JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Zona Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Watu Ulo Di Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember

PENENTUAN KRITERIA ZONASI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI WATU ULO DI KECAMATAN AMBULU, KABUPATEN JEMBER

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Identifikasi Tingkat Pelayanan Pasar Tradisional Agrobis Babat Kabupaten Lamongan

Analisis Kinerja Jalur Pedestrian di Kota Surabaya (Studi Kasus: Jl. Pemuda)

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print)

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Faktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan pelanggan, diperoleh nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

PERKEMBANGAN EKONOMI KOTA MEDAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI KAWASAN PESISIR SEKITARNYA

Penentuan Rute Angkutan Umum Optimal Dengan Transport Network Simulator (TRANETSIM) di Kota Tuban

STRATEGI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DALAM MENUNJANG KEGIATAN WISATA DI KAMPUNG JAWA TONDANO. Rifka Awalia Putri¹, Suryadi Supardjo², & Amanda Sembel³

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

Katalog : pareparekota.bps.go.id

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Daftar Tabel. Halaman

Arahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Minapolitan

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR. Oleh ;

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) I.Keterangan. 1. Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

Pembentukan Cluster Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE

Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Nepa Berdasarkan Preferensi Pengunjung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang

PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KUTAI, KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-45 Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten Jember berdasarkan Preferensi Pengunjung dan Masyarakat Rr. Ajeng Gita Astami dan Ketut Dewi Martha Erli H. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail : erli.martha@urplan.its.ac.id Abstrak Kabupaten Jember memiliki kawasan wisata bahari dengan lima pantai yang berkarakteristik berbeda-beda pada ODTW yang dimiliki. Pantai Watu Ulo, Pantai Papuma, dan Pantai Puger memiliki jumlah pengunjung yang mengalami peningkatan setiap tahunnya dan merupakan penyumbang kontribusi terbesar pada jumlah wisatawan di Kabupaten Jember. Akan tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan adanya infrastruktur kawasan wisata yang memadai untuk mendukung kegiatan wisata di dalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa prioritas pengembangan infrastruktur berdasarkan preferensi pengunjung dan masyarakat melalui tingkat kepentingan dan kinerja infrastruktur kawasan wisata bahari dengan teknik IPA (Importance-Performance Analysis). Hasil dari penelitian ini adalah berupa prioritas pengembangan infrastruktur dalam mendukung kegiatan wisata bahari di Kabupaten Jember. Infrastruktur yang menjadi prioritas pengembangan di kawasan wisata bahari Kabupaten Jember adalah kondisi jalan, moda transportasi, fasilitas pendukung transportasi, sarana rekreasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Kata Kunci Infrastruktur, kawasan wisata bahari, prioritas pengembangan, preferensi, kepentingan dan kinerja. I. PENDAHULUAN Peran infrastruktur tidak hanya berpengaruh pada pengembangan wilayah saja, tetapi juga pada bidang kepariwisataan. Infrastruktur berperan sangat penting dalam mendorong kualitas wisata itu sendiri, serta pada lingkungan sekitarnya. Kabupaten Jember mengembangkan lima obyek wisata bahari. Pantai Watu Ulo, Pantai Papuma, dan Pantai Puger merupakan wilayah prioritas kedua, ketiga, dan keempat dari kelima pantai yang termasuk dalam kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember yang dikembangkan untuk kegiatan wisata bahari [1]. Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember (2014), apabila dibandingkan dengan jumlah wisatawan keseluruhan di Kabupaten Jember tiap tahunnya, pengunjung di Desa Sumberejo, Desa Lojejer, dan Desa Puger Kulon memberikan kontribusi terbesar dibanding dengan obyek wisata lainnya, yaitu sebesar 29%. Akan tetapi, kontribusi pengunjung terbesar tersebut tidak diimbangi dengan infrastruktur yang memadai untuk mendukung kenyamanan dan pelayanan bagi para pengunjung dan masyarakat di kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Selain itu pengembangan ketiga obyek wisata menjadi kawasan wisata bahari belum didukung oleh prioritas pengembangan infrastruktur yang sesuai [2]. Hal tersebut dikarenakan selama ini masih belum ada tindak lanjut dari pemerintah daerah dalam pengembangan infrastruktur di dalamnya. Selain itu juga infrastruktur yang ada belum dapat mengintegrasikan kawasan wisata dikarenakan pihak pengelola dari masing-masing pantai yang berbeda, serta adanya keterbatasan dana dari pemerintah daerah. PDRB Kabupaten Jember mengalami penurunan sebesar 6,63% pada tahun 2013 [3], sedangkan target pendapatan daerah Kabupaten Jember diproyeksikan akan meningkat rata-rata sebesar 11% setiap tahunnya. Selain itu belum berjalannya kebijakan oleh pemerintah daerah untuk untuk pengaturan pembiayaan dalam pariwisata sendiri menyebabkan terlalu banyaknya program pemerintah daerah Kabupaten Jember sehingga program yang seharusnya penting menjadi terabaikan. Oleh karena itu diperlukan penentuan prioritas pengembangan infrastruktur kawasan wisata bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer, dan Desa Puger Kulon, Kabupaten Jember berdasarkan preferensi pengunjung dan masyarakat. II. METODE ANALISA Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan rasionalistik, dengan jenis penelitian berupa deskriptif yang bersifat kuantitatif. Sedangkan metode analisa yang digunakan sesuai dengan analisa prioritas pengembangan infrastruktur berdasarkan preferensi pengunjung dan masyarakat melalui tingkat kepentingan dan kinerja infrastruktur kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember adalah Importance-Performance Analysis (IPA) dengan menggunakan sampel pengunjung dan masyarakat sebagai responden masing-masing desa dan ODTW. Tabel 1. Jumlah Sampel Masing-Masing Desa dan Obyek Wisata Jenis Sampel Nama Desa dan Jumlah ODTW Sampel Sampel Masyarakat Sampel Pengunjung 1 Pantai Watu Ulo, Desa Sumberejo 15 26 41 2 Pantai Papuma, Desa Lojejer 22 26 48 3 Pantai Puger, Desa Puger 17 26 43 Kulon Jumlah 54 78 132

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-46 Sedangkan teknik IPA itu sendiri diarahkan untuk mengetahui prioritas pengembangan infrastruktur melalui tingkat kepentingan dan kinerja infrastruktur kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Dari hasil kuesioner dapat diketahui kinerja infrastruktur dan prioritas pengembangan dari yang paling dominan hingga yang paling kecil berdasarkan preferensi pengunjung dan masyarakat kawasan wisata bahari. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Kondisi Infrastruktur Kondisi infrastruktur yang dimiliki oleh masingmasing desa dan ODTW dapat dilihat pada tabel berikut. Kondisi Infrastruktur Tabel 2. Kondisi Infrastruktur pada Masing-Masing Desa dan ODTW di Kawasan Wisata Bahari Jember Desa Sumberejo (Pantai Watu Ulo) Desa Lojejer (Pantai Papuma) Desa Puger Kulon (Pantai Puger) Fasilitas penginapan dan hotel Hanya terdapat 1 buah hotel melati. Terdapat 1 buah cottage. Terdapat 1 buah hotel berkelas melati yang berjarak 8 km dari obyek wisata Pantai Puger. Sarana rekreasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Restoran dan tempat Berupa rumah makan sederhana. Hanya berupa warung dan rumah Hanya terdapat fasilitas restoran yang makan lainnya makan sederhana disediakan oleh hotel tersebut saja. Fasilitas pelayanan Terdapat 1 dokter praktek dan 26 Terdapat 1 puskesmas, 3 dokter Terdapat 1 puskesmas, 2 dokter praktek, dan kesehatan posyandu. praktek, dan 21 posyandu. 28 posyandu. Fasilitas pelayanan Tidak ada Tidak ada Tidak ada keuangan Fasilitas perbelanjaan/souvenir shop Penyediaan air bersih Jaringan listrik Sistem drainase Sistem pengolahan limbah dan sanitasi Telekomunikasi Terdapat satu buah toko souvenir. Sumber air berasal dari ledeng sampai rumah, pompa, sumur, mata air terlindung, dan air hujan dengan jumlah 6.819 pengguna. Berasal dari PLN dan bukan listrik dengan pengguna sebesar 0,48% dari jumlah pengguna. Terdapat beberapa titik yang sering terjadi genangan akibat banyaknya sampah yang menyumbat. Terdiri dari milik sendiri, bersama, dan umum. Selain itu terdapat 1.014 jiwa yang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Masih ada penduduk yang tidak menggunakan alat telekomunikasi. Fasilitas persampahan Masih banyak sampah yang berserakan di obyek wisata Pantai Watu Ulo, sementara sampah domestik dibuang pada tempat sampah yang telah disediakan kemudian diangkut ke TPS. Kondisi jalan Moda transportasi Fasilitas transportasi pendukung Sumber : Survey Primer, 2014 Berupa jalan aspal 19,25 km, sirtu 14,18 km, dan jalan tanah 3,5 km, dan masih tergolong pada kondisi rusak. Tidak terdapat fasilitas angkutan umum yang dapat digunakan oleh pengunjung obyek wisata. Belum terdapat fasilitas pendukung transportasi apapun. Berupa pertokoan yang hanya menyediakan kebutuhan seharihari penduduk desa dan 1 buah toko souvenir. Berasal dari air kemasan, ledeng eceran, pompa, sumur, dan mata air terlindung maupun tidak dengan jumlah pengguna sebesar 5.401. Masih ada penduduk yang menggunakan sumber listrik selain PLN sebesar 15 jiwa. Sering terjadi genangan pada saat musim hujan. Limbah domestik disalurkan melalui septi tank. Selain itu masih terdapat 254 penduduk yang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Sebanyak 2.024 penduduk tidak menggunakan alat komunikasi apapun. Terdapat sampah permanen dan semi permanen yang kemudian dialokasikan ke TPS sekitar. Berupa jalan aspal sepanjang 19 km, jalan sirtu 4 km, dan jalan tanah 12 km. Sedangkan kondisi jalan yang menuju obyek wisata Pantai Papuma sendiri sangat susah untuk ditempuh karena kondisinya yang rusak sehingga tidak semua jenis kendaraan dapat melewati. Tidak terdapat angkutan umum selain kendaraan pribadi karena kondisi jalannya yang hanya dapat dilalui oleh kendaraan beroda dua dan empat saja. Hanya terdapat lahan parkir yang disediakan di obyek wisata Pantai Papuma. Tidak ada Berasal dari air kemasan, ledeng, pompa, sumu, mata air dengan jumlah pengguna sebesar 3.770 dan 1 pengguna air sungai. Terdapat 0,88% dari jumlah pengguna yang tidak menggunakan sumber listrik dari PLN. Hanya dialirkan melalui saluran irigasi sawah. Sebagian besar limbah yang dihasilkan berupa limbah domestik dan non domestik hasil dari TPI Puger. Sedangkan fasilitas sanitasi yang ada berasal dari milik sendiri, bersama, dan umum. Akan tetapi masih ada yang tidak memiliki fasilitas sanitasi sebesar 320 penduduk. Sebanyak 164 rumah tangga menggunakan sambungan telepon dan 4 rumah tangga menggunakan telepon telex. Sampah domestik dibuang ke tempat sampah permanen dan semi permanen yang ada, yang kemudian dialokasikan ke TPS untuk diangkut ke TPA Kecamatan Puger. Sedangkan di obyek wisata Pantai Puger cenderung sangat kotor karena banyaknya sampah yang berserakan dan dibiarkan begitu saja. Beru[a jalan aspal sepanjang 13,85 km, jalan sirtu 0,9 km, dan jalan tanah 15,47 km. Sedangkan kondisi jalan menuju Pantai Puger berupa jalan makadam serta jauhnya jarak yang harus ditempuh yaitu sekitar 5 km dari permukiman penduduk. Hanya berupa kendaraan milik pribadi saja dan belum ada fasilitas angkutan umum yang disediakan. Tidak ada

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-47 Sedangkan peta persebaran pelayanan infrastruktur di kawasan wisata bahari Kabupaten Jember dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini. Gambar 4. Peta Jaringan Jalan Kawasan Wisata Bahari Kabupaten Jember Gambar 1. Peta Akomodasi Wisata Bahari Kabupaten Jember Gambar 2. Peta Jaringan Air Bersih Kawasan Wisata Bahari Kabupaten Jember Gambar 3. Peta Jaringan Listrik Kawasan Wisata Bahari Kabupaten Jember B. Analisa Prioritas Pengembangan Infrastruktur Berdasarkan Preferensi Pengunjung dan Masyarakat Melalui Tingkat Kepentingan dan Kinerja Infrastruktur di Desa Sumberejo Untuk mengetahui prioritas penanganan infrastruktur melalui tingkat kepentingan dan kinerja infrastruktur kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember, maka diperlukan sebuah analisa yang membandingkan antara kinerja dan kepentingan dari variabel infrastruktur kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember. Sehingga dihasilkan urutan prioritas pengembangan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing desa dan ODTW. Hasil-hasil tersebut kemudian didapat bahwa variabel infrastruktur yang termasuk ke dalam kuadran I merupakan infrastruktur yang menjadi prioritas dalam pengembangan infrastruktur di desa dan objek wisatanya. Hal tersebut berdasar pada tingginya tingkat kepentingan serta rendahnya kinerja yang dimiliki oleh infrastruktur yang terdapat di masing-masing desa dan ODTW. Hasil analisa Importance- Performance terdapat pada penjelasan berikut. Untuk mengetahui infrastruktur apa saja yang menjadi prioritas untuk dilakukan pengembangan, dilakukan analisa terhadap masyarakat dan pengunjung di Desa Sumberejo dan obyek wisata Pantai Watu Ulo untuk menentukan urutan prioritas pengembangan infrastruktur di Desa Sumberejo. Tabel 3. Nilai Tingkat Kepentingan dan Kinerja Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo 1 Fasilitas penginapan dan hotel 4,37 1,76 2 Sarana rekreasi 4,49 1,51 3 Restoran dan tempat makan lainnya 4,24 1,80 4 Fasilitas pelayanan kesehatan 4,54 1,68 5 Fasilitas pelayanan keuangan 4,00 1,85 6 Fasilitas perbelanjaan/souvenir shop 4,17 1,93 7 Penyediaan air bersih 4,22 2,29 8 Jaringan listrik 4,22 2,20 9 Sistem drainase 3,90 2,51 10 Sistem pengolahan limbah dan sanitasi 3,88 2,41 11 Telekomunikasi 4,10 2,80 12 Fasilitas persampahan 4,17 2,00 13 Kondisi jalan 4,44 1,56 14 Moda transportasi 4,54 1,73 15 Fasilitas pendukung transportasi 4,29 1,63 Jumlah 29,66 63,57 C-Line 4,24 1,98 Terlihat melalui tabel di atas bahwa yang memiliki nilai tingkat kepentingan di atas 4,24 dan nilai kinerja di bawah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-48 1,98 berarti bahwa infrastruktur-infrastruktur tersebut berada pada kuadran I dan merupakan infrastruktur yang memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi kinerjanya rendah. Infrastruktur yang memiliki tingkat kepentingan dengan nilai di bawah 4,24 dan nilai kinerja di bawah 1,98, termasuk pada kuadran III yang berarti bahwa infrastruktur tersebut memiliki tingkat kepentingan yang rendah dan kinerja yang buruk. Sedangkan infrastruktur yang memiliki tingkat kepentingan rendah tetapi kinerja yang dimiliki dari masingmasing baik, dapat dilihat dari nilai kepentingan yang di bawah 4,24 dan nilai kinerja di atas 1,98 sehingga termasuk pada kuadran IV. Gambar 5. Matriks Importance-Performance Analysis di Desa Sumberejo Setelah dilakukan analisis, infrastruktur yang terdapat di Desa Sumberejo dan obyek wisata Pantai Watu Ulo yang termasuk ke dalam kuadran I antara lain adalah fasilitas pelayanan kesehatan, moda transportasi, sarana rekreasi, kondisi jalan, fasilitas penginapan dan hotel, fasilitas pendukung transportasi, serta restoran dan tempat makan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketujuh infrastruktur tersebut yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Desa Sumberejo agar dapat mendukung kegiatan wisata bahari di dalamnya. C. Analisa Prioritas Pengembangan Infrastruktur Berdasarkan Preferensi Pengunjung dan Masyarakat Melalui Tingkat Kepentingan dan Kinerja Infrastruktur di Desa Lojejer Berikut merupakan hasil analisis dalam menentukan urutan prioritas pengembangan infrastruktur berdasarkan preferensi masyarakat Desa Lojejer dan pengunjung obyek wisata Pantai Papuma. Tabel 4. Nilai Tingkat Kepentingan dan Kinerja Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Lojejer 1 Fasilitas penginapan dan hotel 4,21 3,10 2 Sarana rekreasi 4,35 2,73 3 Restoran dan tempat makan lainnya 4,19 2,98 4 Fasilitas pelayanan kesehatan 4,25 2,58 5 Fasilitas pelayanan keuangan 3,67 2,73 6 Fasilitas perbelanjaan/souvenir shop 4,00 2,98 7 Penyediaan air bersih 4,23 3,17 8 Jaringan listrik 4,17 2,83 9 Sistem drainase 3,88 2,85 10 Sistem pengolahan limbah dan sanitasi 3,90 2,90 11 Telekomunikasi 4,10 3,06 12 Fasilitas persampahan 4,02 2,83 13 Kondisi jalan 4,52 2,10 14 Moda transportasi 4,19 2,23 15 Fasilitas pendukung transportasi 4,17 2,33 Jumlah 41,4 61,85 C-Line 4,12 2,76 Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa infrastruktur yang termasuk dalam kuadran I di Desa Lojejer antara lain adalah infrastruktur yang terlihat dari nilai kepentingan dan nilai kinerja yang dimiliki di atas 4,12 dan 2,76, yang berarti infrastruktur-infrastruktur tersebut memiliki tingkat kepentingan yang tinggi tetapi kinerja yang dimiliki buruk. Infrastruktur yang termasuk dalam kuadran II memiliki nilai tingkat kepentingan di atas 4,12 dan nilai kinerja di atas 2,76, yang berarti bahwa tingkat kepentingan yang dimiliki oleh infrastruktur tersebut tinggi dan kinerja yang dimiliki juga baik. Di kuadran III terdapat infrastrutkur yang memiliki nilai tingkat kepentingan di bawah 4,12 dan nilai kinerja di bawah 2,76. Nilai tersebut berarti kinerja yang dimiliki adalah buruk, dan memiliki tingkat kepentingan yang rendah pula. Sedangkan infrastruktur yang berada pada kuadran IV, dengan nilai tingkat kepentingan di bawah 4,12 dan nilai kinerja di atas 2,76, berarti bahwa tingkat kepentingan yang dimiliki oleh infrastruktur-infrastruktur tersebut rendah tetapi kinerja yang dimiliki baik. Gambar 6. Matriks Importance-Performance Analysis di Desa Lojejer Terlihat dari urutan prioritas pengembangan infrastruktur yang dihasilkan dari analisis di atas bahwa infrastruktur yang termasuk ke dalam kuadran I antara lain adalah kondisi jalan, sarana rekreasi, fasilitas pelayanan kesehatan, moda transportasi, dan fasilitas pendukung transportasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima infrastruktur tersebut yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Desa Lojejer. D. Analisa Prioritas Pengembangan Infrastruktur Berdasarkan Preferensi Pengunjung dan Masyarakat Melalui Tingkat Kepentingan dan Kinerja Infrastruktur di Desa Puger Kulon Setelah dilakukan analisis terhadap infrastruktur yang terdapat di Desa Puger Kulon oleh masyarakat desa dan pengunjung obyek wisata Pantai Puger, diperoleh hasil analisis seperti berikut. Tabel 5. Nilai Tingkat Kepentingan dan Kinerja Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Puger Kulon 1 Fasilitas penginapan dan hotel 4,30 2,53

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-49 2 Sarana rekreasi 4,53 2,65 3 Restoran dan tempat makan lainnya 4,05 2,86 4 Fasilitas pelayanan kesehatan 3,98 2,84 5 Fasilitas pelayanan keuangan 4,05 2,33 6 Fasilitas perbelanjaan/souvenir shop 4,05 2,37 7 Penyediaan air bersih 4,21 2,70 8 Jaringan listrik 4,14 2,63 9 Sistem drainase 3,91 2,42 10 Sistem pengolahan limbah dan sanitasi 3,95 2,56 11 Telekomunikasi 4,09 2,51 12 Fasilitas persampahan 4,14 2,49 13 Kondisi jalan 4,26 2,23 14 Moda transportasi 4,26 2,35 15 Fasilitas pendukung transportasi 4,44 2,53 Jumlah 38 62,36 C-Line 4,16 2,53 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa infrastruktur yang memiliki nilai tingkat kepentingan tinggi di atas 4,16 adalah kondisi jalan, moda transportasi, sarana rekreasi, fasilitas pendukung transportasi, fasilitas penginapan dan hotel, dan penyediaan air bersih. Akan tetapi kondisi jalan dan moda transportasi memliki kinerja yang buruk, dengan nilai kinerja di bawah 2,53 sehingga termasuk pada kuadran I. Sedangkan sarana rekreasi, fasilitas pendukung transportasi, fasilitas penginapan dan hotel, dan penyediaan air bersih memiliki kinerja baik dengan nilai di atas 2,53 sehingga termasuk pada kuadran II. Sebaliknya infrastruktur yang memiliki tingkat kepentingan rendah yaitu dengan nilai di bawah 4,16 antara lain adalah fasilitas persampahan, telekomunikasi, fasilitas pelayanan keuangan, fasilitas perbelanjaan/souvenir shop, dan sistem drainase dengan nilai kinerja buruk yaitu di bawah 2,53 di kuadran III, serta jaringan listrik, restoran dan tempat makan lainnya, fasilitas pelayanan kesehatan, dan sistem pengolahan limbah dan sanitasi tetapi memiliki kinerja baik dengan nilai dio atas 2,53 dan terletak pada kuadran IV. Gambar 7. Matriks Importance-Performance Analysis di Desa Puger Kulon Dari urutan prioritas di atas dapat diperoleh bahwa infrastruktur yang termasuk ke dalam kuadran I merupakan infrastruktur yang menjadi prioritas pengembangan di Desa Puger Kulon untuk mendukung kegiatan wisata bahari. E. Prioritas Pengembangan Infrastruktur sebagai Satu Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Jember Setelah ditentukan infrastruktur yang menjadi prioritas pada masing-masing desa dan ODTW tersebut, kemudian dihitung nilai tingkat kepentingan dan kinerja dari masingmasing variabel infrastruktur dengan akumulasi seluruh responden masyarakat dan pengunjung yang terdapat di Desa Sumberejo, Desa Lojejer, dan Desa Puger Kulon. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan urutan prioritas pengembangan infrastruktur berdasarkan preferensi utama stakeholders yang sebelumnya akan dikomparasikan dengan prioritas pengembangan infrastruktur berdasarkan preferensi regulator yang akan dibahas pada sasaran selanjutnya. Berikut ini merupakan hasil dari Importance-Performance Analysis infrastruktur kawasan wisata bahari di Kabupaten Jember secara keseluruhan. Tabel 6. Nilai Tingkat Kepentingan dan Kinerja Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Jember 1 Fasilitas penginapan dan hotel 4,29 2,5 2 Sarana rekreasi 4,45 2,33 3 Restoran dan tempat makan lainnya 4,16 2,58 4 Fasilitas pelayanan kesehatan 4,25 2,39 5 Fasilitas pelayanan keuangan 3,89 2,33 6 Fasilitas perbelanjaan/souvenir shop 4,09 2,45 7 Penyediaan air bersih 4,22 2,74 8 Jaringan listrik 4,17 2,57 9 Sistem drainase 3,89 2,61 10 Sistem pengolahan limbah dan sanitasi 3,91 2,64 11 Telekomunikasi 4,10 2,80 12 Fasilitas persampahan 4,11 2,46 13 Kondisi jalan 4,41 1,98 14 Moda transportasi 4,32 2,11 15 Fasilitas pendukung transportasi 4,30 2,18 Jumlah 62,56 36,67 C-Line 4,17 2,44 Untuk infrastruktur-infrastruktur yang memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi kinerja yang dimiliki buruk dikategorikan pada kuadran I yang menjadi prioritas pertama dalam pengembangan infrastruktur kawasan wisata bahari. Infrastruktur yang termasuk dalam kuadran II adalah infrastruktur yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dan kinerja yang baik, sehingga menjadi prioritas kedua dalam pengembangan infrastruktur. Infrastruktur yang termasuk dalam kategori kuadran III atau prioritas ketiga dalam pengembangan infrastruktur adalah infrastruktur yang memiliki kinerja yang buruk tetapi tingkat kepentingannya juga rendah. Sedangkan infrastruktur yang memiliki kinerja baik dan tingkat kepentingan rendah menjadi prioritas keempat dalam pengembangan infrastruktur kawasan wisata bahari. Dari titik atau bobot yang dimiliki oleh masingmasing infrastruktur sesuai dengan tingkat kepentingan dan kinerjanya, didapatkan hasil matriks yang dapat dilihat di bawah ini.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-50 lainnya merupakan infrastruktur yang sangat memerlukan pengembangan untuk mendukung kegiatan wisata di kawasan wisata bahari Kabupaten Jember. Gambar 8. Matriks Importance-Performance Analysis Keseluruhan Kawasan Wisata Bahari di kabupaten Jember Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa infrastruktur yang termasuk ke dalam kuadran I (focus effort here) di Desa Sumberejo, Desa Lojejer, dan Desa Puger Kulon kemudian menjadi prioritas dalam pengembangan infrastruktur. Dari prioritas tersebut dihasilkan kesimpulan bahwa infrastruktur yang menjadi prioritas secara keseluruhan adalah kondisi jalan, moda transportasi, fasilitas pendukung transportasi, sarana rekreasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan seperti pada diagram di bawah ini. Desa Sumberejo F G A B C D E VI. KESIMPULAN Diperoleh urutan prioritas pengembangan infrastruktur yang dilakukan melalui berbagai pertimbangan antara lain dengan memperhatikan hasil dari persepsi dan preferensi masyarakat dan pengunjung pada analisa IPA serta kondisi eksisting dari masing-masing infrastruktur yang ada saat ini. Prioritas tersebut diambil berdasarkan infrastruktur yang termasuk ke dalam kuadran I sehingga menjadi prioritas pengembangan pada kawasan wisata bahari Kabupaten Jember. Pengembangan infrastruktur tersebut dilakukan dengan melakukan kerjasama antara pemerintah daerah Kabupaten Jember, pemerintah Desa Sumberejo, pemerintah Desa Lojejer, dan pemerintah Desa Puger Kulon dengan pengelola dari masing-masing obyek wisata seperti Perum Perhutani sebagai pengelola Pantai Papuma dan Dinas Pendapatan sebagai pengelola Pantai Watu Ulo, agar pengembangan infrastruktur dapat berjalan secara efektif. DAFTAR PUSTAKA [1] Mapping Pengembangan Obyek Wisata Kawasan Selatan Kabupaten Jember. 2009. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember. [2] RTRW Kabupaten Jember. 2008-2028. Bappeda Kabupaten Jember (RKPD Kab. Jember, 2014) [3] Rencana Kerja Pembangunan Daerah. 2014. Bappeda Kabupaten Jember Desa Puger Kulon Desa Lojejer Gambar 5. Diagram Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari Keterangan : A : Kondisi Jalan B : Moda Transportasi C : Fasilitas Pendukung Transportasi D : Sarana Rekreasi E : Fasilitas Pelayanan Kesehatan F : Fasilitas Penginapan dan Hotel G : Restoran dan Tempat Makan Lainnya Kondisi jalan dan moda transportasi merupakan infrastruktur yang menjadi prioritas pengembangan di ketiga desa tersebut. Infrastruktur fasilitas pendukung transportasi, sarana rekreasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan infrastruktur yang diprioritaskan untuk dikembangkan di Desa Sumberejo dan Desa Lojejer. Sedangkan infrastruktur fasilitas penginapan dan hotel serta restoran dan tempat makan lainnya merupakan infrastruktur yang menjadi prioritas pengembangan di Desa Sumberejo. Sehingga dapat disimpulkan bahwa infrastruktur antara lain adalah kondisi jalan, moda transportasi, fasilitas pendukung transportasi, sarana rekreasi, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas penginapan dan hotel, serta restoran dan tempat makan