BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Para ahli perkembangan mengelompokkan fase-fase

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yara Andita Anastasya,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PENGENDALIANN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. mengalami krisis moral para pelajar. Problematika siswa saat ini mencoreng dunia

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikis. Di mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan beranjak tua. Setiap masa dalam hidupnya, individu akan menemukan hal baru yang akan dijadikan sebagai pengalaman-pengalaman untuk dapat menuntunnya ke masa selanjutnya. Serangkaian proses perkembangan masa remaja adalah masa yang sangat penting, karena masa remaja adalah masa yang menjembatani antara masa kecil ke masa dewasa. Piaget (Hurlock 980: 206) memandang secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan masa remaja. Kehidupan sosial pada masa remaja, sangat dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya. Santrock (2002: 43-44) menjelaskan anak-anak meluangkan lebih banyak waktu dengan teman sebaya pada pertengahan dan akhir masa anak-anak daripada pada awal masa anak-anak. Persahabatan menjadi semakin penting pada pertengahan dan akhir masa anak-anak dan popularitas di antara teman-teman sebaya merupakan suatu motivasi yang kuat bagi kebanyakan anak-anak. Remaja meluangkan banyak waktu dengan teman-teman sebaya, lebih banyak daripada No. Skripsi : 09/S/PPB/203 pertengahan dan akhir masa anak-anak. Widianti Eka Putri, 203

2 Erikson (Syamsu Yusuf, 2005:88) mengemukakan : masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan sense of identity VS role confusion yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya. Remaja mulai mencari identitas dirinya, mulai mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada dirinya sendiri. Siapa saya? Akan menjadi apa saya? Apa peran-peran sosial saya dalam keluarga, masyarakat, dan kehidupan beragama? Kira-kira pertanyaan itulah yang mencoba ditelusuri dalam proses pencarian identitas dirinya. (2005: 88) mengemukakan : aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota kelompoknya. No. Skripsi : 09/S/PPB/203 Remaja juga akan merasa menemukan dirinya (pribadi) serta dapat mengembangkan rasa sosialnya sejalan dengan perkembangan kepribadiannya dan Widianti Eka Putri, 203 Syamsu Yusuf Perkembangan remaja terjadi dalam konteks sosial yang meliputi keluarga, kelompok teman sebaya dan masyarakat tempat remaja itu hidup. Maka dalam proses perkembangannya, remaja akan selalu bersinggungan dengan situasi-situasi sosial yang tentu saja mengharuskan remaja untuk mengikuti perkembangan lingkungan sosialnya. Proses pencarian jati diri biasanya membuat remaja mudah terombang ambing sulit untuk menentukan keputusan dan mudah terpengaruh oleh gaya hidup karena remaja membentuk kelompok-kelompok pertemanan yang terdiri atas beberapa orang yang memiliki ikatan kuat yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan mereka akan gaya hidup tersebut. Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya terjadi karena remaja cenderung lebih sering berada di luar rumah dengan teman sebaya sebagai kelompok. Berbicara masalah remaja tidak akan terlepas dari kehidupan sehari-harinya yang dipengaruhi oleh teman sebaya. Kelompok teman sebaya atau peer group adalah kelompok individu dengan usia, latar belakang sosial, dan sikap yang sama yang memilih jenis kegiatan sekolah atau aktivitas waktu luang yang sejenis. Di dalam kelompok teman sebaya tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Kelompok teman sebaya memiliki

3 mempunyai ciri-ciri yang tegas pada tingkah laku yang ditampilkan oleh anggotanya antara lain adalah mode pakaian, cara bertingkah laku, gaya rambut, tata cara bahasa, minat terhadap musik, sikap terhadap sekolah, orangtua, dan juga terhadap kelompok lainnya (Heaven dalam Hurlock, 980). Berkaitan dengan hubungan sosial, salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan serta mencapai peran sosial sebagai laki-laki dan perempuan (Havighurs dalam Syamsu Yusuf 2005:74) Keinginan-keinginan untuk sama dengan orang lain biasanya dilakukan oleh remaja yang memiliki kelompok (geng). Remaja tidak ingin terlihat berbeda dengan yang lain, karena ingin mengikuti norma kelompok. Remaja cenderung mengikuti perkataan temannya demi diterima dalam kelompok, karena remaja mencari tempat yang aman bagi dirinya. Perubahan perilaku remaja sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok acuan baik secara tertulis maupun tidak, akan memiliki pengaruh yang kuat dan menyebabkan munculnya perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang akan menyebabkan kesenjangan perilaku remaja. Hal tersebut sangat tidak diharapkan karena tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang mencita-citakan sosok pribadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Upaya mencegah berkembangnya kesenjangan perilaku dan mencapai tujuan pendidikan nasional dibutuhkan bimbingan dan konseling di sekolah untuk mengembangkan dan memfasilitasi remaja dalam aspek pribadi sosial, salah satunya adalah kemampuan berinteraksi sosial. No. Skripsi : 09/S/PPB/203 Widianti Eka Putri, 203

4 Kondisi dimana remaja banyak bergantung pada aturan yang berlaku di dalam kelompok biasanya disebabkan oleh motivasi remaja yang cukup tinggi untuk diakui dan diterima dalam kelompok teman sebayanya, juga terpengaruh oleh kondisi emosional remaja yang cenderung labil. Adanya sikap patuh tetapi lebih kepada mengalah ini biasa dikenal dengan istilah konformitas. Konformitas adalah kecenderungan perubahan perilaku atau keyakinan seseorang sebagai hasil dari tekanan kelompok dalam mengikuti aturan kelompok baik secara tertulis maupun tidak (Meyrs, 2002:22). Konsep konformitas seringkali digeneralisasikan untuk masa remaja karena dari banyak penelitian terungkap, salah satunya adalah penelitian Surya (988 : 65) pada masa remaja konformitas terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masa pertumbuhan lainnya. Konformitas terhadap teman sebaya cukup tinggi sehingga remaja cenderung mengikuti perkataan teman demi diterima oleh kelompok. jalur informasinya. Faktor latar belakang budaya pada umumnya No. Skripsi yang : menuntut 09/S/PPB/203 Widianti Eka Putri, 203 Pada masa remaja proses pemantapan diri sedang berlangsung sehingga remaja akan lebih rentan terhadap pengaruh perubahan dan tekanan yang ada disekitarnya. Perilaku konformitas dapat menyebabkan dampak positif maupun negatif bagi remaja itu sendiri. Santrock (2002: 46) menjelaskan dampak positif dari adanya konformitas, seperti adanya kegiatan-kegiatan prososial remaja seperti ketika klub mengumpulkan uang untuk tujuan-tujuan yang bermakna. Pengaruh negatif konformitas adalah kenakalan remaja (juvenvile delinquency) seperti tawuran, adiksi rokok, perilaku konsumtif, dan lain-lain. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan diluar negeri, salah satunya adalah penelitian yang diungkapkan Zimbardo & Leippe (Arishanti, 2006 dalam http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengaruh-sosial-konformitas) mengemukakan perempuan lebih konformis daripada laki-laki dikarenakan laki-laki lebih luas wanita untuk menjadi lebih konformis. Berbeda halnya yang terjadi pada SMAN

5 7 Bandung. Beberapa waktu lalu, Kota Bandung menjadi sorotan karena perilaku agresif yang dilakukan oleh anggota geng motor. Tahun 2007, pemberitaan tentang kebrutalan geng motor di Bandung begitu marak. Akan tetapi, bukan berarti geng motor sudah tidak melakukan aksi brutal lagi. Suara Karya Online (Dinar, A.) memberitakan pada tanggal 5 Oktober 2009, geng motor di Bandung kembali beraksi secara brutal di Toko Cirkle K Buah Batu, dan menimbulkan tiga korban akibat luka bacok dan luka pukul. Yulianti, T.E. (Detik Bandung Online) pada tanggal 2 Februari 200 memberitakan seorang korban penyabetan samurai oleh anggota geng motor. Nugraha (2007) menyatakan anggota geng motor usianya 4-20 tahun, namun mayoritas usia SMA. Geng motor yang awalnya hanya sekumpulan anak-anak yang memiliki hobi sama, kini berubah menjadi geng kriminal yang hingga sekarang terus merekrut anggota baru. SMAN 7 Bandung dikenal sebagai sekolah tempat terbentuknya salah satu gank atau geng (salah satu jenis kelompok teman sebaya) motor terbesar di bandung yang dinamakan BRIGEZ (Brigade Seven). Geng ini terbentuk sejak tahun 980-an yang didominasi oleh kaum laki-laki. Menurut salah satu artikel yang berjudul Baiat Geng Motor Brigez, cara pelantikan anggota baru Brigez, diantaranya para anggota baru disumpah, geng motor berani merampok dan membunuh (tersedia online). Terbentuknya geng motor membuktikan siswa laki-laki di SMAN 7 Bandung berperilaku conform. Berdasarkan hasil observasi selama bulan September 20 di SMAN 7 Bandung, berbagai perilaku konformitas terlihat dari sekelompok siswa perempuan yang menggunakan pakaian seragam minim (tidak sesuai aturan sekolah) dengan asesoris mencolok. Bentuk lain yang nyata dari konformitas yaitu salah satu siswa perempuan kelas XI berinisial DB yang mengaku beberapa kali bolos karena paksaan dari teman-teman sekelompoknya. Seperti yang terjadi di lapangan hasil dari wawancara 20 orang siswa lakilaki kelas XI SMAN 7 Bandung yang merokok, 3 orang atau 65% dari No. Skripsi : 09/S/PPB/203 mereka Widianti Eka Putri, 203

6 merokok karena pengaruh dari teman-temannya, dan 7 orang sisanya merokok karena keinginan diri sendiri. Dampak positif ataupun negatif dari konformitas tergantung dari tingkatan atau kadar konformitas tersebut karena sebenarnya, konformitas sangat diperlukan dalam kehidupan. Bimbingan dan konseling di sekolah menengah diharapkan dapat memberikan intervensi dalam masalah konformitas yang tinggi yang terjadi pada siswa di sekolah menengah. Berdasarkan berbagai penelitian dan wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya, mengindikasikan bahwa siswa membutuhkan suatu keterampilan dalam menolak pengaruh negatif dari teman-teman sebayanya, dan diharapkan pula bimbingan dan konseling dapat berperan dalam memfasilitasi siswa untuk memperoleh keterampilan dalam menolak pengaruh negatif dari teman-teman sebayanya dalam perilaku konformitas. Oleh karena itu, guna membantu remaja dalam berinteraksi sosial dengan lingkungan diperlukan berbagai upaya bimbingan secara lebih khusus oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah. Atas dasar pemikiran tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang Perbedaan Perilaku Konformitas Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin Serta Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Remaja memandang kelompok teman sebaya adalah hal yang penting sehingga di dalam dirinya muncul kebutuhan akan penerimaan dari kelompok dan cara agar dia dapat diterima adalah dengan berperilaku sesuai dengan standar atau norma yang berlaku dalam kelompoknya. Pada proses perkembangannya remaja mengalami berbagai macam permasalahan. Dalam penelitian ini, pokok permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai perbedaan perilaku konformitas remaja berdasarkan jenis kelamin serta implikasi dalam bimbingan dan konseling. No. Skripsi : 09/S/PPB/203 Widianti Eka Putri, 203

7 Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang dikembangkan dalam penelitian yaitu :. Seperti apa gambaran perilaku konformitas siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI SMAN 7 Bandung tahun ajaran 20/202? 2. Seperti apa perbedaan perilaku konformitas siswa laki-laki dengan siswa perempuan kelas XI SMAN 7 Bandung tahun ajaran 20/202 3. Bagaimana implikasi bimbingan dan konseling berdasarkan perbedaan perilaku konformitas siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI SMAN 7 Bandung Tahun Ajaran 20/202? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum menjawab rumusan masalah yaitu mengetahui perbedaan perilaku konformitas antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan serta menemukan implikasi bimbingan dan konseling pribadi sosial perilaku konformitas. Mengacu pada perumusan masalah sebagaimana yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan diadakannya penelitian adalah :. Memperoleh gambaran perilaku konformitas siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI SMAN 7 Bandung tahun ajaran 20/202. 2. Memperoleh gambaran perbedaan perilaku konformitas antara siswa laki-laki dan siswa perempuan siswa kelas XI SMAN 7 Bandung tahun ajaran 20/202. 3. Memperoleh implikasi bimbingan dan konseling pribadi dan sosial perilaku konformitas untuk siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI SMAN 7 Bandung tahun ajaran 20/202. D. Manfaat Penelitian No. Skripsi : 09/S/PPB/203 Widianti Eka Putri, 203

8 Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu Bimbingan dan Konseling, serta dapat memperkaya informasi dan pengetahuan mengenai perbedaan perilaku konformitas siswa laki-laki dan perempuan di sekolah menengah atas. 2. Bagi Konselor diharapkan dapat memberikan informasi kepada konselor mengenai tingkat konformitas pada diri siswa kelas XI SMAN 7 Bandung, sehingga konselor dapat memberikan layanan bimbingan pribadi sosial agar dapat mengurangi dampak negatif dari perilaku konformitas baik untuk siswa laki-laki dan siswa perempuan. E. Asumsi Penelitian Asumsi yang melatarbelakangi penelitian ini adalah :. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 980: 23) 2. Pengaruh teman sebaya akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya interaksi antar teman sebaya yang dialami remaja. Pengaruh yang diciptakan oleh kelompok teman sebaya dapat melalui norma implisit maupun eksplisit yang kemudian akan mengarahkan anggotanya untuk berpenampilan, berpikir dan berperilaku tertentu. Remaja memandang kelompok teman sebaya adalah hal yang penting sehingga di dalam dirinya muncul kebutuhan akan penerimaan dari kelompok dan No. cara Skripsi agar : dia 09/S/PPB/203 dapat Widianti Eka Putri, 203

9 diterima adalah dengan berperilaku sesuai dengan standar atau norma yang berlaku dalam kelompoknya (Shaffer dalam Ridwan, 2009: 20) 3. Penyesuaian remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya disebut konformitas (Monks, 2004:282). F. Metodologi Penelitian. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Kuantitatif adalah suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, mulai dari pengumpulan data, penafsiran sampai penyajian hasilnya. digunakan untuk memperoleh jawaban tentang permasalahan No. yang Skripsi terjadi : 09/S/PPB/203 pada Widianti Eka Putri, 203 Data yang dihasilkan menjadi landasan untuk perumusan program bimbingan pribadi dan sosial berdasarkan perilaku konformitas remaja, dimana memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan perhitungan statistik, yang kemudian penafsirannya digunakan untuk mengungkap perilaku konformitas siswa SMA. Tujuan akhir dari penelitian perbedaan perilaku konformitas siswa laki-laki dan perempuan kelas XI SMAN 7 Bandung tahun ajaran 20/202 adalah tersusunnya program bimbingan pribadi dan sosial berdasarkan perilaku konformitas bagi siswa laki-laki dan perempuan kelas XI SMAN 7 Bandung. 2. Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif perbandingan (deskriptif komparatif). Metode deskriptif merupakan metode yang masa sekarang secara aktual tanpa menghiraukan kejadian pada waktu sebelum

0 dan sesudahnya dengan cara mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian (Arikunto, 200: 36). Penelitian deskriptif perbandingan merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, kegiatan yang sejenis atau hampir sama. Dari hasil pembandingan tersebut dapat ditentukan unsur-unsur atau faktor-faktor penting yang melatarbelakangi persamaan atau perbedaan (Syaodih: 2008). Pada penelitian ini yang dibandingkan adalah tingkat konformitas antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran keadaan pada saat penelitian dilakukan serta penggunaan metode deskriptif perbandingan untuk mendeskripsikan, menganalisis, membandingkan dan mengambil suatu generalisasi dari pengamatan mengenai tingkat konformitas pada siswa kelas XI (laki-laki dan perempuan) 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, serta penyebaran instrumen berupa angket, yang merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanggung jawab dengan responden). Angket yang digunakan berbentuk angket tertutup. Dalam angket tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden. Responden tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban (Syaodih: 2008) Angket disusun dalam bentuk force-choice (ya-tidak) peneliti menggunakan pernyataan tidak favorable (negatif) dan pernyataan favorable (positif), dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak (force Choice). Pada pengolahan nilai skor, peneliti menggunakan pendekatan apriori dimana ketentuan skor No. Skripsi ditentukan : 09/S/PPB/203 oleh peneliti dan peneliti tidak mengasumsikan benar atau salah pada hasil jawaban Widianti Eka Putri, 203

responden sehingga tidak menggunakan uji proporsi dengan poin biserial korelasi. Pemberian skor akan bergantung kepada jawaban yang dipilih siswa dan sifat dari setiap pernyataan pada angket. Penyekoran dinyatakan dengan lambang angka satu selanjutnya disebut skor satu () untuk siswa yang memilih pernyataan berperilaku konformitas dan lambang angka nol selanjutnya disebut skor nol (0) untuk siswa yang memilih pernyataan berperilaku anti-konformitas sehingga diperoleh data numerik.. G. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini terdiri atas lima bab, rinciannya adalah sebagai berikut : Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, dan struktur organisasi skripsi Bab II merupakan kajian teoritis yang membahas tentang konsep dasar konformitas, konsep dasar remaja, perkembangan peran jenis kelamin, dan konsep bimbingan dan konseling. Bab III merupakan metode penelitian, yang menguraikan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh di lapangan, serta penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk mereduksi perilaku konformitas siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas XI SMAN 7 Bandung Tahun Ajaran 20/202. Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. No. Skripsi : 09/S/PPB/203 Widianti Eka Putri, 203