana yang diungkapkan Irani(2010) bahwa tujuan sektor publik adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kesejahteraan itu tercapai apabila pelaksanaan program pembangunan berdampak positif bagi masyarakat. Kedua konsep yang telah dijelaskan sebelumnya secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan inspirasi bagi reformasi sektor publik di Indonesia. Walaupun NPM dan reiventing government tidak secara detail diterapkan di Indonesia, namun hal tersebut telah mengilhami perubahan manajemen sektor publik dari yang sebelumnya tradisional menuju lebih modern. Hal tersebut ditunjukkan melalui Undang-Undang (UU) otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang telah berlaku di Indonesia. Titik berat otonomi daerahterletak di daerah tingkat

4 kabupaten/kota. Oleh karena itu, dalam melaksanakan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab, diperlukan sumber pembiayaan agar pemerintah daerah dapat menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dengan kemampuan daerahnya sendiri (UU No.32 Tahun 2004). Selain itu juga keluar produk UU No.13 tahun 2003 yang kemudian diperbaharui melalui UU No. 22 tahun 2007 yang mengatur tentang mekanisme baru pemilihan Kepala Daerah,bahwa Kepala Daerah mulai dari Gubernur dan Bupati/Walikota dapat secara langsung dipilih oleh rakyat. Dalam hal ini setiap warga negara, laki-laki maupun perempuan, dapat mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di daerah mereka dan terpilih apabila telah memenuhi persyaratan. Setelah diberlakukannya Undang-Undang baru tentang pemilihan Kepala Daerah tersebut, memungkinkan berbagai kalangan mulai dari pengusaha, birokrat, teknokrat, ataupun militer untuk mencalonkan dirinya menjadi Gubernur maupun Bupati/Walikota. Akan tetapi, muncul fenomena yang menarik yaitu banyak dari kalangan pengusaha yang mencalonkan dirinya dan terpilih menjadi Kepala Daerah. Diantaranya adalah, Ir. Fadel Muhammad (mantan Gubernur Gorontalo), Ir. Joko Widodo (Walikota Solo), Herry Zudianto (Walikota Jogjakarta), dan masih banyak lagi. Sejalan dengan pendapat Van Mierlo (1996) bahwa timbulnya konsep wirausaha sebagai karakterisitik di organisasi sektor publik memiliki hubungan dengan faktor sosiologis atau sociological rule-

5 concept. Oleh karena itu, kepala daerah berlatar belakang pengusaha memiliki faktor sosiologis yang lebih kuat untuk mewirausahakan organisasi sektor publik sebagaimana yang dikonsepkan oleh reinventing government menurut Osborne dan Gaebdler. Fenomena pengusaha yang menjadi pejabat sektor publik tersebut menarik untuk ditelitilebih lanjut. Sebagai perbandingan, pada era orde baru, secara praktis hampir semua Kepala Daerah berlatar belakang militer ataupun politisi. Ketika reformasi, kalangan pengusaha akhirnya ikut mendominasi. Hal tersebut secara eksplisit telah merubah gaya manajemen sektor publik dari military oriented menjadi entreprenuer/managerial oriented.fenomena ini membutuhkan kajian yang lebih mendalam mengenai dampak dari kehadiran pengusaha yang menjadi Kepala Daerah, sehinggga memunculkan pertanyaanapakah Kepala Daerah berlatar belakang pengusaha memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan yang bukan pengusaha. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai reformasi sektor publik menunjukkan hasil bahwa transformasi nilai-nilai sektor swasta kedalam sektor publik memberikan dampak positif bagi kinerja Pemerintah. Penelitian Hoque dan Moll (2001) menjelaskan bahwa Australia telah menerapkan reformasi di bidang sektor publik dengan membuat kebijakan yang dinamakannational competition policy (NCP). Dengan penerapan NCP, maka entitas sektor publik harus beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsipkomersial yang sama

6 dengan sektor swasta, sehingga mereka dituntut untuk menjadi lebih ekonomis, efisien, dan efektif. Sehingga, NCP telah mengubah budaya organisasi sektor publik Australia.Begitupula dengan Greilling(2005) mengungkapkan bahwapemerintah Jerman pun banyak mengkaji tentang reformasi sektor publik melalui pengukuran kinerja secara bertahap, terutama pada sektor pemerintah daerah (local government). Hasil dari penelitian Greilling menyebutkan bahwa sistem pengukuran kinerja pemerintah Jerman masih belum berjalan begitu optimal. Namun, mereka sudah mengkaji tahapan-tahapan bentuk pelaporan eksternal serta merumuskan indikator pengukuran kinerja bagi pemerintah. Tujuannya adalah agar tercipta akuntabilitas publik dan meningktnya kepercayaan masyarakat bagi pemerintah. Mahmudi (2010) melakukan penelitian mengenai kinerja Kepala daerah di Kabupaten dan Kota di Indonesia yang mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja pemerintah daerah yang dipimpin oleh Kepala Daerah berlatar belakang pengusaha dibanding nonpengusaha. Bahkan kepala daerah yang berlatar belakang pengusaha memiliki kinerja yang lebih baik yang diukur dari segi pertumbuhan PDRB, pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD), tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mahmudi (2010)untuk mengetahui kinerja kepala daerah yang berlatar belakang pengusaha dan yang bukan pengusaha. Adapun perbedaan dengan

7 penelitian yang telah dilakukan oleh Mahmudi (2010) adalah pertama, obyek penelitian yang digunakan Mahmudi adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa, sedangkan pada penelitian ini menggunakan Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Kedua,penelitian Mahmudi dilakukan pada tahun anggaran 2005, 2006, dan 2007, sedangkan penelitian ini menggunakan tahun anggaran 2007, 2008, dan 2009. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penelitian ini berjudul Analisis Kinerja Kepala Daerah Berlatar Belakang Pengusaha: Wujud Reformasi Sektor Publik di Indonesia B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan permasalahan yaitu untuk mengetahui: 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala daerah berlatar belakang pengusaha dan nonpengusahaditinjau dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat kemiskinan, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)? 2. Apakah kepala daerah berlatar belakang pengusaha menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan yang bukan pengusaha dilihat dari PAD, PDRB, Tingkat Kemiskinan, dan IPM?

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti empiris tentang: 1. Kinerja Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh Kepala Daerah berlatar belakang pengusaha dan non-pengusahaditinjau daripad, PDRB, tingkat kemiskinan, dan IPM. 2. Kinerja Kepala Daerah berlatar belakang pengusaha lebih baik dibandingkan yang bukan pengusaha ditinjau dari PAD, PDRB, tingkat kemiskinan, dan IPM. D. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu akuntansi sektor publik. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kinerja pemerintah maupun organisasi sektor publik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Umum

9 Sebagai pengetahuan akan hasil kinerja yang telah dilakukan oleh pemerintah di daerah tinggal mereka sehingga turut berkontribusi aktif dalam memberikan aspirasi bagi pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik. Selain itu, memberi wacana bagi masyarakat untuk menilai kinerja Kepala Daerah yang telah atau akan mereka pilih pada saat pemilihan Kepala Daerah. b. Bagi Calon Investor/Investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk berinvestasi di daerah berdasarkan kinerja pemerintah daerah c. Bagi Pemerintah Untuk memberikan inovasi dalam mengembangkan good corporate governance melalui pewacanaan pemerintah wirausaha dengan mempelajari hasil kinerja pembangunan ekonomi masyarakat berbasis entrepreneur mindset. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaranpenelitian yang lebih jelas dan sistematis sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab kedua menguraikan teori-teori yang menjadi dasar penelitian ini yang meliputi; konsep manajemen sektor publik, reformasi manajemen sektor publik,kinerja pemerintah, dan wirausaha publik, tinjauan penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, populasi, sampel, dan metode pengambilan sampel, definisi operasional variabel, dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil pengujian datadan pembahasannya. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, keterbatasan penelitian dan saran.