OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

KAJIAN SIFAT KIMIA DAN RENDEMEN DARI TEPUNG BIJI CEMPEDAK (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) DENGAN PENGERINGAN YANG BERBEDA

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit, cacat janin, kematian, bahkan. pemutusan mata rantai kehidupan suatu organisme. Limbah merupakan dapat

I. PENDAHULUAN. jenis jamur yang dapat serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH

I. PENDAHULUAN. Perkebunann kelapa sawit berkembang pesat di kawasan Asia Tenggara, Malaysia,

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

Quality Characteristics of Cryptopterus Catfish Cracker Fortified With White Mushroom (Pleurotus ostreatus) by: ABSTRACT

METODE. Waktu dan Tempat

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KADAR ASAM SIANIDA DAN KANDUNGAN GIZI PADA DENDENG DARI LIMBAH KULIT SINGKONG

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NATRIUM METABISULFIT DAN SUHU BLANSIR TERHADAP MUTU PRODUK KERING JAMUR MERANG (Volval'ieZZa volvaceae)

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

P R O S I D I N G 45 OPTIMASI PENGOLAHAN TEPUNG JAMUR MERANG TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL Elisa ginsel Popang, Khusnul Khotimah dan Andi Lisnawati 1) 1) Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PENDAHULUAN Jamur merang (Volvariella volvaceae L.) telah dikenal dan dibudidayakan sebelum abad ke-18 di Cina. Tapi baru sekitar tahun 1932-1935. jamur merang ini diintroduksi oleh orang-orang Cina ke daerah Filipina, Malaysia dan Negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Indonesia, jamur merang mulai dikembangkan sejak tahun 1955 (Sinaga, 2007). Jamur merang merupakan bahan makanan yang enak dan kaya akan protein, mineral serta vitamin. Menurut Numan dan Kahar (1990), jamur merang mengandung protein 2,68%, lemak 2,24%, karbohidrat 2,6%, vitamin C 206,27 mg, kalsium 0,75%, fosfor 36,6% dan kalium 44,2%. Bahkan Mayun (2007) berpendapat bahwa kandungan mineral yang ada dalam jamur merang lebih tinggi dibandingkan daging sapi dan domba. Dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat tentang peranan makanan bergizi bagi kesehatan, maka semakin tinggi pula kebutuhan masyarakat terhadap bahan makanan bergizi terutama sekali bahan makanan yang berprotein tinggi. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat adalah mengembangkan diversifikasi produk tepung dari jamur merang yang bisa digunakan sebagai bahan subtitusi atau tambahan pada berbagai produk makanan. Di wilayah Kalimantan Timur, potensi jamur merang sangat tinggi sekali mengingat banyaknya pabrik kelapa sawit yang mengolah tandan buah sawit menjadi CPO. Sehingga limbah dari tandan kosongnya melimpah dan banyak ditumbuhi jamur merang. Jamur merang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit, dan banyak juga dijual di daerah-daerah yang jauh dari perkebunan. Masyarakat selama ini hanya memanfaatkan jamur merang tersebut sebagai sayur untuk tambahan lauk pauk dan belum ada penanganan jangka panjang untuk masa penyimpanan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan agar diperoleh tepung jamur merang tandan kosong kelapa sawit yang memiliki nilai gizi tinggi dan jangka waktu simpan yang lama, sehingga bisa menambah pendapatan bagi petani kelapa sawit dan sebagai bahan subtituen dari produk makanan yang dapat menambah nilai gizi protein dari produk makanan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mendapatkan teknik pengolahan yang tepat dalam pengolahan tepung jamur merang tandan kosong kelapa sawit. (2) Menentukan karakteristik kimia tepung jamur merang sebagai dasar aplikasi pada produk makanan yang meliputi analisa kadar protein, serat kasar dan karbohidrat.

P R O S I D I N G 46 BAHAN DAN METODE A. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, baskom, saringan, ayakan, blender, cabinet drier, oven, pro-pipet, alat-alat gelas dan peralatan untuk analisa. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah jamur tandan kosong kelapa sawit dan bahanbahan untuk analisa. B. Prosedur Penelitian Jamur merang tandan kosong kelapa sawit segar dibersihkan dari kotoran serta kulit arinya, dipotong-potong kemudian dikeringkan dalam cabinet drier dengan suhu 50 C dan 60 C, selama 18 dan 24 jam. Lalu digiling halus dengan grinder selanjutnya dimasukan dalam desikator lalu ditimbang untuk mengetahui rendemen tepung jamur merang. Dari hasil diatas dianalisis karakteristik kimia yang meliputi analisa kadar protein, serat kasar dan karbohidrat. C. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 Faktor yaitu suhu pengeringan dan waktu pengeringan. Faktor suhu pengeringan terdiri dari 2 taraf perlakuan yaitu suhu 50 C (A1) dan suhu 60 C (A2) sedangkan factor waktu pengeringan terdiri dari 2 taraf perlakuan yaitu 18 jam (B1) dan 24 jam (B2). Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga dengan demikian diperoleh 15 unit percobaan. Pengolahan data menggunakan software Costat versi 6.4. D. Bagan Penelitian Jamur Merang Diperoleh dari tumpukan tandan kosong kelapa sawit dari Perusahaan Kelapa Sawit di wilayah Kalimantan Timur. Pencucian Penepungan Pengecilan Ukuran Pengayakan Pengeringan dalam Cabinet Dryer (suhu 50 dan 60 C, waktu 18 dan 24 jam) a. Analisa Kadar Protein b. Kadar serat kasar c. Karbohidrat

P R O S I D I N G 47 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kadar Protein Pengukuran kadar protein tepung jamur merang menggunakan metode Kjeldal. Kadar Protein merupakan komponen yang penting dalam tepung. Dari hasil analisa kadar protein diperoleh bahwa pada pengeringan suhu 60 C dengan waktu 24 jam memiliki rerata kadar protein yang tinggi 33.58%, sedangkan kadar protein pada pengeringan pada suhu 50 C dengan waktu 18 jam memiliki rerata kadar protein yang rendah yaitu 31.82%. Tabel 1. Data Analisa Kadar Protein Tepung Jamur Merang Tandan Kosong Kelapa Sawit Suhu (ºC) Waktu (Jam) Ulangan 1 2 3 Rata-rata 50 18 33.00 32.08 30.37 95.45 31.82 50 24 34.62 33.11 32.69 100.42 33.47 60 18 33.00 33.08 32.44 98.52 32.84 60 24 33.27 33.86 33.60 100.73 33.58 133.89 132.13 129.10 395.12 32.93 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pengeringan yang digunakan, semakin tinggi kandungan protein yang terdapat pada tepung jamur tandan kosong kelapa sawit. Demikian juga, semakin rendah suhu dan lama pengeringan yang dipakai, maka semakin rendah pula kandungan protein yang terdapat pada tepung jamur tandan kosong kelapa sawit. Kadar protein untuk tepung menurut Standar Nasional Indonesia (2009) adalah sebesar 7% dan hasil penelitian dari proses pengeringan tepung jamur ini didapatkan pada semua perlakuan menghasilkan kadar protein yang melebihi SNI. Berkurangnya kadar air bahan pangan akan mengandung senyawa-senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral-mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi (Winarno dkk., 1980). Menurut Winarno (1997) dalam Ardiansyah dkk. (2014), protein merupakan suatu zat makanan penting bagi tubuh, karena berfungsi sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Selain itu protein juga berfungsi sebagai zat pembangun pada jaringan tubuh dan zat pengatur. Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh dinding usus halus dalam bentuk asam amino. Tabel 2. Data Hasil Uji Statistik Kadar Protein Tepung Jamur Merang Tandan Kosong Kelapa Sawit Sumber Keragaman Derajat Bebas Tengah F hitung F tabel 5% 1% Perlakuan Suhu (A) 1 0.2605 0.26046 0.2714 ns 5.32 11.26 Waktu (B) 1 2.5966 2.59656 2.7055 ns 5.32 11.26 AB 1 1.5869 1.58690 1.6535 ns 5.32 11.26 Galat 8 7.6780 0.95975 Total 11 12.1219

P R O S I D I N G 48 Dari analisa sidik ragam pada Tabel 2 diketahui bahwa perlakuan suhu, waktu dan interaksi memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap kadar protein tepung yang dihasilkan dimana F hitung lebih rendah dari F tabel pada taraf 5%. 2. Serat Kasar Kadar serat kasar merupakan komponen yang penting dalam tepung. Dari hasil analisa kadar protein diperoleh bahwa pada pengeringan suhu 50 C dengan waktu 24 jam memiliki rerata kadar serat kasar yang tinggi yaitu 6.61%, sedangkan kadar serat kasar pada pengeringan pada suhu 60 C dengan waktu 18 jam memiliki rerata kadar serat yang rendah yaitu 5.53% Tabel 3. Data Serat Kasar Tepung Jamur Merang Tandan Kosong Kelapa Sawit Suhu (ºC) Waktu (Jam) Ulangan 1 2 3 Rata-rata 50 18 5.8309 5.7278 5.7678 17.33 5.78 50 24 6.9236 6.5933 6.3158 19.83 6.61 60 18 5.2361 5.4994 5.8486 16.58 5.53 60 24 5.9286 5.9481 5.5804 17.46 5.82 23.92 23.77 23.51 71.20 5.93 Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan yang digunakan, semakin tinggi kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung jamur tandan kosong kelapa sawit. Demikian juga, semakin cepat waktu pengeringan yang dipakai, maka semakin rendah pula kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung jamur tandan kosong kelapa sawit. Berkurangnya kadar air bahan pangan akan mengandung senyawa-senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral-mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi (Winarno dkk., 1980). Tabel 4. Data Hasil Uji Statistik Serat Kasar Tepung Jamur Merang Tandan Kosong Kelapa Sawit Sumber Keragaman Derajat Bebas Tengah F hitung F tabel 5% 1% Perlakuan Suhu (A) 1 0.8102 0.81021 13.9395** 5.32 11.26 Waktu (B) 1 0.9516 0.95158 16.3718** 5.32 11.26 AB 1 0.2223 0.22228 3.8242 ns 5.32 11.26 Galat 8 0.4650 0.05812 Total 11 2.4491 Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan suhu maupun waktu pengeringan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung jamur tandan kosong kelapa sawit, tetapi interaksi suhu dan waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung jamur tandan kosong kelapa sawit.

P R O S I D I N G 49 3. Karbohidrat Kadar karbohidrat merupakan salah satu komponen yang penting dalam tepung. Dari hasil analisa kadar karbohidrat diperoleh bahwa pada pengeringan suhu 50 C dengan waktu 24 jam memiliki rerata kadar karbohidrat yang tinggi yaitu 39.93%, sedangkan kadar protein pada pengeringan pada suhu 50 C dengan waktu 18 jam memiliki rerata kadar protein yang rendah yaitu 38.09%. Tabel. 5 Data Analisa Karbohidrat Tepung Jamur Merang Tandan Kosong Kelapa sawit Suhu (ºC) Waktu (Jam) Ulangan 1 2 3 Rata-rata 50 18 38.3541 39.2345 36.6907 114.28 38.09 50 24 38.5710 40.1360 41.0764 119.78 39.93 60 18 38.0830 38.0002 38.0284 114.11 38.04 60 24 38.0698 38.6438 38.4924 115.21 38.40 153.08 156.01 154.29 463.38 38.62 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan yang digunakan, semakin tinggi kandungan karbohidrat yang terdapat pada tepung jamur tandan kosong kelapa sawit. Demikian juga, semakin cepat waktu pengeringan yang dipakai, maka semakin rendah pula kandungan karbohidrat yang terdapat pada tepung jamur tandan kosong kelapa sawit. Berkurangnya kadar air bahan pangan akan mengandung senyawa-senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral-mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi (Winarno dkk., 1980). Menurut Ardiansyah (2014), karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Karbohidrat juga berperan dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, dan tekstur. Selain itu di dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegah pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral dan membantu matabolisme lemak dan protein. Tabel 6. Data Hasil Uji Statistik Karbohidrat Tepung Jamur Merang Tandan Kosong Kelapa Sawit Sumber Keragaman Perlakuan Derajat Bebas Tengah F hitung F tabel 5% 1% Suhu (A) 1 1.8764 1.876371 2.2331 ns 5.32 11.26 Waktu (B) 1 3.6284 3.628405 4.3183 ns 5.32 11.26 AB 1 1.6205 1.620491 1.9286 ns 5.32 11.26 Galat 8 6.7219 0.840236 Total 11 13.8472

P R O S I D I N G 50 Dari analisa sidik ragam diatas diketahui bahwa perlakuan suhu, waktu dan interaksi memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap kadar protein tepung yang dihasilkan dimana F hitung lebih rendah dari F tabel pada taraf 5%. KESIMPULAN Pengaruh suhu pengeringan dan waktu pengeringan tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas kadar protein dan karbohidrat tepung jamur tandan kosong kelapa sawit tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar serat kasar tepung jamur tandan kosong kelapa sawit. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh kualitas tepung jamur tandan kosong kelapa sawit terbaik pada perlakuan suhu pengeringan 50 C dan waktu pengeringan 24 jam, dengan rerata kadar protein 33.47%, serat kasar 6.61% dan karbohidrat 39.93%. DAFTAR PUSTAKA Andharini, D.N.S., 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Dan Kombinasi Streptococcus Thermophilus Dan Lactobacillus Acidophilus Terhadap Kualitas Yoghurt. Universitas Atmajaya, Yogyakarta. Ardiansyah, F. Nurainy, S. Astuti, 2014. Pengaruh Perlakuan Awal Terhadap Karakteristik Kimia dan Organoleptik Tepung Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.vol 19 : 2. Apriyantono, A., 1989. Analisis Pangan. Penerbit IPB, Bogor. Fellow, J.P. 2002. Food Processing Teknologi, Prinples And Practise 2 End. Woodhend Publ. Lim. Cambridge, England. Haris, R. S. Dan E. Karmas. 1989. Evaluasi Gizi Pada Bahan Pangan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Lindequist, U.T., H.J., Niedermeyer and W.D. Julich, 2005. The pharm-cological potential of mushrooms, Evidence-based Complementary and Alternative Medicine (ecam), 2: 285-299. Mayun, I.A., 2007. Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvacea) Pada Berbagai Media Tumbuh. Jurnal AGRITROP Vol 26 (3):124-128. Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Nurman dan A. Kahar, 1990. Bertanam Jamur Merang dan Seni Memasaknya. Angkasa, Bandung. Royse, D.J., 2005. Foreword to the fifth international conference on mushroom biology and mushroom products. Acta Edulis Fungi (Supll.),12: 1-2. Sinaga, 2007. Jamur Merang dan Budidayanya (Edisi Revisi). Penebar Swadaya, Jakarta. Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz, 1980. Kimia Pangan. Pusbangtepa, IPB, Bogor. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.