B A B II EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2002, TAHUN 2003, DAN INDIKATOR PENCAPAIAN TAHUN 2004

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

1.1. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tabel Tata Guna Lahan... 5

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DAFTAR ISI. PERWAL... DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... v

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

D A F T A R I S I Halaman

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

BAB VII P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI...

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

PERENCANAAN KINERJA DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... A. Analisis Lingkungan Internal... B. Analisis Lingkungan Eksternal... C. Isu Strategis...

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

Daftar Isi. Daftar Tabel... iv. Daftar Gambar... ix. BAB I Pendahuluan... 1


DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB III VISI DAN MISI

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

DAFTAR ISI. Daftar Isi...

Transkripsi:

II EVLUSI KINERJ PEMNGUNN THUN 2002, THUN 2003, DN INDIKTOR PENCPIN THUN 2004 2.1 Evaluasi Kinerja Pembangunan Tahun 2002 dan 2003 Indikator kinerja pembangunan terdiri dari indikator ekonomi dan sosial yang dijabarkan dalam 13 indikator yang kemudian bermuara pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator pembangunan Kabupaten Garut Tabel 2.1 Capaian Indikator Makro di Kabupaten Garut No Indikator makro Satuan Tahun 2001 2002 2003 * 1 IPM (%) 64,44 64,96 65,32 2 Jumlah Penduduk Jiwa 2.110.577 2.149.492 2.186.953 3 LPP (%) 1,67 1,84 1,74 4 Jumlah Penduduk Miskin Jiwa 614.600 603.800 591.500 5 PDR (DH erlaku) Ribu 6.593.523,22 7.419.456,99 8.508.073,61 6 Inflasi (%) 9,01 8,42 9,50 7 LPE (DH Konstan Tahun 1993) (%) 3,42 3,79 4,08 8 PDR/perkapita Rp 3.118.203,00 3.468.386,00 3.923.986,39 9 Investasi (DH erlaku) Juta 1.343.100,68 1.587.919,92 1.897.045,17 10 Laju Investasi (%) 17,42 18,23 19,47 11 Konsumsi Pemerintah (G) Juta 365.977,33 429.713,34 204.690,00 12 Proporsi Jumlah Penduduk yang bekerja/ Jumlah Penduduk (%) 38,92 36,61 36,61 13 Jumlah Pengangguran Terbuka orang 51.621 52,037 57.725 Sumber: PS Kabupaten Garut * ngka Estimasi Indikator makro yang sudah dicapai pada tahun 2003 baru bersifat estimasi sesuai dengan data yang diperoleh dari evaluasi kinerja dan pengukuran yang dibuat oleh PS. Indikator makro tersebut dikelompokkan ke dalam indikator makro ekonomi (butir 5 s/d 11) dan indikator sosio demografi (butir 1, 2, 3, 4, 5, 12 dan 13). Pencapaian indikator makro tidak hanya merupakan kinerja pemerintah Kabupaten Garut, juga merupakan kinerja bersama antara pemerintah kabupaten, masyarakat serta swasta. Hal ini terkait dengan paradigma baru pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam UU No 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Indikator Ekonomi 1 Produk Domestik Regional ruto (PDR) PDR atas dasar harga berlaku menunjukan kenaikan 12,53% dari Rp. 6.593,5 miliar menjadi Rp. 7.419,4 miliar. Demikian pula PDR atas harga konstan mengalami kenaikan 3,79% dari Rp. 2.246,7 miliar menjadi Rp. 2.331,8 miliar dan menjadi 8.508 miliar pada tahun 2003. 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Garut mengalami peningkatan relatif kecil yaitu sebesar 0,37% dari semula 3,42% menjadi sebesar 3,79% dan menjadi 4,08% pada tahun 2003 hal ini dipengaruhi antara lain: Kenaikan produksi pada beberapa sektor unggulan Penurunan laju inflasi dari 9,01% menjadi 8,42%. 3 Inflasi esarnya inflasi suatu daerah dapat digambarkan dengan perkembangan PDR (perbandingan harga berlaku dengan harga konstan) setiap tahun dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi menggambarkan besarnya perubahan harga barang dan jasa yang beredar di pasaran. Perekonomian tahun 2002 menunjukan stabilitas yang kurang baik karena inflasi mencapai tingkat 8,42% dan 9,50% pada tahun 2003. 4 PDR per kapita/ pendapatan per kapita Sesuai dengan pendekatan perhitungan PDR perkapita tas Dasar Harga erlaku sebesar Rp.3.468.386,00 meningkat sebesar 8,79% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp.3.188.203,00. dapun PDR perkapita atas Dasar Harga Konstan meningkat sebesar 0,34% dari Rp.1.086.396,00 menjadi Rp.1.090.067,00, menjadi 3.923 miliar pada tahun 2003. Hal ini menggambarkan adanya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat. 5 Indeks Gini Indikasi pemerataan pendapatan masyarakat menunjukkan penurunan dari 0,215 menjadi 0,205. Hal ini menggambarkan pendapatan masyarakat yang relatif semakin merata. Indikator Sosio Demografi 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indek Pembangunan Manusia (IPM) dicerminkan oleh ngka Harapan Hidup (HH), ngka Melek Huruf (MH), rata-rata lama sekolah dan tingkat kemampuan daya beli masyarakat. IPM Kabupaten Garut tahun 2002 tercatat sebesar 64,96% yang berarti menunjukan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 64,44%, dan pada tahun 2003 adanya kenaikan menjadi 65,32%. 2 Jumlah penduduk Jumlah penduduk tahun 2002 sebesar 2.149.492 jiwa bertambah 1,84% dari tahun 2001 dan pada tahun 2003 menjadi 2.186.953 jiwa. 3 Jumlah penduduk miskin Jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 mengalami penurunan 1,76% bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2001 pada tahun 2003 menjadi 591.500.

4 Proporsi jumlah penduduk yang bekerja dibanding jumlah penduduk Proporsi jumlah penduduk yang bekerja dibanding jumlah penduduk pada tahun 2002 mengalami penurunan dari semula 38,92% menjadi 36,61%. 5 Jumlah pengangguran terbuka ngkatan kerja tercatat sebanyak 852.928 orang terdiri dari penduduk yang bekerja sebanyak 789.960 orang dan pencari kerja sebanyak 63.994 orang, dibandingkan dengan awal tahun 2002 rasio jumlah penduduk yang bekerja menunjukkan penurunan sebesar 1,5% yaitu dari 94,12% menjadi 92,62%. Jumlah pencari kerja mengalami peningkatan dari 51.621 orang pada akhir tahun 2001 menjadi 63.994 orang pada akhir tahun 2002 dan pada tahun 2003 menjadi 57.725, hal ini disebabkan masih terbatasnya kesempatan dan perluasan lapangan kerja. 2.2 Evaluasi Kinerja PD Kabupaten Garut Tahun nggaran 2003 (Triwulan II) C spek Perekonomian Dari jumlah anggaran sebesar Rp. 18.861.150.560 untuk lingkup aspek perekonomian yang terbagi ke dalam 105 kegiatan dengan realisasi fisik dan keuangan sampai dengan triwulan II mencapai sebesar Rp. 9.448.003.114 atau sebesar 50,09% spek Sosial udaya dan Pemerintahan Dari jumlah anggaran sebesar Rp. 78.885.397.393 untuk aspek sosial budaya dan pemerintahan yang terbagi ke dalam 206 kegiatan dengan realisasi fisik dan keuangan sampai dengan triwulan II mencapai sebesar Rp. 37.968.040.396 atau sebesar 48,13%. spek Fisik dan Prasarana Dari jumlah anggaran sebesar Rp. 31.389.812.562 untuk aspek fisik dan prasarana yang terbagi ke dalam 69 kegiatan dengan realisasi fisik dan keuangan sampai dengan triwulan II mencapai sebesar Rp. 8.997.988.324 atau sebesar 28,67%. 2.3 Indikator Pencapaian Pembangunan Tahun 2004 dapun indikator makro pencapaian Visi dan Misi untuk tahun 2004 berdasarkan evaluasi kinerja penyelengaraan pemerintahan selama tahun anggaran 2003, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut: Tabel 2.2 Indikator Makro Pencapaian Visi dan Misi Kabupaten Garut Sampai dengan Tahun 2004 No Indikator Makro Satuan 2003 2004 1 Indeks Pembangunan Manusia % 65,32 65,79 2 Jumlah Penduduk Jiwa 2.186.953 2.190.577 3 Laju Pertumbuhan Penduduk % 1,74 1,65 4 Jumlah Penduduk Miskin Jiwa 591.500 581.799 5 PDR (DH erlaku) Juta 8.508.073,61 9.686.289,15

6 PDR Perkapita (erlaku) Rp 3.923.986,39 4.458.162,21 7 LPE % 4,08 4,31 8 Inflasi % 9,50 8,43 9 Investasi (I) (berlaku) Juta 1.897.045,17 1.982.619,83 10 Laju Investasi % 19,47 19,94 11 Proporsi Jumlah Penduduk yg bekerja % 36,61 37,28 12 Jumlah Pengangguran terbuka Jiwa 57.725 56.938 Sumber: PS Kabupaten Garut, Tahun 2003 Dari indikator makro sebagaimana diuraikan di atas, maka rah dan Kebijakan Umum tahun 2004, pencapaian sasaran pembangunan diarahkan kepada: 1. Peningkatan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Garut mampu mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2003; 2. Peningkatan estimasi PDR atas dasar perkembangan PDR yang sedang berjalan selama tahun anggaran 2003 dengan peningkatan dominasi sektor riil yang tidak hanya dari sektor pertanian dan perdagangan saja namun termasuk dari sektorsektor lainnya; 3. Peningkatan terhadap laju pertumbuhan ekonomi dengan program jangka pendek terutama dalam mengatasi krisis ekonomi melalui peningkatan produk daerah, peningkatan kemampuan pelaksanaan sektor, dan produk unggulan, serta pemberdayaan potensi daerah yang lebih maksimal; 4. Penekanan terhadap laju pertumbuhan penduduk, estimasi, dan penanggulangan terhadap penduduk miskin melalui program dan kegiatan riil ke masyarakat sehingga setiap penduduk dapat menikmati pertambahan pendapatan yang relatif besar dan sekaligus dapat meningkatkan PDR perkapita dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Dengan sasaran di atas diharapkan seluruh kebijakan, program dan kegiatan benar-benar diarahkan terhadap: 1. Implementasi kebijakan yang dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara lebih jelas melalui peningkatan kinerja ekonomi dengan pengelolaan sumber daya yang tersedia secara lebih optimal; 2. Pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong minat investasi; 3. Kemampuan manajemen pemerintahan daerah secara profesional melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang lebih jujur dan amanah; 4. Kemampuan mengukur kebutuhan riil sehingga PD dapat dijalankan secara tepat, efisien, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Indikator idang Ekonomi PDR tahun 2004 diperkirakan dapat mencapai Rp. 9.686.289,15 juta, tingkat inflasi mencapai sampai 6%. PDR perkapita masyarakat Kabupaten Garut pada tahun 2004 diharapkan dapat diperoleh sebesar Rp 4.458.162,21 juta.

Pada tahun 2004 Kabupaten Garut diharapkan mampu mencapai sasaran pembangunan bidang ekonomi yang tinggi di sektor-sektor unggulan, pengembangan sumber daya manusia, investasi, saving daerah, dan mengupayakan pembangunan infra struktur yang mampu mendukung yang signifikan. Peningkatan terhadap laju pertumbuhan ekonomi dengan program-program jangka pendek terutama dalam mengatasi krisis ekonomi dengan melalui peningkatan produk daerah, peningkatan kemampuan pelaksanaan sektor, dan produk unggulan, serta pemberdayaan potensi daerah yang lebih maksimal. Indikator Sosio Demografi 1 Indek Pembangunan Manusia (IPM ) Indek Pembangunan Manusia (IPM) dicerminkan oleh ngka Harapan Hidup (HH), ngka Melek Huruf (MH), rata-rata lama sekolah dan tingkat kemampuan daya beli masyarakat. IPM Kabupaten Garut tahun 2002 tercatat sebesar 64,96% yang berarti menunjukan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 64,44%, dan pada tahun 2003 adanya kenaikan menjadi 65,32. 2 Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Penduduk kabupaten Garut tahun 2003 berjumlah 2.186.953 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,84%, dan prediksi jumlah penduduk tahun 2004 sebanyak 2.190.577 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,74% 3 Jumlah penduduk miskin Melalui program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2004 diharapkan penduduk miskin di Kabupaten Garut tahun 2004 diproyeksikan adanya penurunan sebesar 0,98% dari sebanyak 591.500 jiwa menjadi 581.799 jiwa. 4 Proporsi jumlah penduduk yang bekerja dibanding jumlah penduduk Proporsi jumlah penduduk yang bekerja dibanding jumlah penduduk pada tahun 2002 mengalami penurunan dari semula 38,92% menjadi 36,61%. 5 Jumlah pengangguran terbuka Jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2004 diperkirakan sebanyak 57.725 jiwa. Uraian tentang bidang, strategi, dan program di atas secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2 tentang Matriks rah dan Kebijakan Umum PD Kabupaten Garut Tahun 2004. dapun proyeksi anggaran yang tersedia sebesar Rp. 90.000.000.000,- (sembilan puluh milliar rupiah).