BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak di SDN Barengan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

xvii Universitas Sumatera Utara

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

GAMBARAN KEBERSIHAN TANGAN DAN KUKU DENGAN INFEKSI ENTEROBIASIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usia prasekolah antaralain mengenal warna, mengenal angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dan menyerang semua kelas sosioekonomi (Kim et al., 2013). Hampir 400

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO KECACINGAN PADA PETANI DI DESA KATEPUL KECAMATAN KABANJAHE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN 2. JENIS PENYAKIT CACINGAN

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak pra sekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang anak dalam masa yang cepat sehingga dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena infeksi dibandingkan anak dengan usia lebih tua dan lebih rentan terhadap pola asuh yang salah (Julianti, 2003). Karena itulah peran ibu sangat diperlukan, apalagi perilaku ibu yang masih rendah dalam membiasakan anak untuk mencuci tangan dapat menyebabkan anak terkena infeksi salah satunya infeksi parasit yaitu cacingan (Solikhin, 2011). Penyakit cacingan merupakan kelompok penyakit neglected diseases (penyakit yang kurang diperhatikan). Penyakit cacingan dapat menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, namun paling sering ditemukan pada anak usia pra sekolah (Waris, 2009). Kejadian penyakit cacingan di dunia masih tinggi yaitu 1 milyar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing Trichuris trichiura, dan 740 juta orang terinfeksi cacing tambang (Hookworm) (WHO, 2006). Data hasil survei kecacingan tahun 2011 di beberapa kabupaten / kota di Indonesia menunjukkan angka prevalensi kecacingan antara 9,95%- 85%, dimana 42% kabupaten / kota di Indonesia memiliki masalah kecacingan dengan prevalensi 20% (Bappenas, 2013). Sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 558; Sub Dit Cacing Tambang dan Parasit Perut lainnya tidak dikelola lagi oleh satu Sub Dit tersendiri, tetapi kegiatan cacingan diintegrasikan dalam Sub Dit Diare dan Kecacingan (Surat Keputusan Menkes RI, 2006). Dampak yang diakibatkan oleh penyakit cacingan yaitu diare dan gizi buruk. Sehubungan dengan

dampak dari penyakit cacingan, maka untuk angka kejadian diare pada balita tahun 2010 di Jawa Timur adalah 37,94%. Sedangkan untuk angka kejadian gizi buruk tahun 2010 di Jawa Timur adalah 12,2% (Dinkes Jatim, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kabupaten Magetan selama tahun 2013, jumlah anak usia 3-6 tahun di kabupaten Magetan ada 1021 anak. Sedangkan jumlah anak usia 3-6 tahun terbanyak berada di kecamatan Magetan dan no 2 ada di kecamatan Takeran yaitu terdapat 425 anak. Angka kejadian diare no 1 di kabupaten Magetan berada di kecamatan Poncol yang tidak terjangkau oleh peneliti. Urutan no 2 yaitu di kecamatan Takeran dengan 32,5% anak usia 3-6 tahun yang mengalami diare. Sedangkan angka gizi buruk pada tahun 2013 adalah 2,6% anak usia 3-6 tahun di kecamatan Takeran. Anak bisa menderita cacingan jika ibu tidak memperhatikan kesehatan anak-anaknya, terutama ibu yang memiliki anak usia pra sekolah 3-6 tahun. Dalam perkembangan fisiknya, anak pra sekolah mempunyai kebiasaan memasukkan jari ke mulut. Sedangkan dalam masa perkembangan bermainnya, anak usia pra sekolah lebih sering bermain di tanah, pasir, bahkan di lingkungan yang kotor, dan tidak memakai alas kaki, terkena kotoran tanpa cuci tangan langsung makan (Hawari, 2003 dalam Mukaromah, 2010). Gejalanya yang nampak pada anak cacingan seperti batuk-batuk, muntah-muntah, rewel, mencret, perut kembung, susah makan dan sebagainya. Penyakit cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, dan produktifitas penderitanya (Waris, 2009). Selain itu, infeksi cacing dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit penting lainnya seperti malaria, TBC, diare, dan anemia (Winita, 2012). Penularan penyakit cacingan ini melalui luka-luka dikulit (cacing tambang) dengan perantaraan telur-telur atau larva yang banyak terdapat di tanah terutama pembuangan kotoran (tinja) dilakukan sembarangan tempat dan tidak memenuhi persyaratan hygiene (Widjajati, 2004

dalam Solikhin 2011). Melihat dari kerugian yang dapat ditimbulkan dari penyakit cacingan ini, peran ibu dalam mencegah penyakit cacingan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Jika ibu tidak menyadari bagaimana pentingnya menjaga kebersihan pada anaknya maka akan mudah sekali anak untuk terinfeksi penyakit cacingan. Anak usia pra sekolah masih butuh dukungan dari kedua orang tuanya untuk menjaga kesehatannya. Peran ibu dalam mencegah cacingan harus dilakukan dengan kesadaran dan kesungguhan sebab kesehatan pada anak tergantung bagaimana peran ibu dalam merubah pola hidup yang sehat. Sebagai ibu, dituntut untuk senantiasa menjaga kebersihan, terutama saat menyiapkan makanan bagi keluarga. Cuci bersih bahan makanan dan peralatan makan keluarga. Bersihkan peralatan makan tersebut dengan menggunakan lap/kain bersih sebelum dipakai. Mandikan anak setidaknya 2 kali sehari agar kuman-kuman termasuk cacing yang menempel ditubuhnya segera hilang. Ajari anak untuk selalu mecuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan, sesudah bermain dan sesudah buang air besar. Ajari anak untuk buang air besar pada tempat yang sudah tersedia. Berikan mainan yang bersih dan cuci secara berkala, apalagi jika mainan tersebut sering digunakan untuk bermain diluar rumah/diletakkan di tanah. Jangan biasakan anak bermain tanah. Biasakan selalu menggunakan alas kaki jika keluar rumah. Potong kuku anak karena kuku yang panjang akan menjadi sumber penyakit. Periksakan anak ke tempat pelayanan kesehatan dan minum obat cacing secara teratur, misalnya 3 atau 6 bulan sekali sesuai dengan resep dokter (Surat Keputusan Menkes RI, 2006). Dari uraian dan data-data diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti peran ibu dalam mencegah penyakit cacingan pada anak usia pra sekolah 3-6 tahun. 1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan tentang masalah Bagaimana peran ibu dalam mencegah penyakit cacingan pada anak usia prasekolah 3-6 tahun?. 1.3.Tujuan Penelitian Untuk mengetahui peran ibu dalam mencegah penyakit cacingan pada anak usia prasekolah 3-6 tahun. 1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis 1.4.1.1.Bagi IPTEK Dapat menjadi masukan bagi perkembangan teknologi untuk dijadikan sebagai pertimbangan dan pengembangan ilmu keperawatan yang terkait dengan masalah anak.

1.4.1.2.Bagi Institusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Bermanfaat untuk mengembangkan asuhan keperawatan anak terutama untuk pencegahan penyakit cacingan. 1.4.1.3.Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang peran ibu dalam mencegah penyakit cacingan pada anak usia pra sekolah, sekaligus sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian selanjutnya dan mendorong pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1.Bagi Masyarakat Menambah wawasan masyarakat dalam mencegah cacingan pada anak. 1.4.2.2.Bagi responden Meningkatkan peran ibu dalam mencegah penyakit cacingan pada anak usia pra sekolah. 1.4.2.3.Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya sebagai referensi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. 1.5.Keaslian Penelitian 1. Salbiah. (2008). Hubungan Karakteristik Siswa dan Sanitasi Lingkungan dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Belawan. Hasilnya adalah ada hubungan antara tindakan dan sanitasi lingkungan dengan infeksi cacingan. Persamaannya adalah variabel penyakit cacingan. Perbedaannya adalah penelitian oleh Salbiah tentang hubungan karakteristik siswa dan sanitasi lingkungan dengan infeksi cacingan, dan respondennya pada siswa Sekolah Dasar, metode penelitian yang digunakan oleh Salbiah adalah korelasi.

2. Mukaromah, Yossy Dwi. (2010). Hubungan Persepsi Ibu tentang Cacingan dengan Status Gizi Anak Usia Prasekolah 3-6 tahun. Hasilnya adalah ada hubungan antara persepsi ibu tentang cacingan dengan status gizi anak usia pra sekolah 3-6 tahun. Persamaannya adalah variabel penyakit cacingan, responden pada anak usia pra sekolah. Perbedaannya adalah penelitian oleh Mukaromah membahas tentang hubungan antara persepsi ibu tentang cacingan dengan status gizi anak usia pra sekolah 3-6 tahun, metode penelitian yang digunakan oleh Mukaromah adalah korelasi. 3. Solikhin, 2011. Gambaran Perilaku Ibu Dalam Mencegah Cacingan Pada Anak Usia Pra Sekolah 3-6 Tahun. Hasil penelitian adalah 35,5% ibu memiliki perilaku baik, 42,2% ibu memiliki perilaku cukup, dan 22,2% ibu memiliki perilaku kurang. Persamaannya adalah sama-sama mencegah cacingan pada anak usia pra sekolah 3-6 tahun, metode penelitian yang digunakan sama-sama diskriptif. Perbedaannya adalah pada variabelnya, Solikhin menggambarkan perilaku ibu sedangkan penelitian saya tentang peran ibu. Dari ketiga penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan: a. Persamaan 1) Penyakit cacingan sering terjadi pada anak. 2) Variabel penyakit cacingan. b. Perbedaan 1) Tujuan penelitian. 2) Responden penelitian. 3) Metode penelitian. 4) Hasil penelitian.

Berdasarkan perbedaan dan persamaan dari ketiga penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang Peran Ibu Dalam Mencegah Penyakit Cacingan Pada Anak Usia Pra Sekolah 3-6 Tahun, belum dilakukan penelitian dan penelitian ini asli.