62 Pandangan Salah (6)

dokumen-dokumen yang mirip
62 PANDANGAN SALAH (1)

62 pandangan-salah (2)

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin!

Empat Kebenaran Mulia. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin 7E9064DE

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

Dhammavihārī Buddhist Studies LIMA RINTANGAN BATIN PAÑCA NĪVARAṆA

Dhammavihārī Buddhist Studies. DHAMMAVIHARI. Pāramī (3) Penolakan

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

Sifat Agung Dari Tiga Permata 2

AN 7.63 Sutta Nagara: Benteng (Nagara Sutta: The Fortress)

Dhammacakka Pavattana Sutta!

Bodhipakkhiyā Dhammā (2)

Pengembara yang Tersesat

Ikhtisar Objek (3) (Ālambaṇasaṅgaha) Dhammavihārī Buddhist Studies

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Abhidhammatthasaṅgaha

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101]

Abhidhammatthasaṅgaha. Dhammavihārī Buddhist Studies

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Cetasika (2) Abhidhammatthasaṅgaha. Dhammavihārī Buddhist Studies

Bab I: Pengetahuan-buku. Bagian i hingga v Gagasan-gagasan dan maknanya. Topik I. PENGETAHUAN Catatan Pendahuluan

Lima Daya Pengendali. Pañcindriya. Dhammavihārī Buddhist Studies

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings)

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

MENGHENTIKAN GAYA HIDUP AUTOPILOT

6. Pattidāna. (Pelimpahan Kebajikan) hp , pin bb.2965f5fd

Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Soal-soal Cetasika (2) Dhammavihārī Buddhist Studies

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Dāna. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin. Sunday, October 6, 13

Abhidhammatthasaṅgaha

Janji YESUS KRISTUS. 2. Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan TUHAN dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

8 BLESSINGS OF THE BEATITUDES #1 8 BERKAT UCAPAN BAHAGIA #1 HEAVEN AND JOY SORGA DAN SUKACITA

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)

SPIRITUAL HUNGER 4 - KELAPARAN ROH 4 ADDICTED TO HIS LOVE - KETAGIHAN AKAN KASIHNYA

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Revelation 11, Study No. 37 in Indonesian Langguage. Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 37, oleh Chris McCann

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

Sutta Cula- hatthipadopama: Perumpamaan Singkat Jejak Gajah (Cula- hatthipadopama Sutta: The Shorter Elephant Footprint Simile) [Majjhima Nikaya 27]

Abhidhammatthasaṅgaha

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1)

Abhidhammatthasaṅgaha

1. Mengapa bermeditasi?

Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

MENGGAPAI PUNCAK KEKUDUSAN

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN

1.Definisi Hukum. 2.Pembagian/jenis-jenis Hukum

2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan

Dua Jenis Tangisan. oleh: Andi Kusnadi

Abhidhammatthasaṅgaha

2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1

Aṅguttara Nikāya Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha

Kelahiran dan Kematian

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

RENUNGAN KITAB RATAPAN Oleh: Pdt. Yabes Order

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136

Abhidhammatthasaṅgaha. Dhammavihārī Buddhist Studies

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

MENGATASI KEMURUNGAN DAN MENERIMA KEDAMAIAN & SUKACITA

KEBEBASAN DARI KEKUATIRAN DAN KEGELISAHAN Bagian ke-2

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

terlampau banyak dan entah mengapa aku bisa menjawab nya, sesuai kehendaknya, itu pun jika mereka ingin mendengarnya. Kadang aku bertemu dengan

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Sobhanacetasika (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Surat Petrus yang kedua

Ikhtisar Fungsi (Kiccasaṅgaha) Dhammavihārī Buddhist Studies

SUTTA SATIPATTHANA [JALAN LANGSUNG]

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

Gatha Dasar Jalan Tengah (Mulamadhyamakakarika) The Fundamental Wisdom of the Middle Way oleh Arya Nagarjuna. Pengantar

Beristirahat Dalam Damai Apa Yang Terjadi Setelah Kematian?

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

4. Sebutkan apa yang termasuk dalam catuparamatthadhammā! Yang termasuk catuparamatthadhammā adalah : Citta, Cetasika, Rūpa dan Nibbāna.

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies

The Purpose of Practice. The Purpose of Practice. Sayalay Susīlā s Dhamma talk

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

Menemukan Rasa Aman Sejati

Tidak Ada. Ajahn Chah

Andalah Yang Bertanggung Jawab (You Are Responsible!) Oleh: K. Sri Dhammananda

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

Efesus 1: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Kitab TRISULA untuk Pengembara Spiritual

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan)

BAB IV ANALISIS A. Persamaan Dan Perbedaan Konsep Kehidupan Setelah Mati (Eskatologi) Dalam Agama Islam Dan Agama Budha

Transkripsi:

62 Pandangan Salah (6) Dari Brahmajāla Sutta dan Kitab Komentarnya Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id

PAHAM SPEKULATIF TENTANG MASA DEPAN (44) (APARANTAKAPPIKA) I. Paham tentang Pemusnahan (Ucchedavāda) (51) Pertapa dan Brahmana yang menganggap Roh sebagai fenomena material, terdiri dari empat elemen-besar, hasil produksi ibu dan ayah, akan musnah pada saat tubuhnya hancur dan tidak eksis lagi setelah kematian. Inilah cara bagaimana Roh musnah. Itulah bagaimana mereka menyatakan pemusnahan, kehancuran dan non eksistensi mahluk-mahluk. (52) Yang lain, meskipun membenarkan adanya Roh spt diatas, tetapi meyakini Roh tidak sepenuhnya musnah. Ada Roh lain yang bersifat surgawi, material dan di dalam lingkup inderawi, memakan makanan nyata. Roh inilah yang akan musnah pada saat tubuhnya hancur dst.

(53) Yang lain, meskipun membenarkan adanya Roh spt diatas, tetapi meyakini Roh tidak sepenuhnya musnah. Ada Roh lain yang bersifat surgawi, material, ciptaan pikiran lengkap dengan bagian-bagiannya, tidak cacat indera-inderanya. Roh inilah yang akan musnah pada saat tubuhnya hancur dst. (54) idem Ada Roh lain, yang melampaui sensasi jasmani, dengan lenyapnya semua jenis penolakan dan dengan ketidak-tertarikan terhadap persepsi tentang keanekaragaman, melihat bahwa ruang adalah tidak terbatas, telah merealisasi Alam Ruang Tanpa Batas. Roh inilah..dst. (55) Ada Roh lain, dengan melampaui Alam Ruang Tanpa Batas, melihat kesadaran tidaklah terbatas telah merealisasi Alam Kesadaran Tanpa Batas. Roh inilah dst.

(56) merealisasi Alam Tidak Ada Apapun dst. (57) merealisasi Alam Bukan Persepsi dan Bukan Pula Non-Persepsi.dst.

Kitab Komentar Mereka yang menganut paham ini dibedakan menjadi dua yaitu yang mempunyai (mata dewa) dan yang tidak mempunyai. Yang mempunyai mengambil (gaṇhāti) paham pemusnahan karena dia tidak melihat kelahiran kembali Arahat atau dikarenakan keterbatasan mata dewanya dia tidak mampu melihat kelahiran kembali dari mahluk tertentu. Yang tidak mempunyai mengambil paham pemusnahan karena dia tidak tahu dunia lain atau karena dia serakah terhadap kenikmatan inderawi, atau hanya melalui penalaran, misalnya: Mahluk hanyalah seperti daun yang jatuh dari pohon dan tidak akan tumbuh lagi.

Metode Kesatuan (Ekattanaya) dan Metode Keanekaragaman (Nānattanaya) Menurut kitab-kitab komentar: rangkaian kesatuan kehidupan harus dipahami secara benar dengan dua metode investigasi yang saling melengkapi. Metode Kesatuan menunjukkan bahwa rangkaian kesatuan kehidupan terdiri dari beraneka kejadian yang terangkai oleh hukum ketergantungan yang berkondisi. Mereka dikatakan sebagai satu rangkaian karena mereka menyatu di dalam satu proses yang terus menerus bergerak.

Metode Keanekaragaman menyeimbangkan metode kesatuan dengan menekankan pada perbedaanperbedaan yang ada di dalam satu proses. Walaupun kelihatannya hanya satu proses, pengalaman yang sedang berlangsung sesungguhnya terdiri dari banyak fenomena yang terangkai, sebagian berfungsi sebagai sebab-sebab, sementara yang lain berfungsi sebagai akibat-akibat. Proses yang berkesinambungan ini secara berkala terhenti; kejadian kematian dan kelahiran memecah proses ini kedalam kehidupan yang terpisah, walaupun proses tersebut berasal dari satu identitas. Ketika keduanya diterapkan dengan benar maka pengalaman kehidupan akan bisa dipahami secara benar.

Apabila diterapkan secara keliru, hanya mengambil secara sepotong-sepotong, maka kehidupan akan dipahami secara keliru. Apabila seseorang keliru menerapkan metode kesatuan maka dia akan terjebak kepada paham Roh yang identik / paham kekekalan. Apabila dia keliru menerapkan metode keanekaragaman maka dia akan terkelabui oleh ketidaksinambungan elemen di dalam kehidupan sebagai mutlak dan memahaminya sebagai pemusnahan. Penerapan yang benar akan menunjukkan bahwa di dalam rangkaian kehidupan terdiri dari proses sesaat yang berkesinambungan dan terangkai dalam hubungan sebab dan akibat. Selama masih ada sebab maka proses akan terus berlangsung dan akan lenyap pada saat sebab-sebab lenyap.

Munculnya paham pemusnahan: Fenomena nāma-rūpa yang muncul dalam hubungan sebab-akibat berlangsung dalam satu rangkaian (dlm banyak kehidupan) yang terdiri dari dhamma yang muncul-lenyap. Penganut paham pemusnahan memahami dhamma yang muncul dan lenyap adalah dhamma yang terjadi di rangkaian yang berbeda (bhinnasantāna).

Munculnya paham kekekalan: Fenomena yang muncul-lenyap dalam satu kesinambungan (ekasantati) tersebut dipahami secara keliru sebagai satu kesatuan mutlak. Yang tidak mempunyai mengambil paham pemusnahan karena paham keraguan nihilistik atau karena kebodohannya. Paham Nihilis (natthikavāda) menolak eksistensi setelah kehidupan dan juga menolak hubungan sebab-akibat. Atau dikarenakan nafsunya terhadap kenikmatan inderawi dia memahami bahwa dunia ini hanyalah sejauh yang bisa dijangkau oleh indera-indera saja. Mahluk seperti daun yang jatuh dari pohon atau seperti gelembung air yang pecah dan tidak muncul lagi.

PAHAM SPEKULATIF TENTANG MASA DEPAN (44) (APARANTAKAPPIKA) J. Paham tentang Nibbāna Disini dan Sekarang (Diṭṭhadhammanibbānavāda) (58) Seorang pertapa atau brahmana menyatakan dan memegang paham: Sejauh apa yang disebut Roh, yang dilengkapi dan memiliki lima kenikmatan inderawi, menikmatinya, maka itulah ketika Roh mencapai Nibbāna tertinggi disini dan saat ini. (59) Orang lain berkata kepada dia: Tuan, memang benar ada Roh seperti yang anda katakan. Saya tidak menolaknya. Tetapi itu bukanlah dimana Roh mencapai Nibbāna tertinggi disini dan sekarang. Kenapa demikian? Karena, Tuan, kenikmatan-indria tidak kekal, penuh penderitaan dan mengalami perubahan, dan dari perubahan dan transformasinya muncullah kesedihan, ratapan, dukacita dan kesusahan.

Tetapi ketika Roh ini, terlepas dari kenikmatan-indria, terlepas dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai oleh vitakka dan vicāra, dan pīti dan sukha yang lahir dari ketidakmelekatan, itulah saatnya Roh mencapai Nibbāna tertinggi di sini dan saat ini. 60. Orang lain berkata kepada dia: Tuan, memang benar ada Roh seperti yang anda katakan. Tetapi itu bukanlah Roh yang mencapai Nibbāna. Kenapa demikian? Dikarenakan vitakka dan vicāra, keadaan seperti itu dianggap kasar. Tetapi ketika Roh, dengan menghilangnya vitakka dan vicāra, memasuki dan tinggal di jhāna kedua, dengan kedamaian di dalam dan kemanunggalan batin, yang bebas dari vitakka dan vicāra dan lahir dari keheningan, dan disertai pīti dan sukha, pada saat itulah Roh mencapai Nibbāna tertinggi disini dan saat ini.

61. Orang lain berkata kepada dia: Tuan, memang benar ada Roh seperti yang anda katakan. Tetapi itu bukanlah Roh yang mencapai Nibbāna.Kenapa demikian? Disebabkan oleh adanya pīti maka disana ada kegembiraan batin, dan keadaan itu adalah kasar. Tetapi ketika Roh, dengan lenyapnya pīti, berdiam dalam ketenangan, penuh perhatian dan sangat waspada, menikmati tubuhnya sendiri dimana para Orang Suci berkata: Berbahagialah orang yang mempunyai ketenangan dan perhatian penuh, dan dengan memasuki dan berdiam spt itu di jhāna ketiga, itulah ketika Roh mencapai Nibbāna tertinggi disini dan sekarang. 62. Karena batin memiliki gagasan kebahagiaan, dan keadaan spt itu adalah kasar. Tetapi ketika dengan meninggalkan suka dan duka, dengan kelenyapan kegembiraan dan kesedihan yang telah muncul, seseorang memasuki dan tinggal di satu keadaan diatas suka dan duka di jhāna keempat, yang dimurnikan dengan ketenangan dan perhatian penuh dst

Kitab Komentar dan Sub Komentar Disini dan saat ini (diṭṭhadhamma): keadaan yang bisa dialami oleh indera di kehidupan ini atau yang lain. Nibbāna dalam konteks ini berarti surutnya penderitaan. Bukan buah tertinggi dan elemen tidak berkondisi karena hal ini berada di luar jangkauan para teoris. Paham (58) dianut oleh mereka yang membiarkan panca inderanya bebas menikmati objeknya masing2. Menikmati objek panca indera dibedakan menjadi 2: manusiawi (spt Raja Mandhātu) dan surgawi (spt deva2 Paranimmitavasavattī).

Argumen (58): seseorang yang masih lapar akan merindukan makanan yang enak; tetapi mereka yang sudah kenyang tidak akan mempunyai obsesi tentang makanan. Oleh karena itu hidup harus dipuas-puaskan sampai pada satu tahap dimana dia sudah tidak mempunyai kerinduan terhadap objek2 inderawi lagi, seperti seekor lintah yang akan melepaskan objek2 yang menggiurkan. Penderitaan di dalam saṃsāra dilenyapkan dengan pemuasan nafsu-nafsu mereka.

Teoretikus (59) dan berikutnya melihat kekurangan dari kepuasan inderawi serta melihat kedamaian dari kebahagiaan di jhāna kesatu dst. Mereka menyatakan bahwa penderitaan di saṃsāra bisa diakhiri dengan mencari kepuasan di jhāna satu dst. Di paham ini tidak disebutkan ada Roh lain seperti di paham Pemusnahan.

Selesai