BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi di Eropa diperediksi mengalami puncaknya pada

dokumen-dokumen yang mirip
JUDUL: ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI DISKRIMINATOR UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) terjadi sebelum kebangkrutan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini dilakukan dengan tidak mengabaikan penelitian-penelitian terdahulu

MANFAAT RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) yang menggunakan rasio keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bisa membuat suatu perusahaan mengalami financial distress (Wahyu, 2009 dalam

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan, sedangkan perusahaan yang baru berdiri atau berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pengguna informasi. Akuntansi menghasilkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. leverage, dan pertumbuhan perusahaan dalam memprediksi financial

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

BAB I PENDAHULUAN. tahun Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tejadi di Amerika. Krisis tersebut diawali oleh kerugian yang terjadi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan pada PT. Pupuk Kalimantan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (MEA) pada akhir tahun MEA atau AEC (ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan usaha dengan tingkat persaingan yang ada saat ini

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. efektif, efisien, berhati-hati dalam melakukan pengambilan keputusan. Pengambilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFATUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DIAN MARWATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

: AYU ASTREA NINGSIH B.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, financial

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kegagalan bisnis atau mengalami financial distress yang menyebabkan

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor batubara, peringkat ke-2 untuk produksi timah, peringkat ke-2 untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NUR AZIZ MANAJEMEN EKONOMI 2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN LIQUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA PT.

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang memadai. Dana ini tidak hanya dibutuhkan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, bidang keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. adalah perusahaan yang mengalami peningkatan, sejak beberapa tahun yang lalu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang terjadi di Eropa diperediksi mengalami puncaknya pada tahun 2013. Ancaman krisis tersebut masih membayangi perkembangan Indonesia sebagai negara berkembang. Dampak dari krisis global pertumbuhan ekonomi di Indonesia diperkirakan berkisar antara 6-6,4% pada tahun 2013, namun jika perekonomian dunia sama persis seperti pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,8% pada tahun 2012 dan 4,7% pada tahun 2013. Dampak terjadinya krisis global di Indonesia menimbulkan banyak masalah di negeri ini, dampak tersebut yang paling menonjol adalah pada aspek ekonomi, termasuk pada sektor manufaktur. Terjadinya krisis global membuat para investor dan kreditor merasa khawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang bisa mengarah pada kebangkrutan. Perusahaan yang tidak mampu menghadapi dampak krisis global tersebut akan mengganggu aktivitas operasional perusahaan sehingga upaya pencapaian kinerja perusahaan tidak dapat secara maksimal, demikian pula pada perusahaan sektor manufaktur. Tahun 2011 sektor industri manufaktur mulai menunjukkan kebangkitan kembali dari rata-rata pertumbuhan sektor kurang dari 5% per tahun (Indonesian Commercial Newsletter 2012) akibat krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 industri manufaktur belum sepenuhnya bisa pulih kembali, tahun 2011 seperti yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDB (produk dometik bruto) yang mencapai 1

2 6,2% dan pertumbuhan ekspor yang mencapai 24,6% (Indonesian Commercial Newsletter 2012). Khusus untuk sektor tekstil juga menunjukkan adanya perkembangan setelah terjadinya krisis global, hal ini terjadi karena produk sektor tekstil menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Adanya perkembangan atas pencapaian kinerja keuangan pada perusahaan tekstil tersebut menjadikan dukungan atau peluang bagi investor untuk mengembangkan modal yang dimiliki. Potensi yang dimiliki oleh perusahaan juga menjadi dorongan bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitas operasional perusahaan sehingga tujuan yang akan dicapai baik oleh perusahaan maupun investor dapat secara maksimal tercapai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor tekstil memiliki peluang yang cukup besar dengan pasar yang jelas sehingga sektor ini memiliki keunggulan apabila dibandingkan dengan sektor yang lain. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk memberikan penilaian atas pencapaian kinerja perusahaan, melalui analisis rasio keuangan dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan penilaian atas pencapaian kinerja keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan akan memberikan informasi yang lengkap terkait dengan pencapaian kinerja keuangan perusahaaan baik ditinjau dari likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Kondisi ini dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya untuk melakukan deteksi terjadinya permasalahan mengenai kondisi keuangan perusahaan atau memprediksi terjadinya financial distress pada kinerja keuangan perusahaan. Financial distress pada dasarnya merupakan suatu kondisi keuangan perusahaan sedang tidak sehat. Menurut Platt dan Platt (2002) Financial distress

3 didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Menurut Wruck (1990) dalam Whitaker (1999) banyak faktor yang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi financial distress yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan teknologi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi, kelemahan manajemen perusahaan dan penurunan aktifitas perdagangan industri. Faktor yang dapat dijadikan sebagai pembeda kondisi perusahaan sehat dan bangkrut atau perusahaan yang mengalami financial distress meliputi faktor non finansial dan finansial. Faktor non finansial dalam hal ini mengenai pengelolaan manajemen perusahaan, kondisi ekonomi, politik dan lain-lain. Faktor finansial tercermin dari rasio keuangan perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi dapat dikatakan bahwa analisis rasio keuangan dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan penilaian terhadap kondisi financial distress perusahaan. Analisis terhadap financial distress memiliki peranan yang penting atas upaya para investor untuk memaksimalkan hasil atau kegiatan investasi yang akan dilakukan, melalui analisis ini investor dapat memahami yang mengetahui secara jelas kondisi kinerja keuangan perusahaan. Analisis financial distress akan memberikan suatu bentuk atau langkah apa yang harus dilakukan oleh investor agar kegiatan investasi yang akan dilakukan tidak merugikan. Bagi perusahan analisis financial distress dapat digunakan sebagai dasar penetapan kebijakan sehingga dampak dampak negatif atas usaha yang dilakukan dapat diminimalkan. Beberapa manfat terkait dengan analisis financial distress dapat digunakan

4 sebagai dasar dalam upaya perusahaan maupun investor untuk tetap menjalankan kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Beberapa hasil penelitian yang terkait dengan financial distress yaitu dilakukan oleh Almilia dan Kristijadi (2003), diperoleh hasil bahwa variabel NI/S, (Net Imcome/ Sales) CL/TA (current liabilities/ Total asset) CA/CL (Current Aset/ Current Liabilities) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress, serta Growth NI/TA berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Pasaribu (2008), menunjukkan bahwa rasio QATA dan WCTA berpengaruh positif dan signifikan pada financial distress. Untuk model 4 (indikator asset turnover) rasio WCTA, ITO (Inverntory Turn Over), SALCA, dan CashTA (Cash total Aset) berpengaruh positif dan signifikan pada financial distress, sedangkan rasio DTA (Debt To Total Asset) mempunyai hubungan negatif dan signifikan. Adapun hasil penelitian Jiming dan Weiwei (2011), menunjukkan Debt-asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress, sedangkan Inventory Turnover dan Total Assets Turnover berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress. Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang menunjukkan pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress maka dapat dijadikan sebagai dasar empiris dari penelitian yang akan dilakukan. Analisis terhadap rasio keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan prediksi terkait dengan kondisi financial distress yang dialami oleh perusahaan. Rasio keuangan sebagai diskriminator dalam arti bahwa rasio tersebut dapat digunakan sebagai dasar

5 untuk melakukan prediksi atas financial distress yang dapat terjadi pada perusahaan. Analisis rasio keuangan yang digunakan untuk melakukan prediksi financial distress dalam penelitian ini yaitu meliputi Net working capital to total assets (WCTA), Total Liabilities to Total Assets (TLTA), Return on Equity (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) dan masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: Analisis terhadap WCTA dapat mengukur likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maka berarti perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas. Hal itu membuat probabilitas terjadinya financial distress pada perusahaan semakin besar. Selajutnya rasio hutang (debt ratio), mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Rasio ini memperlihatkan proporsi seluruh aktiva yang didanai oleh hutang (Brigham dan Houston, 2001:84). Dengan kata lain, menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin banyak hutang perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Mengenai Total Liabilities to Total Assets (TLTA) yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total asset dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan total asset yang

6 dimiliki dalam menutup kewajiban perusahaan. Semakin tinggi total asset untuk menutup hutang maka perusahaan dapat terhindar dari kondisi financial distress. Return on Asset (ROA) menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. semakin tinggi rasio ROA maka semakin rendah kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran sejauh mana perusahaan mampu mamberikan dukung terhadap pencapaian keuntungan perusahaan dengan asset yang dimiliki. Selanjutnya Current Ratio (CR) memberikan gambaran mengenai tingkat likuiditas pada perusahaan, dengan adanya kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dengan sendirinya semakin memperkuat posisi keuangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus dpenuhi oleh perusahaan. Adapun terkait DER maka kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya akan semakin buruk. Perusahaan yang tidak mampu membayar hutangnya maka perusahaan tersebut akan dilikuidasi karena dianggap telah mengalami kebangkrutan. Perusahaan yang mempunyai aktiva lancar lebih besar dari kewajiban lancarnya dengan perbandingan 2:1 atau setidaknya rasio lancar lebih dari 1 (satu), maka bisa dikatakan perusahaan dalam kondisi yang likuid untuk menutup kewajiban lancarnya sehingga kecil kemungkinan terjadi financial distress. Namun, apabila jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih rendah dari jumlah kewajiban lancarnya (<1), maka tidak akan cukup untuk menutup kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan. Akibatnya, perusahaan dapat

7 mengalami kesulitan keuangan dimana pembayaran kewajiban menjadi lambat dan dapat memicu untuk melakukan pinjaman yang lebih banyak. Perusahaan dikatakan mengalami financial distress diindikasi dengan ketidakmampuan perusahaan memenuhi semua kewajibannya yang berkepanjangan pada saat jatuh tempo (Weston dan Copeland, 1995:252). Ukuran yang bisa digunakan untuk menggambarkan sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar apabila diukur dari modal pemilik adalah adalah debt to equity ratio (DER). Rasio ini menunjukkan persentase debt (total hutang) terhadap ekuitas (modal sendiri). Semakin rendah angka DER maka akan semakin solvabel, karena akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya. Dengan demikian dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio keuangan yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesehatan perusahaan yaitu Debt to Equity Rasio (DER). Asumsi yang digunakan bahwa apabilia DER < 1 berarti perusahaan tidak mampu membayar hutang-hutangnya karena ekuitas totalnya lebih besar dari pada total hutangnya (indikasi peusahaan tidak mengalami financial distress), sedangkan apabila DER > 1 berarti perusahaan mampu mampu membayar hutang-hutangnya karena ekuitas totalnya lebih kecil dari pada total hutanngya (indikasi peusahaan mengalami financial distress). Penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, dengan menggunakan variabel penelitian dari hasil penelitian terdahulu serta teknik analisis data yang digunakan pada penelitian terdahulu. Penelitian ini akan dilakukan pengkajian mengenai prediksi financial

8 distress ditinjau dari kinerja keuangan perusahaan, sehingga variasi dari kinerja keuangan yang digunakan merupakan pengembangan dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Penetapan rasio WCTA dalam penelitian ini yaitu untuk memberikan penilaian tingkat likuiditas perusahaan sehingga dengan semakin tinggi rasio WCTA maka upaya perusahaan untuk menghindaari terjadinya financial distress juga semakin besar. Rasio Total Liabilities to Total Assets (TLTA) dapat memberikan penilaian atas kemampuan perusahaan untuk memberikan jaminan bahwa aktiva yang dimiliki dapat menutup sehingga semakin tinggi TLTA maka perusahaan dapat terhindar dari financial distress. Rasio berikutanya yaitu Return on Asset (ROA) yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva yang dimiliki dalam upaya untuk pencapaian laba bersih perusahaan, dimana semakin tinggi rasio ROA maka dengan sendirinya perusahaan dapat terhindar dari financial distress. Selanjutnya Current Ratio (CR) memberikan gambaran mengenai sejauh mana kemampuan perusahaan untuk menutup hutang jangka pendek perusahaan dengan aktiva lancar yang dimiliki, sehingga semakin tinggi CR dengan sendirinya financial distress perusahaan dapat dihindarkan. Adapun yang terakhir yaitu mengenai DER dimana rasio tersebut menunjukkan perbandingan antara modal sendiri dengan hutang yang dimiliki perusahaan, sehingga apabila rasio DER semakin besar maka financial distress juga semakin tinggi. Adapun dasar dalam pemilihan kelima rasio tersebut yaitu dapat digunakan untuk mendeteksi atas kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan, dalam hal ini mencakup rasio utang, aktivitas serta

9 kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profit). Melalui analisis terhadap rasio tersebut maka dapat digunakan sebagai bentuk upaya perusahaan dalam melaksanakan aktivitas perusahaan sehingga dapat menhindari terjadinya financial distress. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka penulis mengambil judul: Analisis Rasio Keuangan Sebagai Diskriminator untuk Memprediksi Financial Distress (Studi pada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan perusahaan yang mengalami financial distress (PFD) dan tidak mengalami financial distress (PTFD) dilihat dari variabel diskriminator yang terdiri dari WCTA, TLTA, ROA, CR dan DER pada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonsia? 2. Diantara variabel diskriminator yang meliputi WCTA, TLTA, ROA, CR dan DER variabel manakah yang mempuyai kemampuan pembeda terbaik terhadap perusahaan yang tidak mengalami financial distress (PTFD) dan perusahaan yang mengalami financial distress (PFD) pada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonsia? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan perusahaan yang mengalami financial distress (PFD) dan tidak mengalami financial distress (PTFD) dilihat dari

10 variabel diskriminator yang terdiri dari WCTA, TLTA, ROA, CR dan DER pada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonsia. 2. Untuk mengetahui variabel diskriminator yang meliputi WCTA, TLTA, ROA, CR dan DER variabel manakah yang mempuyai kemampuan pembeda terbaik terhadap perusahaan yang tidak mengalami financial distress (PTFD) dan perusahaan yang mengalami financial distress (PFD) pada Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Pihak Manajemen Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dibidang keuangan yang ditinjau dari rasio WCTA, TLTA, ROA, CR dan DER. b. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk membantu keputusan yang tepat dalam pemilihan investasi yang berprospek cerah. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.