BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1


BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Selama ini sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA ALAK KOTA KUPANG. Health Problems of Scavengers at the Alak Landfill, Kupang City

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

Gas dan Debu. Pada Tambang Bawah Tanah

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dari Korlantas Polri tahun 2012 (Tabel 1.1), diketahui bahwa jumlah kendaraan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja karyawan pada suatu perusahaan sering kali

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

BAB 1 PENDAHULUAN. namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari pekerja di berbagai sektor akan terpajang dengan risiko penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu dikembangkan dan ditinggalkan upaya promosi dan pencegehan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja (Anies, 2005). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu perananan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatam maupun kesehatan kerjanya. Risiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Baskara, 2011). Keselamatan dan kesehatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan dijadikan naluri dari setiap mahluk hidup. Keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi satu pilar penting ekonomi makro maupun mikro, karena keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat terpisahkan. Untuk itu, perusahaan harus menekan adanya resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, karena dapat menyebabkan kelambatan dalam berproduksi (Suardi, 2005). Tujuan keselamatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja, pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi

syarat kesehatan, penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan pengaturan syarat kesehatan bagi tenaga kerja (Agustina, 2010). Produktivits kerja seorang tenaga kerja merupakan hasil nyata yang terukur, yang dapat dicapai seseorang dalam lingkungan kerja yang nyata untuk setiap satuan waktu, produktifitas kerja tersebut dipengaruhi oleh kapasitas kerja (umur, jenis kelamin, status gizi, anthropometri), beban kerja dan beban tambahan akibat lingkungan yang terdiri dari beban kerja karena faktor fisik,kimia, biologis dan sosial (Tarwaka, 2004). Produktivitas tenaga kerja dipengarui oleh faktor-faktor lingkungan dan manusia itu sendiri. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Sedangkan lingkungan kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan produktifitas kerjanya, tetapi juga menjadi sebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja. Lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman merupakan persyaratan penting untuk terciptanya kondisi kesehatan prima bagi karyawan yang bekerja didalamnya atau disekitarnya (Aditama, 2010). Oleh karena itu, kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia usaha oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyelia (supervisor), maupun manajemen, serta pekerja yang bekerja untuk diri sendiri. Alasannya jelas karena bekerja adalah bagian dari kehidupan dan setiap orang memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan atau aktualisasi diri, bagian dalam pelaksanaan, berbagai potensi bahaya (faktor resiko) resiko di tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan (Kurniawidjaja, 2010). Keselamatan dan kesehatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan dijadikan naluri dari setiap mahluk hidup. Keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi satu pilar

penting ekonomi makro maupun mikro, karena keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat terpisahkan. Untuk itu perusahaan harus menekan adanya resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, karena dapat menyebabkan kelambatan dalam berproduksi (Suardi, 2005). Tujuan keselamatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja, pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan, penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan pengaturan syarat kesehatan bagi tenaga kerja (Suma mur, 1996). Penyakit Akibat Kerja (PAK) tidak hanya terjadi di negara berkembang, namun juga di negara maju. Menurut data ILO pada tahun 2014, terdapat 1 pekerja tewas setiap 15 menit akibat kecelakaan kerja dan PAK) dan setiap 15 detik 153 pekerja mengalami kecelakaan. Diperkirakan 2,3 juta pekerja tewas setiap tahun akibat kecelakaan kerja dan PAK. Lebih dari 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan terdapat lebih dari 313 juta kecelakaan tidak fatal setiap tahunnya. Jika dihitung kerugian dalam ekonomi, ILO memperkirakan lebih dari 4% GDP (Gross Domestic Product) tahunan seluruh dunia kerugian akibat konsekuensi dari kecelakaan dan PAK. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan republik Indonesia tahun 2013 tercatat jumlah angka kecelakaan kerja nasional mencapai 105,383 kasus dengan total pemberian iuran dari BPJS mencapai Rp 2,336,100,185,333. Angka tersebut hanya berasal dari catatan aktif peserta aktif BPJS. Berarti angka sesungguhnya lebih besar dari data BPJS (BPJS Ketenagakerjaan, 2013) Seluruh lingkungan kerja di muka bumi ini mempunyai resiko terjadinya penyakit akibat kerja, termasuk lingkungan kerja di tempat sampah bagian composting. Para pekerja harus berhadapan dengan bau tidak sedap, benda-benda berbahaya yang mengandung zat kimia dan

bakteri ditempat tumpukan sampah. Selain itu pekerja juga beresiko terpapar komponen gas yang dihasilkan oleh sampah. Menurut United Protection Agency (US-EPA) pada tahun 1991 komponen gas yang dihasilkan dari tempat pembuangan akhir terdiri dari Gas Metana (CH 4 ), Karbon Dioksida (CO 2 ), Nitrogen (N), Oksigen (O), Amoniak ( NH 3 ), Sulfida dan lain sebagainya. Dari beberapa komponen tersebut gas dengan konsentrasi paling besar yang terdapat di TPA yaitu adalah Metana (45%-60%) dan Karbon dioksida (40%-60%). Gas metana dapat mengakibatkan bahaya ledakan dan kebakaran bila bercampur dengan udara atau peledakan saat sambaran petir. Apabila secara tidak sengaja menghirup gas metana berakibat terjadinya gangguan pernapasan, dalam konsentrasi tinggi dan berkepanjangan memiliki dampak buruk yaitu kematian. Selain berisiko terpapar polusi gas, pekerja di lingkungan TPA sampah khususnya di bagian composting berisiko juga terkena penyakit cacingan. Terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Mulasari & Daimayanti 2013 di TPA di kota jogja, terdapat 4 orang yang positif terkena cacingan dari 40 orang pekerja yang ada. Banyak sekali faktor penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka dari itu faktor penyebab dan faktor-faktor lainnya harus segera diidentifikasi dan dikendalikan dengan benar. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi dan analisis risiko agar dapat mengetahui risiko apa saja, tingkatan risiko dan konsekuensinya yang terdapat di tempat kerja sehingga hasil dari analisis risiko yang dilakukan dapat digunaan untuk menentukan upaya pengendalian yang sesuai dengan bahaya dan tingkat risikonya agar program pengendalian yang diterapkan dapat berjalan efisien dan efektif (Mulya, 2008).

Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang merupakan instansi yang menangani pengolahan sampah yang berasal dari Jakarta yang dimana mempunyai karyawan banyak untuk keberlangsungan kegiatannya. Berdasarkan observasi ditemukan gambaran umum keadaan K3 pada pekerja di TPA Bantar Gebang meliputi : pertama adanya berbagai bahaya K3 yang ada di lingkungan kerja seperti bahaya K3 fisik, bahaya K3 mekanik, bahaya K3 biologi, kimia dan bahaya K3 psikososial yang akan mempengaruhi kesehatan kerja. Kedua, keterbatasan peralatan pelindung diri yang dipergunakan dan penggunaannya. Ketiga, beban fisik yang tinggi. Keempat, pengetahuan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja yang masih rendah. Kelima, program K3 yang dijalankan belum efektif dan efisien karena belum adanya identifikasi dan analisis risiko di unit tersebut dan keenam tidak adanya unit atau departemen yang mengurusi bagian K3. Oleh karena itu penulis akan melakukan penilaian risiko kesehatan dan mencoba untuk membuat karakteristik tingkat risiko yang ada di tempat kerja dengan metode Job Safety Analyze (JSA). 2. Identifikasi Masalah Pekerja pengolahan sampah adalah pekerja yang kesehariannya kontak dengan sampah, dimana mereka menyortir sampah yang terkumpul di TPA hingga mengolahnya menjadi kompos. Berdasarkan komposisi sampah yang diolah oleh pekerja tersebut, pekerja dapat dikatakan beresiko terkena berbagai penyakit akibat kerja yang mempengaruhi kesehatan dari pekerja tersebut. Berdasarkan observasi ditemukan gambaran umum keadaan K3 pada pekerja di TPA Bantar Gebang meliputi : pertama adanya berbagai bahaya K3 yang ada di lingkungan kerja seperti bahaya K3 fisik, bahaya K3 mekanik, bahaya K3 biologi, kimia dan bahaya K3 psikososial yang akan mempengaruhi kesehatan kerja. Kedua, keterbatasan peralatan pelindung diri yang

dipergunakan dan penggunaannya. Ketiga, beban fisik yang tinggi. Keempat, pengetahuan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja yang masih rendah. Kelima, program K3 yang dijalankan belum efektif dan efisien karena belum adanya identifikasi dan analisis risiko di unit tersebut dan keenam tidak adanya unit atau departemen yang mengurusi bagian K3. Oleh karena itu penulis akan melakukan penilaian risiko kesehatan dan mencoba untuk membuat karakteristik tingkat risiko yang ada di tempat kerja dengan metode Job Safety Analyze (JSA). 3. Pembatasan Masalah Penulis menyadari bahawa adanya keterbatasan pengetahuan, kemampuan, waktu, biaya, peralatan dan tenaga untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam. Oleh karena itu penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian sebatas Analisis Risiko Kesehatan Kerja Pada Pekerja Bagian Composting di TPA Bantar Gebang. 4. Pertanyaan penelitian 1) Bahaya kesehatan kerja apa saja yang terdapat pada pekerja di TPST Bantar Gebang? 2) Berapa nilai consequences, likehood, expose dan basic risk dari risiko-risiko kesehatan kerja pekerja? 3) Pengendalian kesehatan kerja apa yang sudah dilakukan? 4) Bagaimana pengendalian tingkat penilaian risiko kesehatan kerja?

5) Bagaimana pengendalian risiko kesehatan kerja? 5. Tujuan penelitian 5.1. Tujuan Umum Mengetahui risiko kesehatan kerja pada pekerja composting di TPA sampah Bantar Gebang. 5.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui tahapan dan proses kerja di unit composting TPST Bantar Gebang 2. Menjelaskan potensi Hazard kesehatan kerja di lingkungan unit composting TPST Bantar Gebang 3. Mengetahui risiko kesehatan kerja di lingkungan unit composting TPST Bantar Gebang 4. Mengetahui hasil analisis risiko dari risiko-risiko kesehatan kerja tanpa mempertimbangkan pengendalian yang dilakukan di unit composting TPST Bantar Gebang. 5. Mengetahui pengendalian risiko kesehatan kerja yang sudah dilakukan 6. Mengevaluasi hasil analisis risiko dari risiko-risiko kesehatan kerja dengan mempertimbangkan pengendalian yang sudah dilakukan di unit composting TPST Bantar Gebang. 7. Menjelaskan rekomendasi pengendalian yang masih memungkinkan dapat dilakukan untuk menurunkan risiko saat ini pada proses kerja. 6. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberi sumbangan bahan masukan perkembangan, terutama untuk penerapan analisis risiko kesehatan kerja 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sarana dan mengembangkan Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai analisis risiko K3. 3. Bagi Peneliti Penelitian merupakan sarana untuk dapat menerapkan keilmuan K3 yang didapatkan serta sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana kesehatan masyarakat.