Lembar Fakta. Diskusi tentang Antara Perlindungan dan Pembatasan: Pengawasan Isi Siaran Bermuatan Seksualitas dan Perempuan Jakarta, 18 Desember 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Antara Perlindungan dan Pembatasan: Seksualitas dan Perempuan dalam Pandangan KPI

Antara Perlindungan dan Pembatasan: Pengawasan Isi Siaran Bermuatan Seksualitas dan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Perdebatan mengenai batasan antara nilai-nilai moral

DRAF PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA Nomor.../P/KPI/.../2011. tentang STANDAR PROGRAM SIARAN

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP LEMBAGA PENYIARAN YANG MENYIARKAN KONTEN PORNOGRAFI

KECENDERUNGAN PELANGGARAN PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN STANDAR PROGRAM SIARAN

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TENTANG PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PENYIARAN INDONESIA,

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PORNOGRAFI

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI [LN 2008/181, TLN 4928]

RAMBU RAMBU AMBIGU. Eduard Lazarus dan Gabriela Eriviany. Kritik terhadap Regulasi. dan Penerapan Sanksi. KPI Sepanjang 2015

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA Nomor 01/P/KPI/03/2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDOENSIA Nomor 02 Tahun 2007 Tentang PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. promosi dalam perdagangan memiliki banyak macam seperti trade allowance, periklanan

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, & Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk dalam negeri harus bersaing dengan produk-produk dari luar

Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia

HUKUM & ETIKA PENYIARAN : MENGAPA PERLU DISENSOR DAN DIAWASI

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ringkasan Putusan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015

DRAF PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA Nomor.../P/KPI/.../2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PORNOGRAFI PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LEMBANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA Nomor 01/P/KPI/03/2012

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

Isi Undang-Undang Pornografi & Pornoaksi

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2013 KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

H M ISTAR A R RI R TON O G N A G, A

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

Apa Dong (dot) Com

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA Nomor 02/P/KPI/12/2009

BAB III PENUTUP. Perlindungan Anak Daerah Istimewa Yogyakarta adalah: b. Pencabulan, meskipun kadang-kadang pencabulan masuk dalam

1. Pada pasal 1 ayat 1 Undang Undang No. 44 Tahun 2008 tentang pornografi UU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

TERDIRI DARI 64 pasal, dan 12 bab

Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 of 10 3/17/2011 4:26 PM

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

Bentuk Kekerasan Seksual

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Diskusi Peringatan Hari Anak Nasional tahun 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN SWASTA

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PORNOGRAFI

Tanggapan KPI terhadap aduan warga yang keberatan dengan sinetron Tukang Bubur Naik Haji (RCTI) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. mengambil informasi dari media massa. Menurut Gerbner dalam (Littlejohn :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB IV KESIMPULAN. praktik-praktik anihilasi simbolis dalam proses produksi berita. Perempuan yang

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

Opini Edisi 5 : Tentang Seksualitas: Masyarakat Sering Menggunakan Standar Ganda

BAB 2 Tinjauan Pustaka

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PERFILMAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENYIARAN [LN 1997/72, TLN 3701]

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

Dra. Dyah Puspita, MSi., Psikolog

Regulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan. Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial terdiri dari laki-laki dan perempuan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

Lembar Fakta Diskusi tentang Antara Perlindungan dan Pembatasan: Pengawasan Isi Siaran Bermuatan Seksualitas dan Perempuan Jakarta, 18 Desember 2013 Seksualitas dalam Sanksi Administratif KPI Tahun 2012 1. Dari seluruh sanksi yang diterbitkan sebanyak 110 sanksi, dua pertiga (70 penindakan KPI) melibatkan isu seksualitas 2. Persentase sanksi bertema seksualitas adalah 64 % (78 pelanggaran), sanksi yang tidak memuat pelanggaran soal seksualitas adalah 36 % 3. Jumlah Pelanggaran Berdasarkan Jenis Tayangan; tayangan non berita sebanyak 52 kali (66%), berita sebanyak 13 kali (17%), tayangan iklan terjadi sebanyak 13 kali dengan (17%) 4. Jenis-Jenis Sanksi untuk 78 Pelanggaran Seksualitas; 57 pelanggaran dikenai sanksi teguran tertulis pertama dan 15 pelanggaran dikenai teguran tertulis kedua, 6 pelanggaran yang diberikan sanksi berupa pemberhentian sementara 5. Jumlah Pelanggaran berdasarkan Jenis Kelamin pada 78 Pelanggaran Seksualitas; 57 pelanggaran menyebut jenis kelamin perempuan 34 pelanggaran menyebut jenis kelamin laki-laki 6. Jenis Pelanggaran berdasarkan Jenis Kelamin terkait dengan aktivisme seksual berdasarkan jenis kelamin; (a) ciuman bibir; laki-laki (18), perempuan (16), 5 kasus tidak diketahui jenis kelaminnya (b) aktivitas seks; laki-laki dan perempuan sebanyak 7 pelanggaran (c) eksploitasi tubuh; 15 pelanggaran yang menyasar pada kelamin perempuan (d) gerakan erotis; 7 pelanggaran yang menyasar pada kelamin perempuan 7. KPI menerbitkan 31 surat imbauan peringatan dan undangan klarifikasi 22 diantaranya melibatkan jenis kelamin perempuan

8. Pelanggaran yang terjadi menyasar pada jenis kelamin perempuan yang merupakan indikator bahwa televisi lebih banyak mengatur seksualitas perempuan ketimbang seksualitas laki-laki 9. KPI menerbitkan 13 imbauan, peringatan dan undangan klarifikasi melibatkan jenis kelamin laki-laki Argumen KPI dalam Sanksi Seksualitas 10. Jumlah Pelanggaran berdasarkan Argumen Sanksi dari 78 pelanggaran yang ada; 74 memasukkan argumen soal pelanggaran atas norma kesopanan dan kesusilaan, 54 mengenai perlindungan anak dan remaja 11. Dua argumen pada Pasal P3SPS 2009 yang paling banyak digunakan dalam menerapkan sanksi administrasi yaitu: (a) P3 Pasal 8 dan SPS Pasal 9 tentang penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan masing-masing 8 pelanggaran (b) P3 Pasal 10 tentang perlindungan kepentingan anak-anak, remaja, dan perempuan (6 pelanggaran), P3 Pasal 13 tentang kewajiban melakukan pembatasan adegan seksual (5 pelanggaran) 12. KPI dalam menindak pelanggaran bertema seksualitas masih menggunakan norma kesopanan dan kesusilaan berdasarkan P3SPS 2012; (a) P3 Pasal 9 soal penghormatan terhadap nilai dan norma kesusilaan (55 kali), (b) P3 pasal 14 ayat 2 soal kewajiban memperhatikan aspek perlindungan anak (36 kali), (c) P3 Pasal 21 ayat 1 tentang penggolongan program siaran berdasarkan usia (28 kali); (d) SPS Pasal 9 tentang penghormatan tentang norma kesopanan dan kesusilaan (51 kali); (e) SPS Pasal 15 ayat 1 soal kewajiban memperhatikan dan melindungi kepentingan anak dan remaja (43 kali) Tentang Sanksi Administratif KPI Tahun 2012 13 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melakukan pengawasan terhadap industri penyiaran di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) 14 Bab 12 pasal 16 disebutkan Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan (SPS)

15 SPS tahun 2012 mengatur muatan seksualitas dalam televisi pada Bab XII, pasal 18 tentang pelarangan adegan seksual; pasal 19 tentang seks di luar nikah, praktik aborsi, dan pemerkosaan; pasal 20 tentang muatan seks dalam lagu dan klip video; pasal 21 tentang perilaku seks; dan pasal 22 tentang program bincang-bincang seks 16 Pasal-Pasal SPS 2012 Soal Pembatasan dan Pelarangan Seksualitas yaitu: Pasal Tema Hur uf/ nom or 18 Pelarangan adegan seksual 19 Seks di luar nikah, praktik aborsi, dan pemerkosaan A B C D E F G H I J K L Isi Program siaran yang memuat adegan seksual dilarang: Menayangkan ketelanjangan/alat kelamin Menayangkan adegan yang menggambarkan aktivitas seksual Menayangkan kekerasan seksual Menampilkan suara yang menggambarkan berlangsungnya aktivitas seks/persenggamaan Menampilkan percakapan tentang rangkaian aktivitas seks/persenggamaan Menayangkan adegan/suara yang menggambarkan hubungan seks antarbinatang Menampilkan adegan ciuman bibir Mengeksploitasi, menampilkan bagian-bagian tubuh tertentu (paha, bokong, payudara) secara close up/ medium shot Menampilkan gerakan tubuh dan/atau tarian erotis Mengesankan ketelanjangan Mengesankan ciuman bibir Menampilkan kata-kata cabul 1 Larangan pembenaran hubungan seks di luar nikah 2 Larangan menampilkan aborsi sebagai hal lumrah 3 Pembenaran atas pemerkosaan atau menggambarkan pemerkosaan sebagai bukan kejahatan serius 20 Muatan seks dalam lagu dan klip video 1 Larangan menampilkan muatan seks, cabul, atau mengesankan aktivitas seks dalam judul/lirik lagu dan video klip 2 Larangan menampilkan adegan/lirik yang menjadikan perempuan sebagai objek seks 3 Larangan penggunaan anak-anak dan remaja dalam video klip dengan asosiasi daya tarik seksual

21 Perilaku Seksual Larangan menampilkan muatan tentang pekerja seks komersial, orientasi seks, dan identitas gender tertentu disertai stigma atau dengan cara yang tak memperhatikan nilai kepatutan masyarakat 22 Program bincangbincang seks 1 Larangan menayangkan program bincang-bincang seks tidak dengan santun, hati-hati, ilmiah atau tanpa didampingi praktisi kesehatan atau psikolog 2 Larangan menayangkan program pendidikan seks untuk remaja bukan sebagai pendidikan kesehatan reproduksi, tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja, tanpa didampingi oleh praktisi kesehatan atau psikolog 3 Pembahasan tentang orientasi seks dan identitas gender yang berbeda tidak disajikan dengan santun, berhati-hati, tanpa dengan melibatkan pihak yang berkompeten dalam bidangnya 17. Ada sejumlah perubahan terhadap sejumlah pasal dari SPS 2009 ke SPS 2012 khususnya muatan soal seks komersial dan orang dengan identitas atau orientasi seksual yaitu: SPS 2009 SPS 2012 Pasal Isi Pasal Isi Pasal 17 huruf a Pasal 18 huruf c Pasal 22 huruf a Pasal 23 Larangan eksploitasi bagian tubuh yang lazim dianggap membangkitkan birahi, seperti: paha, bokong, payudara, & alat kelamin. Larangan menampilkan adegan gerakan tubuh atau tarian yang dapat membangkitkan gairah seks, khususnya bagian tubuh sekitar dada, perut, pinggul/bokong. Larangan mempromosikan/mendorong agar pelacuran dapat diterima oleh agama dan masyarakat. Pemberitaan yang membahas tentang homoseksualitas dan lesbian dilarang mempromosikan/menggambarkannya sebagai suatu kelaziman. Pasal 18 huruf h Pasal 18 huruf i Pasal 21 Pasal 21 Larangan eksploitasi paha, bokong, payudara, secara close up atau medium shot. Larangan menampilkan gerakan tubuh/tarian erotis. Larangan menampilkan muatan tentang pekerja seks komersial & orang dengan orientasi/identitas seksual tertentu disertai dengan stigma atau dengan cara yang tidak memperhatikan nilai kepatutan dalam masyarakat. Larangan menampilkan muatan tentang pekerja seks komersial & orang dengan orientasi/identitas seksual tertentu disertai dengan stigma atau dengan cara yang tidak memperhatikan nilai kepatutan dalam masyarakat. 18. Pasal SPS terkait Perlindungan Perempuan, yaitu:

Pasal Tema Huruf Isi Pasal 43 Pasal 43 (f) Pasal 44 Muatan kekerasan dan kejahatan serta kewajiban penyamaran Muatan kekerasan dan kejahatan serta kewajiban penyamaran Muatan kekerasan dan kejahatan serta kewajiban penyamaran E Larangan menayangkan reka ulang pemerkosaan dan kejahatan seksual. F Kewajiban menyamarkan gambar wajah dan identitas korban kejahatan seksual dan keluarganya serta orang yang diduga pelaku beserta keluarganya. Kewajiban menyamarkan gambar/identitas orang yang diduga sebagai pekerja seks komersial dan orang dengan HIV/AIDS Pasal 17 ayat 2 Perlindungan kepada orang dan masyarakat tertentu A B C Larangan menampilkan muatan yang melecehkan orang/kelompok masyarakat tertentu, antara lain: Pekerja rumah tangga Orang dengan orientasi/identitas seks tertentu Janda 19. Sanksi administratif yang dikenakan oleh KPI berupa teguran tertulis, penghentian sementara, serta pembatasan durasi dan waktu siaran, denda administratif, pembekuan kegiatan siaran 20. Selain sanksi administratif, KPI juga mengeluarkan imbauan, peringatan, dan undangan klarifikasi 21. Sanksi administratif yang pernah diberikan oleh KPI sebanyak 110 sanksi sepanjang 2012 berupa teguran tertulis, penghentian sementara, dan pembatasan durasi Rekomendasi 22. KPI perlu mengambil beberapa langkah perbaikan, yaitu: (a) Mengubah cara pandangnya terhadap perempuan. Regulasi penyiaran dan penerapannya perlu berpihak kepada perempuan dan tak memandang tubuh perempuan sebagai sumber masalah moralitas

(b) Pasal-pasal tentang eksploitasi, objektifikasi, stigma, dan pelecehan terhadap perempuan perlu ditambahkan dengan seperangkat indikator yang jelas agar dapat ditegakkan (c) Tenaga pemantau tayangan televisi di KPI juga perlu ditingkatkan pengetahuan dan perspektifnya untuk mampu mengidentifikasi berbagai bentuk objektifikasi yang muncul di layar televisi.