BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

dokumen-dokumen yang mirip
AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar)

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 104

HAK JANDA/DUDA ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA LUBUK-LINGGAU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan perbuatan yang paling penting didalam kehidupan manusia,

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang diharapkan akan mampu menjalin sebuah ikatan lahir-batin antara

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir batin ini harus ada, karena

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

PUTUSAN Nomor 0475/Pdt.G/2015/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

P U T U S A N. Nomor: 0158/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

SALINAN P U T U S A N NOMOR 55/Pdt.G/2011/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan manusia disebabkan oleh adanya perkawinan. Jika perkawinan tidak didasarkan pada hukum Allah, sejarah dan peradaban manusia akan hancur oleh bentuk-bentuk perzinahan sehingga manusia tidak berbeda dengan binatang yang hanya mementingkan hawa nafsunya. Oleh karena perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat sederhana budaya perkawinannya sederhana, sempit dan tertutup, dalam masyarakat yang maju budaya perkawinannya maju, luas dan terbuka. Budaya perkawinan dan aturannya berlaku pada suatu masyarakat atau pada bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya, semuanya itu dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, dan keagamaan yang dianut masyarakat bersangkutan. Dalam menjalankan kehidupan berumah tangga tidak terdapat perselisihan antara suami dan istri, maka suatu perkawinan harus dilandasi dengan rasa saling terbuka dan saling percaya antara satu dengan yang lainnya. Keterbukaan dan saling percaya menjadi dasar suatu rumah tangga untuk hidup rukun dan damai. Pertengkaran dapat terjadi, jika dalam rumah suatu keluarga tidak ada komunikasi

2 yang baik. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui lebih lanjut pembagian harta bersama dalam perceraian antara suami-istri. Undang-Undang perkawinan yang bertujuan untuk mengatur pergaulan hidup yang sempurna, bahagia, dan harmonis di dalam rumah tangga guna terciptanya rasa kasih sayang dan saling mencintai. Namun kenyataan membuktikan bahwa perkawinan yang harmonis tidak selalu tercapai atau dicapai dengan mudah. Sebaliknya perkawinan sering kandas ditengah jalan karena tidak terdapat kesepakatan atau tidak kerukunan pasangan suami dan istri, sehingga menyebabkan terjadi permusuhan yang berkepanjangan walaupun telah diusahakan untuk menghindarinya. Masalah di ruang lingkup Pengadilan Agama, diantarnya adalah masalah perceraian. Perceraian ialah putusnya suatu perkawinan yang sah di depan pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan Undang-Undang. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dikatakan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kehidupan rumah tangga adalah unsur yang sangat penting dalam masyarakat. Karena setiap individu telah dikodratkan untuk memiliki pasangan hidup dan menikah. Perkawinan pada dasarnya merupakan suatu perintah agama yang telah diatur pula dalam Undang-Undang Perkawinan, sehingga barang siapa

3 yang tidak menjujung tinggi hak dan kewajiban dalam kehidupan rumah tangga, dia telah melanggar Undang-Undang dan sekaligus melanggar perintah agama. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 telah menempatkan kedudukan agama sebagai dasar membentuk keluarga yang bahagia dan harmonis bagi bangsa dan Negara Indonesia. Di sini berarti bahwa suatu perkawinan yang dikehendaki perundangan nasional bukan saja merupakan perikatan keperdataan tetapi juga merupakan perikatan keagamaan. Perkawinan dilangsungkan sekali seumur hidup tanpa boleh diputuskan begitu saja, sebagai layaknya kehidupan rumah tangga (suami istri) dapat berlangsung harmonis serta tidak adanya keretakan atau perpecahan dikemudian hari. Perkawinan yang buruk keadaannya tidak baik dibiarkan berlarut-larut, sehingga demi kepentingan kedua belah pihak perkawinan yang demikian itu lebih baik diputuskan. Apabila tidak adanya keharmonisan di dalam rumah tangga maka dapat menimbulkan perpecahan yaitu perceraian. Putusnya perkawinan secara yuridis adalah merupakan suatu peritiwa hukum yang membawa akibat-akibat hukum. Baik hukum keluarga maupun hukum harta benda. Masalah perceraian berkaitan dengan perbuatan hukum seseorang dalam arti sempit mempunyai akibat hukum terhadap yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya. Itulah sebabnya hukum Islam memiliki peran penting dalam mengatur dan memutus perkara perceraian yang ada. Hukum perkawinan bagi umat Islam tidak dapat dipisahkan

4 keberadaannya dengan hukum Islam yang merupakan hukum positif di Negara Republik Indonesia. Perkawinan merupakan suatu perjanjian yang suci, kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara laki-laki dan perempuan guna membentuk keluarga yang sakinah, santun menyantuni, kasih mengasihi, tentram dan bahagia. Di dalam menjatuhkan keputusan tentang perceraian hakim tidak boleh salah dalam menerapkan hukum, karena harus dilihat dengan jelas apa yang menyebabkan hingga terjadinya perceraian. Apabila terjadi hal-hal yang bersifat sepele dan sekiranya masih ada kemungkinan untuk didamaikan maka sebisanya harus dicegah agar tidak sampai terjadi perceraian. Apabila terjadi suatu perceraian antara seorang suami dengan seorang istri maka akan mengakibatkan timbulnya masalah baru, apabila suami istri tersebut telah dikaruniai anak. Bagaimana nasib anak-anak mereka yang menjadi korban perceraian dari kedua orang tuanya. Timbulnya perceraian maka akan menimbulkan masalah tentang pembagian harta bersama yang diperoleh selama melangsungkan perkawinan. Karena harta bersama itu sudah bercampur dengan harta bawaan masing-masing. Di dalam penulisan ini, penulis hanya membatasi tentang masalah pembagian harta bersama, antara seorang suami dengan seorang istri apabila terjadi perceraian. Permohonan perceraian dikabulkan dan diputuskan oleh hakim, biasanya akan diikuti oleh pecahnya harta bersama. Sejak saat dilangsungkan perkawinan, menurut hukum terjadi harta bersama menyeluruh antara suami istri sejauh hal itu tidak diadakan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian perkawinan.

5 Masalah pembagian harta bersama mucul setelah adanya perceraian, dimana setelah bercerai keduanya menuntut haknya masing-masing. Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahannya adalah bagaimana pertimbangan hakim dalam hal penyelesaian sengketa pembagian harta bersama karena perceraian dan bagaimana penyelesaian sengketa harta dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan putusan hakim? Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Dalam penelitian ini mempunyai dua tujuan obyektif, yaitu untuk mengetahui bagaimana penentuan tata cara pembagian harta bersama karena perceraian di Pengadilan Agama? dan Bagaimanakah upaya Pengadilan Agama dalam menyelesaikan sengketa pembagian harta bersama karena perceraian? 2. Tujuan subyektif, yaitu untuk penyusunan skripsi dalam memenuhi salah satu persyaratan guna menempuh gelar sarjana Strata-1 Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Perkawinan Suatu keluarga tentunya menambahkan dan mengharapkan keluarga yang bahagia, sejahtera dan kekal seperti yang diharapkan pada awal sebelum perkawinan tersebut dilangsungkan. Suatu keluarga hanya terbentuk melalui perkawinan yang sah, karena mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat. Perkawinan pada dasarnya merupakan perintah agama yang telah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan, sehingga barang siapa yang tidak menjujung tinggi hak dan kewajiban dalam kehidupan rumah tangga, maka mereka tidak hanya melanggar UU semata melainkan sekaligus melanggar perintah agama. Tujuan dari perkawinan yaitu untuk mengatur pergaulan hidup sempurna, bahagia, dan kekal di dalam rumah tangga guna terciptanya rasa kasih sayang dan saling mencintai. 1. Pengertian Perkawinan Adapun pengertian dari perkawinan menurut Soemiyati yang dalam istilah agama disebut Nikah ialah: melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara laki-laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan dasar sukarela dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi

7 rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah. 1 Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir perkawinan di dalam hukum Islam adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga, yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi oleh Allah. Pada dasarnya antara pengertian Perkawinan menurut Hukum Islam dan menurut Undang-Undang tidak terdapat perbedaan prinsipiil sebab pengertian perkawinan menurut Undang-Undang yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2 Mengenai pengertian perkawinan ini banyak beberapa pendapat yang satu dan lainnya berbeda. Tetapi perbedaan pendapat ini sebetulnya bukan untuk memperlihatkan pertentangan yang sungguh-sungguh antara pendapat yang satu dengan yang lain. Perbedaan itu hanya terdapat pada keinginan para perumus untuk memasukkan unsur-unsur yang sebanyak-banyaknya dalam perumusan pengertian perkawinan disatu pihak dan pembatasan banyaknya unsur di dalam perumusan pengertian perkawinan di pihak yang lain. Walaupun ada perbedaan pendapat tentang perumusan pengertian perkawinan, tetapi dari semua rumusan yang dikemukakan ada unsur yang merupakan kesamaan dari seluruh pendapat, yaitu bahwa nikah merupakan suatu perjanjian perikatan antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Perjanjian disini bukan sembarang perjanjian jual-beli atau 1 Soemiyati, 2007, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, Yogyakarta, Liberty, hlm 10. 2 Ahmad Azhar Basyir, 2007, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta, UII Press, hlm. 13.

8 sewa-menyewa, tetapi perjanjian dalam nikah adalah merupakan perjanjian suci untuk membentuk keluarga antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Suci jika dilihat dari segi keagamaannya dari suatu perkawinan. Dalam Pasal 1 Undang- Undang Perkawinan merumuskan pengertian perkawinan adalah, ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. dalamnya: Bila definisi tersebut di atas kita telaah, maka terdapatlah lima unsur di 1. Ikatan lahir batin Ikatan lahir batin maksudnya adalah bahwa ikatan itu tidak hanya cukup dengan ikatan lahir saja atau batin saja, akan tetapi kedua-duanya harus terpadu erat. Satu ikatan lahir merupakan ikatan yang dapat dilihat dan mengungkapkan adanya hubungan antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama sebagai suami dan isteri. 2. Antara seorang pria dan wanita Ikatan perkawinan hanya boleh terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita, maka kesimpulan yang dapat ditarik pertama-tama bahwa hubungan perkawinan selain antara seorang pria dengan wanita tidaklah mungkin terjadi, misalnya antara wanita dengan wanita atau pria dengan pria.

9 3. Sebagai suami dan isteri Suatu perkawinan adalah sah apabila memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang, baik syarat intern maupun syarat-syarat extern. Yang dimaksud dengan syarat intern adalah yang menyangkut pihak-pihak yang melakukan perkawinan yaitu : kesepakatan mereka, kecakapan mereka, dan juga adanya izin dari pihak lain yang harus diberikan untuk melangsungkan perkawinan. Sedangkan syarat-syarat extern adalah yang menyangkut pelangsungan perkawinan. Syarat-syarat intern untuk pelangsungan perkawinan : a) Perkawinan harus didasarkan pada persetujuan kedua belah pihak. b) Harus mendapat izin dari kedua orang tua, bilamana kedua belah pihak belum mencapai umur 21 tahun. c) Bagi pria sudah mencapai umur 19 tahun dan bagi wanita harus mencapai 16 tahun. d) Kedua belah pihak dalam keadaan tidak kawin. e) Bagi seorang wanita yang akan melakukam perkawinan untuk kedua kalinya dan seterusnya Undang-Undang mensyaratkan setelah lewatnya masa tunggu, yaitu sekurang-kurangnya 90 hari bagi yang putus perkawinannya karena perceraian, 130 hari bagi yang perkawinannya putus karena kematian. 4. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, yang dimaksud dengan keluarga ini adalah suatu kesatuan yang terdiri dari

10 ayah, ibu, dan anak-anak yang merupakan sendi dasar susunan masyarakat Indonesia. 5. Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, yang sila pertama Ke- Tuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat dengan agama/kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir atau jasmani, akan tetapi unsur batin/rokhani juga mempunyai peranan penting. Pada prinsipnya perkawinan bertujuan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmat seperti yang dicantumkan dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, namun dalam realisasinya tidak semua perkawinan itu mencapai tujuan yang di kehendaki atau dengan kata lain gagal membina antara suami dan isteri tersebut, bahkan berkelanjutan menjadi permusuhan yang ada pada akhirnya menuju putusnya suatu perkawinan. Apabila suatu perceraian tidak dapat dihindarkan maka hal itu akan menimbulkan akibat-akibat yang menimpa suami isteri, keturunannya, harta benda atau harta perkawinannya terhadap harta/benda perkawinannya maka akan timbul perselisihan diantara suami dan isteri dan ahli warisnya. Pengertian Perkawinan menurut Hukum Islam dimana Perkawinan yang dalam istilah agama disebut nikah yaitu suatu perjanjian untuk mensahkan hubungan kelamin antara seorang pria dan seorang wanita untuk melanjutkan keturunan. Di kalangan kaum muslim nikah itu merupakan suatu perbuatan suci,

11 dimana perjanjian sipil dan walaupun pada umumnya dilakukan upacara dengan membaca ayat-ayat Qur an, akan tetapi hukum Islam tidak menetapkan dengan tegas suatu upacara agama yang khusus untuk perkawinan, tidak ada pejabat yang ditentukan untuk itu dan tidak ada formalitas yang menyulitkan. Nikah secara Islam dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan yaitu melaksanakan ikatan persetujuan antara seorang pria dengan seorang wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak, yang dilakukan oleh wali pihak wanita menurut ketentuan-ketentuan yang sudah diatur oleh agama. Dari pengertian nikah tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa : a) Nikah adalah persetujuan/perjanjian ataupun suatu akad antara seorang pria dan seorang wali pihak wanita. b) Untuk terjadinya nikah harus ada kerelaan dan kesukaan dari kedua belah pihak yang akan melakukan nikah. c) Nikah dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan yang sudah diatur oleh agama yang terdapat di dalam hukum fiqh. 3 Dalam pembagian lapangan-lapangan Hukum Islam, Perkawinan adalah termasuk dalam lapangan muamalat yaitu lapangan yang mengatur hubungan antara manusia dengan kehidupan di dunia ini. Hubungan antara manusia ini dalam garis besarnya dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu : a) Hubungan kerumah-tanggaan dan keluarga. 3 Asaf A.A Fyzee, 1965, Pokok-Pokok Hukum Islam, Tinta Mas, Jakarta, hlm, 109