BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL Kerangka Konsep Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB V PEMBAHASAN. Ginjal Kronik dilaksanakan pada bulan November Maret 2016 dengan

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Variabel Bebas Pasien PGK dengan HD regular yang mendapat OAH lebih dari satu Variabel Terikat Distribusi frekuensi Dipengaruhi oleh: Riwayat keluarga Diabetes Mellitus Interdialytic Weight Gain (IDWG) Pemakaian Eritropoeitin (EPO) Gambar 4. Kerangka konsep penelitian

3.2. Varibel dan Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Pengukuran Variabel Bebas Pasien PGK Pasien yang Rekam.Ya dengan HD telah didiagnosis medis 2.Tidak regular yang oleh dokter mendapat menderita PGK OAH lebih yang sedang dari satu menjalani terapi HD dan mendapatkan OAH lebih dari satu Skala Pengukuran Nominal Umur Masa hidup Wawancara. <9 tahun Interval responden yang langsung 2. 20-29 tahun dinyatakan 3. 30-39 tahun dalam satuan 4. 40-49 tahun tahun dan sesuai 5. 50-59 tahun dengan 6. 60-69 tahun pernyataan 7. >70 tahun responden Jenis Perbedaan antara Wawancara. Laki-laki (L) Nominal Kalamin perempuan dan langsung 2. Perempuan (P) laki-laki secara biologis sejak seorang lahir

Variabel Terikat Riwayat Ada anggota Wawancara. Tidak ada Nominal keluarga keluarga yang langsung 2. Keluarga derajat mengalami dengan pertama hipertensi pasien 3. Keluarga derajat kedua 4. Keluarga derajat pertama dan kedua Diabetes Pasien PGK Rekam.Ya Nominal Mellitus dengan HD medis atau 2. Tidak reguler dan wawancara sudah langsung didiagnosis dengan menderita DM pasien sebelumnya Interdialytic Peningkatan Rekam.Tidak lebih dari Ordinal Weight Gain berat badan medis 4,8% (IDWG) antara dua sesi 2. Lebih dari 4,8% HD Pemakaian Pasien yang Rekam.Ya Nominal Eritopoeitin mendapatkan medis atau 2. Tidak (EPO) EPO dalam wawancara penatalaksanaan langsung PGK yang dengan dialaminya pasien Tabel: 3..Variabel dan Definisi operasional penelitian

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional study) dimana data yang menyangkut variabel independen dan variabel dependen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 200). 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini atas pertimbangan jumlah pasien PGK yang menjalani HD di rumah sakit ini memadai untuk dijadikan sampel penelitian dan rumah sakit ini mempunyai data yang cukup lengkap tentang pasien-pasien yang mendapat perawatan dan menjalani HD. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dan mempunyai fasilitas HD yang cukup memadai di Medan. Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan, pasien yang menjalani HD reguler di RSUP HAM sebanyak 29 orang berdasarkan data Januari hingga Mei 203. Diantara jumlah pasien tersebut yang diketahui mendapatkan OAH lebih dari satu terdapat lebih dari 80 pasien. Dengan banyaknya jumlah pasien PGK dengan HD reguler yang mendapatkan OAH lebih dari satu di RSUP HAM, hasil penelitian diharapkan representatif untuk pasien yang menjalani HD reguler. 4.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga November 203.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.. Populasi Populasi target adalah pasien PGK dengan HD reguler yang mendapatkan OAH lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik-Medan. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien PGK dengan HD regular yang stabil (rawat jalan) dan mendapatkan OAH lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Agustus-November 203. 4.3.2. Sampel Sampel Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yaitu pasien-pasien PGK yang menjalani HD reguler yang mendapatkan OAH lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Agustus-November 203. Cara pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling yaitu semua data pasien yang ada dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian. Sampel diambil memiliki kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut : Kriteria Inklusi. Pasien PGK dengan HD regular di instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan yang mendapatkan OAH lebih dari satu. 2. Usia pasien 8 tahun. 3. Telah menjalani HD lebih dari tiga bulan. 4. Merupakan pasien stabil (pasien rawat jalan). Kriteria Eksklusi. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.. Teknik Pengumpulan Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari hasil wawancara langsung dengan pasien, dan data sekunder adalah data rekam medik pasien PGK dengan HD regular yang mendapatkan OAH lebih dari satu pada Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan bulan Agustus hingga November 203. Data dikumpulkan kemudian diolah dan dikelompokkan sesuai gambaran pasien PGK dengan HD regular yang mendapatkan OAH lebih dari satu. 4.5. Pengolahan dan Analisis Data Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian diolah dengan menggunakan program Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software analisis statistika untuk windows dan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran pasien PGK dengan HD yang mendapatkan OAH lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik-Medan, kemudian dinarasikan serta melakukan pembahasan sesuai dengan kepustakaan yang ada.

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.. Hasil Penelitian 5... Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 7 Km. 2 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/990 dan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/99, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. 5..2. Deskripsi Data Penelitian Data penelitian yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan melakukan wawancara langsung dengan pasien dan data sekunder adalah data rekam medis pasien di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik. Sampel dalam Penelitian ini berjumlah 80 orang yaitu pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu di Instalasi HD RSUP H. Adam Malik Medan. Seluruh sampel akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu pasien PGK dengan HD yang mendapat 2 antihipertensi dan pasien PGK dengan HD yang mendapat antihipertensi lebih dari 2 antihipertensi yang masing-masing berjumlah 35 pasien (43,75%) dan 45 pasien (56,25%). Dalam penelitian ini, hanya satu pasien (%) yang mendapatkan 5 antihipertensi. Pasien yang mendapatkan 3 antihipertensi dan 4 antihipertensi masing- masing sebanyak 34 pasien (42,5%) dan 0 pasien (2,5%). Keterangan Jenis Antihipertensi yang digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.. Dekripsi Jenis Antihipertensi yang digunakan Jenis Antihipertensi Frekuensi (%) Dua Antihipertensi CCB-ACEi CCB-ARB CCB-BB ACEi-ARB ACEi-BB Tiga Antihipertensi CCB-ACEi-ARB CCB-ACEi-ACEi CCB-ARB-BB ACEi-ARB-BB CCB-ACEi-BB CCB-ARB-HCT CCB-BB-HCT Empat Antihipertensi CCB-ACEi-ACEi-BB CCB-ACEi-ACEi-antiangina CCB-ACEi-ARB-BB CCB-ARB-BB-HCT CCB-ACEi-ARB-HCT CCB-ACEi-BB-HCT Lima Antihipertensi CCB-ACEi-ACEi-BB-HCT 4 8 22 4 2 2 2 2 4 7,5 22,5 27,5 5 2,5 2,5 2,5 3,8 5 JUMLAH 8 00

Keterangan: CCB : Calsium Channel Blocker ACEi : Angiotensin Converting Enzyme Blocker ARB : Angiotensin Receptor Blocker BB : β-blocker HCT : Hidrchlorothiazid Dari deskripsi diatas ditemukan antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan Calsium Channnel Blocker yang dikombinasikan dengan penghambat renin-angiotensin-aldosteron( ACE-I dan ARB). Untuk kelompok pasien yang mendapatkan dua antihipertensi terapi kombinasi CaCB- ACEi dan CaCB-ARB masing-masing sebanyak 4 pasien (7,5%) dan 8 pasien (22,5%). Pada kelompok pasien yang mendapatkan antihipertensi lebih dari 2, mayoritas pasien mendapatkan kombinasi tiga antihipertensi yaitu kombinasi CaCB-ACEi-ARB sebanyak 22 pasien (27,5%). Pada kelompok pasien dengan 4 antihipertensi kombinasi antihipertensi yang paling banyak adalah CCB-ACEi- ARB-BB yaitu sebanyak 4 pasien (5%). Hanya ada satu pasien yang mendapatkan 5 antihipertensi yang ditemukan dalam penelitian ini. 5..2.. Distribusi Sampel berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Diagnosis Dari keseluruhan sampel yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristik yang mencakup umur, jenis kelamin,dan diagnosis PGK.

Tabel 5.2. Distribusi karakteristik sampel yang dikelompokkan oleh jumlah antihipertensi Kelompok Umur (tahun) <9 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 >70 JUMLAH Jenis kelamin Laki-laki Perempuan JUMLAH Diagnosis Hipertensi nefropati Diabetik nefropati Glomerulonefritis kronik Penyakit Ginjal Obstruksi & Infeksi Nefropati asam urat Nefritis Lupus JUMLAH 2 Antihipertensi >2 Antihipertensi JUMLAH n % n % (%) 0 0 () 2 2,5 3(3,7) 6 7,5 3 3,8 9(8,8) 5 6,2 8 22,5 23(28,7) 0 2,5 3,8 2(26,3) 3 6,2 9 22(27,4) 0 0 () 35 43,7 45 56,3 80(00) 23 28,7 33 4 56(70) 2 5 2 5 24(30) 35 43,7 45 56,3 80(00) 0 2,5 24 30 34(42,5) 4 7,5 3 6,2 27(33,7) 8 0 6 7,5 4(7,5) 2 2,5 3(3,7) 0 0 () 0 0 () 35 43,7 45 56,3 80(00) Dalam penelitian ini didapatkan kelompok umur paling banyak adalah kelompok umur 40-49 tahun yang mendapatkan lebih dari 2 antihipertensi yaitu berjumlah 8 responden (22,5%). Rata-rata umur responden adalah 50,94 tahun

(SD,42) dengan umur termuda adalah 9 tahun dan umur tertua adalah 73 tahun. Jika dikumulatifkan antarkelompok antihipertensi (2 antihipertensi dan lebih dari dua antihipertensi), perbedaan kelompok umur tidak begitu mencolok antara kelompok umur 40-49 tahun, kelompok umur 50-59 tahun, dan kelompok umur 60-69 tahun yaitu masing-masing 23 responden (28,8%), 2 responden (26,2%), dan 22 reponden (27,5%). Dalam Tabel 5.. ditemukan bahwa kelompok laki laki lebih banyak yang menjalani HD lebih banyak dibandingkan kelompok perempuan. Jika dibandingkan lebih banyak kelompok laki-laki yang mendapatkan lebih dari 2 antihipertensi yaitu 33 responden (4%) daripada yang mendapatkan 2 antihipertensi yaitu 23 reponden (28,7%). Hal ini berbeda pada kelompok perempuan dimana ditemukan jumlah yang sama pada kedua kelompok 2 antihipertensi dan lebih dari dua antihipertensi yaitu sebanyak 2 pasien (5%). Hipertensi nefropati merupakan diagnosis yang paling banyak pada penelitian ini yang ditemukan dalam 34 responden (42,5%) yang dibagi berdasarkan jumlah antihipertensi yaitu 2 antihipertensi sebanyak 0 responden (2,5%) dan lebih dari 2 antihipertensi sebanyak 24 responden (30%). Diagnosis terbanyak kedua yang ditemukan adalah diabetik nefropati sebanyak 27 pasien (33,8%). Pada kelompok pasien dengan diagnosis diabetik nefropati ditemukan lebih banyak pasien mendapatkan 2 antihipertensi yaitu pada 4 pasien (7,5%) dibanding pasien yang mendapatkan antihipertensi lebih dari 2 yaitu 3 pasien (6,2%). Diagnosis lain yang ditemukan adalah glomerulonefritis kronik sebanyak 4 pasien (7,5%). Diagnosis yang lebih sedikit ditemukan pada diagnosis penyakit ginjal obstruksi & infeksi sebanyak 3 pasien (3,8%), nefropati asam urat sebanyak pasien (%), dan nefritis lupus sebanyak pasien (%).

5..2.2. Distribusi Sampel berdasarkan Riwayat Keluarga Tabel 5.3. Distribusi Sampel berdasarkan Riwayat Keluarga Riwayat Keluarga 2 Antihipertensi >2 Antihipertensi n % n % Tidak ada 4 7,5 3,8 Kerabat derajat pertama 8 22,5 24 30 Kerabat derajat kedua 2 2,5 2 2,5 Kerabat derajat pertama dan kedua 8 0 JUMLAH 35 43,7 45 56,3 JUMLAH (%) 25(3,3) 42(52,5) 4(5) 9() 8000 Riwayat keluarga paling banyak didapatkan pada responden dengan antihipertensi lebih dari 2 dan mempunyai keluarga/kerabat derajat pertama yaitu sebanyak 24 responden (30%) dan responden yang mendapatkan 2 antihipertensi dengan kerabat derajat pertama adalah 8 responden (22,5%) dengan total seluruh pasien yang memiliki riwayat keluarga derajat pertama adalah 42 pasien (52,5%) dari seluruh responden yang ada. Ditemukan juga pasien yang yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu sebanyak 35 pasien (43,75%) dan 4 pasien (7,5%) diantaranya mendapatkan 2 antihipertensi dan pasien(3,8%) sisanya mendapatkan lebih dari satu antihipertensi. Tidak adanya riwayat keluarga dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa kasus ini tidak pernah ditemukan sebelumnya pada keluarga responden, ketidaktahuan responden, atau belum terdiagnosisnya kasus pada keluarga responden.

5..2.3. Distribusi Sampel berdasarkan Diabetes Mellitus Tabel 5.4. Distribusi Sampel berdasarkan Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) 2 Antihipertensi >2 Antihipertensi JUMLAH (%) Menderita DM Tidak Menderita DM JUMLAH n % n % 6 20 2 26,2 9 23,8 24 30 35 43,7 45 56,3 37(46,2) 43(53,8) 80(00) Dalam penelitian ini didapatkan total responden yang menderita DM adalah 37 responden ( 46,2%) yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok responden yang DM dengan 2 antihipertensi sebanyak 6 responden (20%) dan kelompok responden yang DM dengan lebih dari 2 antihipertensi sebanyak 2 responden (26,2%). Kelompok responden yang menderita DM lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok responden yang tidak menderita DM yaitu sebanyak 43 responden (53,7%) dengan 9 pasien (23,8%) mendapatkan 2 antihipertensi dan 24 pasien (30%) mendapatkan lebih dari dua antihipertensi. 5..2.4. Distribusi Sampel berdasarkan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Tabel 5.5. Distribusi Sampel berdasarkan IDWG Interdialytic Weight Gain (IDWG) 2 Antihipertensi >2 Antihipertensi n % n % Penambahan berat badan 5 8,8 5 8,8 interdialisis <4,8% Penambahan berat badan 9 23,8 28 35 interdialisis >4,8% Tidak ada penambahan berat badan JUMLAH 35 43,7 2 45 2,5 56,3 JUMLAH 30(37,6) 47(58,8) 3(3,7) 80(00)

Penambahan berat badan diantara dua waktu HD lebih dari 4,8% berat badan awal ditemukan lebih banyak pada kelompok dengan lebih dari 2 antihipertensi yaitu sebanyak 28 responden (35%) dan pada kelompok 2 antihipertensi sebanyak 9 responden (23,8%). Penambahan berat badan yang kurang dari 4,8% ditemukan dengan proporsi yang sama pada kelompok pasien yang mendapat 2 antihipertensi dan lebih dari 2 antihipertensi yang masingmasing sebanyak 5 responden (8,8%). Dalam penelitian ini juga ditemukan responden yang tidak mengalami peningkatan berat badan yaitu sebanyak 2 responden (2,5%) pada kelompok 2 antihipertensi dan responden pada kelompok lebih dari 2 antihipertensi. 5..2.5. Distribusi Sampel berdasarkan Pemberian Eritropoietin (EPO) Tabel 5.5. Distribusi Sampel berdasarkan Pemberian Eritopoietin Pemberian Eritropoietin (EPO) 2 Antihipertensi >2 Antihipertensi n % n % Diberikan Eritropoietin 29 36,3 4 5,3 Tidak diberikan Eritropoietin 6 7,5 4 5 JUMLAH 35 43,7 45 56,3 JUMLAH 70(87,6) 0(2,5) 80(00) Dari keseluruhan jumlah sampel ditemukan lebih banyak yang diberikan EPO dibandingkan yang didak diberikan EPO. Sebanyak 70 pasien (87,5%) diberikan EPO setelah menjalani HD dibanding yang tidak diberikan EPO sebanyak 0 responden (2,5%). Pemberian EPO ditemukan lebih banyak pada kelompok pasien yang mendapat antihipertensi lebih dari 2 yaitu sebanyak 4 pasien (5,3%) dibandingkan dengan kelompok pasien yang diberikan EPO dengan 2 antihipertensi sebanyak 29 responden ( 36,3%). Dijumpai juga pada penelitian ini kelompok pasien yang tidak diberikan EPO yaitu sebanyak 0 pasien (2,5%).

5.2. Pembahasan 5.2.. Deskripsi Jenis Antihipertensi yang Digunakan Pada pasien PGK dengan HD sering ditemukannya tekanan darah yang tidak terkontrol dengan satu antihipertensi maka diperlukan terapi kombinasi antihipertensi (Horl, 200). Dari Tabel 5.. dapat dilihat bahwa terapi kombinasi antihipertensi yang paling banyak adalah golongan Calsium Channnel Blocker (CCB) yang dikombinasikan dengan penghambat renin-angiotensin-aldosteron( ACE-I dan ARB). CCB adalah golongan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pada pasien HD (Agarwal, 2006). CCB dianggap lebih efektif ketika terjadi ekspansi volume plasma. Sebagai contoh, Amlodipine (golongan CCB dihidropiridine) tidak dibuang oleh HD maka dari itu tidak memerlukan dosis tambahan post-dialisis. Selain itu, kebanyakan golongan CCB dipakai sekali sehari memebuat golongan antihipertensi ini sering digunakan (Inrig, 20). CCB merupakan vasodilator yang kuat dan bersifat natriuremik sehingga dapat berakibat menyeimbangkan natrium dan menstimulasi sistem RAA. Sebaliknya, ARB dan ACEi dapat menghambat sistem RAA, dan bila dikombinasi dengan CCB dapat meningkatkan efek antihipertensinya. Dan saat ini sudah terdapat fixed-dose combination yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien karena mengurangi jumlah pil yang harus diminum setiap hari (Niemejer & Cleophas, 2009). Guidelines K/DOQI menyatakn bahwa antihipertensi yang menghambat sistem RAA seperti penghambat ACE dan pemblok reseptor angiotensin-ii merupakan first choice untuk mengobati hipertensi pada pasien PGK dan untuk mengurangi progresivitas kerusakan ginjal ( Santos et al, 202) 5.2.. Distribusi Sampel berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Diagnosis Umur adalah masa hidup responden yang dinyatakan dalam satuan tahun dan sesuai dengan pernyataan responden. PGK lebih sering ditemukan pada usia lanjut disebabkan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus. Setelah usia 30 tahun, nilai LFG menurun dengan kecepatan sekitar ml/menit/tahun. Pada proses

penuaan, jumlah nefron berkurang dan berkurangnya kemampuan untuk menggantikan sel-sel yang mengalami kerusakan. Penurunan faal ginjal ini dapat mencapai 50% pada usia mencapai 60 tahun. Pada analisis data dari suatu subpopulasi yang berjumlah 5.625 orang dalam survey NHANES III (National health and Nutrition Examination Survey), faktor usia mempengaruhi penurunan laju glomerulus yang progresif. 0,8% individu yang berusia diatas 65 tahun, tanpa hipertensi atau diabetes ditemukan menderita PGK derajat III atau lebih. Dari hasil penelitian didapatkan pasien kelompok usia 40-49 tahun mempunyai proporsi terbesar yaitu 28,8%. Kelompok usia lain yang memiliki proporsi yang lebih kecil adalah kelompok usia 60-69 tahun dan 50-59 tahun yang proposinya masing-masing adalah 27,2% dan 26,2%. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian I Gusti Agung Tresna Wicaksana (2008) yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Klien Gagal Ginjal Kronik dalam Menjalani HD Di Unit HD Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan hasil dari 55 responden yang menjalani HD sebagian besar berusia diatas 40 tahun (83,6%). Hal ini juga sesuai dengan data USRDS, 202, dimana usia yang paling banyak menderita PGK dengan HD adalah kelompok umur 45-64 tahun. Pada hasil penelitian didapatkan lebih banyak kelompok laki-laki yang mendapatkan antihipertensi lebih dari dua dibandingkan yang mendapatkan 2 antihipertensi. Hal ini berbeda pada kelompok perempuan yang lebih sedikit mendapat antihipertensi lebih dari dua dibanding 2 antihipertensi. Perbedaan ini dapat dipengaruhi hormon estrogen. Walaupun kebanyakan umur responden perempuan pada penelitian diatas 50 tahun yang sudah memasuki masa menopausenya namun progresifitas PGK tidak terlalu cepat pada wanita dibanding pria (Coresh et al, 2003). Saat ini, diabetik nefropati dan hipertensi nefropati menjadi etiologi pertema dan kedua paling banyak menyebabkan pasien PGK menjalani HD. Namun pada penelitian ini didapatkan, pasien HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu yang didiagnosis hipertensi nefropati lebih banyak

dari diabetik nefropati. Hal ini disebabkan oleh sudah adanya hipertensi pada psien yang harus ditangani dengan lebih banyak antihipertensi. 5.2.2. Distribusi Sampel berdasarkan Riwayat Keluarga Riwayat keluarga menggambarkan proporsi genetik yang terdapat pada saudara (keluarga) sedarah. Riwayat keluarga dibagi menjadi 3 derajat yaitu keluarga derajat pertama adalah orangtua, saudara kandung, atau anak. Keluarga derajat kedua adalah paman, bibi, keponakan, nenek/kakek, cucu, atau saudara tiri. Keluarga derajat ketiga adalah sepupu pertama, nenek/kakek buyut, atau cicit ( NHS National and Genomic Education Centre, 203). Hiperaktivitas sistem renin-angiotensin berhubungan dengan perburukan kerusakan ginjal dan banyak panduan tatalaksana hipertensi pada pasien PGK mengatakan obat yang menghambat RAS adalah lini pertama pengobatan. Adanya faktor genetic ini dapat membuat kecenderungan individu untuk mengalami hipertensi. Diduga terjadi polimorfisme gen RAS pada pasien hipertensi yang dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan dengan Rika Lolyta dkk dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah HD pada Klien Gagal Ginjal Kronik (Studi Kasus di RS Telogorejo Semarang), yang menyatakan riwayat keluarga mempunyai hasil yang signifikan dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien HD (p<0,05). 5.2.3. Distribusi Sampel berdasarkan Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus akan menyebabkan terjadinya kelainan pembuluh darah berupa mikroangiopati dengan gambaran klinis diantaranya berupa PGK atau diabetik nefropati (DN). DN merupakan penyebab terbanyak terjadinya PGTA (35-40% penderita baru dialisis disebabkan oleh DN). Pada penelitian juga didapatkan sebanyak 27 (33,7%) responden menderita DN. Namun, dalam penelitian ini, DN merupakan diagnosis paling banyak kedua setelah hipertensi nefropati.

Berdasarkan data yang diperoleh dari UK Renal Registry pada tahun 998, DN merupakan penyebab utama PGK yang menjalani terapi pengganti ginjal (6%). Dari angka tersebut sebanyak 9,5% disebabkan oleh DN, (6,8%) dilaporkan disebabkan oleh DM tipe I dan 2,7% disebabkan oleh DM tipe II. Prevalensi mikroalbuminuria pada penderita yang menderita DM tipe I selama 30 tahun adalah sekitar 30 %. Sedangkan prevalensi mikroalbuminuria pada penderita yang menderita DM tipe II selama 0 tahun adalah sekitar 20-25%. Sumber lain menyebutkan dari hasil estimasi 2 sampai 4 juta penderita DM di USA diperoleh bahwa 30% sampai 40% penderita DM tipe I akan mengalami komplikasi menjadi PGTA sedangkan pada penderita DM tipe II hanya sekitar 5-0% yang berkembang menjadi PGTA. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak mendapatkan data yang lengkap mengenai status DM pasien. 5.2.4. Distribusi Sampel berdasarkan Interdialytic Weight Gain (IDWG) Interdialytic Weght Gain (IDWG) diartikan sebagai perbedaan antara berat badan pasien predialisis dengan berat badan setelah HD sebelumnya. IDWG dianggap merupakan suatu indikator status nutrisi yang baik karena menandakan peran nafsu makan yang lebih besar dan intake makanan dan cairan yang lebih (Hecking et al, 203). Namun, IDWG yang tinggi juga terkait dengan semakin tingginya kejadian hipertensi diantara waktu HD pada pasien. Guideline K/DOQI 2006 menyatakan bahwa kenaikan berat badan interdialitik sebaiknya tidka melebihi dari 4,8 % berat badan kering (K/DOQI, 2006). Tingginya IDWG juga berkorelasi dengan semakin tinginya mortalitas. Temuan pada penelitian ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Welas Ryanto, 20 yang membagi IDWG kedalam 3 tingkatan yaitu IDWG<4%, IDWG 4-6%, dan IDWG >6%, dimana hasil yang didapatkan lebih banyak terjadi peningkatan IDWG pada kelompok IDWG 4-6% dan IDWG> 6% dengan rincian 64,5% dan 23,7%. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan pada penelitan Rika Lolyta dkk dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah HD pada Klien Gagal Ginjal Kronik (Studi Kasus

di RS Telogorejo Semarang), yang menyatakan IDWG mempunyai hasil yang signifikan untuk dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien HD (p<0,05). 5.2.5. Distribusi Sampel berdasarkan pemberian EPO Pemberian EPO pada pasien HD merupakan terapi penanganan anemia yang paling ideal. EPO diberikan pada pasien yang mempunyai Hb<0 gr/dl di RSUP H. Adam Malik Medan. Namun, koreksi cepat anemia berat pada pasien terbukti meningkatkan angka kejadian hipertensi. Peningkatan tekanan darah 0 mmhg atau lebih muncul pada pasien gagal ginjal yang diterapi dengan EPO. Resiko paling besar pada pada pasien anemia berat yang dikoreksi cepat dan dengan hipertensi yang sudah ada sebelumnya (Cianci et al, 2009). Mekanisme yang mungkin EPO menyebabkan hipertensi adalah terkait dengan stimulus endothelium vascular oleh EPO menghasilkan peningkatan kadar endotelin yang bersirkulasi dan peningkatan hemoglobin oleh terapi EPO dapat meningkatkan viskositas darah menghasilkan vasospasme (Hayat et al, 2008).

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:. Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu adalah 80 orang dan dipatkan lebih banyak pasien yang mendapatkan antihipertensi lebih dari dua yaitu dan 45 pasien (56,25%). 2. Karakteristik terbanyak pada pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dalam penelitian ini adalah usia rata- rata pasien adalah 50,94 tahun (SD,42), mayoritas terjadi pada laki-laki, diagnosis yang paling banyak adalah hipertensi nefropati. 3. Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dan mempunyai riwayat keluarga (keluarga derajat pertama) hipertensi adalah 42 pasien (52,5%). 4. Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dan menderita diabetes mellitus ada sebanyak 37 responden (46,2%) dan lebih banyak pasien yang mnedapatkan lebih dari dua antihipertensi yaitu 24 pasien. 5. Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu yang mengalami penambahan BB (IDWG) >4,8 % BB awal ditemukan lebih banyak pada kelompok lebih dari 2 antihipertensi yaitu sebanyak 28 pasien (35%) dan pada kelompok 2 antihipertensi sebanyak 9 pasien (23,8%). 6. Jumlah pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dan diberikan EPO adalah 70 pasien (87,5%), dengan

proporsi yang lebih banyak pada kelompok yang mendapatkan antihipertensi lebih dari dua yaitu 4 pasien (5,3%). 6.2. Saran Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:. Diharapkan kepada RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya bagian Instalasi HD untuk dapat memberikan penanganan yang tepat pada pasien HD untuk sedapat mungkin mencegah terjadinya hipertensi atau komplikasi hipertensi. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengenali faktor resiko pada pasien dan memberikan antihipertensi yang sesuai. 2. Diharapkan agar penanganan pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dapat diberikan secara adekuat. Baik dari pihak dokter dan rumah sakit, maupun keluarga pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. 3. Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar lebih memperdalam cakupan penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang kedokteran dan kesehatan.