IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

BAB IV METODE PENELITIAN

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGIPENELITIAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

VI. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

Transkripsi:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Kecamatan Argapura. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. 4.2. Metode Penentuan Responden Penentuan responden penelitian dilakukan melalui dua metode yaitu metode purposive sampling dan snowball sampling. Metode purposive sampling digunakan untuk memilih Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Gunung Sari sebagai sampling frame untuk memudahkan penentuan petani sampel, dimana petani yang tergabung dalam Gapoktan Gunung Sari merupakan petani yang mengusahakan komoditas bawang merah. Penentuan petani sampel menggunakan metode snowball sampling dengan ketua kelompok tani sebagai sampel awalnya. Petani sampel merupakan petani yang melakukan budidaya bawang merah dalam kurun waktu satu tahun terakhir ketika penelitian dilakukan yaitu pada musim tanam tahun 2010. Pengambilan sampel berdasarkan petani yang tergabung dalam Gapoktan Gunung Sari yang terdiri dari delapan kelompok tani. Hal tersebut bertujuan agar sampel dapat mewakili keseluruhan petani yang berada di Desa Sukasari Kaler, karena pembagian kelompok tani berdasarkan wilayah hamparan lahan yang dimiliki petani. Akan tetapi, petani responden hanya diambil dari kelompok tani yang mengusahakan bawang merah pada lahan sawah yaitu kelompok tani Pakuwon, Sukasari Utara, Cilayur, Mengger dan Liang Julang dengan jumlah populasi sebanyak 330 orang. Sedangkan tiga kelompok tani lainnya, yaitu kelompok tani Teja Permana, Gunung Sari dan Tani Mukti tidak diambil karena usahatani bawang merah dilakukan pada lahan tegalan (tadah hujan). Petani responden diambil sebanyak 10 persen dari populasi. Akan tetapi, petani sampel hanya berjumlah 30 orang karena tiga orang lainnya sudah tidak 40

mengusahakan bawang merah. Selain itu, petani responden juga diambil dari kelompok tani yang mayoritas masih mengusahakan bawang merah, sehingga terdapat perbedaan antara jumlah rencana dan realisasi. Tabel 6 menunjukkan rencana dan realisasi jumlah petani sampel yang diambil dalam penelitian ini. Tabel 6. Responden Petani Bawang Merah di Desa Sukasari Kaler No Nama Kelompok Tani Rencana (orang) Realisasi (orang) 1 Pakuwon 9 7 2 Sukasari Utara 7 8 3 Cilayur 9 5 4 Mengger 4 7 5 Liang Julang 4 3 Jumlah 33 30 4.3. Data dan Instrumentasi Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan, pembagian daftar pertanyaan yang telah disiapkan dengan teknik wawancara langsung kepada petani responden. Wawancara dilakukan dengan metode wawancara terstruktur. Data primer pada penelitian mencakup penguasaan asset pertanian, pemasukan dan pengeluaran usahatani bawang merah serta informasi lainnya yang berguna untuk menunjang penelitian ini. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari sumber kedua atau literatur-literatur yang relevan. Data sekuder yang digunakan untuk mendukung data-data primer diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Argapura, monografi Desa Sukasari Kaler. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Pertanian Republik Indonesia, buku serta penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan topik penelitian. Data sekunder mencakup data produksi, produktivitas, luas areal tanam berbagai komoditas hortikultura serta informasi lainnya. 41

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini baik data primer maupun data sekunder adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler. Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan efisiensi teknis serta pendapatan usahatani bawang merah yang dilakukan para petani di Desa Sukasari Kaler. Data yang dikumpulkan melalui proses verifikasi dan validasi data terlebih dahulu. Selanjutnya data diolah menggunakan program Microsoft Excel, Minitab 14, dan Frontier 4.1. Microsoft Excel digunakan untuk proses input data dan pendapatan usahatani. Minitab digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani dan program Frontier 4.1. digunakan untuk mendapatkan estimasi nilai parameter dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic frontier. Program Frontier 4.1. terdiri dari tiga tahap : 1) Mengkalkulasikan nilai estimasi dari β dan σ s 2 (Ordinary Least Square) semua nilai estimasi β kecuali β 0 unbias. menggunakan OLS 2) Dua frase grid search dari fungsi likelihood digunakan untuk mengevaluasi nilai dari γ yang nilainya berkisar antara 0 dan 1. 3) Nilai diseleksi melalui tahap kedua digunakan sebagai nilai awal dalam prosedur iteratif untuk mengestimasi nilai akhir maximum-likelihood. 4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier (SF) Bentuk fungsi produksi yang digunakan adalah Stochastic Frontier Cobb- Douglas. Bentuk ini dipilih karena sederhana dan dapat digunakan dalam bentuk fungsi linear. Dugaan yang akan digunakan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam persamaan berikut : Y = β 0 L β1 B β2 TK β3 N β4 P β5 K β6 Pc β7 Pd β8 Pk β9 vi ui e Untuk memudahkan pendugaan ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural dengan basis e (log natural) sebagai berikut : Y = ln β 0 + β 1 ln L + β 2 ln B + β 3 ln TK + β 4 ln N + β 5 ln P + β 6 ln K + β 7 ln Pc + β 8 ln Pd + β 9 ln Pk + v i - u i 42

Dimana : Y = Produksi total bawang merah (kg) L = Luas lahan (ha) B = Penggunaan bibit (kg) TK = Tenaga kerja (HOK) N = Jumlah pupuk N (kg) P = Jumlah pupuk P (kg) K = Jumlah pupuk K (kg) Pc = Pestisida cair (lt) Pd = Pestisida padat (kg) Pk = Pupuk kandang (kg) = Intersep β 0 β i = Koefisien parameter penduga, dimana i = 1,2,3, 12 0 < β i < 1 (Diminishing return) v i - u i = Error term (u i = efek inefisiensi teknis dalam model) Variabel sisa (random shock) v i merupakan variabel acak yang bebas dan secara identik terdistribusi normal (independent-identically distributed/ i.i.d) dengan rataan (mathematical expectation/ u i ) bernilai nol dan ragamnya konstan, σ y 2 (N(0, σ v 2 )), serta bebas dari u i. Variabel kesalahan (residual solow) u i adalah variabel yang menggambarkan efek inefisiensi di dalam produksi, diasumsikan terdistribusi secara bebas diantara setiap observasi dan nilai v i. Variabel acak u i tidak boleh bernilai negatif dan distribusinya normal dengan nilai distibusi N(µ i, σ u 2 ) (Coelli dan Battese 1998). 4.4.2. Analisis Efisiensi dan Inefisiensi Teknis Metode efek inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1998). Variabel u i yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N(µ i, σ 2 ). Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani bawang merah dalam penelitian ini adalah umur (Z 1 ), pengalaman (Z 2 ), pendidikan (Z 3 ), dummy status kepemilikan lahan (Z 4 ), dummy penyuluhan (Z 5 ), dan dummy varietas bibit (Z 6 ). Dengan demikian, parameter distribusi (µ i ) efek inefisiensi teknis dalam penelitian ini adalah : µ i = δ 0 + δ 1 Z 1 + δ 2 Z 2 + δ 3 Z 3 + δ 4 Z 4 + δ 5 Z 5 + δ 6 Z 6 + w it 43

Beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk model efek inefisiensi dalam persamaan diatas adalah : 1) Semakin tua umur petani, diduga akan mempertinggi tingkat inefisiensi karena semakin tua petani maka kondisi fisiknya akan semakin lemah. 2) Semakin lama pengalaman petani mengusahakan usahatani bawang merah, diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Pengalaman yang diperoleh petani dari usahatani sebelumnya akan menjadi pelajaran bagi petani untuk pengelolaan berikutnya. 3) Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Tingginya tingkat pendidikan mengindikasikan tingginya pengetahuan petani dalam mengelola usahataninya. 4) Dengan mengikuti penyuluhan diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Penyuluhan mampu memberikan informasi yang dapat membantu petani dalam mengelola usahataninya. 5) Status garapan (dummy) diduga akan mempengaruhi keseriusan petani dalam mengolah lahannya. Petani penyewa cenderung lebih baik daripada petani non penyewa. 6) Varietas bibit yang digunakan (dummy) diduga berpengaruh terhadap inefisiensi teknis. Seluruh parameter baik dalam fungsi stochastic frontier dan efek inefisiensi secara simultan dapat diperoleh melalui program Frontier 4.1. Pengujian efek inefisiensi dilakukan dengan metode statistik. Hasil pengujian Frontier 4.1. akan memberikan nilai perkiraan varians dari parameter dalam bentuk parameterisasi berikut ini : σ s 2 = σ v 2 + σ u 2 dan γ = σ u 2 / σ s 2 Nilai parameter gamma (γ) berkisar antara nol dan satu. Untuk keputusan penerimaan hipotesis nol (diuraikan dalam bagian uji hipotesis) atau ditentukan oleh nilai kritis. Efisiensi teknis petani ke-i adalah nilai harapan dari (-u i ) yang dinyatakan dalam rasio berikut ini : TE i = 44

Dimana TE i adalah efisiensi teknis petani ke-i, dan y i adalah fungsi output deterministic (tanpa error term). Nilai efisiensi teknis tersebut berbanding terbalik dengan efek inefisiensi teknis di atas yang juga bernilai diantara nol dan satu. Nilai efisiensi teknis dalam persamaan di atas digunakan hanya untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data) dan tidak untuk input yang bersifat logaritmik (panel data) (Coelli dan Battese 1998). 4.4.3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis hanya dilakukan untuk hasil output efek efisiensi teknis frontier. Untuk mengetahui apakah ada efek inefisiensi di dalam model menggunakan nilai LR test galat satu, sedangkan untuk masing-masing variabel penduga apakah koefisien dari masing-masing parameter bebas (δ i ) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (µ i ) dengan menggunakan t-hitung. Hipotesis pertama : H 0 : γ = δ 0 = δ 1 = δ 2 = δ 3 = δ 4 =. δ 10 = 0 H 1 : γ = δ 0 = δ 1 = δ 2 = δ 3 = δ 4 =. δ 10 > 0 Hipotesis nol artinya efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika hipotesis ini diterima, maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili data empiris. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. LR = -2 {ln[l(h 0 )/L(H 1 )]} Dimana L(H 0 ) dan L(H 1 ) adalah nilai dari fungsi likelihood di bawah hipotesis H 0 dan H 1. Kriteria uji : LR galat satu sisi > χ 2 restriksi (tabel Kodde dan Palm) maka tolak H 0 LR galat satu sisi < χ 2 restriksi (tabel Kodde dan Palm) maka terima H 0 Tabel chi-square Kodde dan Palm adalah table upper and lower bound dari nilai kritis untuk uji bersama persamaan dan pertidaksamaan restriksi. Hipotesis Kedua : H 0 : δ 1 = 0 H 1 : δ 1 0 45

Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masingmasing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat inefisiensi dalam proses produksi. Uji statistik yang digunakan: t-hitung = t-tabel = t (α, n-k-1) Kriteria uji : t-hitung > t-tabel t (α, n-k-1) : tolak H 0 t-hitung < t-tabel t (α, n-k-1) : terima H 0 Dimana : k = jumlah variabel bebas n = jumlah pengamatan (responden) S (δ i ) = simpangan baku koefisien efek inefisiensi 4.4.4. Analisis Pendapatan Usahatani Profitabilitas usahatani bawang merah dapat dikaji dengan dua indikator yaitu pendapatan usahatani dan R/C rasio. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan petani, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya (Soekartawi et al. 1985). Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan (Soekartawi et al. 1985) adalah : Dimana : TR TC P Q TR TC atas biaya tunai atas biaya total = P x Q = biaya tunai + biaya diperhitungkan = TR biaya tunai = TR TC : Total penerimaan usahatani (Rp) : Total biaya usahatani (Rp) : Harga output (Rp/Kg) : Jumlah output (Kg) : Pendapatan atau keuntungan (Rp) 46

Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Penerimaan atau revenue dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan penerimaan total. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, yaitu jumlah produk yang dijual dikalikan dengan harga jual produk. Penerimaan total usahatani merupakan keseluruhan nilai produksi usahatani baik yang dijual, dikonsumsi keluarga dan dijadikan persediaan. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Biaya atau cost juga dibagi menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai di dalam usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kebutuhan usahatani. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Biaya total adalah keseluruhan nilai yang dikeluarkan bagi usahatani, baik tunai maupun tidak tunai. Analisis R/C adalah salah satu ukuran efisiensi penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost rasio) yang menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan. R/C rasio yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis R/C rasio dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Soekartawi et al. 1985) : R/C rasio atas biaya tunai R/C rasio atas biaya total = TR / biaya tunai = TR / TC Dimana : TR TC = Total penerimaan usahatani (Rp) = Total biaya usahatani (Rp) 47

Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan. Tabel 7 memperlihatkan contoh perhitungan pendapatan usahatani. Tabel 7. Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio per Hektar per Tahun Tanaman Tahunan No Keterangan Jumlah A Penerimaan B Biaya Tunai 1 Bibit 2 Pupuk Kimia 3 Pupuk Kandang 4 Obat-obatan 5 Tenaga Kerja Luar Keluarga Total Biaya Tunai C Biaya yang Diperhitungkan 1 Penyusutan 2 Sewa Lahan 3 Tenaga Kerja Keluarga Total Biaya yang Diperhitungkan D Total Biaya (B+C) E Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) F Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) G R/C Atas Biaya Tunai (A/B) H R/C Atas Biaya Total (A/D) Sumber : Soekartawi 1985 Harga per Satuan (Rp) Total (Rp) Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Metode yang digunakan adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu : 48

Biaya Penyusutan = Dimana : Nb Ns N : Nilai pembelian (Rp) : Tafsiran nilai sisa (Rp) : Umur ekonomis (tahun) 4.5. Definisi Operasional Definisi operasional pada penelitian ini yaitu variabel yang diamati merupakan data dan informasi usahatani yang diusahakan oleh petani bawang merah. Variabel tersebut terlebih dahulu didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep di bawah ini : 1) Produksi bawang merah (Y) adalah hasil produksi fisik berupa bawang merah yang dihasilkan dalam satu musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). 2) Luas lahan (L) adalah luas lahan yang digunakan untuk berusahatani bawang merah dengan satuan pengukuran adalah hektar (ha). 3) Bibit bawang merah (B) adalah jumlah bibit bawang merah yang digunakan petani untuk satu kali musim tanam dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). 4) Tenaga kerja (TK) adalah jumlah tenaga kerja total yang digunakan dalam proses produksi untuk berbagai kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Tenaga kerja diukur dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK) dan mengabaikan jenis tenaga kerja yang digunakan apakah dari dalam keluarga atau luar kelurga. 5) Pupuk N (N) adalah jumlah kandungan pupuk N yang digunakan petani untuk memupuk tanaman bawang merah selama satu kali musim tanam, meliputi pupuk urea, ZA, phonska dan NPK. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). 6) Pupuk P (P) adalah jumlah kandungan pupuk P yang digunakan petani untuk memupuk tanaman bawang merah selama satu kali musim tanam, meliputi TSP, phonska dan NPK. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). 49

7) Pupuk K (K) adalah jumlah kandungan pupuk K yang digunakan petani untuk memupuk tanaman bawang merah selama satu musim tanam, meliputi pupuk phonska, NPK dan KCL. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). 8) Pestisida cair (Pc) adalah jumlah pestisida yang digunakan petani untuk pengendalian hama dan panyakit selama satu musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah liter (lt). 9) Pestisida padat (Pd) adalah jumlah pestisida yang digunakan petani untuk pengendalian hama dan panyakit selama satu musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah dan kilogram (kg). 10) Pupuk kandang (Pk) adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan petani untuk memupuk lahan bawang merah selama satu kali musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). 11) Umur petani (Z 1 ) adalah usia petani saat musim tanam bawang merah yang diukur dalam tahun. 12) Pengalaman berusahatani (Z 2 ) adalah lamanya petani dalam mengusahakan usahatani bawang merah yang diukur dalam tahun. 13) Pendidikan (Z 3 ) adalah lamanya pendidikan formal yang diperoleh petani yang diukur dalam tahun. 14) Penyuluhan (Z 4 ) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang mengikuti penyuluhan dan nol untuk petani yang tidak mengikuti penyuluhan. 15) Status kepemilikan lahan (Z 5 ) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang memiliki lahan garap sendiri, HGP, dan sakap dan nol untuk sewa. 16) Varietas bibit (Z 6 ) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang menggunakan varietas Sumenep dan nol untuk petani yang menggunakan varietas Balikaret. 17) Bata adalah satuan luas setara dengan 14 m 2, (1 Ha = 700 Bata). 50