KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK Ratna Widyawati 1 Abstrak Dasar perencanaan struktur beton bertulang adalah under-reinforced structure atau struktur bertulangan lemah, sehingga apabila terjadi keruntuhan pada struktur tersebut yang terjadi adalah keruntuhan lentur. Beberapa penelitian mengenai tinjauan keruntuhan lentur pada struktur beton yang mengalami kerusakan akibat beban gempa yang disimulasikan dengan beban siklik telah dilakukan. Salah satu manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui pola keruntuhan lentur pada joint balok-kolom beton bertulang eksterior akibat beban siklik. Benda uji yang digunakan berupa struktur joint balok-kolom beton bertulang eksterior berjumlah 2 (dua) buah. Dua buah benda uji dibuat dengan beton normal. Kolom dimensi 250 mm x 250 mm, panjang 1250 mm dan balok dimensi 150 mm x 250 mm, panjang 1100 mm. Tulangan longitudinal balok 5 D 16 untuk momen negative dan 3 D 16 untuk momen positif dengan sengkang P 8-100 mm dan pelat dengan lebar efektif 800 mm dengan tebal 60 mm. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban siklik yang merupakan simulasi dari beban gempa pada ujung balok. Hasil pengujian menunjukkan, semua benda uji joint balok-kolom beton bertulang eksterior mengalami keruntuhan lentur pada bagian balok. Keruntuhan lentur tersebut diawali dengan retak awal (first crack) pada saat rerata beban positif sebesar 25 kn dan rerata beban negatif 26,25 kn. Pola retakan yang terjadi berupa retak lentur dengan arah tegak lurus sumbu utama balok pada permukaan bagian bawah balok dan permukaan bagian atas pelat. Pola retak yang terjadi adalah retak lentur pada bagian bawah badan balok. Beban pada saat runtuh mencapai 66,67 kn untuk rerata beban positif dan 61,79 kn rerata beban negatif. Keruntuhan lentur diawali dengan first crack berupa retak lentur pada sisi bawah balok, yang arahnya 90 derajat terhadap sumbu utama balok merupakan indikasi dari kegagalan lentur. Kata kunci : joint balok-kolom, balok, keruntuhan lentur, beban siklik 1. PENDAHULUAN Beton merupakan material konstruksi yang mempunyai daya tahan (durability), perilaku dan ketahanan yang baik terhadap lingkungan luar, serta mempunyai kekuatan yang tinggi dalam menerima gaya tekan namun lemah terhadap gaya tarik. Beton bertulang merupakan struktur komposit antara material beton yang memiliki kuat tekan tinggi dan material baja tulangan yang memiliki kuat tarik tinggi. Dasar perencanaan struktur beton bertulang adalah under-reinforced structure atau struktur bertulangan lemah, artinya dalam mendisain struktur beton bertulang luas tulangan tarik terpasang adalah sebesar 75 persen luas tulangan dalam kondisi regangan berimbang, sehingga apabila terjadi keruntuhan pada struktur tersebut yang terjadi adalah keruntuhan lentur. Penelitian ini mengenai tinjauan keruntuhan lentur pada elemen balok pada struktur joint balok-kolom beton bertulang akibat beban siklik. Dalam penelitian ini akan diamati 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bandar Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
mengenai perilaku keruntuhan lentur elemen balok pada joint balok-kolom beton bertulang yang diberi beban siklik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku kegagalan lentur pada elemen balok joint balok-kolom beton bertulang serta mengetahui besarnya beban saat retak awal (first crack), beban saat runtuh dan pola retak. 2. BAHAN DAN METODE Benda uji yang dibuat sebanyak 2 (dua) buah berupa struktur joint balok-kolom beton bertulang eksterior, dengan data-data seperti dibawah ini : a. Kolom, dimensi 250 mm x 250 mm panjang 1250 mm b. Balok, dimensi 150 mm x 250 mm panjang 1100 mm Pengujian dilakukan dengan memberikan beban siklik pada ujung balok yang disimulasikan dengan alat MTS yang terdiri dari hydraulic actuator yang dilengkapi oleh load cell dan micro console control, 2 (dua) buah dial gauge untuk mengukur lendutan dan strain gauge yang dipasang pada baja tulangan untuk mengetahui regangan yang terjadi. Sistem pembebanan yang dilakukan pada struktur balok mengacu pada pola pembebanan yang pernah dilakukan oleh Juiru, dkk (1992) yang dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap load controlled dan tahap displacement controlled. Tahap load controlled adalah tahap dimana beban positif maupun beban negatif ditentukan besarnya, kemudian dilakukan pengamatan terhadap defleksi yang terjadi, serta pembacaan regangan yang terjadi pada tulangan longitudinal dan tulangan sengkang dari strain gauge yang dipasang pada tulangan melalui strain indicator. Tiap siklus terdiri dari satu putaran pembebanan, positif dan negatif. Dari kurva hubungan beban-defleksi lateral, ditetntukan nilai yield displacement ( y) yang digunakan sebagai patokan nilai untuk pembebanan tahap kedua yakni tahap displacement controlled. Tahap displacement controlled adalah tahap dimana defleksi lateral pada masing-masing siklus didasarkan pada nilai displacement ductility factor ( ). Displacement ductility factor ( ) = / y didefinisikan sebagai perbandingan antara defleksi aktual yang harus dicapai dalam pengujian dengan defleksi pada saat yield. Nilai faktor adalah 0,25; 0,5; 0,75; 1 dan seterusnya sampai retak tercapai. Tiap siklus pada tahap displacement controlled ini dilakukan sebanyak dua kali putaran pembebanan. Pengujian dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari atau lebih. Benda uji ditempatkan pada loading frame baja, dengan kolom dalam posisi mendatar di atas perletakan. Setting up benda uji dapat dilihat pada Gambar 2. Pembebanan siklik disimulasikan dengan alat hydraulic actuator yang mempunyai kapasitas 10 ton. Hydraulic actuator diletakkan pada ujung balok dengan jarak 100 cm dari muka kolom. Hydraulic jack yang mempunyai kapasitas 50 ton memberikan beban aksial konstan sebagai simulasi beban gravitasi diletakkan pada ujung kolom yang letaknya sebidang dengan hydraulic actuator. Ratna Widyawati Keruntuhan Lentur Balok 286
Tabel 1. Spesifikasi benda uji KODE DIMENSI TULANGAN LENTUR TULANGAN (mm) ATAS BAWAH GESER B : 250 BJC-1 H : 250 5 D 16 3 D 16 P 8-100 L : 1100 B : 250 BJC-2 H : 250 5 D 16 3 D 16 P 8-100 L : 1100 150 5 D 16 3 D 16 P8 100 250 150 Gambar 1. Penampang balok Keterangan Gambar : A. Loading Frame B. Hydraulic Actuator C. Specimen D. Strain Indicator E. Rigid Floor F. Dial Gauge G. Hydraulic Jack Gambar 2. Setting up pembebanan benda uji Ratna Widyawati Keruntuhan Lentur Balok 287
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Seluruh benda uji yaitu BJC-1 dan BJC-2 mengalami kegagalan lentur. Pada saat benda uji tersebut dibebani dengan beban siklik yang disimulasikan oleh alat hydraulic actuator, beton mengalami retak awal (first crack) pada selimut beton, hal tersebut mengakibatkan kekuatan geser beton V c menjadi nol, sehingga kekuatan geser tulangan sengkang V s segera mengambil alih untuk menahan gaya geser pada balok tersebut. Tulangan longitudinal luluh terlebih dahulu sebelum tulangan geser sehingga terjadi keruntuhan lentur yang daktail pada balok tersebut. 3.1 Beban pada retak awal (first crack) Retak awal (first crack) terjadi pada saat beton telah melampaui regangan tarik maksimumnya akibat pembebanan. Setelah terjadi retak awal, maka kuat tarik beton maupun kuat geser beton akan bernilai nol, sehingga tulangan longitudinal maupun tulangan sengkang akan mengambil alih tugas beton untuk menahan gaya tarik maupun gaya geser. Benda uji mengalami retak awal saat rerata beban positif sebesar 30 kn dan rerata beban negatif -25 kn. Pola retakan yang terjadi berupa retak lentur dengan arah tegak lurus sumbu utama balok pada permukaan bagian bawah balok dan permukaan atas pelat. Retak awal saat beban positif pada perhitungan teoritis diperkirakan terjadi pada saat beban mencapai nilai 6,916 kn, sedangkan saat beban negatif diperkirakan saat beban mencapai nilai 15,664 kn. Dari penelitian tersebut dapat diamati, bahwa beban positif hasil pengujian yang mengakibatkan terjadinya retak awal pada benda uji lebih besar 433,78 % dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis. Sementara beban negatif hasil pengujian lebih besar 159,60 % dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis. Tabel 2. Beban pada saat retak awal (first crack) BEBAN RETAK AWAL (kn) PERHITUNGAN TEORITIS KODE (kn) POSITIF NEGATIF POSITIF NEGATIF BJC-1 30-25 6,916-15,664 BJC-2 30-25 6,916-15,664 3.2 Beban runtuh Beban saat terjadi keruntuhan benda uji mencapai 66,67 kn untuk rerata beban positif dan 61,79 kn rerata beban negatif. Dilihat dari pola retak yang terjadi berupa retak lentur maka dapat disimpulkan keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan lentur. Beban pada saat runtuh menurut perhitungan teoritis terjadi pada saat beban positif diperkirakan saat beban mencapai nilai 94,9817 kn, sedangkan saat beban negatif diperkirakan saat beban mencapai nilai 64,3245 kn. Dari penelitian tersebut dapat diamati, bahwa beban positif saat runtuh lebih kecil 42,23 % dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis. Sementara beban negatif saat runtuh lebih kecil 4,10 % dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis. KETERANGAN Tabel 4. Beban akhir pengujian PERHITUNGAN HASIL PENGUJIAN KODE TEORITIS Beban + Beban - Beban + Beban - BJC-1 67,35-59,94 94,9817 64,3245 Rusak Lentur BJC-2 65,98-63,64 94,9817 64,3245 Rusak Lentur Ratna Widyawati Keruntuhan Lentur Balok 288
3.3 Hubungan beban dan defleksi Sistem pembebanan yang dilakukan pada struktur balok mengacu pada pola pembebanan yang pernah dilakukan oleh Juiru, dkk (1992) yang dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap load controlled dan tahap displacement controlled. Dari hasil pengujian displacement controlled diperoleh hubungan beban dan defleksi yang dibuat dalam bentuk kurva hysteresis loop. 3.4 Pola retak a. Benda uji BJC-1 b. Benda uji BJC-2 Gambar 3. Perbandingan hysteresis loop benda uji Semua benda uji mengalami kegagalan lentur. Pola retak pada benda uji menunjukkan kegagalan lentur. Diawali dengan first crack berupa retak lentur pada sisi bawah balok, yang arahnya 90 derajat terhadap sumbu utama balok. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Keruntuhan pada benda uji joint balok-kolom beton bertulang eksterior berupa keruntuhan lentur yang terjadi pada elemen balok struktur. 2. Beban positif pada retak awal (first crack) hasil pengujian lebih besar 433,78 % dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis, beban negatif hasil pengujian lebih besar 159,60 % dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis. 3. Beban positif pada akhir pengujian lebih kecil 42,23 % dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis, beban negatif akhir pengujian lebih kecil 4,10 % dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis. 4. Kedua benda uji yaitu BJC-1 sampai BJC-2 mengalami kegagalan lentur. Pola retak pada benda uji menunjukkan kegagalan lentur. Diawali dengan first crack berupa retak lentur pada sisi bawah balok, yang arahnya 90 derajat terhadap sumbu utama balok merupakan indikasi dari kegagalan lentur. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1991, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK- SNI T-15-1991, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung Dipohusodo, W., 1994, Struktur Beton Bertulang, Gramedia, Jakarta Ratna Widyawati Keruntuhan Lentur Balok 289
Durrani, A.J., and Wight, Behaviour of Interior Beam to Column Connection Under Earthquake Type Loading, ACI Journal, 1985 Juiru, T., Chaobin, H., dan Kaijian, Y., Seismic Behaviour and Shear Strength of Framed Joint using Steel Fiber R/C, ASCE Journal, 1992 Park, R. and Paulay, T., 1975, Reinforced Concrete Structures, John Willey and Sons Inc., Canada Sulendra, I.K., 2000, Perilaku Struktural Perbaikan Joint Balok-kolom Eksterior Beton Bertulang yang Rusak akibat Beban Gempa, Tesis Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Tsonos, A.G., Lateral Load Respon of Strenghened Reinforced Concrete Beam-to- Column Joints, ACI Journal, 1999, pp. 46-56 Wang, C. K., dan Salmon, C.G., 1983, Desain Beton Bertulang, Jilid 1, Edisi ke-2, Penerbit Erlangga, Jakarta Widyawati, R., 2002, Perbaikan Struktur Ujung Balok di Sekitar Sambungan Balok- Kolom Eksterior Beton Bertulang yang Mengalami Kegagalan Geser Akibat Beban Siklik, Tesis Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Ratna Widyawati Keruntuhan Lentur Balok 290