Enterprise Architecture Planning Maturity Model TKB5354 Perancangan Arsitektur Enterprise Chalifa Chazar www.script.id chalifa.chazar@gmail.com
Masalah Kemampuan arsitektur untuk berubah sering ditentukan oleh tingkat kematangan arsitektur yang dihasilkan. Arsitektur yang matang akan dihasilkan oleh proses penyusunan arsitektur yang juga matang Perlunya acuan untuk mengukur kematangan proses perencanaan arsitektur enterprise sehingga menghasilkan arsitektur yang optimal.
Definisi Model Pedoman dari praktik terbaik yang didefinisikan oleh organisasi lain yang sukses dan berfungsi dengan baik. Representasi dari seperangkat komponen proses, sistem, atau area subjek yang umumnya dikembangkan untuk pemahaman, analisis, peningkatan, dan/atau penggantian suatu proses. Representasi dari informasi, aktivitas, hubungan dan konstrain
Definisi Maturity Suatu perilaku berevolusi yang terdefinisi dengan baik dalam mencapai proses pengembangan perangkat lunak yang matang (mature). Tingkat perbaikan proses berdasarkan sekumpulan area proses yang telah diidentifikasi sebelumnya untuk mencapai tujuan.
Konsep Maturity Konsep maturity telah diterapkan pada berbagai aspek pengembangan baik sebagai alat untuk menilai atau bagaian dari kerangka kerja peningkatan kualitas. Prinsip dasar maturity adalah upaya penggambaran prilaku khas objek (produk, proses, enterprise, dll) dalam beberapa tingkat kematangan. Akar pendekatan kematangan adalah manajemen kualitas.
Metode Crosby s QMMG Pendekatan Crosby s Quality Manajement Maturity Grid (QMMG). Menggambarkan prilaku khas suatu organisasi menjadi 5 tingkat kematangan, dimana setiap tingkat kematangan memiliki 6 aspek manajemen kualitas.
Metode Crosby s QMMG Berfokus pada evolusi yang,memaparkan bahwa manajemen kualitas perusahaan cenderung berevolusi melalui 5 tingkatan, yaitu: - Ketidakpastian (Uncertainty) - Kebangkitan (Awakening) - Pencerahan (Enlightenment) - Kebijakan (Wisdom) - Kepastian (Certainty)
Metode Crosby s QMMG Kategori Pengukuran Tingkat I: Ketidakpastian Tingkat II: Kebangkitan Tingkat III: Pencerahan Tingkat IV: Kebijaksanaan Tingkat V: Kepastian Pemahaman dan perilaku manajemen Tidak terdapat pemahaman bahwa kualitas merupakan peralatan manajemen. Cenderung menyalahkan departemen kualitas atas masalah-masalah kualitas. Menyadari bahwa manajemen kualitas penting, namun tidak bersedia menyediakan waktu atau uang untuk melaksanakannya. Saat menjalankan program peningkatan kualitas mempelajari bahwa manajemen kualitas, bersifat mendukung dan sangat membantu. Berpartisipasi. Mutlak memahami manajemen kualitas. Menyadari peranan tiap-tiap pribadi untuk kesinambungannya Memandang manajemen kualitas sebagai bagian esensial dalam sistem perusahaan.
Metode Crosby s QMMG Kategori Pengukuran Tingkat I: Ketidakpastian Tingkat II: Kebangkitan Tingkat III: Pencerahan Tingkat IV: Kebijaksanaan Tingkat V: Kepastian Status kualitas organisasi Kualitas hanya diketahui dalam departemen manufaktur atau rekayasa Tidak terdapat inspeksi Menekankan pada peningkatan dan pengurutan Terdapat pemimpin yang memperhatikan kualitas namun tetap ditekankan pada peningkatan dan pemindahan produk Masih menjadi bagain manufaktur atau lainnya Departemen kualitas melaporkan pada manajemen atas, semua peningkatan tidak ditawa-tawar Manajer memiliki peranan dalam manajemen perusahaan Manajer kualitas meruypakan eksekutif perusahaan Efektif melaporkan status dan melakukan tindakan preventif Terlibat dalam masalah penggunaan dan penugasan khusus Manajer kualitas berada dalam dewan direksi Preventif merupakan pertimbangan utama Kualitas dipikirkan oleh pimpinan
Metode Crosby s QMMG Kategori Pengukuran Tingkat I: Ketidakpastian Tingkat II: Kebangkitan Tingkat III: Pencerahan Tingkat IV: Kebijaksanaan Penanganan masalah Masalah-masalah ditangani saat terjadi Tidak ada resolusi Definisi yang tidak layak Banyak pertengkaran dan saling menuduh Dibentuk kelompok untuk mengatasi masalah-masalah utama Tidak terdapat solusi jangka panjang Terdapat komunikasi mengenai tindakan koreksi Masalah dihadapi secara terbuka dan diselesaikan dengan teratur Masalah-masalah diidentifikasi pada awal perkembangan Semua fungsi-fungsi terbuka untuk saran dan peningkatan Tingkat V: Kepastian Pengecualian hanya untuk kasus yang sangat lazim Masalah-masalah dapat dicegah
Metode Crosby s QMMG Kategori Pengukuran Tingkat I: Ketidakpastian Tingkat II: Kebangkitan Tingkat III: Pencerahan Tingkat IV: Kebijaksanaan Tingkat V: Kepastian Biaya kualitas sebagai % dari penjualan Dilaporkan : tidak diketahuai Aktual : 20% Dilaporkan : 3% Aktual : 18% Dilaporkan : 8% Aktual : 12% Dilaporkan : 6.5% Aktual : 8% Dilaporkan : 2.5% Aktual : 2.5%
Metode Crosby s QMMG Kategori Pengukuran Tingkat I: Ketidakpastian Tingkat II: Kebangkitan Tingkat III: Pencerahan Tingkat IV: Kebijaksanaan Tingkat V: Kepastian Tindakan peningkatan kualitas Tidak ada aktifitas yang terorganisasi Tidak ada pemahaman mengenai aktivitas peningkatan kualitas Mencoba usaha-usaha memotivasi Jangka pendek Implementasi program 14-langkah dengan pemahaman dan pelaksanaan tiap langkah Melanjutkan program 14-langkah dan memulai Make Certain Peningkatan kualitas normal dan merupakan aktivitas berkesinambungan.
Metode Crosby s QMMG Kategori Pengukuran Tingkat I: Ketidakpastian Tingkat II: Kebangkitan Tingkat III: Pencerahan Tingkat IV: Kebijaksanaan Tingkat V: Kepastian Ringkasan postur kualitas perusahaan Kami tidak tahu mengapa kami mempunyai masalah dengan kualitas Apakah benar-benar penting selalu memiliki masalah dengan kualitas Melalui komitmen manajemen dan peningkatan kualitas kami mengidentifikasi dan memecahkan masalah kami Mencegah ketidaksempurnaan merupakan bagian operasional rutin kami Kami tahu mengapa kami tidak memiliki masalah dengan kualitas
CMM Penggunaan konsep kematangan dalam bidang teknologi informasi adalah untuk mengkuantifikasi kebaikan dari suatu perangkat lunak. SEI (Software Engineering Institute) tahun 1986 mengembangkan suatu metode pengukuran kebaikan pengembangan perangkat lunak. Disebut Capability Maturity Model for Software (CMM). Model CMM menggunakan pendekatan yang berbeda dengan model QMMG, yaitu dengan mengidentifikasi area kunci proses untuk meningkatkan tingkat kematangan.
Level Deskripsi Area Proses Optimising Managed Defined Umpan balik kuantitatif dari proses memungkinkan peningkatan proses yang kontinu dan menunjukan ide inovatif dan teknologi Ukuran detail proses perangkat lunak dan kualitas produk dikumpulkan. Baik proses perangkat lunak dan produknya dipahami secara kuantitatif dan dikendalikan Proses perangkat lunak untuk aktivitas manajemen dan kerekayasaan didokumentasikan, distandarisasikan, dan diintegrasikan ke dalam proses standar perangkat lunak bagi organisasi. Semua proyek menggunakan versi lengkap proses standar perangkat lunak organisasi untuk mengembangkan dan merawat perangkat lunak. Pencegahan ketidak sempurnaan Manajemen Perubahan Teknologi Manajemen Perubahan Proses Manajemen Proses Kuantitatif Manajemen Kualitas Perangkat Lunak Fokus Proses Organisasi Definisi Proses Organisasi Program Pelatihan Manajemen Perangkat Lunak Terintegrasi Kerekayasaan Produk Perangkat Lunak Koordinasi antar kelompok Peer Review
Level Deskripsi Area Proses Repeatable Initial Terdapat proses manajemen proyek dasar untuk melacak biaya, jadwal, dan fungsionalitas. Terdapat disiplin proses yang penting untuk mengulang kesuksesan proyek sebelumnya dengan aplikasi yang serupa. Karakteristik proses perangkat lunak bersifat adhoc, dan bahkan sering bersifat chaotic. Beberapa proses telah terdefinisi, dan sukses bergantung pada usaha individual. Manajemen Kebutuhan Perencanaan Proyek Perangkat Lunak Pelacakan Proyek Perangkat Lunak Manajemen Subkontrak Perangkat Lunak Jaminan Kualitas Perangkat Lunak Manajemen Konfigurasi Perangkat Lunak Tidak ada proses yang diperlukan
CMMI Merupakan pengembangan dari CMM, menyediakan kerangka kerja untuk peningkatan dalam bidang: - Rekayasa perangkat lunak - Kerekayasaan sistem - Pengembangan produk dan proses-proses terintegrasi - Pengadaan vendor CMMI (Capability Maturity Model integration) memaparkan 4 bidang tersebut ke dalam 25 area proses.
CMMI memberikan 2 pendektan dalam pengukuran tingkat kematangan. Continuous representation model yang mengukur tingkat kemampuan (capability level) untuk memberikan suatu peningkatan relatif bagi suatu area proses tunggal. Staged representation pendekatan yang menggunakan sekumpulan area proses yang sudah terdefinisi sebelumnya untuk digambarkan sebagai suatu level kematangan organisasi.
Model kematangan perencanaan arsitektur enterprise menggunakan pendekatan Staged representation agar dapat dilihat kematangan proses perencanaan arsitektur enterprise dalam organisasi secara menyeluruh.
Pengukuran tingkat kematangan suatu objek dilakukan dengan mengidentifikasi proses (kapabilitas area proses). Untuk menentukan kapabilitas area proses dilakukan dengan menganalisis area proses yang dikelompokan menjadi 3 kelompok: Komponen yang diperlukan menggambarkan apa yang harus dicapai organisasi untuk memenuhi area proses Komponen yang diharapkan menggambarkan hal spesifik apa yang akan diimplementasikan oleh organisasi untuk mencapai komponen yang diperlukan. Komponen informatif menyediakan detail-detail yang membantu organisasi untuk memikirkan cara mendekati komponen-komponen yang diperlukan dan diharapkan.
Kesimpulan Walaupun banyak model kematangan untuk fokus masalah yang berbeda-beda. Namun, terdapat kesamaan antara model-model tersebut, yaitu dalam pendefinisian jumlah dimensi area proses dalam beberapa tingkat atau level kematangan yang terpisah. Tidak ada ketentuan khusus untuk jumlah tingkatan kematangan. Aspek utama dari pendekatan ini adalah menyediakan narasi deskriptif untuk perilaku karakteristik-karakteristik kinerja yang berbeda tiap tingkatan.
</TERIMA KASIH> Chalifa Chazar, S.T, M.T Email: chalifa.chazar@gmail.com script.id Copyright @2016