dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia hidup di lingkungan yang terus berubah, dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

Ni Wayan Sri Utami 1, Abdul Ghofur 2, Wahyu Rochdiat 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

Transkripsi:

A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan, kesulitan ekonomi, tekanan di pekerjaan dan deskriminasi meningkatkan resiko penderita gangguan jiwa. Peningkatan angka penderita gangguan jiwa akan terus menjadi masalah dan tantangan bagi tenaga kesehatan. Sumberdaya manusia yang berkualitas sangat diharapkan untuk mengatasi hal tersebut (Suliswati dkk, 2005). Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam pasal 25 disebutkan bahwa pemerintah mempunyai tugas dalam membantu dan membina masyarakat dalam pencegahan serta penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa. Selain itu, pemerintah juga mempunyai tugas dalam pengobatan, perawatan serta penyaluran penderita gangguan jiwa ke dalam masyarakat. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI, 2008) gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara tidak hanya di Indonesia saja. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya gangguan jiwa psikotik/skizofrenia, tetapi kecemasan, depresi dan penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) juga menjadi masalah kesehatan jiwa. Prevalensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3% sampai 1%, dan terbanyak

pada usia sekitar 18-45 tahun, terdapat juga beberapa penderita yang mengalami pada umur 11 12 tahun. Apabila penduduk Indonesia 200 juta jiwa, maka sekitar 2 juta jiwa yang menderita Skizofrenia (Arif, 2006). Menurut Riskesdas (2007), di provinsi DIY jumlah penderita gangguan jiwa berat adalah 0,4% sampai 0,5%. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa-III (PPDGJ- III) Skizofrenia merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh bermacam penyebab yang ditandai dengan penyimpangan pikiran dan persepsi serta afek yang tidak wajar. Pasien dengan diagnosis Skizofrenia akan mengalami kemunduran dalam kehidupan sehari-hari, hal ini ditandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab. Selain itu pasien cenderung apatis, menghindari kegiatan dan mengalami gangguan dalam penampilan. Pasien Skizofrenia akan mengalami gangguan dalam memenuhi tuntutan hidup sehari-hari seperti kebersihan diri (Stuart and Laraira, 2007). Pemenuhan kebutuhan dasar ini pada penderita gangguan jiwa tidak begitu diperhatikan, padahal apabila pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya kebersihan diri tidak terpenuhi dengan baik maka fungsi kehidupan manusia akan terganggu (Brunner and Sundarth, 2002). Penderita Skizofrenia yang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebersihan diri akan cenderung memiliki harga diri rendah dan merasa bahwa dirinya tidak mampu serta tidak berharga. Seseorang yang mengalami gangguan harga diri akan menimbulkan gejala yang akan mempengaruhi kehidupan, seperti kerusakan interaksi sosial dan isolasi diri (Maramis, 2004). Menurut Suliswati, dkk (2005)

harga diri merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yang dicintai, dihormati dan dihargai. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lelono pada tahun 2003 tentang hubungan antara harga diri rendah dengan menarik diri dan bunuh diri, didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara harga diri rendah dengan menarik diri, serta ada hubungan yang bermakna antara harga diri rendah dengan kecenderungan bunuh diri. Terdapat beberapa terapi dan pengobatan yang dapat digunakan untuk mencegah gejala-gejala yang ditimbulkan penderita gangguan jiwa diantaranya adalah psikofarmakoterapi, terapi elektrokonvulsi dan psikoterapi. Psikofarmakoterapi cenderung mempunyai efek samping yang mempengaruhi keadaan fisik pasien, diantaranya hipotensi ortostatik, hipersalivasi, konstipasi, dan penurunan potensi seksual. Begitu pula dengan terapi elektrokonvulsi yang dapat menimbulkan apnea, sianosis, sakit kepala setelah terapi elektrokonvulsi selesai dilakukan. Sedangkan psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap emosional penderita gangguan jiwa yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih dalam hubungan profesional, dengan maksud menghilangkan atau menghambat gejalagejala yang ditimbulkan penderita gangguan jiwa (Maramis, 2004). Salah satu psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menangani gejala yang ditimbulkan pasien gangguan jiwa adalah terapi aktivitas kelompok. Menurut Keliat

dan Akemat (2005), terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan untuk penderita gangguan jiwa yang dilakukan dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Terdapat penelitian yang dilakukan Wulansari (2010) menunjukkan terapi aktivitas kelompok pemenuhan kebutuhan dasar berpakaian dan berhias terhadap harga diri sangat bermakna terhadap klien gangguan jiwa. Penelitian tentang terapi aktivitas kelompok (TAK) sering dilakukan di rumah sakit jiwa, padahal penderita gangguan jiwa tidak hanya berada di rumah sakit jiwa saja, tetapi juga di dalam komunitas/masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kasihan II Bantul, pada tahun 2010 jumlah penderita gangguan jiwa berat/skizofrenia yang berada di wilayah kerjanya mencapai 159 pasien. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu petugas puskesmas, ternyata tidak ada terapi khusus yang dilakukan oleh pihak puskesmas selain terapi obat obatan/psikofarmakoterapi. Pasien gangguan jiwa yang berada di wilayah tersebut, terdapat beberapa pasien yang mengalami defisit perawatan diri, sehingga pasien terlihat kotor, kebersihan diri kurang serta berpakaian buruk. Melihat fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok kebersihan diri terhadap harga diri pasien Skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul.

B. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh terapi aktivitas kelompok kebersihan diri terhadap harga diri pasien Skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok kebersihan diri terhadap harga diri pasien Skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat harga diri pasien Skizofrenia pada kelompok kontrol. b. Mengetahui tingkat harga diri pasien Skizofrenia pada kelompok intervensi.

c. Mengetahui perbandingan antara tingkat harga diri pasien Skizofrenia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu keperawatan Memberikan evidence based dalam pelaksanaan TAK kebersihan diri terhadap harga diri pasien Skizofrenia. 2. Bagi pasien Meningkatkan kepercayaan diri pasien serta keyakinan terhadap kemampuan diri untuk merawat kebersihan diri. 3. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam pelaksanaan TAK kebersihan diri pada pasien Skizofrenia. 4. Bagi puskesmas

Memberikan masukan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, khususnya pasien gangguan jiwa sehingga meningkatkan peran puskesmas. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1. Wulansari (2010) penelitian Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Kebutuhan Dasar Berpakaian dan Berhias terhadap Harga Diri Pasien, jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi eksperiment yang menggunakan rancangan pretest-postest control group design dengan metode sampling berupa purposive sampling. Hasilnya adalah pada kelompok intervensi tampak adanya pengaruh TAK Kebutuhan Dasar terhadap harga diri pasien gangguan jiwa. Persamaan penelitian adalah ada nya TAK yang diberikan kepada pasien dan pengaruh TAK terhadap harga diri pasien. Adapun perbedaanya, TAK yang diberikan pada penelitian tersebut adalah TAK kebutuhan dasar, sedangkan penelitian

ini pengaruh TAK kebersihan diri terhadap harga diri pasien Skizofrenia. Selain itu, perbedaan yang lainnya adalah lokasi penelitian yang dilakukan pada penelitian tersebut adalah di RS Grhasia, sedangkan pada penelitian ini lokasinya berada di komunitas. 2. Suryaningsih, V (2007) penelitian dengan jud Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi terhadap Frekuensi Halusinasi di Ruang P2A RS Grhasia P merupakan penelitian quasi eksperimental dengan menggunakan rancangan pretest-postest one group design menggunakan uji non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test. Hasilnya adalah terdapat pengaruh yang bermakna antara pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi terhadap frekuensi halusinasi di RS Grhasia Propinsi DIY. Persamaan penelitian ini adalah adanya TAK yang diberikan kepada pasien gangguan jiwa. Perbedaanya adalah penelitian ini tentang TAK persepsi halusinasi dan lokasi penelitian di RS Grhasia sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti merupakan TAK Kebersihan Diri dan lokasi penelitian berada di komunitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA