Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

Karakter Festival pada Rancangan Pasar di Kawasan Bandung Technopolis

Interaksi Manusia dan Satwa dalam Place-Making Kasus: Perancangan Pasar Hewan Sukahaji Bandung

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

Penerapan Karakter Kota Lama Medan dalam Perancangan Pusat Kuliner di Tepi Sungai Deli Medan

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN. iii KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

4.10 Rancangan Detail Arsitektural Khusus

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

PERPUSTAKAAN UMUM KOTA BANDUNG

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MUSEUM DIRGANTARA AR 40Z0 - TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMESTER I 2007/2008. Oleh : Arvin Kustiawan

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV: KONSEP PERENCANAAN

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

DAFTAR ISI. i ii iii iv v. vii. xii xiii xiv vii

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

International Fash on Institute di Jakarta

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pada perancangan Islamic Center di Kepanjen ini, konsep-konsep yang

Pusat Pameran Perdagangan dan Konvensi Kota Surakarta

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL/DIAGRAM

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam proses rancangan terdapat beberapa langkah antara lain; data, metode analisis). Langkah-langkah tersebut

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

Fasilitas Penginapan dan Wisata Pantai di Sendang Biru, Kabupaten Malang

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

CULTURE PARK DI KABUPATEN KLATEN

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung (2) Staf Pengajar Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung Abstrak Pasar rakyat memiliki peran vital tidak hanya dalam aspek ekonomi tetapi juga dalam aspek sosial budaya. Kedua aspek tersebut dapat diperkuat dengan memperhatikan isu penciptaan karakter lokal dalam perancangan pasar. Pasar Sederhana, Bandung direncanakan untuk dirancang ulang menjadi pasar tematik kerajinan tangan. Dengan letaknya yang berada di Bandung, ibukota Jawa Barat, serta fungsinya yang menghadirkan kerajinan tangan Jawa Barat, seharusnya pasar ini dapat merepresentasikan budaya Sunda sebagai karakter lokalnya. Perancangan menggunakan transformasi bentuk peminjaman dan tradisional melalui studi preseden yang dilakukan terhadap aspek bentuk, ruang, dan motif yang dimiliki budaya Sunda. Beberapa hal yang diterapkan dalam perancangan adalah transformasi bentuk leuit ke dalam bangunan pasar, penataan ruang-ruang antara sebagai ruang sosio-kultural, serta penerapan batik Sunda Cupat Manggu pada fasad bangunan. Keseluruhan transformasi dipastikan memenuhi berbagai kriteria lainnya yaitu dengan menonjolkan elemen arsitektural lokal, membuat pengalaman ruang yang menarik, serta menyediakan ruang sosiokultural. kata-kunci : budaya sunda, pasar rakyat, pasar sederhana bandung, transformasi Pendahuluan Keberadaan pasar rakyat di tengah masyarakat perlahan mulai tergantikan dengan kehadiran pasar modern. Karenanya, peran vital pasar rakyat dari aspek ekonomi dan aspek sosialbudaya mulai tergeser pula. Penataan ulang berbagai pasar menjadi hal yang dapat dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan nilai ekonomi dari pasar tetapi juga untuk meningkatkan aspek sosial-budaya dari pasar dengan menguatkan karakter lokalnya. Penataan berbagai pasar rakyat yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dapat di arahkan untuk perbaikan ini. Salah satu pasar yang akan ditata ulang adalah Pasar Sederhana yang terletak di Jalan Sederhana, Sukajadi, Bandung. Pasar ini akan dirancang ulang untuk mengakomodasi komoditas kerajinan tangan Jawa Barat dan juga kebutuhan sehari-hari. Penataan ulang pasar juga bertujuan untuk membentuk image yang kuat dari setiap pasar agar pasar memiliki captive market sehingga memberikan dampak positif terhadap ekonominya. Pasar Sederhana harus juga memiliki karakter yang kuat baik dalam mencerminkan lokalitas maupun komoditas yang dijual. Dalam merancang pasar, penciptaan karakter lokal adalah salah satu aspek yang patut diperhatikan selain aspek arsitektur kota dan aspek standar fungsional. Ada tiga isu yang harus diperhatikan dalam menciptakan karakter lokal dari sebuah pasar, yaitu tampilan fisik, pengalaman ruang, dan ruang sosio-kultural. (Ekomadyo & Hidayatsyah, 2012) Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 D 081

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Tabel 1. Kriteria Perancangan Pasar Aspek Penciptaan Karakter Lokal Isu Tujuan Kriteria Tampilan fisik Pengalaman ruang Ruang sosiokultural Menampilkan karakter fisik pasar yang berasosiasi dengan arsitektur lokal Menyajikan pengalaman ruang yang menarik bagi pengunjung saat berbelanja Menjadikan pasar tradisional sebagai ruang sosio-kultural bagi warga kota Perancangan bangunan harus menggunakan elemen-elemen arsitektur lokal Zoning dan alur sirkulasi dapat dirancang dengan mempertimbangkan pengalaman ruang dan suasana yang menarik bagi pengunjung Jalur-jalur sirkulasi harus dirancang agar pengunjung bisa menikmati suasana pasar Unit jual bisa dirancang dengan manjadikan barang dagangan sebagai atraksi visual Ruang-ruang sosio-kultural, baik permanen atau temporer, harus tersedia untuk menampung aktivitas sosial atau seni pertunjukan rakyat di pasar Sumber: Dr. Agus S. Ekomadyo, ST., MT. dan Ir. Sutan Hidayatsyah, M.SP. (2012) Tabel 1 menunjukkan kriteria yang harus dicapai ketika merancang ulang Pasar Sederhana dalam aspek penciptaan karakter lokal. Arsitektur lokal yang diangkat dalam perancangan pasar ini adalah arsitektur Sunda, karena dianggap dapat merepresentasikan lokasi pasar yang terletak di Bandung, Jawa Barat, dan juga mewakili komoditas yang dijual di dalamnya, yaitu kerajinan tangan Jawa Barat. Oleh karena itu, tulisan ini berfokus pada bagaimana Arsitektur Sunda sebagai preseden lokal diambil dan kemudian ditransformasikan ke dalam bangunan baru dengan memenuhi aspek penciptaan karakter lokal dalam perancangan pasar. Kajian Preseden Budaya Sunda Perancangan ini menggunakan metode transformasi dengan menjadikan budaya Sunda sebagai preseden. Menurut Antoniades (1992) metode transformasi terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: (1) tradisional, dengan penyesuaian bentuk oleh batasan-batasan eksternal, internal, dan estetika; (2) peminjaman, dengan mengambil bentuk suatu objek yang mengambil sifat dua dan tiga dimensinya untuk kemudian dialihkan dalam bentuk arsitektur; dan (3) dekonstruksi atau dekomposisi, dengan memecah unsur-unsur yang dimiliki untuk disusun kembali sehingga menghasilkan kombinasi baru. Secara umum, proses transformasi yang dilakukan ada di dalam lingkup transformasi tradisional dan peminjaman. Proses transformasi dilakukan dengan mencari konsep bentuk, konsep ruang, dan motif yang dapat disesuaikan dari budaya Sunda melalui studi preseden. Bentuk-bentuk yang telah dipelajari kemudian disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal dari kasus perancangan. Studi preseden dimulai dengan mempelajari tipologi-tipologi bangunan yang terdapat di dalam arsitektur Sunda. Arsitektur Sunda memiliki berbagai tipologi bangunan seperti rumah tinggal, Bale Patemon (balai pertemuan) atau Bale Desa (balai desa), masjid, dan Leuit (lumbung). Arsitektur Sunda tidak memiliki tipologi khusus yang berkaitan dengan pasar. Akan tetapi, di antara seluruh bangunan ter-sebut, leuit merupakan bangunan yang memiliki karakteristik yang paling mirip dengan pasar. D 082 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Atika Almira Pekarangan menjadi kelengkapan sebuah rumah dan gabungan pekarangan rumah dapat digunakan untuk keperluan bersama, dari mulai ruang berkumpul maupun ruang bermain anak. Bahkan ruang ini juga digunakan untuk keperluan berbagai upacara adat dan pertunjukan kesenian. Gambar 1. Leuit atau lumbung. Sumber: sobat budaya.or.id Leuit merupakan bangunan tempat menyimpan padi. Bentuk ini cocok untuk diaplikasikan pada pasar karena keduanya memiliki filosofi yang sama sebagai tempat penyimpanan dan penyediaan kebutuhan. Selain itu, filosofi bentuk lumbung yang semakin ke atas semakin besar melambangkan kekayaan dan kemakmuran. Hal ini sangat sesuai dengan cita-cita pasar sebagai pusat aktivitas ekonomi. Leuit ini memiliki denah segi empat (bujur sangkar) dengan atap pelana serta terdiri dari satu ruang kosong untuk penyimpanan. Studi mengenai ruang sosio-kultural juga dilakukan dengan mempelajari Kampung Naga. Di Kampung Naga, rumah dibangun secara berdampingan. Bagian tepas (ruang tamu) suatu rumah akan berdampingan dengan bagian tepas rumah yang lain, demikian pula posisi pawon (dapur) akan berdampingan pula dengan pawon pada bagian lain. (Hermawan, 2014) Gambar 2. Ruang antara di Kampung Naga menjadi ruang sosio-kultural salah satunya sebagai ruang bermain anak. Sumber: clara-indonesia.com Gambar 3. Motif batik Cupat Manggu yang berasal dari Ciamis, Jawa Barat. Sumber: diciamis.com Untuk memperkuat identitas bangunan sebagai pasar kerajinan tangan, selain dari aspek bentuk dan ruang, motif juga ditinjau untuk bisa diaplikasikan dalam detail bangunan, salah satu-nya untuk fasade, bagian yang dapat dilihat secara langsung dari luar bangunan. Batik Cupat Manggu diambil sebagai batik yang dapat mewakili kerajinan tangan Jawa Barat yang belum cukup dikenal namun memiliki bentuk yang menarik. Kasus Perancangan Pasar Sederhana Bandung Pasar Sederhana terletak di Jalan Jurang, Kelurahan Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat. Tapak termasuk ke dalam Kawasan Bandung Utara (KBU). Lahan dengan kontur yang cukup miring tersebut ditetapkan dengan angka KDB 40% dan KLB sebesar 1,6. Pasar dikelilingi area perdagangan dan area permukiman yang dibatasi oleh jalan di sebelah utara, timur, dan selatan; dan dibatasi oleh sungai kecil di bagian barat. PD Pasar Bermartabat Kota Bandung sebagai pemilik proyek menginginkan pasar dirancang sebagai pasar tematik kerajinan yang berskala wilayah/distrik. Fungsi pasar mencakup pasar komoditas harian, baik kering maupun basah. Bangunan setidaknya harus bisa menampung 1000 pedagang. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 D 083

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Konsep dan Hasil Perancangan Berdasarkan kriteria perancangan, diperlukan adanya elemen-elemen arsitektur lokal yang diadaptasi ke dalam bangunan. Studi preseden menunjukkan bahwa terdapat tiga elemen yang dapat dirujuk dari Budaya, yaitu massa bangunan, ruang luar dari bangunan, serta motif batik dari budaya Sunda. Transformasi Bentuk Leuit Konsep massa dan bentuk dari Pasar Sederhana mengambil bentuk dasar dari leuit. Peletakkan massa bangunan mengikuti peletakkan massa bangunan di kampung Sunda yang memanjang dari Timur ke Barat. Beberapa penyesesuaian dilakukan dalam proses transformasi bentuk seperti ketinggian bangunan yang menyesuaikan dengan kebutuhan ruang, KDB, dan KLB. Ketinggian bangunan juga disesuaikan dengan kondisi eksternal yaitu ketinggian bangunan sekitar. Penyesuaian lain yang dilakukan dari bentuk tersebut salah satunya adalah dengan meninggikan sebagian level atap agar terdapat ruang untuk masuknya cahaya dan sirkulasi u- dara demi menunjang kebutuhan internal pasar. Gambar 4. Tahapan transformasi massa bangunan Pasar Sederhana D 084 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Atika Almira Gambar 5. Penerapan konsep Arsitektur Sunda dalam perancangan Pasar Sederhana, Bandung dalam skema potongan dan tampak bangunan. Penataan Ruang-ruang Antara sebagai Ruang Sosio-kultural Adaptasi dari leuit juga diterapkan pada konsep ruang. Leuit merupakan sebuah bangunan dengan ruang kosong di dalamnya. Hal ini diambil dalam perancangan ruang dalam bangunan yang mengambil tipologi pasar berbentuk hall. Konsep ruang ini sekaligus menjawab kriteria dalam menguatkan pengalaman ruang yang ditawarkan pasar. Dengan menggunakan konsep hall, sebagian besar unit jual terlihat oleh pengunjung sehingga barang dagangan berupa kerajinan tangan dapat menjadi atraksi visual. Konsep ini juga memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk menikmati suasana pasar secara keseluruhan. Sekuens pada tapak dirancang agar ruang luar menjadi simpul sirkulasi sekaligus titik kumpul yang memudahkan pengunjung untuk berorientasi. Skema ini berlaku baik dari sirkulasi Utara-Selatan maupun Timur-Barat. Dengan demikian, diharapkan pengunjung dapat menikmati ruang luar pasar sebagaimana pengunjung menikmati ruang dalamnya. Seperti yang telah dipelajari dari Kampung Naga, ruang-ruang antarmassa bangunan ini menjadi ruang sosiokultural yang dapat menampung aktivitas interaksi sosial maupun seni pertunjukan rakyat. Ruang-ruang sosio-kultural lainnya juga dihadirkan dengan membuat akses yang dioptimalkan bagi pejalan kaki di sisi utara, selatan, dan timur pasar yang diibaratkan sebagai pekarangan rumah dalam perkampungan masyarakat Sunda. Pekarangan atau plaza dari pasar yang terletak di bagian Utara, Selatan, Timur, dan Barat ini dapat digunakan dengan bebas oleh publik tanpa terganggu oleh kendaraan bermotor karena akses untuk kendaraan telah dibatasi hanya di bagian belakang pasar. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 D 085

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Penerapan Motif Batik Sunda pada bagian Fasad Bangunan Gambar 6. Aplikasi Batik Sunda Cupat Manggu pada muka bangunan Untuk merepresentasikan karakter pasar kerajinan tangan, motif batik Sunda diambil dan diaplikasikan pada muka bangunan. Batik yang diambil adalah batik Cupat Manggu yang cukup khas namun belum banyak diangkat. Batik ini kemudian ditransformasikan bentuknya sehingga didapatkan abstraksi yang tidak terkesan monoton dan secara estetika tampak menarik. Motif asli Cupat Manggu tetap ditampilkan dengan tujuan mengenalkan batik Sunda itu sendiri. Peletakan panel pada muka bangunan menyesuaikan dengan massa bangunan sehingga diharapkan keberadaan motif batik sebagai kulit kedua bangunan dapat memperkuat identitas tidak hanya dari detail motifnya tetapi juga dari keseluruhan citra yang ditampilkan Kesimpulan Penerapan budaya Sunda pada Pasar Sederhana dilakukan agar pasar memiliki karakter lokal yang kuat. Dengan demikian diharapkan rancangan pasar dapat berkontribusi untuk menguatkan aspek sosial-budaya pasar, bahkan meningkatkan nilai ekonomi pasar karena pasar memiliki captive market. Penerapan budaya Sunda pada perancangan Pasar Sederhana Bandung dilakukan dengan tiga cara, yaitu transformasi bentuk leuit ke dalam konsep massa bangunan, penataan ruang-ruang antara sebagai ruang sosio-kultural di dalam pasar, serta penerapan motif batik Sunda Cupat Manggu pada fasad bangunan. Ketiga aspek ini ditransformasikan dengan cara peminjaman dari elemen budaya Sunda dan diolah secara tradisional dengan menyesuaikan terhadap batasan internal maupun eksternal. Keseluruhan transformasi dipastikan memenuhi berbagai kriteria lainnya utamanya dalam aspek penciptaan karakter lokal dengan menonjolkan elemen arsitektural lokal, membuat pengalaman ruang yang menarik, serta menyediakan ruang sosio-kultural. Menerapkan budaya Sunda pada perancangan bangunan baru khususnya pasar memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangannya adalah menemukan preseden yang tepat dari khazanah budaya Sunda untuk bisa diterapkan ke kasus perancangan. Di samping itu, menerapkan kearifan lokal yang telah ditemukan dari budaya Sunda ke dalam kasus perancangan pun menjadi tantangan lain untuk bisa menghasilkan rancangan baru yang menarik tanpa kehilangan identitas asal-usulnya. Daftar Pustaka Antoniades, Anthony C. (1992). Poethics of Architecture. Van Nostrand Reinhold, New York. Ekomadyo, Agus S. dan Sutan Hidayatsyah. (2012). Isu, Tujuan, dan Kriteria Perancangan Pasar Tradisional. Jurnal Temu Ilmiah IPLBI 2012 Hermawan, Iwan. (2014). Bangunan Tradisional Kampung Naga. Sosio Didaktika: 1 ( 2) Des 2014. Suhamihardja, A. Suhandi dan Yugo Sariyun.. Kesenian Arsitektur Rumah dan Upacara Adat Kampung Naga, Jawa Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sunarya, Yanyan. (2014). Strategi Adaptasi Visual pada Ragam Hias Batik Sunda. Disertasi Program Studi Ilmu Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung Zarkasih, Ruswadi, dkk. (1984). Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan D 086 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016