BAB I PENDAHULUAN. sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Dunia" PBB, ada sekitar 7,2 miliar manusia di bumi 1 dan 1,6

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG WAKTU SALAT DI DAERAH KUTUB. A. Biografi Intelektual Saadoe ddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai waktu pelaksanaannya Allah hanya memberikan Isyarat saja, seperti

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB III DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA. Radjo adalah salah seeorang ahli falak kelahiran Bukittinggi (29 Rabi ul Awal

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, Bintangbintang

Shubuh Terlalu Dini; Bukti Empiris

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM KITAB SYAWARIQ AL-ANWAR

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT

BAB V PENUTUP. 1. Dalam hadits-hadits Nabi saw. waktu Shalat Isya dimulai pada

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilakukan oleh setiap orang muslim dan menjadi persoalan yang

BAB V PENUTUP. beberapa kesimpulan yang akan penulis uraikan. 1. Perhitungan Awal Waktu Salat dalam Aplikasi Digital Falak

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

BAB IV UJI FUNGSIONALITAS, VALIDITAS, KOMPARASI, DAN EVALUASI PERHITUNGAN WAKTU SALAT PADA ISLAMIC ASTRONOMY SITE

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN AKURASI JAM MATAHARI PERUMAHAN KOTABARU PARAHYANGAN PADALARANG JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM. pada hari Kamis Kliwon, tanggal 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

DAFTAR PUSTAKA. Agama, Kementerian, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta; Kementrian Agama, 2010.

URGENSI IHTIYATH DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

BAB V PENUTUP. Waktu Salat Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 2010, dapat

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

JADWAL WAKTU SALAT ABADI

MATERI DAN PENDEKATAN KAJIAN FIKIH HISAB RUKYAT DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM. Marwadi

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

PENGENALAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI TINGKAT MADRASAH IBTIDAIYAH/SEKOLAH DASAR MELALUI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi umat Islam adalah

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG WAKTU SALAT DI DAERAH KUTUB DALAM PERSPEKTIF ASTRONOMI DAN FIKIH

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG WAKTU PUASA DI DAERAH KUTUB. A. Sekilas tentang Saadoe ddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN. sempurna dibanding dengan mahkluk ciptaannya yang lain. Kesempurnaan

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penentuan awal waktu shalat, para ulama telah sepakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB IV ANALISIS AWAL WAKTU SHUBUH. A. Analisis Konsep Fajar Shadiq dalam Perspektif Fiqh dan Ketinggian. Matahari dalam Perspektif Astronomi

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman, baik pada zaman pra-

Buku ini diawali dengan puisi "Bulan, Apa Betul itu, Kau Sulit Dilihat" katya Tauflq Ismail, yang dapat menambah semangat dalam membaca buku ini.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ilmu falak, karena ilmu ini berkaitan dengan hal-hal yang ada

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SLAMET HAMBALI TENTANG PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali dalam Penentuan Awal

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. atas tiap-tiap orang Islam yang telah baligh (dewasa), baik laki-laki maupun

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH. Saadoe ddin yang dikenal dengan datuk Sampono Radjo, ia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

JADWAL SHALAT WAKTU SHALAT DALAM PERSPEKTIF SYAR I DAN ASTRONOMI 21/05/2011 HISAB DAN DASAR PENENTUAN. Mempersembahkan : Oleh : Mutoha Arkanuddin

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAHAN AJAR ILMU FALAK I. Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. ajar Ilmu Falak 11

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan atau sains. Menurut H.W Fowler (dalam Trianto: 2010) Ilmu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdirinya sebuah masjid di belahan kutub Utara Bumi yang disebutsebut sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi saksi tersebarnya umat Islam di seluruh belahan dunia. Masjid ini berhasil didirikan oleh Muslim Kanada yang bermukim di sekitar daerah kutub Utara. Tepatanya berlokasi di wilayah Thompson Winnipeg-Inuvik, kota yang berjarak 200 kilo meter dari kutub Utara dan juga merupakan wilayah paling Utara Kanada. 1 Hemat penulis, kini tidak sedikit umat Muslim yang menetap atau bermukim di sekitar daerah kutub. Seperti halnya komunitas muslim Kanada yang sudah menetap lama di sekitar daerah kutub Utara. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan data dari laporan terbaru "Prospek Penduduk Dunia" PBB, ada sekitar 7,2 miliar manusia di Bumi 2 dan 1,6 miliar di antaranya adalah pemeluk agama Islam. 3 Kewajiban beribadah tidak gugur begitu saja dengan bermukimnya mereka di daerah yang penentuan waktu salat maupun puasanya dirasa sulit untuk didasarkan pada peredaran Matahari melintasi wilayah mereka, karena secara geografis di sana termasuk kawasan beriklim ekstrem. Di daerah 1 http://www.republika.co.id/ (Diakses pada 21 September 2013, Jam 22:07 WIB) 2 http://internasional.kompas.com/read/2013/06/15/10091516/pertumbuhan.penduduk.du nia.lampaui.prediksi. (Diakses pada 03 Oktober 2013, jam 06:13 WIB) 3 http://www.suara-islam.com/read/index/6126. (Diakses pada 03 Oktober 2013, jam 06:20 WIB) 1

2 abnormal, adakalanya waktu siang lebih pendek dari waktu malamnya dan adakalanya pula waktu malam lebih pendek dari waktu siangnya. Sedangkan di daerah kutub, Matahari tidak melintas di atas kepala selama enam bulan penuh. Lamanya siang dan malam mencapai 6 bulan atau setengah tahun. Panjang malam dan siang di sana tidak senantiasa sama. Terkadang ada siang yang panjangnya sampai 20 jam atau sampai 24 jam. Selama waktu itu Matahari berputar-putar tanpa terbit dan terbenam menurut lingkaranlingkaran yang hampir sejajar letaknya dengan lingkaran ufuk. Sebaliknya ada pula daerah yang pada bulan-bulan tertentu tidak pernah melihat Matahari seluruh daerah itu diliputi oleh gelapnya malam yang tidak ada habishabisnya. 4 Suatu soal yang banyak menimbulkan pertanyaan ialah cara salat di daerah yang jauh letaknya di sebelah Utara dan di sebelah Selatan khatulistiwa, sedangkan kewajiban beribadah bersifat universal untuk seluruh umat Islam di seluruh belahan dunia. Kebanyakan ulama fikih juga tidak ada yang berbeda pandangan atas kewajiban salat sehari semalam lima waktu dalam keadaan apa pun dan di mana pun dengan terikat pada waktu-waktu yang sudah ditentukan. Sebagaimana firman Allah Swt :! #$% +,-./0 ()*$ &'' $ % 3 +, 1&*23 5 89: hlm. 7. 4 Saadoe ddin Djambek, Shalat dan Puasa di Daerah Kutub, Jakarta: Bulan Bintang, 1974,

3 >?@%/%A ()* 5;*2 = DEFGH 5 &)' +8A &C#*%= Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. An-Nisa : 103). 6 Sesuai dengan salah satu fungsi hadis sebagai tabyin li al-qur an, maka jumlah, cara dan waktu-waktu salat dengan jelas diterangkan oleh hadis Nabi Saw. Banyak hadis menyebutkan bahwa waktu salat Zuhur, dimulai ketika Matahari tergelincir ke arah Barat sampai panjang bayang-bayang suatu benda sama dengan panjang bendanya. Salat Asar dimulai setelah selesai waktu Zuhur sampai Matahari terbenam. Salat Magrib dimulai setelah selesai waktu Asar sampai hilang mega merah. Salat Isya dimulai setelah selesai waktu Magrib sampai sepertiga malam atau setengah malam atau sampai terbit fajar ṣadiq. Salat Subuh dimulai ketika terbit fajar ṣadiq sampai terbit Matahari. 7 Konsekuensi logis dari dasar hukum tersebut adalah salat (lima waktu) tidak bisa dilakukan dalam sembarang waktu, tetapi harus mengikuti atau berdasarkan dalil-dalil baik dari al-quran maupun hadis. Penentuan awal waktu salat yang mengacu pada Matahari dan fenomena cahaya langit 5 Dalam Tafsir al Misbâh, dalam surat An Nisâ :103 diartikan sebagai salat merupakan kewajiban yang tidak berubah, selalu harus dilaksanakan, dan tidak pernah gugur oleh sebab apapun. Lihat M.Quraisy Syihab, Tafsir al-misbâh, Jakarta: Lentera Hati, vol. 2, 2005, hlm. 570. Hal ini dipertegas oleh Tafsir al-manaar bahwa sesungguhnya salat itu telah diatur waktunya oleh Allah Swt. berarti wajib yang telah ditetapkan waktunya di Lauh al-mahfuẓ. di sini menunjukkan arti sudah ditentukan batasan-batasan waktunya. Lihat Rasyid Ridho, Tafsir al- Manâr, Beirut; Dar Al Ma rifah, tt, hlm. 383. 6 Departemen Agama Republik Indonesia, al-quran dan Terjemahnya, Jakarta : Bumi Restu, 1974, hlm. 125. 7 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Almanak Hisab Rukyat, 2010, hlm. 23.

4 merupakan bagian dari Ilmu falak. Adapun perhitungannya ditetapkan berdasarkan garis edar Matahari atau penelitian posisi Matahari terhadap Bumi. 8 Terbit, tergelincir, dan terbenamnya Matahari juga dengan mudah dapat diperhitungkan karena perjalanan semu Matahari itu relatif tetap. Demikian pula kapan Matahari itu akan membuat bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan bendanya juga dapat diperhitungkan untuk tiap-tiap hari sepanjang tahun. 9 Sebagai penentu waktu salat, data astronomis terpenting adalah posisi Matahari dalam koordinat horizon, terutama ketinggian atau jarak zenit. Fenomena yang dicari kaitannya dengan posisi Matahari adalah fajar (morning twilight), terbit, melintasi meridian, terbenam dan senja (evening twilight). 10 Waktu salat dalam sehari semalam (24 jam) dapat digambarkan sebagai berikut : 8 Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, Bandung : PT Refika Aditama, 2007, hlm. 15. 9 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, op. cit., hlm. 23. 10 Thomas Djamaluddin, Menggagas Fiqh Astronomi Telaah Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya, Bandung: Kaki Langit, 2005, hlm. 137.

5 Gambar 1.1. Posisi Matahari untuk awal masuknya waktu salat 11 Adapun aplikasinya, di daerah yang secara geografis kawasan normal, maka seseorang tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankannya. Waktunya telah terjadwal secara pasti dan teratur, namun hal ini akan berbeda bila kita melihat kondisi di daerah abnormal seperti kutub (Utara/Selatan). Persoalan tersebut menjadi masalah karena tidak ada satu pun keterangan al- Quran yang menjelaskan tata cara salat di daerah sekitar kutub. Rasulullah Saw juga tidak menerangkan waktu-waktu salat di daerah sekitar kutub secara munâsabah dengan negara-negara atau pun benua-benua yang beriklim normal, karena pada masa pembentukan syariat (masa Nabi) belum diketahui bahwa di sebagian belahan Bumi ini terdapat daerah-daerah yang beriklim ekstrem yang mana malamnya jauh lebih panjang dari pada siangnya atau pun sebaliknya. 12 Jarang ditemukan dalam kitab-kitab klasik bahkan kontemporer pembahasan mengenai waktu salat di daerah kutub. Saadoe ddin Djambek, tokoh Muslim Indonesia yang oleh banyak kalangan disebut-sebut sebagai mujaddid al-hisab (pembaharu pemikiran hisab) dan juga merupakan seorang penulis prolifik yang handal memaparkan melalui ijtihadnya yang kreatif dan perspektif secara positive-heuristic tentang penentuan waktu salat di daerah yang memiliki iklim abnormal dan juga ekstrem dalam bukunya yang berjudul Shalat dan Puasa di Daerah Kutub yang dicetak pertama kali pada hlm. 164-165. 11 http://www.rukyatulhilal.org/ (diakses pada 21 September 2013 Jam 22:03 WIB) 12 Mahmud Syaltout, Fatwa-Fatwa, Jilid I, Terj. Fatawa, Jakarta; Bulan Bintang, 1972,

6 tahun 1974 M. Hal ini pasti perlu mendapatkan perhatian. Apalagi di era globalisasi yang semakin mengental di tengah-tengah masyarakat. Persoalan semacam ini akan selalu aktual dan menarik untuk difikirkan. 13 Saadoe ddin Djambek memiliki konsep-konsep tersendiri tentang penentuan waktu salat di daerah kutub yang terkadang berbeda dengan pendapat para ahli yang lainnya. 14 Namun jika ditinjau dari latar belakang nas-nas yang dijadikan pijakan, nampaknya Saadoe ddin Djambek ingin memadukan penafsiran ulama dengan teori-teori astronomi dalam memahami nas-nas yang berkaitan dengan ketentuan waktu salat di daerah kutub. Hal ini terlihat dalam perkataan Saadoe ddin Djambek : Perubahan syafak merah di langit bagian Barat menjadi fajar di langit sebelah Timur, berlaku secara tiba-tiba, boleh dikatakan tanpa suasana peralihan, jadi tanpa disadari. Keadaannya boleh diumpamakan seperti halnya seseorang yang tertidur di waktu Magrib lalu terbangun di waktu Subuh atau seseorang yang pingsan di waktu Magrib setelah menunaikan salat siuman kembali pada waktu Subuh, sehingga adanya waktu Isya tidak disadarinya. 15 Selanjutnya, Saadoe ddin Djambek berpendapat bahwa dalam keadaan demikian, maka seseorang tersebut setelah bangun atau sadar wajib segera melakukan salat Isya setelah itu boleh melaksanakan salat Subuh. 16 Hal tersebut sejalan dengan ajaran Ilmu fikih ketika seseorang dalam keadaan pingsan atau tertidur sehingga orang tersebut tidak mendapati salah satu waktu salat, maka wajib mengganti (qaḍâ ) salat yang ditinggalkannya. Berbeda dengan pendapat kabanyakan para ahli bahwa jika seseorang tidak 13 Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 55. 14 Ibid., hlm.4. 15 Saadoe ddin Djambek, op cit., hlm.17. 16 Ibid.

7 menemukan salah satu waktu salat di daerahnya dengan acuan posisi Matahari, maka jadwal waktu salatnya boleh mengikuti daerah sekitar yang masih normal jadwal waktu salatnya. 17 Saadoe ddin Djambek juga memiliki konsep-konsep astronomi tertentu dalam penentuan waktu salat di daerah kutub baik Utara maupun kutub Selatan beserta pergantian musim di kedua tempat tersebut dengan melihat atau pun mempertimbangkan besar lintang tempat dan juga data deklinasi yang dikutip dari Almanak Nautika tahun 1974. 18 Data deklinasi yang dikutip dari Almanak Nautika ini dirasa lebih tinggi ketelitiannya di bandingkan data-data deklinasi dari sumber-sumber yang lainnya. Berkaitan dengan posisi Matahari atas ketentuan masuknya waktu salat Saadoe ddin Djambek memiliki kriteria tersendiri. Adapun ikhtisar atau kesimpulannya adalah : a. Subuh, apabila Matahari berkedudukan 20 o di bawah ufuk. b. Zuhur, apabila Matahari melintasi meridian setempat. c. Asar, Apabila panjang bayang-bayang bertambah dengan dua kali tinggi bendanya sendiri. d. Magrib, apabila Matahari berkedudukan 1 o di bawah ufuk. e. Isya, Apabila Matahari berkedudukan 18 o di bawah ufuk. 19 Melihat keadaan geografis daerah sekitar kutub baik Utara maupun kutub Selatan, penentuan masuknya waktu salat dengan mengacu pada 17 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta; Suara Muhammadiyah, 2007, hlm.71. 18 Saadoe ddin Djambek, op. cit., hlm.41. 19 Ibid., hlm.11.

8 kedudukan Matahari tidaklah mudah sebagaiman yang tersebut dalam QS. an- Nisâ (4) ayat 103. Terkadang tidak ditemukan waktu salat Subuh karena fajar tidak terbit. Terkadang pula hilangnya Syafaq merah sebagai tanda masuknya waktu Isya juga tidak ditemukan di daerah-daerah abnormal tersebut. Problematika penentuan dan aplikasi salat di daerah kutub pemikiran Saadoe ddin Djambek ini, selain ditinjau dari konsep astronomi, perlu ditinjau dari konsep fikihnya juga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pokok permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep waktu salat di daerah kutub Utara/Selatan menurut Saadoe ddin Djambek? 2. Bagaimana tinjauan pemikiran Saadoe ddin Djambek tentang waktu salat di daerah kutub dalam perspektif astronomi maupun perspektif fikih? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui waktu salat di daerah kutub Utara/Selatan menurut Saadoe ddin Djambek. 2. Untuk mengetahui pemikiran Saadoe ddin Djambek tentang waktu salat di daerah kutub dari perspektif astronomi maupun perspektif fikih.

9 D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai Inventarisasi Yaitu bertujuan untuk mempelajari dan memahami karya tokoh pendahulu kita dalam ilmu falak, dalam hal ini untuk mengetahui metode pemikiran konsep waktu salat di daerah kutub Saadoe ddin Djambek, karena dari sejarah dan pemahaman tokoh masa lalu akan membuat kita lebih memahami adanya keberagaman dan pengaruh ilmu pada zamannya sampai saat ini. 2. Evaluasi Kritis Mengevaluasi secara kritis atas konsep waktu salat di daerah kutub Saadoe ddin Djambek baik secara teori astronomi, fikih, atau teori keilmuan lainnya. Selain itu kajian ini juga untuk mengetahui akar-akar perbedaan di antara kalangan fuqâha, sehingga diharapkan memberikan solusinya dalam upaya membangun kesatuan pemikiran tentang waktu salat di daerah kutub. 3. Pemahaman Baru Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pemahaman baru atau pun wacana baru akan penentuan waktu salat di daerah abnormal bagi semua Muslim yang tersebar di seluruh belahan dunia.

10 E. Telaah Pustaka Telaah pustaka yang penulis lakukan adalah dengan berupaya mendapatkan gambaran tentang korelasi pembahasan penelitian ini dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya (previous finding), agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu. Ada beberapa penelitian terkait yaitu sebagai berikut: Penelitian yang telah dilakukan Susiknan Azhari, dengan judul Saaddoe ddin Djambek (1911-1977) dalam Sejarah Pemikiran Hisab di Indonesia, dalam penelitian ini Susiknan menerangkan sumbangsih Saaddoe ddin terhadap perkembangan hisab di Indonesia. Menurutnya, Saaddoe ddin memeliki konsep-konsep tersendiri yang dirumuskan berdasarkan nas al-quran maupun hadis melalui pendekatan astronomis, yang adakalanya berbeda dengan para ahli hisab dan juga ahli fikih. 20. Pengulasan secara umum semua hasil karya tulis Saaddoe ddin Djambek juga dilakukan Susiknan dalam penelitiannya, termasuk di dalamnya buku terkait Shalat dan Puasa di Daerah Kutub. Penelitian yang lain adalah penelitian Nila Suroya yang berjudul Uji Akurasi Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saadoe ddin Djambek. Nila Suroya memberikan kesimpulan bahwa metode hisab awal waktu salat Saadoe ddin Djambek tergolong pada metode hisab kontemporer. Setelah dilakukan perbandingan dengan hisab awal waktu salat Kementrian 20 Susiknan Azhari, Saaddoe ddin Djambek (1911-1977) dalam Sejarah Pemikiran Hisab di Indonesia, Penelitian Individual, Peroyek IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Semarang; Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 1999.

11 Agama RI yang sekarang menjadi rujukan kebanyakan orang dalam mengetahui awal waktu salat tidak ditemukan banyak perbedaan. Perbedaan hanya terletak pada pengambilan data deklinasi Matahari dan equation of time. Buku karya Saadoe ddin Djambek tersebut tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh hanya selisih satu menit dan itu pun tidak terjadi pada semua jadwal. Meskipun dibuat pada tahun 1966 M, pedoman tersebut tergolong akurat dan bisa digunakan oleh masyarakat luas sebagai rujukan dalam mengetahui awal waktu salat. 21 Penelitian selanjutnya adalah sekripsi Karina Kusuma Wardani yang berjudul Analisis Hisab Arah Kiblat Pemikiran Saadoe ddin Djambek dalam Buku Arah Qiblat. Gambaran kesimpulannya adalah metode hisab arah kiblat Saadoe ddin jika dibandingkan dengan metode kontemporer saat ini memiliki selisih berkisar 1 sampai dengan 2. Hal ini disebabkan oleh data lintang dan bujur Ka bah yang digunakan juga berbeda, sehingga menghasilkan arah kiblat yang berbeda juga. Rendahnya selisih yang diperoleh dari perhitungan menjadikan rumus Saadoeddin Djambek ini terbilang akurat. Begitu pula dengan peta grafik milik Saadoe ddin Djambek mempunyai hasil yang tidak jauh beda dengan hasil perhitungan kontemporer. Hanya berbeda dalam menit, yaitu berkisar 1 sampai 5. Selisih 21 Nila Suroya, Uji Akurasi Pedoman Waktu Salat Sepanjang Masa Karya Saadoe ddin Djambek, Skripsi Sarjana Fakultas Syariah IAIN Walisongo, Semarang; Perpustakaan IAIN Walisongo, 2013.

12 yang tidak terlalu besar ini menjadikan peta grafik kiblat Saadoe ddin cukup relevan digunakan untuk menentukan arah kiblat pada masa kekinian. 22 Penelitian yang penulis lakukan di sini, lebih kepada mengungkap pemikiran Saadoe ddin Djambek tentang waktu salat di daerah kutub ditinjau dari perspektif astronomi maupun fikih dalam bukunya yang berjudul Shalat dan Puasa di Daerah Kutub yang diterbitkan pada tahun 1974 M. Dari beberapa telaah pustaka yang telah penulis sebutkan, belum ada tulisan yang membahas secara spesifik tentang hal tersebut, sehingga penulis menganggap perlu diadakannya penelitian ini. F. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang berupaya mengungkap permasalahan waktu salat di daerah kutub dan daerah-daerah yang beriklim abnormal. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif 23. b. Sumber Data Sumber data primer 24 adalah data yang dikumpulkan peneliti dari sumber utamanya, data dari buku yang ditulis oleh Saadoe ddin Djambek tentang penentuan waktu salat di daerah kutub yang berjudul 22 Karina Kusuma Wardani, Analisis Hisab Arah Kiblat Pemikiran Saadoe ddin Djambek dalam Buku Arah Qiblat, Skripsi Sarjana Fakultas Syariah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2013. 23 Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memamfaatkan berbagai metode alamiah. Baca Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatis, Edisi Refisi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 6. 24 Data primer adalah rujukan utama dalam penelitian yang termasuk dalam objek penelitian.

13 Shalat dan Puasa di Daerah Kutub yang diterbitkan pada tahun 1974 M. Data sekunder 25 yaitu data yang ada hubungannya dengan pembahasan namun bukan sumber primer. Data-data sekundernya adalah karya-karya lain yang berbicara langsung atau tidak langsung tentang penentuan awal waktu salat di daerah kutub, seperti penelitian Susiknan Azhari (1998) dengan judul Saadoe ddin Djambek (1911-1977) Dalam Sejarah Pemikiran Hisab di Indonesia, termasuk pula kitab-kitab tafsir serta buku-buku penunjang lain seperti buku ke- Islaman dan buku Ilmu falak yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research atau penelaahan dokumen. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi dokumentasi untuk memperoleh data yang diperlukan dari berbagai macam sumber, seperti dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan karya tulis dan fikir. Studi dokumen dilakukan untuk mempertajam dan memperdalam objek penelitian karena hasil penelitian yang diharapkan nantinya adalah hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan ilmiah. d. Metode Analisis Data 25 Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung dari subjek penelitiannya.

14 Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis data-data tersebut adalah dengan menggunakan metode deskriptif-analitis 26. Pendekatan yang digunakan adalah dari sudut pandang (perspektif) disiplin ilmu fikih dan ilmu astronomi. Maksud dari pendekatan ilmu fikih dan ilmu astronomi adalah bahwa teori-teori dan kaidah-kaidah yang ada dalam ilmu fikih dan ilmu astronomi akan digunakan untuk melihat pemikiran Saadoe ddin Djambek tentang penentuan awal waktu salat di daerah kutub. Selain itu penulis juga menggunakan program stellarium 27 dalam observasi metode ketentuan Saadoe ddin atas kondisi alam di daerah abnormal tersebut karena keterbatasan kemampuan untuk langsung terjun meninjau lapangan. G. Sistematika Penulisan Secara garis besar, penulisan penelitian skripsi ini dibagi dalam lima bab. Dalam setiap bab terdiri dari sub-sub pembahasan. Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 26 Analisis yang bertujuan untuk memberikan diskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variable yang diperoleh dari mazhab subjek yang diteliti dan tidak dimaksud untuk menguji hipotesis. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet ke-4, 2004, hlm. 126. 27 Stellarium adalah sebuah software open source yang menampilkan langit lengkap dengan benda-benda langitnya, termasuk Matahari sebagai acuan dalam penentuan waktu ibadah. Software ini dikembangkan oleh programmer Perancis Fabien Chereau. Perangkat lunak ini menggambarkan langit secara realististis dalam 3D. Program ini dilisensikan di bawah GNU General Public License, tersedia untuk Linux, Windows, dan Mac OS X. Penelitian ini menggunakan stellarium versi 0.10.4. Hal ini tentunya sangat memudahkan untuk melihat simulasi peredaran matahari di daerah-daerah yang berlintang ekstem secara umum. Lihat www.stellarium.org/

15 BAB II : Waktu Salat di Daerah Kutub dan Abnormal. Bab ini meliputi ketentuan umum tentang waktu salat di daerah kutub dan abnormal seperti pengertian waktu salat, dasar hukum waktu salat, batasan waktu salat, gambaran umum kondisi alam daerah kutub dan abnormal, dan pandangan para ahli dalam penentuan waktu salat di daerah kutub dan abnormal. BAB III : Pemikiran Saadoe ddin Djambek tentang Waktu Salat di Daerah Kutub. Bab ini meliputi biografi intelektual Saadoe ddin Djambek, karya Saadoe ddin Djambek, dan konsep waktu salat di daerah kutub Saadoe ddin Djambek. BAB IV : Analisis Pemikiran Saadoe ddin Djambek tentang Waktu Salat di Daerah Kutub dalam Perspektif Astronomi dan Fikih. Bab ini berisi tentang analisis penulis atas pemikiran Sa adoeddin Djambek tentang waktu salat di daerah kutub dalam perspektif astronomi maupun fikih. BAB V : Penutup. Bab ini meliputi kesimpulan, saran-saran, dan penutup.