2015 DARI JALAN PAJAJARAN HINGGA ISTANA MERDEKA: PERJUANGAN GERAKAN SERIKAT PEKERJA PT DIRGANTARA INDONESIA TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur yang merata, materiil dan sepiritual serta guna peningkatan. termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

BAB I PENDAHULUAN. organisasi pekerja melalui serikat pekerja/serikat buruh. Peran serikat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri merupakan unsur pokok dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian upaya pembangunan sumber daya manusia yang diarahkan. adanya perluasan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. dirinya mampu untuk ikut serta berkompetisi dalam pasar global,

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. serikat pekerja dan partai buruh. Dalam kongresnya pada bulan September 1945 yang dihadiri

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

Kepada Yth, Jakarta, 18 Agustus 2009 Ketua Mahkamah Konstitusi R.I. Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1

KEPMEN NO. 16 TH 2001

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-VI/2008

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.16/MEN/2001 TENTANG TATA CARA PENCATATAN SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

PERATURAN MENTERI NO. 06 TH 2005

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

Kajian Teoritik Hukum dan HAM tentang Surat Edaran Kabaharkam Nomor B/194/I/2013/Baharkam, yang Melarang Satpam Berserikat

SIFAT KHUSUS PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN ORGANISASI FEDERASI SERIKAT PEKERJA NIAGA, BANK, JASA DAN ASURANSI NOMOR PO-09/PP/X/2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Anda Stakeholders? Yuk, Pelajari Seluk- Beluk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Kolonial Belanda. Baru kemudian setelah kemerdekaan. Indonesia mulai bangkit gerakan buruh. Serikat buruh yang kuat pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan uraian mengenai metode dan teknik penelitian yang

JAMINAN PEMERINTAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PENYELENGGARAAN SERIKAT PEKERJA SEBAGAI HAK AZASI MANUSIA. Oleh: Sri Wahyu Handayani


DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK...

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.16/MEN/2001 TENTANG TATA CARA PENCATATAN SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

BAB V PENUTUP. hasil penelitian yang dialami Kurator hanya bertujuan untuk menghambat

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu Serikat Pekerja / Serikat Buruh. Tujuan dibentuknya Serikat

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI BNI 1946 AKIBAT SKANDAL PEMALSUAN LC FIKTIF

KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK.BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya, suatu perusahaan pasti ingin mendapatkan

NEOLIBERALISME DAN EKONOMI POLITIK INDONESIA STUDI KASUS: PENERAPAN KEBIJAKAN PRIVATISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tentulah sangat dipengaruhi oleh penghasilan yang diperoleh dalam kurun waktu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan pekerja bukan merupakan suatu hal yang asing di Indonesia, dalam sejarahnya kemunculan serikat pekerja sudah ada bahkan sejak era sebelum kemerdekaan, yang pada waktu itu tujuannya selain untuk mewujudkan kesejahteraan mereka juga tak terpisahakan dengan pergerakan nasional untuk kemerdekaan bangsa. Pada awal 1900-an hingga memasuki Era Pra Kemerdekaan Indonesia kiprah gerakan pekerja ini ditandai oleh kegigihan para tokohnya dalam skala kejuangan nasional ataupun keberhasilan dalam mmemperjuangkan prinsip dan hak mendasar di tempat kerja dan hak kaum pekerja. Pada era sebelum kemerdekaan Republik Indonesia (awal 1900-an-1945), pembentukan gerakan pekerja yang lebih banyak berupa serikat buruh lebih cenderung berlatar belakang politik daripada pertimbangan sosial-ekonomi. Pada era ini perjuangan gerakan pekerja dalam memperoleh persamaan hak politik dan politik bersifat paralel dengan perjuangan partai politik yang sangat radikal (Hidajat, 2012: 2). Motif politik yang mengiringi gerakan pekerja di Indonesia pada Era sebelum kemerdekaan, tampaknya berpengaruh terhadap gerakan buruh setelah proklamasi kemerdekaan-atau setidaknya sampai dengan tahun 1970-an ketika atas nama akselarasi pembangunan nasional dilakukan penyederhanaan gerakan organisasi pekerja, khususnya serikat buruh. Perjuangan serikat buruh tidak semata untuk meningkatkan perbaikan nasib para anggotanya,tetepi juga focus untuk memenangkan perjuangan partai politik yang menaunginya untuk meraih kekuasaan dalam kehidupan politik Indonesia (Hidajat, 2012: 5).

2 Sedangkan karakteristik gerakan pekerja pasca reformasi cenderung berbeda dengan karaktrestik era sebelumnya, lebih lanjut hal ini pula dikatakan oleh Simanjuntak (2000:46) menyatakan bahwa: Karakteristik gerakan pekerja pasca reformasi ini nampaknya mundur kembali ke kondisi sebelum deklarasi buruh 1973. Pertama beberapa bentuk organisasi pekerja yang telah melebur, memunculkan diri kembali. Kedua beberapa organisasi pekerja baru secara jelas atau tersamar mempunyai orientasi setarian atau terkait dengan partai politik atau agama. Ketiga beberapa organisasi pekerja baru cenderung mengutamakan pembentukan organisasinya di perusahaan yang telah terbentuk FSPSI atau SPSI Reformasi atau SPTP. Dengan demikian di beberapa perusahaan akan terbentuk lebih dari satu organisasi pekerja. Pada era 2000-an terutama sejak ratifikasi konvensi No.87 mengenai kebebasan berserikat dan didorong oleh semangat reformasi, organisasi serikat pekerja di Indonesia berkembang dengan cepat, baik yang bersifat federatif maupun menurut organisasi perusahaan. Hingga pertengahan tahun 2000, telah terdaftar 20 serikat pekerja tingkat nasional yang berbentuk federasi, 40 serikat pekerja menurut organisasi perusahaan serta sekitar 1200 serikat pekerja tingkat perusahaan independen atau tidak berafiliasi dengan serikat pekerja yang lain (Simanjuntak, 2000: 5). Dan didorong oleh ratifikasi konvensi No.87 mengenai kebebasan berserikat pula pembentukan organisasi pekerja pun tidak terbatas di lingkungan perusahaan swasta saja organisasi pekerja juga pembentukannya mulai berkembang di tingkat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang sebelumnya dikumpulkan dalam satu organisasi yang sama yakni di Korps Organiasi Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). KORPRI sendiri dibentuk lewat Keputusan Presiden Nomor 82 tahun 1971, yang didasari atas pemikiran perlunya melakukan perbaikan guna mewujudkan keutuhan dan kekompakan seluruh pegawai pasca pemilu 1971. Anggota KORPRI sendiri merupakan seluruh Pegawai Republik Indonesia. Sedangkan yang dimaksud Pegawai Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam Anggaran Dasar KORPRI yakni: Pegawai Negeri Sipil,Pegawai BUMN dan BUMD, Pegawai Bank milik Negara dan Daerah, Pejabat dan petugas urusan pemerintahan Desa serta ABRI yang dikaryakan pada lembaga-lembaga sebelumnya (Dalimunthe, 2005:46). Tentunya

3 sebagai perusahaan BUMN maka seluruh pegawai PT Dirgantara Indonesia secara otomatis tergabung ke dalam KORPRI. Serikat pekerja/serikat buruh sendiri memiliki fungsi yang sangat penting dalam lingkungan kerja seperti yang dijelaskan dalam pasal 4 ayat 1 Undangundang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Yang menyatakan bahwa serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh beserta keluarganya. Mencermati fungsi serikat pekerja tersebut, bahwa betapa pentingnya keberadaan dari sebuah serikat pekerja bagi para pekerja pendiriannya tidak bisa didirikan dengan sembarangan, tidak hanya sebatas pelengkap ataupun sekedar formalitas untuk memenuhi suatu unsur dalam undang-undang saja. Karena dalam kenyataannya serikat pekerja merupakan pihak pertama yang bertindak saat terjadi sengketa antara pekerja dengan perusahaan, dan tidak jarang disertai dengan upaya-upaya yang teramat gigih dilakukan dalam hal pembelaan hak para pekerja. Gerakan serikat pekerja dan buruh merupakan alat dan sarana bentuk eksistensi perjuangan pekerja dan buruh untuk memperjuangkan nasib dan hak-hak kaum pekerja dan buruh yang memiliki posisi tersendiri diantara kekuatan-kekuatan sosial lain yang efektif untuk memobilisasi massa dan anggotanya. Maka dengan semua itu serikat pekerja telah menjadi keharusan yang ada di tiap lingkungan perusahaan, begitu pun di lingkungan PT Dirgantara Indonesia terdapat beberapa serikat pekerja seperti SP-FKK (Serikat Pekerja Forum Komunikasi Karyawan) PT Dirgantara Indonesia, SPEDI (Serikat Pekerja Dirgantara Indonesia), Serikat Pekerja CN-25. Upaya memperjuangkan hak tidak mengenal akhir. Prinsip itulah yang terus dipegang sebagian karyawan PT Dirgantara Indonesia sebagai respon atas adanya kebijakan pemutusan hubungan kerja besar-besaran sepihak yang dilakukan oleh pihak perusahaan berdasarkan SK yang ditandatangani direktur utama Edwin Soedarmo. Mereka terus berjuang dari satu pengadilan ke pengadilan lain; berkonvoi dari Bandung ke Jakarta; demonstrasi mulai dari depan

4 pabrik perusahaan penghasil pesawat terbang itu hingga ke Istana Negara. Meski memang lewat PTUN dan jalur pidana, hak-hak sebagian eks karyawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja Forum Komunikasi Karyawan (SPFKK) PT DI tetap tidak terpenuhi. Janji Pemerintah untuk menyelesaikan persoalan karyawan DI tak kunjung kelar. Berdasarkan catatan para buruh, perusahaan masih terutang sekitar Rp.200 miliar kepada mereka. Untuk mengembalikan utang itu, ratusan eks karyawan mencoba jalur lain yakni lewat kepailitan (http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol17520/pt-dirgantara-indonesiadinyatakan-pailit 10/6/2014). Puncaknya pada 2007 gerakan pekerja PT Dirgantara Indonesia berhasil memenangkan gugatan pailit terhadap perusahaan yang diputuskan oleh majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang diketuai Andriani Nurdin mengabulkan permohonan itu. PT Dirgantara Indonesia dinyatakan pailit, hal tersebut ditetapkan karena perusahaan belum sepenuhnya hak karyawan menyusul kemudian penunjukan tim kurator yang bertugas menyelesaikan proses pembayaran utang kepada kreditor serta para mantan karyawan PT Dirgantara Indonesia oleh majelis hakim (Irahali, 2008: 283). Ada beberapa alasan yang membuat penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai serikat pekerja PT Dirgantara Indonesia khususnya tahun 2003-2007, pertama masih jarang sekali literatur yang mengangkat tentang serikat pekerja, selain itu konflik hubungan industrial yang berujung pemailitan perusahaan seperti uapaya yang dilakukan serikat pekerja PT Dirgantara Indonesia merupakan salah satu hal yang jarang terjadi di Indonesia, kedua adanya ketertarikan penulis untuk mengkaji secara mendalam mengenai perkembangan serikat pekerja khususnya serikat pekerja BUMN. Ketiga, sudah banyak tulisan mengenai PT Dirgantara Indonesia baik berupa kajian berbentuk buku maupun skripsi, namun belum ada yang membahas tentang gerakan pekerjanya secara khusus. Maka dari itu penulis mencoba untuk mengungkapkan perkembangan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia itu sendiri. Dengan demikian peneliti ingin membuat penelitian yang berjudul Dari Jalan Pajajaran

5 Hingga Istana Merdeka: Perjuangan Gerakan Serikat Pekerja Indonesia Dalam Memperjuangkan Hak-Haknya Tahun 2003-2007. PT Dirgantara Kurun waktu yang dipilih oleh penulis dalam kajian ini adalah tahun 2003-2007. Awal kajian dimulai pada tahun 2003 karena pada saat itu sengketa antara pekerja PT Dirgantara Indonesia dengan perusaahaan dimulai,yakni dengan adanya pemutusan hubungan kerja besar-besaran pekerjanya sebagai imbas dari krisis moneter yang melanda Indonesia kala itu. Sedangkan akhir kajian dipilih pada 2007 yang berkaitan dengan dikeluarkannya putusan pailit kepada perusahaan oleh Pengadilan Niaga, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai tindak lanjut atas tuntutan yang diajukan oleh Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia itu sendiri. 1.2 Rumusan Masalah Setelah mengetahui latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Jejak Langkah gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2003-2007. Untuk membatasi ruang lingkup penelitian maka peneliti memfokuskan permasalahan dalam beberapa rumusan masalah yang dibuat dalam bentuk pertanyaanpertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang munculnya Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2003-2007? 2. Bagaimana upaya dan dinamika Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak para pekerja tahun 2003-2007? 3. Bagaimana pengaruh Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia terhadap kondisi dan status para pekerja pada tahun 2007? 4. Apa saja Faktor-faktor pendorong dan penghambat Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2003-2007

6 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran mengenai latar belakang munculnya Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2003-2007. 2. Menjelaskan upaya dan dinamika dari Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia dalam upaya memperjuangkan hak-hak para pekerja pada tahun 2003-2007. 3. Memaparkan pengaruh dari gerakan serikat pekerja PT Dirgantara Indonesia terhadap kondisi dan status dari para pekerja. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2003-2007 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat bagi berbagai pihak diantaranya: 1. Mengenal salah satu organisasi serikat pekerja di Indonesia dan bentuk pergerakannya. 2. Memperkaya pemahaman mengenai salah satu serikat pekerja dan bentuk pergerakannya di Indonesia 3. Memberikan konstribusi positif terhadap perkembangan penelitian sejarah mengenai perkembangan gerakan pekerja khususnya gerakan pekerja PT Dirgantara Indonesia 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Maka untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini perlu disusun sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis mengungkapkan latar belakang masalah, mengapa penulis memilih tema ini. Selain itu, bab ini juga memuat rumusan masalah yang akan di bahas, batasan masalah yang ditulis pada bagian selanjutnya bertujuan agar pembahasan dalam penelitian ini tidak keluar dari garis tentang hal-hal yang akan

7 disampaikan untuk menjawab permasalahan yang telah ditentukan. Bagian terakhir adalah struktur organisasi penulisan skripsi. Bab II Tinjauan Pustaka, bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian serta penjelasan mengenai penelitian terdahulu yang tema kajiannya dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakuakan. Penulis mencoba menjabarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan judul Dari Jalan Pajajaran Hingga Istana Merdeka: Perjuangan Gerakan Serikat Pekerja Memperjuangkan Hak-Haknya Tahun 2003-2007 PT Dirgantara Indonesia Dalam Bab III Metode Penelitian, bab ini membahas langkah-langkah metode dan teknik penelitian yang penulis gunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, serta analisis dan cara penulisannya. Metode yang digunakan adalah metode historis. Tahapantahapan metodenya adalah sebagai berikut: memilih suatu topik yang sesuai, mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditentukan ketika penelitian sedang berlangsung, mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber), menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya, dan menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin. Bab IV Dari Jalan Pajajaran Hingga Istana Merdeka: Perjuangan Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia Dalam Memperjuangkan Hak-Haknya Tahun 2003-2007, bab ini berisi tentang Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak para pekerja tahun 2003-2007, latar belakang munculnya gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2003-2007, Dinamika Perjuangan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia yang terjadi selama tahun 2003-2007, upaya Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia

8 dalam memperjuangkan hak-hak para pekerja tahun 2003-2007, serta hasil yang dicapai dari Gerakan Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia dalam hal kondisi dan status para pekerja pada tahun 2003-2007. Semua hal tersebut dikaji dengan menggunakan sumber literatur dan sumber lisan yang relevan. Bab V Kesimpulan dan saran, merupakan inti jawaban serta analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan yang dibahas pada bab-bab sebelumnya dan merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan hasil penelitian serta interpretasi peneliti mengenai inti dari pembahasan. Pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya, dalam bab ini juga terdapat saran atau rekomendasi dari penulis yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.