BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

ANALISIS BAHAN PENGAWET BENZOAT PADA SAOS TOMAT YANG BEREDAR DI WILAYAH KOTA SURABAYA 1

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR PENGAWET BENZOAT PADA SAUS TOMAT PRODUKSI LOKAL YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Lampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004)

ANALISIS BAHAN PENGAWET BENZOAT PADA SAOS TOMAT YANG BEREDAR DI WILAYAH KOTA DENPASAR. I M. Siaka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

ANALISIS SENYAWA BENZOAT PADA KECAP MANIS PRODUKSI LOKAL KOTA MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Metodologi Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

ANALISIS NATRIUM BENZOAT PADA SAOS DI YOGYAKARTA. D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembakuan HCl dan Perhitungan Kadar Kandungan Boraks

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar kota Gorontalo, untuk sampel bermerek Sampel A (Indofood), diambil di tempat penjualan pasar moderen, sedangkan sampel B (timun), sampel C (gudang gandum), sampel D (cap tomato), dan sampel E (saos) adalah sampel tidak bermerek di ambil di beberapa tempat pasar tradisional. Tabel 4.1 Komposisi Saos Tomat Nama Sampel Sampel A (Indofood) Sampel B (saos timun) Sampel C (gudang gandum) Komposisi Air, Gula, Garam, Pengental Nabati, Pengatur Keasaman, pengawet (natrium benzoat, natrium metabisulfit), Perisa (mengandung seledri, Antioksidan) Tepung ubi, Garam, Sodium benzoat, Ponceau 4R, Asam Cuka, Cyclamate dan bumbuh-bumbuh makanan berkalori rendah Ubi jalar, Pasta tomat, Bawang putih, Garam, Cuka, Sodium benzoat, Pemanis buatan, Ponceau 4R Cl 16255 Sampel D (cap tomato) Sampel E (saos) Air, Ubi, Tomat, Garam, Cuka, Pala, Pengawet benzoat, Pemanis buatan, Pewarna makanan, Gula, Buah tomat, Tepung ubi jalar, Garam, Bawang putih, Bumbuh-bumbuh (jeruk, pecel, bunga pala, blimbing wolo), asam asetat, benzoat, sakarin pewarna ponceau 4R, pemanis buatan. 4.1.2 Penyiapan Sampel Dari masing-masing sampel saos tomat yang telah ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 20 gram kemudian ditambahkan 3 gram NaCl, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Tujuan penambahan NaCl berfungsi untuk menjenuhkan asam benzoat menjadi natrium benzoat yang larut air dengan penambahan NaOH.

Penyiapan sampel ini asam benzoat dalam saos tomat diubah kebentuk natrium benzoat dengan penambahan NaCl. Reaksinya sebagai berikut. COOH COONa + NaCl + HCl Asam Benzoat Natrium Benzoat (...Pers : 1) Gambar 4.1 Asam benzoat diubah Natrium benzoat Selanjutnya ke dalam labu ukur tersebut ditambahkan 30 ml larutan NaCl jenuh dan NaOH 2 % hingga diperoleh larutan yang bersifat alkalis. Fungsi penambahan NaOH untuk memperoleh larutan yang sifatnya basa. Pada penambahan NaCl dan NaOH larutan yang ada pada sampel A (Indofood) tidak berubah warna, namun pada sampel B-E ketika ditambahkan NaCl dan NaOH 30 ml larutan tersebut berubah warna dari warna saos tomat merah menjadi warna merah gelap seperti pada gambar 4.2 berikut ini. Gambar 4.2 Saos tomat setelah penambahan NaCL dan NaOH 2% 30 ml Hal ini berarti bahwa senyawa yang ada pada saos tomat telah bereaksi dengan NaCl dan NaOH. Kemudian larutan diencerkan dengan larutan NaCl jenuh sampai tanda batas dan dibiarkan selama 2 jam. Setelah itu larutan dikocok setiap 30 menit. Tujuan dari pengocokan setiap 30 menit agar larutan yang sudah di encerkan saling mengikat satu sama lain zat yang terkandung pada larutan tersebut, selanjutnya disaring dengan kertas saring. Hasil dari penyaringan terbagi dua yaitu filtrat dan residu, namun yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah filtrate dari

penyiapan sampel. Filtrat hasil saringan berwarna merah bata dari masing-masing sampel, kemudian diekstraksi menggunakan corong pisah. 4.1.3 Ekstraksi Sampel Filtrat natrium benzoat yang diperoleh dari hasil penyiapan (Pers :1) akan dipipet 80 ml dari masing-masing sampel dimasukan kedalam erlenmeyer kemudian dinetralkan dengan penambahan HCl 5 % sebanyak 1,5 ml yang berada dalam buret setelah itu ditambahkan lagi 5 ml HCl sesudah keadaan netral tercapai. Reaksi secara keseluruhan dapat dilihat apada gambar 4.3 Reaksi penambahan HCl: COONa COOH + HCl + NaCl Natrium benzoat Asam benzoat (...Pers : 2) Reaksi penambahan NaOH: COOH COONa + NaOH + H 2 O Asam benzoat Natrium benzoat (...Pers : 3) Gambar 4.3 Reaksi penambahan NaCl dan NaOH Penambahan HCl berfungsi untuk menetralkan campuran karena campuran bersifat basa akibat kelebihan NaOH serta mempercepat reaksi. NaOH (Natrium hidroksida) adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil. Selanjutnya diekstraksi dengan menggunakan pelarut dietil eter beberapa kali dengan volume yang berbeda yang pertama ekstraksi 30 ml dan yang kedua 70 ml. Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter adalah senyawa mudah terbakar yang jernih, tak berwarna, dan bertitik didih rendah serta berbau khas serta memiliki sifat yang inert dan kelarutan air yang

rendah dalam eter (1 g/75 g eter). Anggota paling umum dari kelompok campuran kimiawi yang secara umum dikenal sebagai eter ini merupakan sebuah isomernya butanol. Berformula CH 3 -CH 2 -O-CH 2 -CH 3, dietil eter digunakan sebagai pelarut, pada ektraksi ini pelarut eter berada paling atas. Diketahui dalam ekstraksi sering terjadi emulsi, sehingga ketika diekstraksi menggunakan corong pisah digoyanggoyang secara kontinyu dengan gerakan memutar. Lapisan dietil eter dari tiap ekstraksi kemudian ditampung dari masingmasing sampel. Tujuan dari ekstraksi yaitu untuk memisahkan suatu zat terlarut diantara dua fasa. Setelah ekstraksi akan terdapat dua lapisan yang terpisah. Lapisan bawah adalah fase aqueous, sedangkan lapisan atas merupakan fase eter. Hal ini disebabkan berat jenis eter (ρ=0.713 g/ml) lebih rendah daripada berat jenis air (ρ=1 g/ml) maka ektraksi sampel dengan menggunakan pelarut dietil eter agar pelarut yang digunakan dapat menarik zat-zat yang ada pada saos tomat. Dietil eter memiliki sifat non polar yang mudah dipisahkan sehingga pelarut pertama tdk bercampur dengan pelarut kedua. Hasil dari ekstraksi yang dikumpulkan dari masing-masing sampel kemudian dievaporator pada suhu 30-50 o C sampai ekstrak menjadi pekat. Tujuan dari evaporasi yaitu untuk mendapatkan ekstrak pekat asam benzoat. Ekstrak pekat ini yang diperoleh dari masing-masing sampel kemudian dikeringkan diatas penangas air, lalu dibiarkan semalam di dalam desikator sehingga didapatkan ekstrak kering asam benzoat seperti pada gambar 4.4 Selanjutnya akan di uji kualitatif. Gambar 4.4 Ekstrak kering asam benzoat 4.1.4 Pembakuan Larutan NaOH Larutan baku (standar) adalah larut an yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M

(molaritas). Pada penelitian ini dilakukan standarisasi larutan NaOH, larutan NaOH yang digunakan pada uji kuantitatif kadar benzoat harus di standarisasi terlebih dahulu karena larutan tersebut merupakan larutan standar sekunder dan larutan baku primer asam oksalat. Pembakuan larutan dilakukan dengan cara titrasi menggunakan indikator penolftalein sebanyak 2 tetes sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah mudah. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan. Dari hasil pembakuan diperoleh konsentrasi rata-rata NaOH 0,1020 mol/l. 4.1.5 Uji Kualitatif Ekstrak eter yang diperoleh pada ekstraksi kemudian ditambahkan dengan NH 3 sampai larutan tersebut menjadi basa. Larutan kemudian diuapkan untuk menghilangkan kelebihan NH 3. Residu yang terbentuk dilarutkan dengan air panas dan di saring untuk menghilangkan kotoran-kotoran sehingga pembentukan benzoat akan jelas terlihat. Filtrat tersebut kemudian ditambahkan dengan FeCl3. Jika sampel positif mengandung benzoat, maka akan terbentuk endapat kecoklatan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gamabr 4.5 Hasil Uji Kualitatif Asam Benzoat,Analisis kualitatif dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya bahan pengawet benzoat pada saos tomat. Tujuan analisis kualitatif adalah mengidentifikasi komponen dalam zat kimia seperti terbentuknya endapan warna dan gas. Dari hasil uji kualitatif yang telah dilakukan pada sampel saos tomat mengatakan bahwa semua sampel tersebut mengandung benzoat baik sampel yang bermerek maupun sampel tidak bermerek setelah di reaksikan dengan FeCl 3. Dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Uji Kualitatif Saos Tomat Sampel A B C D E Hasil Pengamatan dalam Pereaksi FeCl 3 Kesimpulan Keterangan : + : positif mengandung benzoat, ditandai dengan terbentuknya endapan kecoklatan Sampel A (Indofood) Sampel bermerek, sedangkan sampel tidak bermerek sampel B (saos timun), sampel C (gudang gandum), sampel D (cap tomat), dan sampel E (saos) Dengan melihat Tabel 4.2 bahwa semua sampel saos tomat yang tidak bermerek maupun saos tomat bermerek setelah dilakukan uji kualitatif dengan menggunakan pereaksi FeCl 3 0,5 % sebanyak 3 tetes semuanya positif mengandung benzoat ditunjukan dengan adanya endapan berwarna kecoklatan Hal ini berarti bahwa semua sampel saos tomat yang bermerek maupun tidak bermerek semua positif mengandung bahan pengawet benzoat. Dapat dilihat pada lampiran 8 hasil uji kualitatif. Reaksi Uji Kualitatif asam benzoat pada saos tomat: FeCl 3 + C 6 H 5 COOH Fe (C 6 H 5 COO) 3 + 3HCl 4.1.6 Uji Kuantitatif Kadar Benzoat Uji kuantitatif kadar benzoat menggunakan metode titrasi asam basa, prinsip kerja dari titrasi asam basa yaitu titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Masing-masing ekstrak kering asam benzoat dari hasil ekstraksi dilarutkan dengan aquades 50 ml. Pada uji kuantitatif kadar benzoat diambil 10 ml kemudian di titrasi menggunakan NaOH melalui buret kurang lebih 15 detik. Dalam metode volumetrik penentuan zat dilakukan dengan cara titrasi yaitu suatu proses dimana larutan baku atau titran (dalam bentuk larutan yan g diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit sampai bereaksi sempurna. Untuk mengetahui kesempurnaan reaksi maka digunakan suatu zat yang disebut dengan indikator. Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukan titik akhir titrasi.

Pada titrasi ini indikator yang digunakan adalah indikator fenolftalein sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna sampai menjadi warna merah mudah dapat dilihat pada gambar berikut ini Gambar 4.6 Hasil Uji Kuantitatif Asam Benzoat Tujuan dari uji kuantitatif yaitu untuk mengetahui berapa kadar pengawet benzoat yang terkandung dalam masing-masing sampel saos tomat baik yang bermerek maupun tidak bermerek setelah pengujian dengan pereaksi NaOH. Kemudian dilakukan perhitungan secara kuantitatif diperoleh pada masing-masing saos tomat disajikan pada tabel 4.3 diabawa ini. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Kadar Benzoat pada Saos Tomat Sampel A B C D E Berat Ratarata (g) 20,00 20,00 20.00 20,00 20,00 Volume Rata-rata NaOH (ml) 0.1 0,166 0,2 0,133 0,166 Kadar Benzoat Rata-rata g/kg 0,06222 0,1032 0,12444 0,08275 0,1032 % Kadar 0,00622 0,010327 0,012444 0,008275 0,010327 Catatan : Sampel A (Indofood) adalah saos tomat bermerek Sampel B-E adalah saus tomat tidak bermerek yaitu: Sampel B (saos timun), sampel C (gudang gandum), sampel D (cap tomato), sampel E (saos) Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada uji kuantitatif ternyata kandungan kadar benzoat pada sampel saos tomat yang ada dipasar tradisional kota Gorontalo masing-masing sampel memberikan kadar benzoat yang berbeda-beda berkisar antara 0,06222-0,12444 g/kg bahan makanan. Pada sampel sampel bermerek di tandai dengan sampel A (Indofood) mengandung kadar benzoat 0,06222 gram dalam 1 kg saos tomat, sampel B (saos timun) memiliki kadar benzoat 0,10327 gram,

sampel C (gudang gandum) dengan kadar benzoat 0,12444 gram, Sampel D (cap tomato) kadar benzoat 0,08275, sedangkan sampel E (saos) mengandung kadar benzoat sama dengan sampel B yaitu 0,10327 gram dalam 1 kg saos tomat. Menurut ketentuan Menteri Kesehatan No. 722/MENKES/Per/IX/1988 maupun SNI 0I-354-1994 yaitu 1000 mg/kg (Anonimus, 1988). Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa semua sampel yang telah di uji menggunakan uji kuantitatif mengandung pengawet benzoat lebih rendah dari kadar yang diperbolehkan atau lebih kecil dari batas maksimum, namun pada sampel A (Indofood) memiliki kadar ben zoat lebih rendah dari sampel yang tidak bermerek. Bahan tambahan makanan seperti bahan pengawet benzoat memiliki nilai kadar sesuai dengan ketentuan Menteri Kesehatan (NAB) Nilai Ambang Batas yaitu 1 gram bahan pengawet benzoat dalam 1 kg bahan. Oleh sebab itu dapat diperhatikan dalam mengkonsumsi saos tomat, karena dengan menkonsumsi saos tomat yang berlebihan dapat menganggu kesehatan fisik terutama dapat menyerang system syaraf, di bandingkan dengan penelitian sebelumnya penelitian Siaka 2009, analaisis bahan pengewet benzoat pada saos tomat kota Denpasar mengatakan bahwa sekitar 31,22 % dari sampel saos tomat yang mengandung bahan pengawet melebihi batas maksimum. Hal ini berarti bahwa penelitian yang dilakukan sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan Siaka 2009. Kelebihan bahan pengawet benzoat pada saos tomat yang tidak bermerek disebabkan oleh adanya keinginan produsen untuk menambahkan pengawet yang berlebih agar produknya awet dalam jangka waktu yang cukup lama, kurangnya pengetahuan produsen terhadap dampak pengawet benzoat yang berlebihan, serta kurangnya control dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) terhadap Produsen, sehingga produsen tidak berhati-hati dalam menambahkan bahan pengawet pada makanan.