A. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan. Ditinjau dari perilaku kegiatan, ada beberapa analisa : gerbang menuju ke ruang kamar tidur penghuni

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. penerapan topik dan tema arsitektur tropis pada proyek tersebut. 3. Luas Lahan : 15.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Penentuan konsep perencanaan dan perancangan di dasar kepada:

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2


BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep Penataan Massa

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB V KONSEP. Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : menyumbangkan ruang terbuka untuk kota. langsung ke jalan besar.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Transkripsi:

IV.3.2. Analisa Tata Ruang Dalam vertikal Terdapat 2 jenis sirkulasi di dalam bangunan, yaitu sirkulasi horizontal dan sirkulasi A. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan Ditinjau dari perilaku kegiatan, ada beberapa analisa : 1. Sirkulasi Penghuni, diutamakan dalam pencapaian penghuni dari pintu gerbang menuju ke ruang kamar tidur penghuni a. Memperhatikan kejelasan arah dan pembagian blok massa bangunan b. Sirkulasi yang statis agar penghuni dapat langsung menuju ke kamar tidurnya c. Memperhatikan besaran koridor sehingga membuat penghuni nyaman untuk bergerak 2. Sirkulasi Pengunjung a. Memperhatikan kejelasan arah dan pembagian blok massa bangunan b. Sirkulasi antar ruang yang jelas, sehingga pengunjung tau bagaimana mencarai kamar yang dituju. 3. Sirkulasi Pengelola a. Dibuat untuk tidak mengganggu sirkulasi penghuni ketika melakukan kegiatan sesuai pekerjaannya b. Memudahkan pengawasan terhadap setiap ruangan terhadap kedua jenis penghuni. 82

Analisa Sirkulasi Horizontal Sistem linear Sistem Sirkulasi Kriteria 1. fleksibel dapat bereaksi dengan bermacam keadan 2. Menunjukkan suatu arah 3. menggambarkan gerak 4.. menghubungkan ruang secara kontinu Sistem Radial 1. Memiliki titik awal dan akhir pertemuan 2. Merupakan sirkulasi linear yang berkembang dari pusat 3. bersifat ekstrovert dan menuju banyak arah Sistem Network 1. memperkuat kesan sudut 2. merupakan jalan pintas untuk mempermudah pencapaian Sistem spiral 1. Bersifat menerus dan tidak berhenti 2. mempunyai titik pusat 3. mempunyai tujuan yang keluar Sistem grid 1. membutuhkan tingkat pelayanan yang tinggi Sistem loop (komposisi) gabungan 1. awal dan akhir pergerakan berada di satu titik 2. bersifat menerus membentuk ruang pusat berbentuk lingkaran Tabel 4.3.2 Analisa Sirkulasi Horizontal 83

Berdasarkan analisa di atas, pola sirkulasi yang akan dipakai dalam perancangan asrama ini ini adalah pola radial, karena memang sesuai untuk fungsi sebuah bangunan asrama dimana di dalamnya terdapat kamar kamar penghuni yang semuanya terbagi dengan baik sehingga tercipta sirkulasi yang baik. Analisa Sirkulasi Vertikal Terdapat 2 tipe sirkulasi didalam bangunan, yaitu dengan menggunakan Lift dan Tangga. Kedua sirkulasi tersebut akan digunakan dalam perancangan asrama mahasiswa ini, berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : A. Lift Perkiraan jumlah lantai adalah 6 8 lantai Diperlukan untuk sirkulasi servis yaitu membawa alat alat kebersihan, laundry, dan lain lain Sebagai sirkulasi untuk orang orang cacat dan memudahkan pencapaian menuju lantai kamar yang ingin dicapai secara cepat Lift merupakan sebuah mesin yang bekerja secara vertikal dan bertujuan sebagai alat penghubung antar lantai dalam sebuah bangunan. Lift biasa digunakan pada bangunan diatas 5 lantai karena lebih efektif dan efisien dalam waktu tempuh apabila dibandingkan dengan sirkulasi lain seperti tangga dan eskalator. Umumnya lift dibedakan menjadi 2 jenis yaitu lift penumpang dan lift barang. Rencananya lift akan dinyalakan semua pada 84

jam sibuk. Dan hanya satu buah lift per bangunan agar dapat mengefisiensikan penggunaan energi listrik. B. Tangga Sebagai sirkulasi antar lantai, tidak perlu menunggu lift Sebagai sirkulasi pendukung ketika lift tidak bekerja Sebagai sirkulasi darurat (tangga darurat) C. Analisa Sirkulasi Darurat Pendekatan bagi sistem tangga kebakaran pada dasarnya sama, yaitu memberi kemudahan bagi penghuni/pengguna bangunan untuk dapat selamat keluar dari bangunan yang terkena musibah. Berikut ini adalah persyaratan tangga kebakaran, khususnya yang terkait dengan kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak tangga, tinggi pegangan tangga, dan lebar serta ketinggian anak tangga: Gambar 4.3.2.1 Persyaratan Tangga Kebakaran 85

Analisa Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan yang diterapkan dalam Asrama Mahasiswa Binus University ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pembagian sistem pencahayaan alami dan buatan ini lebih diterkaitkan pada sistem pencahayaan siang hari dimana terdapat pilihan antara memaksimalkan perolehan cahaya matahari atau dengan menggunakan pencahayaan artificial. 1. Sistem pencahayaan alami Sistem pencahayaan alami memaksimalkan potensi cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela di setiap ruangnya. Penggunaan sistem pencahayaan alami akan menghemat energi listrik karena mengurangi pemakaian sistem pencahayaan buatan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sistem pencahayaan buatan adalah: - Arah edar matahari - Arah dan besaran bukaan - Panjang dan jenis overstek - Keadaan Awan Kita dapat memanfaatkan cahaya alami dengan menggunakan 2 metode yaitu Pasif dan Aktif. Cara Pasif yaitu dengan mendesain bentuk bangunan dan elemen ruangnya agar matahari yang masuk 86

tidak terasa merugikan contohnya dengan mengatur bukaan dan lebar overstek. Sedangkan aktif yaitu memanfaatkan sinar matahari yang dating dengan mengubahnya menjadi energi listrik menggunakan photovoltaic Aplikasi Penggunaan Cara Pasif Sistem Light Shelf Gambar 4.3.2.2 Penerapan Sistem Pasif dengan light shelf Gambar 4.3.2.3 Variasi Light Shelf. 87

Reflektor Gambar 4.3.2.3 Penerapan Penggunaan Reflektor 2. Sistem pencahayaan buatan Sistem pencahayaan buatan adalah pencahayaan dalam ruang yang memanfaatkan cahaya dari lampu. Sumber energi untuk menyalakan lampu dapat menggunakan energi listrik PLN,dari genset, dan juga dari proses konversi energi matahari ke energi listrik dengan menggunakan photo voltaic. Penggunaan lampu dalam gedung Asrama Mahasiswa ini memilih menggunakan lampu yang hemat energy. Lampu-lampu tersebut dipasaran dikenal dengan energysaving lamp. Lampu-lampu tersebut berupa lampu TL / Neon yang menyimpan energi matahari yang diperolehnya pada siang hari dan manggunakannya pada penerangan malam hari. Yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem pencahayaan buatan adalah: - Jenis lampu - Jumlah lampu 88

- Jumlah titik lampu - Life Cycle Lampu (berapa lama lampu tersebut dapat bertahan) - Jenis kegiatan dalam ruang dan kebutuhan pencahayaannya IV.3.3. Hubungan Skematik Hubungan Skematik Program Ruang Secara Umum UNIT SERVICE & PENUNJANG ASRAMA PRIA ASRAMA WANITA KANTOR PENGELOLA HALL SIDE ENTRANCE MAIN ENTRANCE SIDE ENTRANCE 89

IV.3.4. Zoning dalam bangunan Zoning terbagi berdasarkan pengelompokan kegiatan di dalam gedung diantaranya : Private Semi Private : Terdiri dari ruang yang bersifat privat seperti kamar tidur, kamar mandi. :terdiri dari ruang ruang bersama namun bersifat lebih tertutup seperti ruang TV, R.diskusi, dan ruang penunjang lainnya Publik : Terdiri dari ruang ruang yang bersifat publik dan terbuka seperti, hall, ruang tamu, fasilitas olah raga, dan lainnya Service : terdiri dari ruang ruang yang bersifat melayani seperti pantry, R.Administrasi, koperasi, dan lainnya. Zoning Horizontal PRIVATE SEMI PUBLIC PUBLIC PRIVATE 90

Zoning Vertikal PRIVATE SERVIC SEMI PUBLI PUBLI PRIVATE SERVIC IV.3.5 Struktur Bangunan a. Struktur Bawah Beberapa pertimbangan usulan pondasi untuk bangunan ini adalah Alter natif Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan 1. Pondasi dangkal : 1. Pondasi Lajur 2. Pondasi Setempat - Mudah dipasang - Tidak membutuhkan peralatan tertentu - Tidak menimbulkan getaran - hanya untuk bangunan maksimal 4 lantai 91

2. Pondasi tiang pancang - Pekerjaannya cepat - Mampu menahan beban gaya vertikal - Banyak terjadi sambungan, sehingga berbahaya bila tidak dikerjakan secara teliti - Bunyi pekerjaan yang bising - Menimbulkan getaran Pondasi bored pile - tidak menimbulkan getaran - diameternya lebih besar sehingga daya dukungnya jauh lebih besar - cocok untuk segala jenis tanah Pondasi rakit - Memiliki kelebihan dalam menahan gempa - ruang pada pondasi bisa dibuat sebagai basement - pekerjaannya lama - biaya lebih besar - perlu memperhatikan ketinggian air tanah karena berbahaya dalam pengecoran - boros dalam pemakaian material - pelaksanaan sulit - biaya jauh lebih mahal - pelaksanaan tidak bising Dari perbandingan diatas, maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang, karena kemampuannya menahan gaya vertikal. b. Struktur Atas Bangunan asrama mahasiswa Binus University ini merupakan bangunan majemuk dengan bentuk dinamis dan dalam kategorinya termasuk bangunan tingkat menengah. Oleh karena itu sistem struktur yang mungkin akan dipakai 92

adalah rangka baja dan diisi dengan rangka kolom dan balok sebagai pemikul beban plat lantai. Dibeberapa bagian akan dikombinasikan dengan sistem frame tanga kan disambungkan ke plat atau balok yang kemudian ditutup dengan kaca, panel surya, dan cladding. IV.3.6. Material a. Material Struktur kulit bangunan adalah gabungan antara dinding bata dengan kaca pintar sehingga dapat mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan. b. Struktur untuk menahan lantai dibantu oleh kolom dengan plat yang menggunakan beton bertulang. IV.3.7. Sistem Utilitas Sistem utilitas yang dibahas menyangkut masalah penyediaan air bersih dan air minum, listrik, ataupun gas pada lingkungan bangunan, pembuangan limbah ke luar bangunan, pendaur-ulangan limbah cair, penangkal petir serta system penanggulangan kebakaran. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah kemudahan pemasangan dan pemeliharaan utilitas tersebut. Penempatan inti bangunan akan berdampak pada penempatan jalur distribusi jaringan utilitas baik vertical maupun horizontal. Beberapa contoh alternatif jalur sirkulasi utilitas bangunan : 93

Gambar 4.3.7.1 Sirkulasi Utilitas 1. Penyediaan air bersih Penyediaan air bersih dan air minum diasumsikan dari PDAM yang ditampung pada reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Gambar 4.3.7.2 Skema Penyediaan Air Bersih 2. Sistem Pembuangan air kotor Pembuangan air kotor menyangkut air kotor pada dan air kotor cair. Air kotor yang terbuang akan masuk ke pengolahan limbah dan akan di recycle sehingga dapat dipakai kembali. Hal ini dilakukan guna meningkatkan efisiensi penggunaan air 94

dalam bangunan. Air kotor dari air hujan sebisa mungkin juga ditampung agar bisa dimanfaatkan ke dalam bangunan. Gambar 4.3.7.2 Skema Pembuangan Air Kotor 3. Sistem instalasi listrik Penyediaan listrik pada bangunan diambil dari PLN, dialirkan ke gardu / ruang trafo untuk kemudian disalurkan ke ruang panel induk, dan dibagi ke panel-panel cabang dan ruang-ruang yang membutuhkan. Pada saat aliran listrik utama dari PLN terputus, maka listrik yang digunakan adalah aliran listrik dari genset. Ruang genset, dan ruang-ruang panel listrik diletakan berkelompok dalam kelompok ruang Mechanical dan Engineering (ME) yang diletakan dilantai basement agar kehadirannya tidak mengganggu kenyamanan ruang ruang utama. 95

Gambar 4.3.7.3 Skema Sistem Instalasi Listrik Sistem Instalasi menggunakan Solar Panel : Gambar 4.3.7.4 Skema Sistem Instalasi Solar Panel Perhitungan Solar Panel : Untuk Supply Lampu : Total Energi : 400 Lampu x 10 Watt X 8 jam = 32000 Watt Beban Harian : Total Energi / tegangan sistem 32000 / 12v = 2666 Ah 96

Kapasitas Baterai : (Ah)(days of autonomy)/(max.depth of discharge) 2666 x 5 / 0.5 = 26660 Ah Kapasitas Aktual : kapasitas baterai / efisiensi 26660 / 0.8 = 33325 Ah Jumlah Baterai : kapasitas aktual / kapasitas 1 baterai 33325 / 80 = 416,6 baterai ~ 417 baterai Kapasitas efektif Baterai = 417 x 80 = 33360 Ah Depth of Discharge = beban harian / kapasitas efektif 2666 / 240 = 11,1 % Karena DOD dibawah 50 % maka dapat digunakan : Output sel surya = beban harian/kapasitas efektif 2666/0.8 = 33325 Ah Rata-rata output modul panel surya : 0.95 x 2.92 x 5.5 = 15.3 Ah Banyak Panel yang dibutuhkan = output / rata-rata output 33325 / 15.3 = 2178 Panel Luas Panel yang dibutuhkan = Modul panel x Banyak panel 10cm x10cm x 2178 = 217800 cm 2 ~ 21.78 m 2 4. Sistem pengolahan limbah Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk proses pengolahan dan setelah itu dibuang ke riol kota. Sedangkan limbah cair seperti air hujan diharuskan oleh Peraturan Pemda untuk disalurkan ke sumur resapan, sehingga pada bangunan juga 97

disediakan sumur resapan. Sedangkan limbah cair dari bangunan (kamar mandi, wastafel) disalurkan ke bak WasteWater Treatment, untuk diolah / daur ulang dan digunakan untuk flushing urinoir dan penyiraman tanaman. 5. Sistem penangkal petir Penangkal petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. Tiang-tiang dari logam dan logam lainnya dapat dimanfaatkan sebagai penangkal petir. Penangkal petir biasanya terdiri dari tiang pendek (finial) dan kepala penangkap petir (air termination). Filial adalah penangkap petir batang pendek yang biasa dipasang pada bangunan atap datar yang menggunakan instalasi penangkal petir sistem kurungan Faraday. 98

Gambar 4.3.7.5 Sistem Penangkal Petir Ada dua jenis penangkal petir yang umum digunakan yaitu: - Penangkal Petir Sistem Thomas Sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya. - Penangkal Petir Sistem Prevectron Mirip dengan Sistem Thomas, dengan areal perlindungan yang berbentuk paraboloid. Dari analisa sistem penangkal petir di atas, yang akan diterapkan pada perancangan Asrama Mahasiswa ini adalah Sistem Thomas, karena sistem ini memiliki jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas. b. Sistem penanggulangan kebakaran Perencanaan sistem penanggulangan kebakaran menjadi penting demi meminimalisasi dampak musibah kebakaran pada gedung asrama mahasiswa Binus University. Dalam hal penaggulangan musibah kebakaran, hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan asrama mahasiswa Binus University adalah sistem konstruksi tahan api, sistem deteksi, sistem panggil manual, sistem lampu darurat, sistem springkler, dan sistem hidran. - Sistem konstruksi tahan api 99

Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dengan demikian, setiap komponen bangunan, dinding, lantai kolom dan balok harus dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Paling tidak, konstruksi tahan api mampu melindungi penghuni dalam gedung dalam waktu minimal 2 jam. - Sistem deteksi Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat detector, flame detector, dan smoke detector. Ketika ketiga alat ini mendeteksi ada asap, panas, ataupun lidah api, alat-alat tersebut akan mengaktifkan early warning system dan mengaktifkan springkler terdekat dengan titik deteksi. Gambar 4.3.7.6 Jenis jenis Detektor - Sistem panggil manual Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi konvensional (telepon) terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem komunikasi cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol alat panggil manual ini terletak dekat dengan tangga-tangga kebakaran. 100

Gambar 4.3.7.7 Sistem Panggil Manual - Sistem lampu darurat Sistem lampu darurat berguna dikala listrik di dalam gedung terputus. Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur-jalur evakuasi teraman. Biasanya lampu-lampu darurat ini menggunakan bahan dasar fosfor yang mempu menyala tanpa aliran listrik dalam jangka waktu tertentu. - Sistem springkler Springkler mengalirkan air pada titik-titik terdekat dimana detektor asap, panas atau api mendeteksi bahaya kebakaran. Radius masing-masing springkler adalah 25 m 2. 101

Gambar 4.3.7.8 Sprinkler - Sistem Hidran Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi kebakaran. Hidran akan mengalirkan air yang berasal dari menara air / water torrent atau dari sistem hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu didran dalam dan hidran luar. Hidran dalam berbentuk kotak merah sengan selang dan tabung pemadam kebakaran di dalamnya. Air yang digunakan dalam oleh hidran dalam adalah air yang berasal dari menara air / water torrent. Sedangkan hidran luar umumnya menggunakan air yang berasal dari sistem hidran kota. Gambar 4.3.7.9 Hidran Dalam 102

Gambar 4.3.7.10 Hidran Luar 5. Analisa Sistem Penghawaan Terbagi menjadi dua macam sistem penghawaan yaitu alami dan buatan. Fungsi dari tata udara sendiri adalah untuk mempertahankan suhu dan kelembapan dalam ruangan dan kemudian terciptanya kenyamanan di dalam bangunan. Penghawaan atau tata udara alami mengharuskan bangunan banyak memberikan bukaan sehingga udara dapat mengalir dengan baik, dengan konsekuensi ruang dalam bangunan cepat kotor akibat debu yang ikut masuk. Sedangkan penghawaan atau tata udara buatan adalah mempertahankan suhu dan kelembapan di dalam ruangan dengan cara menyerap panas yang ada di dalam ruangan tersebut menggantinya dengan udara dengan suhu yang memberikan kenyamanan. 103

Dua macam sistem penghawaan, yaitu: No Jenis Penghawaan Keterangan 1 Penghawaan Alami Pemanfaatan udara alami yang ada di luar. Dengan memberikan bukaan yang cukup sehingga udara luar bisa masuk, maka udara di dalam yang kotor bisa tergantikan secara terus menerus. Dengan sistem void, udara mengalir dari tiap-tiap ruang menuju ke satu sirkulasi utama yang berada di void utama. 2 Penghawaan buatan bangunan ini tidak bisa sepenuhnya bergantung pada udara alami. Diperlukan penghawaan buatan untuk tetap menjaga tempratur udara di dalam bangunan sehingga tercipta kenyaman bagi pengunjung dan keamanan bagi koleksi karena dengan penghawaan udara yang tepat maka keawetan koleksi akan terjaga dengan baik. Tabel 4.3.7.1 Skema pertukaran udara Dari skema diatas dapat disimpulkan bahwa tetap diperlukan ventilasi alami untuk memasukkan udara segar agar proses penghawaan buatan dapat berjalan dengan baik. 104

Penghawaan buatan sendiri terdiri dari berbagai jenis, di Indonesia yang beriklim tropis menggunakan mesin pendingin atau yang biasa disebut Air conditioner (AC). Saat ini terdapat 3 jenis AC yang umum digunakan di dalam bangunan, yaitu: No Jenis AC Keterangan 1 AC Split Untuk jenis AC Split dengan kapasitas yang besar, unit dalam ruang dapat terdiri lebih dari satu unit (multi split) sedang unit ruang luarnya tetap satu. Unit dalam ruang mempunyai berbagai alternatif pemasangan: di dinding, langit-langit, dan lantai, ada pula yang dipasang pada langit-langit di tengah ruangan. 2 Package Unit Berbeda dengan AC Split, package unit hanya bisa di letakkan di salah satu sisi atau sudut ruangan yang terkadang dihubungkan dengan saluran udara (duckting). Sistem ini juga terkadang mempunyai dua unit terpisah (seperti model AC Split). Unit luar terdiri dari kondensor, kompresor, dan kipas udara. Sedangkan unit dalam terdiri dari kumparan pendingin (Evaporator), saringan udara, filter dan panel kontrol. 3 AC Central Berbeda dengan kedua sistem di atas yang merupakan sistem tata udara langsung, dalam sistem ini refrigeran yang digunakan bukan freon tetapi air es (chiller) dengan suhu sekitar 5 o C. Air es dihasilkan dalam chiller. Sistem ini dikenal sebagai 105

sistem tata udara terpusat (Central Air Conditioner System). Sistem ini biasa digunakan pada bangunan umum seperti kantor dan pusat perbelanjaan. Terdiri dari satu mesin utama yang kemudian disalurkan ke setiap ruangan melalui saluran udara (duckting) dengan tingkat suhu udara yang diatur dari pusat. Tabel 4.3.7.2 Jenis Penghawaan Buatan Dan sistem penghawaan yang akan digunakan yaitu gabungan dari kedua sistem yaitu menggunakan penghawaan alami dan menggunakan AC split yang telah diatur timer nya. Apabila dengan penghawaan alami dapat tercipta sebuah ruang yang sejuk maka penghuni diharapkan dapat mengurangi penggunaan AC. Penggunaan AC dalam perancangan asrama ini hanya sebatas Kamar Tamu dan Area Pengelola saja. 106