KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : OKTAVIANA TRIBAKTI UTAMI F. 100 090 145 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: OKTAVIANA TRIBAKTI UTAMI F. 100 090 145 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ii
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN Oktaviana Tribakti Utami 1) Partini 2) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatih sedini mungkin agar dalam perkembangannya dapat sesuai dengan tugas perkembangannya. Kenyataannya, tidak semua remaja mandiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian diantaranya yaitu urutan kelahiran dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin. Hipotesis yang diajukan yaitu: (1) ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin (2) Ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran. Dimana anak sulung memiliki kemandirian yang lebih tinggi dari pada anak bungsu. (3) Ada perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin. Dimana laki-laki memiliki kemandirian yang lebih tinggi dari pada perempuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA Negeri 2 Boyolali dengan jumlah subjek169 orang, yang terdiri dari laki-laki sulung 30, laki-laki bungsu 23, perempuan sulung 56 dan perempuan bungsu 60. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah populasi. Alat ukur yang digunakan adalah skala kemandirian. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 17.0 menggunakan teknik analisis anava 2 jalur (two way anava), diperolah nilai F= 0,817 ; p = 0,367 (p>0,05). Berdasarkan hasil analisis, diketahui variabel kemandirian mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 75,85 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 67,5 yang berarti kemandirian pada subjek tergolong tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin. Kata kunci :kemandirian. 1) Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta v
PENDAHULUAN Mandiri merupakan ketergantungan remaja terhadap orang tua, adalah salah satu tugas kemampuan individu untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya. Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatih ssedini mungkin agar dalam perkembangannya dapat sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dipenuhi siswa pada periode remaja. Sehingga ketika tidak adanya kemandirian pada remaja akan menghasilkan berbagai macam problem perilaku, misalnya; rendahnya harga diri, pemalu, tidak punya motivasi sekolah, kebiasaan belajar yang jelek, perasaan tidak aman, dan kecemasan. perkembangannya. Kemampuan Orang yang mandiri akan untuk mandiri tidak dapat terbentuk dengan sendirinya. Kemampuan tersebut diperoleh dengan kemauan dan dorongan dari orang di sekitar subjek. Steinberg (2002) menyatakan kemandirian merupakan kemampuan individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil suatu keputusan berdasarkan kehendak sendiri. Peningkatan tanggung jawab, kemandirian, dan menurunnya tingkat memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas serta dapat memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, percaya diri, terarah pada 1
tujuan, dan mampu mengendalikan diri (Monks dkk, 2006). Dewasa ini kajian terhadap isu perkembangan kemandirian pada remaja akan sangat menarik karena fenomena perkembangan kemandirian pada masyarakat, terutama kultur masyarakat timur seperti di Indonesia, sering di salah tafsirkan. Misalnya perilaku kemandirian terkadang ditafsirkan sebagai pemberontakan (rebellion) karena pada kenyataannya remaja yang memulai berharap saat dewasa nanti tidak lagi bergantung kepada orangtua. Berdasarkan pertanyaan yang telah diajukan oleh peneliti terhadap 80 siswa sekolah menengah atas (SMA) di Boyolali pada bulan Maret tahun 2013, didapatkan hasil bahwa terdapat tanda-tanda yang belum menunjukkan perilaku mandiri, hal ini dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan oleh peneliti bahwa terdapat sekitar 55% remaja ketika mendapat masalah subjek lebih memilih untuk mengembangkan kemandirian curhat pada orangtua dari pada curhat seringkali diawali dengan memunculkan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan keluarga. Akibatnya orangtua kurang toleran terhadap proses perolehan kemandirian yang dilakukan remaja. Tetapi dalam situasi lain orangtua ternyata menginginkan remaja dengan teman sebaya, 91,25% remaja ketika menentukan jurusan IPA/IPS maupun jurusan kuliah harus terlebih dahulu bermusyawarah dengan orangtua, 55% remaja sulit untuk menolak permintaan teman yang mengajak bermain, meskipun saat itu subjek sedang belajar. memiliki kemandirian, bahkan mereka 2
Dari hasil survey, remaja perempuan sulung memiliki prosentase tinggi sekitar 55,7% lebih menunjukkan belum adanya perilaku mandiri dibandingkan dengan remaja laki-laki sulung, remaja lakilakibungsu,danremajaperempuanbung su. Remajalaki-laki sulung memiliki prosentase gejala ketidak mandirian sekitar 52,5%, remaja laki-laki bungsu sekitar 48,3%, remaja perempuan bungsu sekitar 52,5%, sehingga remaja perempuan sulung memiliki gejala perilaku ketidak mandirian dengan prosentase tertinggi reaksi yang sulit dipahami bagi kedua belah pihak, yaitu remaja dan orangtua. Remaja sering tidak mampu memutuskan simpul-simpul ikatan emosional kanak-kanaknya dengan orangtua secara logis dan objektif. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa sikap anak yang cenderung masih sangat bergantung dengan orang tua yang seharusnya pada masa perkembangan remaja sudah dapat memutuskan sendiri. Contohnya saja seperti survey yang telah dilakukan dalam hal memutuskan untuk memilih jurusan kelas, dalam hal ini seharusnya anak Berdasarkan fenomena sudah dapat memutuskan sendiri perkembangan kemandirian di atas, tidak mudah bagi remaja dalam pencarian kemandirian, sebab usaha terkait dengan kemampuannya di bidang akademik Banyak factor yang untuk memutuskan ikatan yang telah mempengaruhi kemandirian berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak seringkali menimbulkan diantaranya yaitu jenis kelamin dan urutan kelahiran. Laki-laki lebih mandiri dari perempuan. Perbedaan 3
tersebut bukan karena factor lingkungan semata akan tetapi karena orang tua dalam memperlakukan anak dalam kehidupan sehari-hari lebih cenderung memberikan perlindungan yang besar pada anak perempuan (Masrun dkk, 2000). Perlakuan orangtua berbeda terhadap anak dengan urutan kelahiran yang berbeda (Bigner, 1979). Perbedaan ini juga mempengaruhi perbedaan tingkat kemandirian antar anak dengan masing-masing urutan kelahiran. Ada anggapan dimasyarakat bahwa anak bungsu selalu dimanja oleh orang tuanya sehingga menjadikannya kurang mandiri. Sementara anak sulung cenderung lebih mandiri karena dianggap sebagai panutan bagi adiknya. Berdasarkan latar belakang di atas yang telah dikemukakan, bahwa dunia remaja. Mengenai masalah factor urutan kelahiran dan jenis kelamin perlu di perhitungkan, karena diketahui bahwa adanya perbedaan perlakuan orangtua kepada anak sulung, anak bungsu dan jenis kelamin. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut Apakah ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti mengajukan judul Kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan Jenis Kelamin. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui : 1. Perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin. 2. Perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran kemandirian menjadi masalah dalam 4
3. Perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin 2. Reliabilitas : analisis varians yang dikembangkan oleh Hoyt (Azwar, 2008) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan variable 3. Metode analisis data : analisis statistik, analisis anava 2 jalur (two way anava) bebas yaitu urutan kelahiran dan jenis kelamin, sedangkan variable tergantung adalah kemandirian. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Boyolali, dengan karakteristik yaitu anak dengan urutan kelahiran sulung atau bungsu dalam keluarga. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 169 orang. Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakan skala kemandirian. Metode analisis data: 1. Validitas : korelasi product moment dari Pearson (Hadi, 2000) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemandirian dengan urutan kelahiran dan jenis kelamin F= 0,817, p= 0,367 (p>0,05). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak perbedaan yang signifikan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemandirian dengan urutan kelahiran sulung sebesar 75,70 sedangkan nilai rata-rata kemandirian dengan urutan kelahiran bungsu sebesar 76,01. Dari nilai ratarata tersebut terlihat ada selisih nilai 5
rata-rata kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran 0,31. Hal ini berarti bila dilihat dari nilai rata-rata kemandirian antara remaja sulung dan remaja bungsu relatif sama. Apabila bungsu secara keseluruhan berarti tidak mendukung teori dan asumsi yang telah diajukan. Diharapkan teori yang ada perlu ditinjau kembali. Tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan dilihat dari two way anava nilai F tersebut mungkin disebabkan masih sebesar 0,039 dan p= 0,844 dengan p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran. Santrock (2003) juga menyatakan bahwa urutan kelahiran bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang remaja. Menurut Santrock, masih banyak faktor lain yang lebih penting dalam memperkirakan perilaku seorang remaja, termasuk perilaku mandiri. Tidak adanya perbedaan kemandirian dilihat dari urutan kelahiran baik anak pertama, anak tengah, maupun anak ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan, seperti jarak usia antar anak. Jarak usia yang terlalu jauh dapat mengurangi pengaruh urutan kelahiran terhadap perkembangan kemandirian. Hasil analisis data perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin memiliki rata-rata kemandirian laki-laki = 74,55 dan kemandirian perempuan 76,45. Dari nilai rata-rata tersebut dapat terlihat ada selisih nilai rata-rata kemandirian sebesar 1,9. Hal ini berarti bila dilihat dari nilai rata-rata kemandirian, relatif sama kemandirian antara remaja lakilaki dengan perempuan. Apabila 6
dilihat dari two way anava nilai penelitian itu ternyata pria dan wanita sebesar 2,595 dan p = 0,109 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kemandirian antara laki-laki dengan perempuan. Penelitian yang menunjukkan perbedaan kemandirian antara lakilaki dan perempuan, dinyatakan dalam hasil penelitian Anindya (2008) bahwa tidak ada perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian Masrun dkk (2000) pada suku Jawa ternyata tidak ada perbedaan kemandirian yang signifikan antara pria dengan wanita, bahkan ada memiliki sifat tergantung yang tidak berbeda. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat penulis kemukakan adalah: 1. Tidak ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin. 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian remaja sulung dan remaja bungsu, 3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian laki-laki dengan kemandirian perempuan. kecenderungan wanita lebih mandiri. Hasil penelitian serupa didapatkan juga pada penelitian yang dilakukan Sugiyanto dan Murtini (1984). Yang terakhir ini dilakukan juga di Jawa dengan kekhususan pada nelayan di daerah pantai utara. Berdasarkan DAFTAR PUSTAKA Azwar. 2008. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bigner, J.J. 1979. Parent-child retations: An introduction to parenting. New York: MacMillan Publishing Co. Inc. 7
Hadi. 2000. Statistik Psikologi. Jilid 2. Yogyakarta:Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Masrun, Martono Martaniah, S.M. 2000. Studi Mengenai Kemandirian Pada Penduduk di Tiga Suku (Jawa, Batak dan Bugis). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Fakultas Psikologi UGM. Monks, F.J, Knoers, A.M.P. & Haditono, S.R. 2006. Psikologi perkembangan. (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Santrock, J. W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: Shinto B. Adelar, Sherli Saragih. steinberg, L. 2002. Adolescence. New York: Mc Graw Hill 8