BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN AUDIT MANAJEMEN KINERJA PT. SUPERINDO UTAMA SURABAYA MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam perusahaan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat. personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahan tersebut. (Helfert, 1996)

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. demikian yang dikatakan oleh Wiliam Thompson (Lord Kelvin), Dari

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan kemajuan pesat seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai bisnis, dewasa ini kita dapat merasakan bahwa

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, maka perlu melakukan pengukuran kinerja. digunakan untuk menyusun suatu sistem penghargaan (reward system)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rukan French Walk Blok G/16, Kelapa Gading, Jakarta utara. 1. Profil PT. Tunjung Sekar Jiwandani

BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

BAB II LANDASAN TEORI

Prepared by Yuli Kurniawati

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

MVC dengan BALANCED SCORECARD (BSC)

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Menurut M. Mahsun (2007:161) pengukuran kinerja merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rizal melakukan penelitian pengukuran kinerja menggunakan Balanced

Farah Esa B

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang semakin kompetitif ini, tantangan yang dihadapi oleh organisasi baik yang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia bahwa Sampai dengan September ini konsumsi semen di

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian

BAB II LANDASAN TEORI. dan David P. Norton pada tahun 1990, namun sistem penilaian kinerja ini mulai

BAB II LANDASAN TEORI

Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Pendekatan Balanced Scorecard

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

PENERAPAN BALANCE SCORECARD SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO UNIT PENGELOLA KEGIATAN (UPK) BINA MANDIRI

The Balanced Scorecard. Amalia

Jurnal Sains & Teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effective (Srimindarti, memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapatkan hasil yang optimal serta mampu menjaga kelangsungan hidupnya.

yang dicapai dalam melaksanakan fungsi-fungsi khusus suatu pekerjaan atau termasuk informasi atas : efisiensi penggunaan sumber daya dalam

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN 2.1 Konsep Dasar Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2008:2), audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisien dan efektivitas operasi perusahaan. Audit manajemen dirancang secara sistematis untuk mengaudit aktivitas, program-program yang diselenggarakan, atau sebagian dari entitas yang bisa diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan. Definisi audit manajemen menurut Mulyadi dan Setiawan (2009:32) adalah review secara sistematik kegiatan oganisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit manajemen ditujukan untuk mencapai perbaikan atas berbagai aktivitas dalam pengelolaan perusahaan yang masih memerlukan perbaikan. Audit dirancang untuk menemukan berbagai kelemahan dalam operasional perusahaan menentukan penyebabnya, menganalisis akibat yang timbul, dan mencari jalan perbaikan atas kelemahan tersebut. 2.1.1 Pengertian dan Manfaat Audit Kinerja 1. Pengertian Audit Kinerja 7

8 Menurut Rai (2008:41) Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program, fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan berdasarkan aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan menurut Mahmudi (2013:198) audit kinerja, merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi dan aktivitas/kegiatan. Evaluasi dilakukan terhadap tingkat ekonomi, efisiensi, dan keefektivan dalam mencapai target ditetapkan serta kepatuhannya terhadap kebijakan dan peraturan perundangan yang disyaratkan, kemudian membandingkannya antara kinerja yang dihasilkan dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Manfaat Audit Kinerja Menurut Mahmudi (2013:199) Audit kinerja bermanfaat untuk mengetahui apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Audit kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah penggunaan sumber daya dalam rangka mencapai target dan tujuan telah memenuhi prinsip ekonomi,efisiensi, dan efektivitas, tidak melanggar ketentuan hukum, peraturan perundangan, dan kebijakan manajemen. 2.1.2 Pengukuran Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja sangat penting untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Baik dalam tujuan

9 jangka pendek maupun tujuan jangka panjang seperti yang ditetapkan dalam sebuah strategi yang dibuat. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu strategi yang ditetapkan, diperlukan alat pengukuran yang berguna bagi manajemen untuk mengevaluasi kinerja perusahaannya. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu strategi. Menurut Mahsun (2007:161) Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu dari tujuan strategis organisasi. Sedangkan, pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2007:419) adalah sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut pendapat Sedarmayanti (2011:195) pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan serta untuk menciptakan sistem yang mampu untuk mengukur kinerja dan keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja dibutuhkan suatu penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi. 2.1.3 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Perusahaan Menurut pendapat Moeheriono (2010:61) tujuan dan manfaat pengukuran kinerja sebagai berikut:

10 1. Menetapkan tujuan,sasaran dan strategi organisasi, dengan menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi, misinya. 2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada pengukuran kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama. 3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi. 4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya. 2.1.4 Standar Penerapan Audit Manajemen Untuk memberikan informasi kepada manajemen, efektivitas suatu fungsi diperlukan pengukuran efektivitas yang didasarkan pada bukti-bukti yang ditetapkan dan standar-standar. Menurut Tunggal (2010:5), standar-standar yang digunakan untuk mengevaluasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Undang-undang dan peraturan pemerintah. 2. Standar perusahaan. a. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

11 b. Struktur organisasi yang telah disetujui c. Tujuan perusahaan yang telah ditetapkan 3. Prinsip organisasi manajemen 2.2 Konsep Dasar Balanced Scorecard Menurut pendapat Sumarsan (2010:219) konsep Balanced Scorecard merupakan pendekatan baru terhadap manajemen, yang di kembangkan pada tahun 1990-an oleh David Norton 1990 dan Robert Kaplan. Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara luas baik dalam organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan mengawasi kinerja organisasi sesuai dengan tujuan strategi perusahaan. Balanced Scorecard dikembangkan secara terus menurus, Balanced Scorecard merupakan sebuah teknik evaluasi dan pengenadalian strategi. Dinamakan Balanced Scorecard karena keyakinan mengenai kebutuhan perusahaan untuk menyeimbangkan ukuran-ukuran finansial yang seringkali secara eksklusif digunakan dalam evaluasi dan pengendalian strategi dengan berbagai ukuran nonfinansial seperti kualitas produk dan layanan konsumen. Sebuah Balanced Scorecard yang efektif mencakup gabungan antara tujuan strategis dan tujuan keungan yang dipilih secara cermat dan disesuaikan dengan bisnis yang dijlankan perusahaan (Fred, 2009:247). 2.2.1 Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan

12 tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap empat prespektif, yaitu: Perspektif Keuangan (Financial), Perspektif Pelanggan (Customer), Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process), Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Learning and Growth). Balanced Scorecard merupakan alat bantu dalam melakukan penilaian kinerja yang konsepnya berupa keseimbangan antara perspektif keuangan dan perspektif non-keuangan, sebagai bagian dari strategi organisasi di masa datang. Sedangkan penerapan Balanced Scorecard adalah membantu para manajer untuk menilai kesuksesan unit bisnis mereka dalam melakukan aktivitas penciptaan value pada masa kini dengan selalu memperhatikan kepentingan di periode selanjutnya. Teknik pengukuran yang komprehensif di ukur tidak hanya berdasarkan pada aspek finansialnya saja, tetapi juga sapek non financial. Pengukuran ini menggunakan metode Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu: Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Balanced Scorecard berfungsi sebagai alat mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan serta untuk menilai apakah strategi yang dilakukan perusahaan tersebut sudah tepat. Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujaun strategi jangka panjang dengan peristiwa jangka pendek. 2.2.2 Manfaat Balanced Scorecard Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan adalah sebagai berikut:

13 a. Balanced scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. b. Balanced Scorecard memungkinkan manajer melihat bisnis dalam prespektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan bertumbuh). c. Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk menilai apa yang telah mereka investasikan dalam pengembngan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan dimasa mendatang. 2.2.3 Perspektif Balanced Scorecard Di dalam Balanced Scorecard terdapat empat perspektif yang digunakan untuk menilai suatu kinerja perusahaan, yaitu : 1. Perspektif Keuangan (financial) Menurut Luis dan Biromo (2008:21) tidak bisa dipungkiri lagi bahwasannya keuangan merupakan hal penting bagi setiap organisasi, terlepas apakah organisasi itu diharapkan untuk menghasilkan laba atau tidak (nirlaba). Keuangan itu penting karena diperlukan keuangan yang baik untuk mengelola suatu organisasi, apalagi organisasi yang memang bertujuan untuk mengakumulasi laba. Keuangan organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Perspektif keuangan digunakan dalam Balanced Scorecard karena ukuran financial sangat penting memberi ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi

14 perusahaan implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Terdapat tiga tahap dalam perspektif financial, yaitu: 1) Bertumbuh (growth) Tahap awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini, manajemen terkait dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. 2) Bertahan (sustain) Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika mungkin. 3) Menuai (harvest) Sebagian unit bisnis akan mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya, tahap dimana perusahaan ingin menuai investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Tujuan financial keseluruhan untuk bisnis pada tahap menuai adalah arus kas operasi (sebelum depresiasi) dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja.

15 Menurut Atkinson et. al. (2012:113) Balanced Scorecard berisi tujuan dan pengukuran yang mewakli pegukuran kesuksesan akhir penjualan pencari laba. Pengukuran kinerja keuangan seperti pendapatan operasi dan tingkat pengembalian investasi, menunjukan apakah strategi perusahaan dan penerapannya dapat meningkatkan nilai pemegang saham kinerja keuangan meningkat melalui dua pendekatan dasar: pertumbuhan pendapatan dan produktivitas 2. Perspektif Pelanggan (Customer) Dalam perspektif pelanggan Balanced Scorecard, perusahaan perlu memaksimalkan nilai pelanggan, yaitu meningkatkan pelanggan percaya kepada produk atau jasa perusahaan menjadi setia dengan jalan perusahaan menyajikan produk berkualitas, harga terjangkau, distribusi cepat, dan layanan purna jual baik melebihi dari pesaing agar dapat mencapai kepuasan pelanggan. Menurut Purwanti dan Prawironegoro (2009:341) perspektif pelanggan dapat diukur dengan ukuran: 1) Pangsa pasar, luas dan sempitnya pasar yang dikuasai, makin luas pangsa pasar makin banyak pelanggan. Pangsa pasar perusahaan yang mempunyai hari depan baik adalah perusahaan yang pangsa pasarnya makin luas dalam arti volume penjualan dan nilai penjualan naik. 2) Retensi pelanggan, atau pelanggan yang setia, semakin banyak pelanggan setia semakin baik repurtasi perusahaan. Retensi pelanggan perusahaan yang mempunyai hari depan adalah perusahaan yang

16 mampu mempertahankan pelanggannya, itu artinya perusahaan mampu menciptakan pelangan yang loyal. 3) Kepuasan pelanggan, ditandai dengan jumlah pengaduan pelanggan sedikit, makin sedikit keluhan dan pengaduhan pelanggan makin bagus reputasi perusahaan. Kepuasan pelanggan perusahaan yang mempunyai hari depan yang baik adalah perusahaan yang mampu menetapkan harga yang terjangkau oleh pelanggan, kecepatan distribusi, kualitas, pelayanan purna jual, dll. 4) Akuisisi pelanggan yaitu pelanggan yang baru mencoba produk karena pengaruh iklan atau konsumen lain. Akuisisi pelanggan perusahaan yang mempunyai hari depan yang baik adalah perusahaan yang mampu menciptakan pelanggan baru. 5) Profitabilitas pelanggan, yaitu pelanggan yang memberi tingkat keuntungan maksimum harus dipelihara dengan hati-hati agar tidak meninggalkan perusahaan. Profitabilitas pelanggan perusahaan yang memiliki hari depan yang baik adalah perusahaan yang mampu mengidentifikasikan pelanggan yang memberi keuntungan maksimum kepada perusahaan. Menurut Purwanti dan Prawironegoro (2009:341), disamping ukuranukuran tersebut diatas, perspektif pelanggan dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu:

17 1) Atribut produk/jasa meliputi fungsi produk/jasa, harga, dan mutu. Perusahaan harus mampu menyajikan produk/jasa yang multi fungsi, harga terjangkau, dan mutu yang superior sehingga pelanggannya puas. 2) Hubungan pelanggan meliputi kecepatan distribusi produk/jasa, mengetahui pikiran, perasaan, dan kepentingan pelanggan. 3) Citra dan reputasi upaya perusahaan supaya pelanggan tertarik kepada perusahaan karena produk/jasanya yang spesifik, harganya terjangkau, layanannya cepat dan ramah, distribusi ya cepat, dan keluhan pelanggan cepat dilayani. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process) Purwanti dan Prawironegoro (2009:342) menyatakan bahwa Proses bisnis internal adalah aktivitas mengoptimalkan penggunaan harta perusahaan dalam menciptakan produk atau jasa dan menemukan metode kerja baru yang efektif dan efisien. Faktor sumber daya manusia menjadi lokomotif untuk menggerakkan peralatan perusahaan dengan metode kerja yang efektif dan efisien. Hubungan kemampuan sumber daya manusia, peralatan, modal kerja merupakan kapital organisasi. Alat ukurnya adalah produktivitas mesin, produktivitas tenaga kerja manusia, produktivitas kapital, dan efisiensi biaya. Setiap bisnis mempunyai rantai nilai proses bisnis internal yang terdiri dari inovasi, operasi, dan layanan purna jual. Proses itu dapat disajikan dalam gambar :

18 Proses Proses Layanan Inovasi Operasi Purna Jual Pemenuhan kebutuhan - Riset pasar tahu - Proses - Ramah dan pelanggan kebutuhan Produksi menanggapi konsumen keluhan - LABA pelanggan - Loyalitas Pelanggan - Ciptakan dan - Promosi rancang produk Distribusi, Penetapan harga Gambar 1. Perspektif Proses Bisnis Internal: Rantai Nilai Sumber: Purwanti dan Prawironegoro (2009:343) Proses inovasi meliputi tiga dimensi yaitu inovasi produk, inovasi proses produksi, dan inovasi layanan purna jual. Inovasi produk berhubungan dengan riset pasar untuk mengatahui daya beli konsumen, kebutuhan konsumen, dan selera konsumen. Setelah tiga dimensi konsumen diketahui, perusahaan harus mampu inovasi produk kemudian merancang produk atau mengembangkan produk yang sudah ada. Inovasi proses produksi berhubungan dengan inovasi teknologi, inovasi ilmu, dan inovasi kemanusiaan. Inovasi teknologi berhubungan dengan penemuan peralatan baru yang lebih efektif dan efisien, inovasi ilmu berhubungan dengan penemuan metode kerja baru yang lebih efektif dan efisien, dan inovasi kemanusiaan berhubungan dengan penemuan cara mengemola karyawan yang lebih manusiawi agar mereka memiliki perusahaan dan loyal kepada perusahaan.

19 Inovasi layanan purna jual berhubungan dengan baru melayani keluhan atau pengaduan pelanggan yang lebih efektif dan efisien. Perusahaan harus memiliki tempat pelayanan purna jual yang setiap saat dengan cepat mampu melayani pelanggan dengan biaya yang semurah-murahnya. Keberhasilan proses bisnis internal ditentukan oleh loyalitas karyawan, karena yang menjalankan semua kegiatan itu adalah karyawan. Oleh sebab itu, dalam melihat perspektif perusahaan secara internal harus dilihat dari sudut perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan. 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Learning and Growth). Memaksimumkan kemampuan, motivasi, produktivitas, dan loyalitas sumber daya manusia untuk meningkatkan laba dan nilai perusahaan. Potensi sumber daya manusia ini disebut kapital manusia (human capital). Sumber daya manusia harus ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan dan latihan ditingkatkan kesejahteraannya melalui imbalan layak yang dapat memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Intinya adalah kepuasan karyawan. Alat ukurnya adalah pendapatan karyawan dan tingkat kepuasan karyawan. Cara untuk mengetahui pembelajaran dan pertumbuhan adalah melalui riset partisipasi aktif melihat perilaku pelanggan, wawancara, survei dengan menggunakan kuisioner. Menurut Purwanti dan Prawironegoro (2009:344) menjelaskan ukuran utama pekerja (karyawan) adalah: 1) Kepuasan Kerja

20 Kepuasan pekerja merupakan kondisi awal yang dibutuhkan untuk menghasilkan produktivitas, kualitas, tanggung jawab, dan pelayanan konsumen yang tinggi. Tujuan kepuasan pekerja pekerja menyatakan bahwa moral pekerja dan kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini di pandang sangat penting oleh sebagian besar perusahaan. 2) Retensi Pekerja, Retensi pekerja adalah mempertahankan selama mungkin pekerja bekerja dalam suatu perusahaan. Kalau mungkin pekerja seumur hidup, artinya mereka tidak pindah kerja dan itu menunjukkan tingkat loyalitas pekerja tinggi sekali. Untuk merealisasikannya, perusahaan harus mengadakan investasi jangka panjang untuk pekerja yaitu dengan cara melakukan pendidikan dan pelatihan. 3) Produktivitas Kerja, Produktivitas pekerja merupakan suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuan produktivitas pekerja yaitu untuk membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Dalam kelompok pengukuran ini tujuan kepuasan pekerja umumnya dipandang sebagai pendorong kedua pengukuran lainnya, retensi pekerjaan dan produktivitas pekerjaan. 2.2.4 Penerapan Balanced Scorecard Penerapan Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut:

21 a. Mendefinisikan strategi Dengan strategi yang tepat, maka seluruh sumber daya organisasi diarahkan untuk mencapai visi organisasi sehingga akan menjadikan pencapaian visi organisasi tersebut. b. Mendefinisikan ukuran-ukuran dari strategi Untuk mengembangkan ukuran-ukuran dalam menjadi pendukung strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut, maka fokus yang terpenting pada ukuran bahwa masing-masing individu harus dikaitkan dengan adanya hubungan sebab akibat. c. Mengintegrasikan ukuran ke dalam sistem manajemen Balanced Scorecard harus disatukan dengan struktur formal dan informal organisasi, karena Balanced Scorecard menyeimbangkan ukuran-ukuran yang tidak seimbang dalam organisasi. 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian, antara lain sebagai berikut: Penelitian pertama dilakukan oleh Laksmita (2011), hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan sebab akibat antara faktor pendukung kinerja dengan hasil yang dicapai pada setiap perspektif. Perusahaan dapat mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, dan dapat meningkatkan laba yang lebih baik. Penelitian kedua dilakukan oleh Wahyuni (2011), hasil penelitian menyimpulkan bahwa kinerja dari perspektif keuangan belum dapat diukur

22 dengan baik dan sempurna karena peningkatan aset tiap tahun masih kecil. Kinerja dari perspektif pelanggan secara umum sudah sesuai dengan yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pelanggan setiap tahunnya. Pada perpektif proses bisnis internal diperoleh gambaran bahwa produksi barangnya secara efesiensi dan efektif. Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat dilakukan dengan baik karena diterapkannya peraturan bagi karyawan mengenai kehadiran. Dari empat perspektif dapat dinilai bahwa ukuran kinerja sudah cukup baik. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Aurora (2010), hasil penelitian menyimpulkan bahwa kinerja perusahaan dinilai berdasarkan perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil penelitiannya terdapat beberapa variasi pencapaian hasil. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masih dianggap kurang. Hal ini dikarenakan rumah sakit belum sepenuhnya mengikutsertakan karyawan seluruhnya dalam berbagai pelatihan. Sedangkan untuk 3 perspektif lainnya dianggap sudah cukup baik dengan meningkatnya jumlah pasien dan pendapatan setiap tahunnya. Penelitian yang keempat dilakukan oleh Widodo (2011), hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Kinerja perspektif keuangan secara keseluruhan dapat dinilai sedang, karena secara umum rasio-rasio keuangan mengalami kenaikan kecuali ROA dan TATO (2) Kinerja perspektif pelanggan secara keseluruhan dapat dinilai buruk, karena kepuasan pelanggan buruk kemampuan perusahaan dalam melakukan akuisisi pelanggan sedang (3) Kinerja perspektif proses bisnis

23 internal dinilai sedang, karena inovasi hanya terjadi sekali selama tiga tahun terakhir (4) Kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat dinilai baik. Penelitian yang kelima dilakukan oleh Rusdiyanto (2010), hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Hasil pengukuran untuk perspektif keuangan, yaitu Current Ratio, Profi Margin,Operating Ratio, diperoleh hasil bahwa kinerja perusahaan bisa dikatakan baik, (2) Hasil pengukuran kinerja perspektif pelanggan terhadap tingkat pemerolehan pelanggan, tingkat retensi pelanggan, tingkat profitabilitas pelanggan, serta tingkat kepuasan pelanggan, menunjukkan tingkat kinerja yang baik, dan hanya retensi pelanggan yang mengalami penurunan. (3) Hasil pengukuran Perspektif Internal Bisnis, yaitu inovasi perusahaan dan layanan purna jual, secara keseluruhan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang baik. (4) Hasil pengukuran perpektif pembelajaran dan pertumbuhan, mengenai produktivitas karyawan dan retensi karyawan dapat dkatakan cukup. Sementara tingkat kepuasan karyawan juga menunjukan hasil yang cukup baik, meskipun ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Penelitian yang keenam dilakukan oleh Nugroho (2013), hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Pengukuran kinerja dengan Balance Scorecard memadukan empat perspektif bisnis, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan sehingga menghasilkan pengukuran yang lebih menyeluruh dan terinci. Mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan metode Balance Scorecard menghasilkan total pengukuran kinerja yang memuaskan. (2) Tingkat produktivitas setiap bagian tergolong baik, kecuali pada bagian industri lainnya dan perdagangan. Perbaikan secara cepat dan

24 menyeluruh perlu dilakukan agar penurunan kinerja pada bagian ini tidak terus terjadi. (3) Perencanaan strategis yang telah dibuat dijalakan secara maksimal agar kinerja perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. 2.4 Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoritis maka rerangka pemikiran dapat dikemukakan sebagai berikut: Audit Manajemen Kinerja Visi & Misi Balanced Scorecard Perspektif Perspektif Perspektif Proses Perspektif Pembelajaran Keuangan Pelanggan Bisnis Internal dan Pertumbuhan Gambar 2. Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah apakah penerapan audit manajemen kinerja perusahaan dengan konsep Balanced Scorecard pada PT.Superindo Utama Surabaya sudah efektif untuk dijalankan atau belum. Dengan membandingkan audit manajemen kinerja yang diterapkan perusahaan dengan teori-teori yang ada dalam literatur, sehingga dapat ditarik suatu analisis deskriptif tentang bagaimana keefektifan audit manajemen kinerja itu dijalankan

25 dengan konsep Balanced Scorecard: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan rerangka pemikiran diatas, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mempertahankan, meningkatkan kinerja yang telah ada dan dapat mencapai efisien dan efektivitas agar dapat tercapaiannya visi dan misi perusahaan. 2.5 Proposisi Penelitian Proposisi penelitian adalah pernyataan tentang konsep yang diperkirakan sebagai kebenaran ataupun kesalahan tentang suatu fenomena yang sedang diamati (observasi). Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan diatas proposisi penelitian adalah sebagai berikut:

26 Tabel 1 Proposisi Penelitian No Rumusan Masalah Proposisi Penelitian Permasalahan 1. Bagaimana penerapan audit manajemen kinerja perusahaan dengan konsep Balanced Scorecard pada PT. Superindo Utama Surabaya? 2. Apakah kinerja perusahaan sudah sama dengan perspektif Balanced Scorecard? Penerapan audit Apakah PT. manajemen kinerja Superindo Utama perusahaan menjadi Surabaya dapat lebih efisien dan meningkatkan audit efektivitas dengan manajemen kinerja konsep Balanced perusahaannya Scorecard dengan menerapkan konsep Balanced Scorecard Kinerja perusahaan sudah sama dengan perspektif Balanced Scorecard sehingga sesuai dengan visi, misi perusahaan. Apakah perspektif Balanced Scorecard sesuai dengan kinerja perusahaan sehingga visi, misi perusahaan dapat tercapai.