BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Beda Tinggi Antara Bench Mark Dengan Palem Dari hasil pengukuran beda tinggi dengan metode sipat datar didapatkan beda tinggi antara palem dan benchmark pada saat pengukuran pergi sebesar 0,842 m dan pada saat pengukuran pulang beda tinggi hasil ukuran sebesar 0,85m. Dari hasil rata-rata pengukuran pergi dan pulang didapatkan beda tinggi antara benchmark dengan palem sebesar 0,846m. Tinggi palem sebesar 2 m. Sehingga beda tinggi antara benchmark dengan nol palem sebesar 2,846m. Gambar 4.1 merupakan sketsa dari pengukuran antara stasiun pasut dan bench mark. Gambar 4.1 Sketsa antara palem dan bench mark 4.2 Analisis Pasut Hasil Pengamatan Dari pengamatan pasut yang telah dilakukan selama 15 hari didapatkan grafik pasut seperti pada gambar 4.2. 20
Gambar 4.2 Grafik pasut Dari grafik pasut di atas dapat dilihat terdapat perubahan pola besarnya elevasi tinggi muka air laut. Pada awal pengamatan sampai tanggal 14 April 2012, perbedaan pasang tinggi dan pasang rendah berkisar antara 0,61m-0,76m. Kemudian mulai tanggal 14 April 2012 sampai dengan tanggal 20 April 2012 nilai perbedaan pasang tinggi dan pasang rendah mulai mengecil dengan nilai berkisar antara 0,32m-0,49m. Mulai tanggal 20 April 2012 sampai pengamatan pasut berakhir, nilai perbedaan antara pasang tinggi dengan pasang rendah kembali membesar seperti pada awal pengamatan, yakni nilainya berkisar antara 0,56m-0,72m. Perubahan range nilai antara pasang tinggi dengan pasang rendah ini terjadi dikarenakan adanya pasang purnama (spring tide) dan pasang perbani (neap tide). Pasang purnama menyebabkan pasang tinggi menjadi sangat tinggi dan pasang rendah menjadi sangat tinggi. Hal ini diakibatkan posisi bumi bulan dan matahari berada pada satu garis lurus. Sementara itu pasang perbani mengakibatkan pasang tinggi menjadi sangat rendah dan pasang rendah menjadi sangat tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan bulan, bumi, dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Dari hasil pengamatan pasut yang dilakukan pasang perbani terjadi sekitar tanggal 17 April 2012 dengan pasang tinggi hanya mencapai nilai 1,01 m dari nol palem dan pasang rendah mencapai 0,69 m dari nol palem. Pasang purnama terjadi sekitar tanggal 25 April 2012 dengan pasang tinggi mencapai 1,14 m dari nol palem dan pasang rendah mencapai 0,42 m dari nol palem. 21
Dari hasil pengamatan pasut didapatkan nilai dari rata-rata tinggi muka air laut adalah 2,044 m di bawah benchmark. Pasang tertinggi terjadi tanggal 13 April dengan nilai 1,626 m di bawah benchmark. Surut terendah terjadi pada tanggal 23 April 2012 dengan nilai 2,436 m di bawah benchmark, sehingga tunggang pasut yang dihasilkan dari pengamatan mencapai 0,81 m. 4.3 Analisis Komponen Pasut Dari analisis harmonik pasut yang dilakukan dengan metode least square didapatkan nilai sepuluh komponen pasut. Nilai yang dihasilkan berupa kecepatan sudut, amplitudo, dan fase. Tabel 4.1 menunjukkan nilai kecepatan sudut, amplitudo, dan fase masing-masing komponen pasut. Tabel 4.1 Nilai amplitudo dan fasa masing-masing komponen pasut hasil analisis harmonik pasut KOMPONEN PASUT FREKUENSI AMPLITUDO FASE S2 30,000 0,039 333,1 K2 30,082 0,011 333,1 M2 28,984 0,061 10 N2 28,440 0,012 10 K1 15,041 0,212 346,8 P1 14,959 0,069 346,8 O1 13,943 0,139 259,9 Q1 13,399 0,027 259,9 MF 1,098 0,046 26,2 M4 57,968 0,006 135,7 Dari data yang dihasilkan menunjukkan bahwa tipe pasut yang terjadi di daerah penelitian merupakan tipe pasut diurnal dengan bilangan Formzahl sebesar 3,51 yang berarti dalam sehari semalam terdapat 1 kali pasang dan 1 kali surut. Nilai chart datum pada daerah penelitian sebesar 0,622 m terhadap MSL (Mean Sea Level) berdasarkan penjumlahan nilai amplitudo seluruh komponen pasut. 4.4 Analisis Pola Kecepatan dan Arah Arus Dari pengolahan data arus yang dilakukan didapatkan nilai dari vektor arus yang ditunjukkan dalam kecepatan dan arah arus rata-rata tiap jam. Dari nilai kecepatan dan arah arus dapat diturunkan menjadi komponen u dan komponen v. Komponen u menunjukkan arah timur dan barat dari arus, sedangkan komponen v menunjukkan 22
arah utara dan selatan dari arus. Tabel 4.2 menunjukkan nilai dari masing-masing komponen u dan v tiap jam dan nilai arah dan kecepatan rata-rata tiap jam dari hasil pengukuran arus yang dilakukan. Tabel 4. 2 Hasil pengolahan data arus tanggal waktu U V Kecepatan arah ratarata rata-rata 26/04/2012 12:00-0,055-0,021 0,059 249,061 26/04/2012 13:00-0,011 0,038 0,039 343,580 26/04/2012 14:00 0,057 0,050 0,076 48,477 26/04/2012 15:00 26/04/2012 16:00 0,055 0,053 0,077 45,918 26/04/2012 17:00 0,060 0,026 0,065 66,261 26/04/2012 18:00 26/04/2012 19:00 26/04/2012 20:00 26/04/2012 21:00 0,019 0,071 0,073 15,186 26/04/2012 22:00-0,002 0,065 0,065 358,626 26/04/2012 23:00-0,026 0,037 0,045 325,034 27/04/2012 0:00-0,003-0,054 0,054 183,093 27/04/2012 1:00 0,054-0,062 0,082 138,943 27/04/2012 2:00-0,001-0,068 0,068 180,608 27/04/2012 3:00 0,019-0,043 0,047 155,987 27/04/2012 4:00 0,032-0,034 0,047 136,367 27/04/2012 5:00 27/04/2012 6:00-0,022-0,038 0,044 209,665 27/04/2012 7:00-0,023-0,042 0,048 208,984 27/04/2012 8:00 0.012-0,041 0,043 163,103 27/04/2012 9:00-0,016-0,051 0,054 197,715 27/04/2012 10:00-0,002-0,044 0,044 183,191 Dari nilai komponen u dan v di atas kemudian disajikan dalam bentuk scatter plot seperti pada gambar 4.2. Arah vektor menunjukkan arah dari arus dan panjang vektor menunjukkan kecepatan dari arus. Dari data kecepatan dan arah rata arus tiap jam dibuat grafik kecepatan terhadap arah arus seperti pada gambar 4.3. Terdapat data kosong beberapa jam yang akibat tidak dilakukannya pengukuran arus dikarenakan adanya kendala alat. 23
Gambar 4.3 Grafik mawar arus hasil pengukuran Gambar 4.4 Grafik arah arus terhadap kecepatan arus Dari scatter plot u dan v di atas, dapat dilihat perubahan pola arus yang terjadi. Pada awal pengukuran sampai yakni pukul 12.00 arus bergerak mengarah ke selatan. Kemudian pukul 13.00 arus mulai bergerak cenderung mengarah ke utara sampai pukul 23.00. Kemudian pergerakan arus kembali mengarah ke selatan mulai pukul 00.00 sampai pengukuran berakhir. Dari grafik arah terhadap kecepatan arus didapatkan kecepatan arus berkisar antara 0,039 m/s sampai dengan 0,082 m/s. Kecepatan arus terkecil terjadi pada pukul 13.00 24
dengan kecepatan arus sebesar 0,039 m/s. Pergerakan arus pada saat ini mengarah ke utara dengan nilai derajat arah sebesar 343,58 0. Kecepatan arus terbesar terjadi pada pukul 01.00 pada tanggal 27 April 2012 dengan kecepatan arus mencapai 0,823 m/s. Pergerakan arus pada saat ini mengarah ke selatan dengan nilai derajat arah sebesar 138,94 0. Dari nilai tersebut dapat dililhat jika pola arus memiliki kecenderungan lebih cepat pada mulai siang hari (pukul 14.00) sampai pukul 10.00 dengan nilai kecepatan ratarata arus sebesar 0,071 m/s. Pada rentang waku ini pola pergerakan arus mengarah ke daratan (mengarah ke utara). Kemudian nilai kecepatan arus mulai turun mulai pukul 02.00 tanggal 27 April sampai pengukuran berakhir pada pukul 10.00 dengan nilai kecepatan rata-rata arus sebesar 0,049 m/s. Pada rentang waktu ini pola pergerakan arus mengarah menjauhi daratan (mengarah ke selatan). 4.5 Analisis Arus Pasut Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.6, terdapat dua faktor penyebab terjadinya arus, yakni faktor pasut dan faktor non-pasut. Untuk dapat melihat pola arus yang diakibatkan fenomena pasut perlu di lihat bagaimana pola arus hasil pengukuran dibandingkan dengan pasut yang terjadi pada saat pengukuran arus dilakukan. 4.5.1 Analisis Korelasi Kecepatan Arus Terhadap Tinggi Muka Air Laut Pada gambar 4.4 dapat dilihat grafik kecepatan arus terhadap ketinggian muka air laut akibat pasut. Gambar 4.5 Grafik Kecepatan arus terhadap tinggi muka laut 25
Dari grafik di atas dapat dilihat selama pengukuran arus terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Awal terjadinya pasang terjadi mulai pukul 13.00 pukul sampai pukul 14.00. Kemudian muka air laut mulai mengalami surut sekitar pukul 23.00. Pada saat laut mengalami transisi dari surut ke pasang kecepatan arusnya cenderung turun. Dari grafik di atas dapat dilihat pada pukul 13.00 tanggal 26 April 2012 nilai kecepatan arus turun menjadi 0,039 m/s dari sebelumnya 0,058 m/s pada pukul 12.00. Kemudian kecepatan arus kembali meningkat pada jam berikutnya sampai masa transisi dari pasang ke surut dengan besaran kecepatan sekitar 0,065 m/s sampai 0,076 m/s. Pada saat transisi dari pasang ke surut yakni sekitar pukul 23.00 tanggal 26 April 2012 kecepatan arus kembali menurun. Dari grafik di atas dapat dilihat nilai kecepatan arus pada saat sebelum transisi dari pasang ke surut memiliki nilai ratarata sebesar 0,071 m/s. Kemudian kecepatan arus turun menjadi 0,045 m/s pada saat transisi dari pasang ke surut. Kecepatan arus kembali meningkat pada jam berikutnya hingga mencapai 0,054 m/s pada pukul 00.00, 0,082 m/s pada pukul 01.00 dan 0,068 m/s pada pukul 02.00 tanggal 27 April 2012. Setelah itu kecepatan arus mulai konstan sampai pengukuran arus berakhir dengan kecepatan arus berkisar antara 0,04 m/s sampai 0,05 m/s. Berdasarkan data yang didapat dapat disimpulkan bahwa nilai kecepatan arus pada saat transisi dari pasang ke surut atau sebaliknya cenderung mengalami penurunan dari nilai sebelumnya. Hal ini di akibatkan adanya perubahan arah yang terjadi pada saat itu sehingga terjadi penurunan kecepatan arus. Pada saat transisi ini kecepatan arus sempat mencapai nilai 0 m/s. Kemudian dapat disimpulkan juga bahwa nilai kecepatan arus pada saat terjadinya pasang lebih besar dibandingkan nilai kecepatan arus pada saat terjadinya surut. Hal ini dikarenakan pada saat pengukuran arus (pada bulan April) sedang terjadi musim timur. Pada musim ini angin berhembus dari timur ke barat. Hal ini berakibat kecepatan arus pasang di Laut Jawa menjadi lebih besar karena arah angin sejajar dengan arah arus. 26
4.5.2 Analisis Korelasi Arah Arus Terhadap Pasut Pada gambar 4.5. dapat dilihat grafik arah arus terhadap ketinggian muka air laut akibat peristiwa pasut. Gambar 4.6 Grafik arah arus terhadap tinggi muka laut Dari grafik di atas secara garis besar pergerakan arah arus mengarah ke utara dari pukul 13.00-22.00. Kemudian dari mulai pukul 23.00 sampai pengukuran berakhir pergerakan arah arus bergerak mengarah ke selatan. Perubahan pola arah arus terjadi lebih dominan akibat peristiwa pasut. Saat awal pengukuran masih terjadi surut, sehingga pergerakan arah arus mengarah ke selatan dari titik pengukuran arus. Kemudian pergerakan arah arus berubah menjadi ke arah utara antara pukul 13.00-14.00 pada tanggal 26 April 2012. Hal ini bertepatan dengan transisi dari surut ke pasang. Kemudian saat pasang mulai berlangsung pergerakan arah arus secara konstan mengarah ke arah utara titik pengukuran. Pola arus kembali mengarah ke selatan ketika transisi dari pasang ke surut pada pukul 23.00. Kemudian saat laut mengalami surut mulai pukul 00.00 sampai pengukuran berakhir, secara konstan pergerakan arus mengarah ke selatan titik pengukuran. 4.6 Analisis Pasut dan Arus Terhadap Abrasi Terdapat beberapa variabel yang sangat mempengaruhi terjadinya abrasi. Variabelvariabel penyebab terjadinya abrasi dapat berupa variabel dari daratan dan variabel yang berasal dari laut. Variabel penyebab abrasi yang berasal dari daratan di antaranya land cover, perubahan land use dan land cover, dan jenis butiran pantai. Variabel penyebab abrasi yang berasal dari lautan diantaranya tunggang pasut, 27
kecepatan arus maksimum, tinggi gelombang signifikan, kemiringan topografi, ukuran butiran sedimen, intensitas curah hujan, kecepatan angin maksimum, dan arah datang gelombang. Dari variabel-variabel tersebut tinggi gelombang, arah datang gelombang, dan sedimen pantai merupakan variabel yang paling mempengaruhi terjadinya abrasi dibandingkan variabel lainnya. Bobot yang diberikan untuk ketiga varibel tersebut sebesar 0,23. Sedangkan untuk tunggang pasut dan kecepatan arus maksimum bobot yang diberikan sebesar 0,06 dan 0,11 (Mugiarto, 2012). Untuk Indeks kerentanan pantai terhadap tunggang pasut, suatu pantai aman terhadap pasut jika tunggang pasutnya tidak lebih dari 1,9 m dan suatu pantai rentan terhadap pasut apabila tunggang pasutnya di atas 2 m. Untuk indeks kerentanan pantai terhadap kecepatan arus maksimum, suatu pantai aman terhadap arus apabila kecepatan arus maksimumnya tidak lebih dari 0,2 m/s dan suatu pantai rentan terhadap arus apabila kecepatan arus maksimumnya lebih besar dari 0,2 m/s (Görnitz, 1991). Dari hasil pengamatan pasut dan pengukuran arus, didapatkan nilai tunggang pasut sebesar 0,81 m dan kecepatan arus maksimum sebesar 0,082 m/s. Berdasarkan bobot dan indeks kerentanan dari variabel tunggang pasut dan kecepatan arus maksimum dapat diasumsikan jika abrasi yang terjadi di Kecamatan Muara Gembong bukan disebabkan oleh fenomena pasut dan arus laut. 28