BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Foto stasiun pengamatan pasut di Kecamatan Muara Gembong

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

III HASIL DAN DISKUSI

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

BAB III 3. METODOLOGI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Pasang Surut

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Variasi Temporal dari Penyebaran Suhu di Muara Sungai Sario

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN I.1

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB 1. PENDAHULUAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

Tabel 4.1 Perbandingan parameter hasil pengolahan data dengan dan tanpa menggunakan moving average

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. yang digunakan dalam perencanaan akan dijabarkan di bawah ini :

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

ANALISIS PASANG SURUT DI PULAU KARAMPUANG, PROVINSI SULAWESI BARAT Tide Analysis in Karampuang Island of West Sulawesi Province SUDIRMAN ADIBRATA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT

II TINJAUAN PUSTAKA Pas Pa ang Surut Teor 1 Te Pembentukan Pasut a. Teor i Kesetimbangan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT

PENGUKURAN LOW WATER SPRING (LWS) DAN HIGH WATER SPRING (HWS) LAUT DENGAN METODE BATHIMETRIC DAN METODE ADMIRALTY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY

Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap)

PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang

Definisi Arus. Pergerakkan horizontal massa air. Penyebab

ANALISIS DATA ARUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALYSIS OF FLOW DATA ON ESTUARINE BANYUASIN RIVER IN SOUTH SUMATERA

(a) Profil kecepatan arus IM03. (b) Profil arah arus IM03. Gambar III.19 Perekaman profil arus dan pasut stasiun IM03 III-17

3. METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya

Analisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga

Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan

III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. I.2 Tujuan

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PASANG SURUT AIR LAUT TIPE MIXED TIDES PREVAILING DIURNAL (PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG) UNTUK PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN TINGGI MUKA LAUT RATA RATA ATAU MEAN SEA LEVEL (MSL) DI MUARA BATANG KURANJI KEC. NANGGALO, KOTA PADANG

Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. A. H. Nasution No. 264 Bandung

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

PENGARUH SIMULASI AWAL DATA PENGAMATAN TERHADAP EFEKTIVITAS PREDIKSI PASANG SURUT METODE ADMIRALTY (STUDI KASUS PELABUHAN DUMAI)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Angin adalah massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara horizontal

Bab II Teori Harmonik Pasang Surut Laut

KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Pemodelan Arus Pasang Surut di Luar Kolam Pelabuhan Tanjung Priok Menggunakan Perangkat Lunak SMS 8.1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut

I Elevasi Puncak Dermaga... 31

Hasil dan Analisis. IV.1.2 Pengamatan Data IR1 a) Identifikasi Pola Konveksi Diurnal dari Penampang Melintang Indeks Konvektif

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

ANALISIS SEBARAN SEDIMEN DASAR AKIBAT PENGARUH ARUS SEJAJAR PANTAI (LONGSHORE CURRENT) DI PERAIRAN MAKASSAR

PERHITUNGAN PASANG SURUT SEBAGAI DATA PENDUKUNG DALAM PENATAAN KAWASAN DAERAH PESISIR TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Andhita Pipiet Christianti *), Heryoso Setiyono *), Azis Rifai *)

BAB II METODE PELAKSANAAN SURVEY BATHIMETRI

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

Hasil dan Pembahasan

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI POLA ARUS DI PERAIRAN KHUSUS PERTAMINA PT. ARUN LHOKSEUMAWE - ACEH

Transkripsi:

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Beda Tinggi Antara Bench Mark Dengan Palem Dari hasil pengukuran beda tinggi dengan metode sipat datar didapatkan beda tinggi antara palem dan benchmark pada saat pengukuran pergi sebesar 0,842 m dan pada saat pengukuran pulang beda tinggi hasil ukuran sebesar 0,85m. Dari hasil rata-rata pengukuran pergi dan pulang didapatkan beda tinggi antara benchmark dengan palem sebesar 0,846m. Tinggi palem sebesar 2 m. Sehingga beda tinggi antara benchmark dengan nol palem sebesar 2,846m. Gambar 4.1 merupakan sketsa dari pengukuran antara stasiun pasut dan bench mark. Gambar 4.1 Sketsa antara palem dan bench mark 4.2 Analisis Pasut Hasil Pengamatan Dari pengamatan pasut yang telah dilakukan selama 15 hari didapatkan grafik pasut seperti pada gambar 4.2. 20

Gambar 4.2 Grafik pasut Dari grafik pasut di atas dapat dilihat terdapat perubahan pola besarnya elevasi tinggi muka air laut. Pada awal pengamatan sampai tanggal 14 April 2012, perbedaan pasang tinggi dan pasang rendah berkisar antara 0,61m-0,76m. Kemudian mulai tanggal 14 April 2012 sampai dengan tanggal 20 April 2012 nilai perbedaan pasang tinggi dan pasang rendah mulai mengecil dengan nilai berkisar antara 0,32m-0,49m. Mulai tanggal 20 April 2012 sampai pengamatan pasut berakhir, nilai perbedaan antara pasang tinggi dengan pasang rendah kembali membesar seperti pada awal pengamatan, yakni nilainya berkisar antara 0,56m-0,72m. Perubahan range nilai antara pasang tinggi dengan pasang rendah ini terjadi dikarenakan adanya pasang purnama (spring tide) dan pasang perbani (neap tide). Pasang purnama menyebabkan pasang tinggi menjadi sangat tinggi dan pasang rendah menjadi sangat tinggi. Hal ini diakibatkan posisi bumi bulan dan matahari berada pada satu garis lurus. Sementara itu pasang perbani mengakibatkan pasang tinggi menjadi sangat rendah dan pasang rendah menjadi sangat tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan bulan, bumi, dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Dari hasil pengamatan pasut yang dilakukan pasang perbani terjadi sekitar tanggal 17 April 2012 dengan pasang tinggi hanya mencapai nilai 1,01 m dari nol palem dan pasang rendah mencapai 0,69 m dari nol palem. Pasang purnama terjadi sekitar tanggal 25 April 2012 dengan pasang tinggi mencapai 1,14 m dari nol palem dan pasang rendah mencapai 0,42 m dari nol palem. 21

Dari hasil pengamatan pasut didapatkan nilai dari rata-rata tinggi muka air laut adalah 2,044 m di bawah benchmark. Pasang tertinggi terjadi tanggal 13 April dengan nilai 1,626 m di bawah benchmark. Surut terendah terjadi pada tanggal 23 April 2012 dengan nilai 2,436 m di bawah benchmark, sehingga tunggang pasut yang dihasilkan dari pengamatan mencapai 0,81 m. 4.3 Analisis Komponen Pasut Dari analisis harmonik pasut yang dilakukan dengan metode least square didapatkan nilai sepuluh komponen pasut. Nilai yang dihasilkan berupa kecepatan sudut, amplitudo, dan fase. Tabel 4.1 menunjukkan nilai kecepatan sudut, amplitudo, dan fase masing-masing komponen pasut. Tabel 4.1 Nilai amplitudo dan fasa masing-masing komponen pasut hasil analisis harmonik pasut KOMPONEN PASUT FREKUENSI AMPLITUDO FASE S2 30,000 0,039 333,1 K2 30,082 0,011 333,1 M2 28,984 0,061 10 N2 28,440 0,012 10 K1 15,041 0,212 346,8 P1 14,959 0,069 346,8 O1 13,943 0,139 259,9 Q1 13,399 0,027 259,9 MF 1,098 0,046 26,2 M4 57,968 0,006 135,7 Dari data yang dihasilkan menunjukkan bahwa tipe pasut yang terjadi di daerah penelitian merupakan tipe pasut diurnal dengan bilangan Formzahl sebesar 3,51 yang berarti dalam sehari semalam terdapat 1 kali pasang dan 1 kali surut. Nilai chart datum pada daerah penelitian sebesar 0,622 m terhadap MSL (Mean Sea Level) berdasarkan penjumlahan nilai amplitudo seluruh komponen pasut. 4.4 Analisis Pola Kecepatan dan Arah Arus Dari pengolahan data arus yang dilakukan didapatkan nilai dari vektor arus yang ditunjukkan dalam kecepatan dan arah arus rata-rata tiap jam. Dari nilai kecepatan dan arah arus dapat diturunkan menjadi komponen u dan komponen v. Komponen u menunjukkan arah timur dan barat dari arus, sedangkan komponen v menunjukkan 22

arah utara dan selatan dari arus. Tabel 4.2 menunjukkan nilai dari masing-masing komponen u dan v tiap jam dan nilai arah dan kecepatan rata-rata tiap jam dari hasil pengukuran arus yang dilakukan. Tabel 4. 2 Hasil pengolahan data arus tanggal waktu U V Kecepatan arah ratarata rata-rata 26/04/2012 12:00-0,055-0,021 0,059 249,061 26/04/2012 13:00-0,011 0,038 0,039 343,580 26/04/2012 14:00 0,057 0,050 0,076 48,477 26/04/2012 15:00 26/04/2012 16:00 0,055 0,053 0,077 45,918 26/04/2012 17:00 0,060 0,026 0,065 66,261 26/04/2012 18:00 26/04/2012 19:00 26/04/2012 20:00 26/04/2012 21:00 0,019 0,071 0,073 15,186 26/04/2012 22:00-0,002 0,065 0,065 358,626 26/04/2012 23:00-0,026 0,037 0,045 325,034 27/04/2012 0:00-0,003-0,054 0,054 183,093 27/04/2012 1:00 0,054-0,062 0,082 138,943 27/04/2012 2:00-0,001-0,068 0,068 180,608 27/04/2012 3:00 0,019-0,043 0,047 155,987 27/04/2012 4:00 0,032-0,034 0,047 136,367 27/04/2012 5:00 27/04/2012 6:00-0,022-0,038 0,044 209,665 27/04/2012 7:00-0,023-0,042 0,048 208,984 27/04/2012 8:00 0.012-0,041 0,043 163,103 27/04/2012 9:00-0,016-0,051 0,054 197,715 27/04/2012 10:00-0,002-0,044 0,044 183,191 Dari nilai komponen u dan v di atas kemudian disajikan dalam bentuk scatter plot seperti pada gambar 4.2. Arah vektor menunjukkan arah dari arus dan panjang vektor menunjukkan kecepatan dari arus. Dari data kecepatan dan arah rata arus tiap jam dibuat grafik kecepatan terhadap arah arus seperti pada gambar 4.3. Terdapat data kosong beberapa jam yang akibat tidak dilakukannya pengukuran arus dikarenakan adanya kendala alat. 23

Gambar 4.3 Grafik mawar arus hasil pengukuran Gambar 4.4 Grafik arah arus terhadap kecepatan arus Dari scatter plot u dan v di atas, dapat dilihat perubahan pola arus yang terjadi. Pada awal pengukuran sampai yakni pukul 12.00 arus bergerak mengarah ke selatan. Kemudian pukul 13.00 arus mulai bergerak cenderung mengarah ke utara sampai pukul 23.00. Kemudian pergerakan arus kembali mengarah ke selatan mulai pukul 00.00 sampai pengukuran berakhir. Dari grafik arah terhadap kecepatan arus didapatkan kecepatan arus berkisar antara 0,039 m/s sampai dengan 0,082 m/s. Kecepatan arus terkecil terjadi pada pukul 13.00 24

dengan kecepatan arus sebesar 0,039 m/s. Pergerakan arus pada saat ini mengarah ke utara dengan nilai derajat arah sebesar 343,58 0. Kecepatan arus terbesar terjadi pada pukul 01.00 pada tanggal 27 April 2012 dengan kecepatan arus mencapai 0,823 m/s. Pergerakan arus pada saat ini mengarah ke selatan dengan nilai derajat arah sebesar 138,94 0. Dari nilai tersebut dapat dililhat jika pola arus memiliki kecenderungan lebih cepat pada mulai siang hari (pukul 14.00) sampai pukul 10.00 dengan nilai kecepatan ratarata arus sebesar 0,071 m/s. Pada rentang waku ini pola pergerakan arus mengarah ke daratan (mengarah ke utara). Kemudian nilai kecepatan arus mulai turun mulai pukul 02.00 tanggal 27 April sampai pengukuran berakhir pada pukul 10.00 dengan nilai kecepatan rata-rata arus sebesar 0,049 m/s. Pada rentang waktu ini pola pergerakan arus mengarah menjauhi daratan (mengarah ke selatan). 4.5 Analisis Arus Pasut Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.6, terdapat dua faktor penyebab terjadinya arus, yakni faktor pasut dan faktor non-pasut. Untuk dapat melihat pola arus yang diakibatkan fenomena pasut perlu di lihat bagaimana pola arus hasil pengukuran dibandingkan dengan pasut yang terjadi pada saat pengukuran arus dilakukan. 4.5.1 Analisis Korelasi Kecepatan Arus Terhadap Tinggi Muka Air Laut Pada gambar 4.4 dapat dilihat grafik kecepatan arus terhadap ketinggian muka air laut akibat pasut. Gambar 4.5 Grafik Kecepatan arus terhadap tinggi muka laut 25

Dari grafik di atas dapat dilihat selama pengukuran arus terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Awal terjadinya pasang terjadi mulai pukul 13.00 pukul sampai pukul 14.00. Kemudian muka air laut mulai mengalami surut sekitar pukul 23.00. Pada saat laut mengalami transisi dari surut ke pasang kecepatan arusnya cenderung turun. Dari grafik di atas dapat dilihat pada pukul 13.00 tanggal 26 April 2012 nilai kecepatan arus turun menjadi 0,039 m/s dari sebelumnya 0,058 m/s pada pukul 12.00. Kemudian kecepatan arus kembali meningkat pada jam berikutnya sampai masa transisi dari pasang ke surut dengan besaran kecepatan sekitar 0,065 m/s sampai 0,076 m/s. Pada saat transisi dari pasang ke surut yakni sekitar pukul 23.00 tanggal 26 April 2012 kecepatan arus kembali menurun. Dari grafik di atas dapat dilihat nilai kecepatan arus pada saat sebelum transisi dari pasang ke surut memiliki nilai ratarata sebesar 0,071 m/s. Kemudian kecepatan arus turun menjadi 0,045 m/s pada saat transisi dari pasang ke surut. Kecepatan arus kembali meningkat pada jam berikutnya hingga mencapai 0,054 m/s pada pukul 00.00, 0,082 m/s pada pukul 01.00 dan 0,068 m/s pada pukul 02.00 tanggal 27 April 2012. Setelah itu kecepatan arus mulai konstan sampai pengukuran arus berakhir dengan kecepatan arus berkisar antara 0,04 m/s sampai 0,05 m/s. Berdasarkan data yang didapat dapat disimpulkan bahwa nilai kecepatan arus pada saat transisi dari pasang ke surut atau sebaliknya cenderung mengalami penurunan dari nilai sebelumnya. Hal ini di akibatkan adanya perubahan arah yang terjadi pada saat itu sehingga terjadi penurunan kecepatan arus. Pada saat transisi ini kecepatan arus sempat mencapai nilai 0 m/s. Kemudian dapat disimpulkan juga bahwa nilai kecepatan arus pada saat terjadinya pasang lebih besar dibandingkan nilai kecepatan arus pada saat terjadinya surut. Hal ini dikarenakan pada saat pengukuran arus (pada bulan April) sedang terjadi musim timur. Pada musim ini angin berhembus dari timur ke barat. Hal ini berakibat kecepatan arus pasang di Laut Jawa menjadi lebih besar karena arah angin sejajar dengan arah arus. 26

4.5.2 Analisis Korelasi Arah Arus Terhadap Pasut Pada gambar 4.5. dapat dilihat grafik arah arus terhadap ketinggian muka air laut akibat peristiwa pasut. Gambar 4.6 Grafik arah arus terhadap tinggi muka laut Dari grafik di atas secara garis besar pergerakan arah arus mengarah ke utara dari pukul 13.00-22.00. Kemudian dari mulai pukul 23.00 sampai pengukuran berakhir pergerakan arah arus bergerak mengarah ke selatan. Perubahan pola arah arus terjadi lebih dominan akibat peristiwa pasut. Saat awal pengukuran masih terjadi surut, sehingga pergerakan arah arus mengarah ke selatan dari titik pengukuran arus. Kemudian pergerakan arah arus berubah menjadi ke arah utara antara pukul 13.00-14.00 pada tanggal 26 April 2012. Hal ini bertepatan dengan transisi dari surut ke pasang. Kemudian saat pasang mulai berlangsung pergerakan arah arus secara konstan mengarah ke arah utara titik pengukuran. Pola arus kembali mengarah ke selatan ketika transisi dari pasang ke surut pada pukul 23.00. Kemudian saat laut mengalami surut mulai pukul 00.00 sampai pengukuran berakhir, secara konstan pergerakan arus mengarah ke selatan titik pengukuran. 4.6 Analisis Pasut dan Arus Terhadap Abrasi Terdapat beberapa variabel yang sangat mempengaruhi terjadinya abrasi. Variabelvariabel penyebab terjadinya abrasi dapat berupa variabel dari daratan dan variabel yang berasal dari laut. Variabel penyebab abrasi yang berasal dari daratan di antaranya land cover, perubahan land use dan land cover, dan jenis butiran pantai. Variabel penyebab abrasi yang berasal dari lautan diantaranya tunggang pasut, 27

kecepatan arus maksimum, tinggi gelombang signifikan, kemiringan topografi, ukuran butiran sedimen, intensitas curah hujan, kecepatan angin maksimum, dan arah datang gelombang. Dari variabel-variabel tersebut tinggi gelombang, arah datang gelombang, dan sedimen pantai merupakan variabel yang paling mempengaruhi terjadinya abrasi dibandingkan variabel lainnya. Bobot yang diberikan untuk ketiga varibel tersebut sebesar 0,23. Sedangkan untuk tunggang pasut dan kecepatan arus maksimum bobot yang diberikan sebesar 0,06 dan 0,11 (Mugiarto, 2012). Untuk Indeks kerentanan pantai terhadap tunggang pasut, suatu pantai aman terhadap pasut jika tunggang pasutnya tidak lebih dari 1,9 m dan suatu pantai rentan terhadap pasut apabila tunggang pasutnya di atas 2 m. Untuk indeks kerentanan pantai terhadap kecepatan arus maksimum, suatu pantai aman terhadap arus apabila kecepatan arus maksimumnya tidak lebih dari 0,2 m/s dan suatu pantai rentan terhadap arus apabila kecepatan arus maksimumnya lebih besar dari 0,2 m/s (Görnitz, 1991). Dari hasil pengamatan pasut dan pengukuran arus, didapatkan nilai tunggang pasut sebesar 0,81 m dan kecepatan arus maksimum sebesar 0,082 m/s. Berdasarkan bobot dan indeks kerentanan dari variabel tunggang pasut dan kecepatan arus maksimum dapat diasumsikan jika abrasi yang terjadi di Kecamatan Muara Gembong bukan disebabkan oleh fenomena pasut dan arus laut. 28