Peran Audit Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas. 2. Kajian Pustaka dan Hipotesis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan bagi politik dan sistem pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilakukan kepada masyarakat luas (Mardiasmo:

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik atau yang biasa disebut sebagai good government governance di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk. pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BABI PENDAHULUAN. Untuk terciptanya kemandirian pemerintah daerah, pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

Transkripsi:

Peran Audit Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas. (Penelitian pada 36 LKPD provinsi Jawa Tengah) Oleh : Tika Septiani, SE., M.Ak., Ak. 1. Pendahuluan Pada bulan juni tahun 2008, Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), menyatakan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2007, dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2006 kembali dalam posisi opini "disclaimer" (tidak menyatakan pendapat) ironisnya hal itu terjadi hampir selama tiga tahun berturut-turut sejak 2004 hingga tahun 2007 yang menandakan bahwa laporan keuangan pemerintah tidak ada kemajuan, bahkan dapat dikatakan semakin memburuk dari tahun ke tahunnya. Opini BPK ini sangat merisaukan, karena yang terjadi justru penurunan kualitas laporan keuangan pemerintah. Hasil pemeriksaan BPK yang terus menerus buruk seperti ini menggambarkan bahwa hampir belum terdapat kemajuan dalam peningkatan transparansi serta akuntabilitas keuangan negara kita ini. Padahal, dalam empat tahun belakangan ini Indonesia telah memberlakuan paket undang-undang keuangan negara tahun 2003-2004, delapan tahun pemberlakukan otonomi daerah yang luas, dan 10 tahun gerakan reformasi. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan pertanggungjawaban Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atas pelaksanaan anggaran belanja negara sebagaimana diatur dalam paket undang-undang keuangan negara. Paket undang-undang dimaksud itu meliputi Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Berbeda dengan tahun sebelumnya, hasil pemeriksaan BPK atas LKPP tahun 2007 juga disertai laporan keuangan kementerian/lembaga negara serta sekilas LKPD tahun 2006. Laporan keuangan yang mendapatkan opini "wajar tanpa pengecualian" (unqualified opinion) hanya kementerian/ lembaga negara berskala kecil dan/atau yang baru dibentuk. Jadi dapat disimpulkan

bahwa hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan tersebut menggambarkan bahwa kualitas laporan kementerian/ lembaga negara dan daerah justru menunjukkan tendensi yang semakin memburuk dari tahun ke tahun, Bukankah semestinya kualitas LKPP (termasuk laporan keuangan kementerian /lembaga negara) dan LKPD diperbaiki dari tahun ke tahun meskipun sedikit. Berdasarkan uraian diatas, selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan bagi penulis dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kualitas laporan keuangan pemerintah dan hubungannya dengan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara, maka penulis memberi judul skripsi Peran Audit Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan peningkatan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara. 2. Kajian Pustaka dan Hipotesis sistem akuntansi pemerintahan daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulam data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi computer. (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, dalam pasal 232 ayat 3). Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, dalam pasal 232 ayat 5 menyatakan bahwa: Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud ayat (3), entitas pelaporan menyusun laporan keuangan yang meliputi: laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan. Sedangkan tujuan umum laporan keuangan pemerintah menutut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja pemerintah yang dapat bermanfaat bagi para pengguna, dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah selama satu periode anggaran.

Laporan keuangan lazimnya digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efesiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap perundang-undangan. Dalam SAP tertulis bahwa entitas pelaporan wajib menyampaikan laporan keuangan untuk 4 kepentingan: 1. Akuntabilitas 2. Manajemen 3. Transparansi 4. Keseimbangan antargenerasi Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, disebutkan bahwa terdapat tiga paket perundang-undangan yang mengatur pengelolaan keuangan Negara, yaitu: 1. UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara. 2. UU No.1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara. 3. UU No.15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Sesuai ketetuan pasal 31 UU No.17 tahun2003, LKPD harus disampaikan kepada DPRD paling lambat 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir dan sebelumnya harus diaudit terlebih dahulu oleh BPK. Esensi dari bunyi pasal tersebut meletakan kewajiban pada Pemda, DPRD, maupan BPK sebagai lembaga audit. Pemda berkewajiban menyusun LKPD sebagai bentuk akuntabilitas untuk disampaikan kepada DPRD. Kewajiban DPRD yaitu membahas LKPD setelah menerima hasil audit dari BPK. Tujuan audit atas LKPD adalah untuk memastikan apakah LKPD telah disusun secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (dalam hal ini SAP), berbasis akuntasi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Setelah LKPD selesai diaudit oleh BPK, maka hasilnya akan disampaikan kepada DPRD sebagai badan legislatif untuk melakukan penilaian terhadap akuntabilitas pemerintah daerah yang bersangkutan yang berupa LKPD. Dalam konteks akuntabilitas ini, indikasinya semakin

baik kualitas LKPD maka akan semakin besar peluang DPRD untuk menerima pertanggungjawaban (akuntabilitas) Pemda. Oleh karena itu pelaksanaan audit memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang dituangkan dalam bentuk LKPD. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: Audit atas laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan penulis pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Adapun yang menjadi objek penelitian bagi penulis adalah mengenai hasil pemeriksaan/audit atas LKPD dikaitkan dengan upaya peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. 3.2 Metode Penelitian. Metode Penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah 1. Metode kuantitatif, yaitu dengan mengadakan analisis terhadap data selama dua tahun yang dinyatakan dengan angka-angka, seperti menghitung persentase dari setiap opini yang dikeluarkan oleh auditor setiap tahunnya. Serta menghitung jumlah temuan pemeriksaan yang mengindikasikan kerugian negara dan menilai temuan tersebut. Kerugian negara tersebut dapat disebabkan karena adanya penyimpangan dalam proses pengelolaan keuangan negara sehingga dapat membuat terhambatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

2. Metode kualitatif, yaitu dengan mengadakan analisis dengan melihat sifat-sifat data, interprestasi data dan perbandingan dengan teori yang berlaku. Data dari hasil penelitian tidak dalam bentuk angka seperti opini auditor, jadwal pelaksaan pemeriksaan, sistem pengendalian intern. Data tersebut dipergunakan untuk mengevaluasi kriteria-kriteri yang dipakai oleh BPK dalam menilai kewajaran. 3.3 Teknik Pengumpulan Data. Teknik penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut: 1. Studi lapangan Yaitu studi yang dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung ke BPK yang menjadi objek peneliti untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder ini didapat dengan cara : a. Observasi Yaitu dengan melihat secara langsung kegiatan BPK sehubungan dengan maksud yang akan diteliti. 2. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui penelaahan buku-buku referensi dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk dijadikan dasar dalam melakukan analisis. Dengan penelitian kepustakaan, akan diperoleh gambaran dalam mengevaluasi peran audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam peningkatan transparansi dan akuntabilitas. 3.4 Operasionalisasi Variabel Variabel-variabel yang diteliti dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas (Independent variabel) dan variabel terikat. 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Yang menjadi variabel bebas adalah peran audit atas LKPD.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Dalam hal ini yang merupakan variabel terikat adalah peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Tabel 3.1 Indikator Variabel Variabel Indikator Skala Pengukuran Instrumen Peran audit atas LKPD Nominal Laporan auditor Temuan auditor peningkatan transparansi dan akuntabilitas Tepat waktu Akurasi dan koreksi (atas kepatuhan) Kecukupan pengungkapan interval Laporan keuangan pemerintah daerah 3.5 Sample Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang ada di Republik Indonesia. Penulis akan menggunakan 36 LKPD provinsi Jawa Tengah sebagai sample yang akan digunakan dalam penelitian ini. Wilayah provinsi Jawa Tengah meliputi satu pemerintahan provinsi, 29 pemerintahan kabupaten, enam pemerintahan kota. Jadi jumlah seluruh sample yang akan digunakan oleh penulis adalah 36 pemerintahan daerah. Periode pengamatan yang akan digunakan oleh penulis adalah tahun anggaran 2006 dan tahun anggaran 2007. Sebelumnya penulis juga akan melakukan uji beda rata-rata untuk tahun anggaran 2008, tetapi tidak dapat direalisasikan karena untuk tahun 2008, BPK baru menerbitkan

17 opini atas LKPD. Sehingga uji beda rata-rata hanya dilakukan pada sample tahun 2006 dan tahun 2007. 3.6 Pengujian hipotesis Ada dua tahap yang dilakukan untuk menguji hipotesis penenelitian, apakah benar, audit dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. 1. Hipotesis diuji dengan melihat perbedaan rata-rata waktu penyerahan LKPD kepada BPK dan perbedaan rata-rata nilai koreksi BPK atas LKPD selama masa pengamatan (2006-2007) sebagai indikator dari tramsparansi. Jika benar audit dapat meningkatkan transparansi, maka nilai rata-rata kedua indikator tersebut akan meningkat pada tahun 2007. 2. Hipotesis diuji dengan melihat perbedaan rata-rata opini yang diberikan BPK dan perbedaan rata-rata nilai koreksi BPK atas LKPD selama masa pengamatan (2006-2007) sebagai indikator dari akuntabilitas. Jika benar audit dapat meningkatkan akuntabilitas, maka nilai rata-rata kedua indikator tersebut akan meningkat pada tahun2007. Analisis Statistik Menguji Hipotesis Analisis statistik yang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, apakah benar, audit dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, penulis menggunakan uji beda dua rata-rata berpasangan untuk membandingkan tingkat transparansi dan akuntabilias tahun anggaran 2006 dan tahun anggaran 2007.

4. Hasil uji hipotesis Uji beda dua rata-rata berpasangan untuk membandingkan tingkat transparansi dan akuntabilias tahun anggaran 2006 dan tahun anggaran 2007. Jika benar, audit dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, maka, maka nilai rata-rata mengindikasikan tingkat transparansi dan akuntabilitas tahun 2006 lebih tinggi dari pada tahun 2007. Berikut disajikan hasil uji nilai t dan uji beda dua rata-rata berpasangan tingkat tranparansi dan akuntabilitas tahun 2006 dan tahun 2007, dengan tingkat standar error (0.1) Table 4.1 T-Test Paired Samples Statistics Std. Error Mean N Std. Deviation Mean LPKD Tahun 1 2.4722 36 1.08196.18033 Tahun 2 2.8889 36 1.11555.18592 Nilai Transparasi Tahun 1 3.6389 36.72320.12053 Tahun 2 3.8056 36.57666.09611 Opini BPK Tahun 1 3.0000 36.00000.00000 Tahun 2 2.7778 36.63746.10624 koreksi- Nilai koreksi- Akuntabilita s Tahun 1 3.6389 36.72320.12053 Tahun 2 3.8056 36.57666.09611

Table 4.2 Paired Samples Test Sig. (2-tailed) Pair 1 LKPD Tahun 1 - LKPD Tahun 2.007 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Nilai koreksi Transparansi Tahun 1 -.263 Tahun 2 Opini BPK Tahun 1 - Opini BPK Tahun.044 2 Nilai koreksi Akuntabilitas Tahun 1 -.263 Tahun 2 Catatan: Tahun 1 = tahun anggaran 2006 Tahun 2 = tahun anggaran 2007

Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Trasnparansi Gambar 4.1 Waktu Penyerahan LKPD 3.00 2.47 2.89 2.00 1.00 0.00 Tahun 2006 Tahun 2007 Gambar Penampilan rata-rata nilai Waktu Penyerahan LKPD Tahun 2006 dan 2007 Gambar 4.2 Nilai Koreksi Transparansi 4.00 3.64 3.81 3.00 2.00 1.00 Tahun 2006 Tahun 2007 Gambar Penampilan Nilai Koreksi Transparansi Tahun 2006 dan Tahun 2007

Nilai koreksi atas transparansi mengalami peningkatan dari 3.64 pada Tahun 2006 menjadi 3.81 pada Tahun 2007 (Gambar 4.2), akan tetapi peningkatannya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut statistik pada taraf 10% (nilai signifikan > 0.1) (Tabel 4.8). Sedangkan rata-rata nilai waktu penyerahan LKPD kepada BPK mengalami peningkatan secara signifikan/nyata (sig. < 0.1) (table 4.8) dari 2.47 pada tahun 2006 menjadi 2.89 pada tahun 2007 (Gambar 4.1). Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa, audit dapat meningkatkan transparansi secara signifikan. Dengan demikian hipotesis yang dinyatakan penulis (Audit atas laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara), dari segi transparansi tenyata terbukti audit berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan transparansi pengelolaan keuangan negara.

Opini BPK Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Akuntabilitas Gambar 4.3 3.00 3.00 2.78 2.00 1.00 0.00 Tahun 2006 Tahun 2007 Gambar Opini BPK Tahun 2006 dan 2007 dari 36 sample Pemda Gambar 4.4 Nilai Koreksi Akuntabilitas 4.00 3.64 3.81 3.00 2.00 1.00 Tahun 2006 Tahun 2007 Gambar Nilai Akuntabilitas Tahun 2006 dan 2007 yang dianalisa dari 36 sampel Pemda Nilai rata-rata opini yang dikeluarkan BPK mengalami penurunan secara sinifikan/nyata (sig. < 0.1) (Tabel 4.8) dari 3.64 pada Tahun 2006 menjadi 3.81 pada Tahun 2007 (Gambar 4.3).

Tetapi sebaliknya Nilai koreksi atas Akuntabilitas mengalami peningkatan dari 3.64 pada Tahun 2006 menjadi 3.81 pada Tahun 2007 (Gambar 4.4), akan tetapi peningkatannya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan/nyata menurut statistik pada taraf 10% (nilai signifikan > 0.1) (Tabel 4.8). Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa, audit dapat meningkatkan akuntabilitas, tidak berpengaruh secara signifikan. Dengan demikian hipotesis yang dinyatakan penulis (Audit atas laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara), dari segi akuntabilitas tenyata tidak terbukti, audit berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan transparansi pengelolaan keuangan negara. Hal ini ditunjukan dengan adanya penurunan rata-rata opini yang dikeluarkan BPK secara tajam. Penurunan rata-rata tersebut dipicu oleh adannya sejumlah 4 sampel dari 36 sampel Pemda (11% ) mengalami penurunan nilai opini BPK yang sangat tajam dari Wajar dengan pengecualian (WDP) menjadi Tidak memberikan Pendapat (TMP). 5. Kesimpulan Berdasakan temuan yang disajikan dalam tulisan ini hanya dapat membuktikan bahwa audit berpengaruh dalam meningkatkan transparansi pengelolaan keuangan daerah. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan rata-rata nilai waktu penyerahan LKPD yang signifikan (sig.<0.1) dari tahun 2006 ke tahun 2007 dan nilai koreksi atas transparansi yang cenderung meningkat dari 3.64 pada Tahun 2006 menjadi 3.81 pada Tahun 2007. Tetapi temuan yang disajikan dalam tulisan ini tidak dapat membuktikan bahwa audit berpengaruh dalam meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Hal ini dipicu dengan adanya penurunan rata-rata nilai opini yang diberikan BPK secara sinifikan/nyata (sig. < 0.1) dari 3.64 pada Tahun 2006 menjadi 3.81 pada Tahun 2007. Walaupun nilai Nilai koreksi atas Akuntabilitas cenderung meningkat dari tahun 2006 ke tahun 2007.

DAFTAR PUSTAKA Andrianto nico, 2007, Good e-government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik, Malang: Bayu Media Arens Alvin, 2003, Auditing, Jakarta: PT Indeks Gramedia Bastian Indra, 2002, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat Bastian indra, 2007, Audit Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat Basuki, 2007, Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta: Kreasi Wacana BPK-RI, 2004, Himpunan Undang-Undang Bidang Keuangan Negara, Jakarata: P3KN BPK-RI, 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta: Pustaka Pergaulan Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: Andi Yogyakarta Nasution Anwar, 2008, Menuju Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara, Jakarta: Sekjen BPK-RI Peraturan Mentri Dalam Negri No.13 tahun 2006 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan