BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bagi remaja, salah satu hal yang paling penting adalah penampilan fisik.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONTI CEKAT PADA SISWA SMP DAN SMA BODHICITTA DAN HUSNI THAMRIN MEDAN

III. RENCANA PERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Gambaran Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengguna Alat Ortodontik Cekat di SMA Negeri 7 Manado

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB I PENDAHULUAN. pada saluran pencernaan disamping fungsi psikis dan sosial (Tampubolon,

PEMELIHARAAN ORAL HYGIENE DAN PENANGGULANGAN KOMPLIKASI PERAWATAN ORTODONTI SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penampilan fisik mempunyai peranan yang besar dalam interaksi sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. sehat serta penampilan yang secara sosial dapat diterima (Ariyani,2006).

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN ORTHO PLAQUE INDEX

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan ortodontik cekat, pasien ortodontik

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan gigi semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONTI CEKAT PADA SISWA SMP DAN SMA BODHICITTA DAN HUSNI THAMRIN MEDAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Penelitian untuk mengetahui perbedaan status kebersihan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

PERUBAHAN JARAK INTERMOLAR SELAMA PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONSI CEKAT DENGAN SISTEM PERLEKATAN LANGSUNG (Kajian Analisis Model studi) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini sangatlah tinggi. Gaya hidup dan tren mempengaruhi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berupa alat cekat dan alat lepasan (Susetyo, 2000). Alat ortodontik cekat adalah

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN FREKWENSI MENYIKAT GIGI TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS IV SDN 28 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penampilan fisik yang baik terutama penampilan gigi-geligi adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT DAN STATUS GINGIVA PADA MAHASISWA DENGAN GIGI BERJEJAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2012). Perawatan ortodontik mempunyai riwayat yang panjang, anjuran tertulis

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan estetik wajah yang kurang baik (Wong, dkk., 2008). Prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia mengalami peningkatan dalam

Status kebersihan gigi dan mulut pada remaja usia tahun di SMPN 4 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karbohidrat pada plak yang menempel di permukaan gigi. Plak merupakan salah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang tidak beraturan, irregular, dan protrusi merupakan masalah bagi beberapa individu sejak zaman dahulu dan usaha untuk memperbaiki kelainan ini sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan ortodontik. Tujuan perawatan ortodontik modern adalah memperoleh hubungan oklusi dan gigi yang baik, estetik wajah, dan hasil perawatan yang stabil dalam jangka panjang. 1 Perawatan ortodontik saat ini mulai diminati oleh masyarakat Indonesia. Tingkat kebutuhan perawatan ortodontik semakin tinggi karena meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut dan juga cukup tingginya tingkat maloklusi di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Djokosalamoen, Koesoemahardja, dan Desi Fitri mengatakan prevalensi maloklusi di Indonesia 70,27 99,89%. 2 Beberapa pasien dengan kasus maloklusi seringkali merasa tidak berharga dan rendah diri dengan penampilannya. 3 Penampilan wajah mempunyai pengaruh signifikan terhadap persepsi diri dan sosial. 4 Beberapa individu, terutama pada periode usia remaja dengan gangguan dentofasial mencari perawatan ortodontik untuk meningkatkan faktor psikologis. 5 Penampilan fasial pada periode remaja merupakan hal yang penting dalam menentukan identitas seseorang. 6 Penampilan fasial yang optimal tidak hanya terlihat lebih menarik tetapi juga lebih diterima secara sosial. 3 1

2 Perawatan ortodontik dibagi menjadi ortodontik cekat dan lepasan. Alat ortodontik lepasan hanya dapat menghasilkan gerakan tipping sederhana pada mahkota gigi sedangkan alat ortodontik cekat dapat digunakan untuk menghasilkan gerakan gigi secara bodily, torsi, rotasi, tipping, intrusi, ekstrusi, dan dapat digunakan untuk menggerakan beberapa gigi secara bersamaan. 7,8 Penggunaan alat ortodontik cekat lebih banyak karena hasil dari perawatan ortodontik cekat seringkali lebih memuaskan jika dibandingkan dengan hasil perawatan ortodontik lepasan. Dokter gigi spesialis ortodontik biasanya lebih memilih perawatan ortodontik cekat karena dapat memperbaiki posisi gigi dengan presisi dan lebih banyak kasus yang dapat ditangani dengan perawatan ortodontik cekat. 7 Perawatan ortodontik cekat merupakan perawatan gigi yang membutuhkan teknik khusus dan prosedur yang panjang sehingga pasien perlu mengetahui apa saja yang harus dilakukan selama perawatan ortodontik agar dapat menjaga kesehatan rongga mulut dan mendapatkan hasil perawatan ortodontik yang baik. 9 Beberapa masyarakat tidak mengetahui dimana sebenarnya mendapatkan perawatan ortodontik yang tepat. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di SMP dan SMA Bodhicitta dan Husni Thamrin Medan pada tahun 2013, 47,2% siswa memasang alat ortodontik pada dokter gigi spesialis ortodontik, 44,1% pada dokter gigi umum, dan 8,7% pada tukang gigi. 10 Sikap terhadap perawatan ortodontik juga dapat memengaruhi kesehatan mulut dan hasil perawatan. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap perawatan ortodontik pada laki-laki dan perempuan.

3 Perempuan lebih mendengarkan informasi yang diterima dan memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi terhadap perawatan yang diberikan sehingga kesehatan mulutnya lebih baik. 11 Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan mulut adalah perilaku. Kebersihan mulut yang buruk dapat meningkatkan terjadinya karies dan penyakit periodontal lainnya. Alat ortodontik cekat memiliki desain yang lebih sulit untuk dibersihkan sehingga pasien pengguna alat ortodontik cekat lebih sulit untuk memelihara kebersihan mulut selama perawatan. 12 Salah satu cara mengukur kebersihan rongga mulut adalah menggunakan skor OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified). Skor OHI-S pada pengguna alat ortodontik cekat seharusnya berada pada kategori baik. Hasil penelitian nilai rata-rata kebersihan gigi dan mulut pengguna alat ortodontik cekat yang dilakukan di Manado menunjukkan kriteria sedang. 13 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa mengenai perawatan ortodontik cekat pada siswa SMA X. Peneliti memilih siswa SMA karena usia SMA termasuk ke dalam usia remaja, dimana pada periode usia tersebut kebutuhan akan perawatan ortodontik cukup tinggi karena faktor psikososial. 5,6 Peneliti memilih SMA X karena memiliki tingkat sosial ekonomi yang cukup baik sehingga tingkat pemakaian alat ortodontik cekat cukup tinggi.

4 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengetahuan siswa-siswi SMA X mengenai pemakaian alat ortodontik cekat. 2. Bagaimana sikap siswa-siswi SMA X dalam menggunakan alat ortodontik cekat. 3. Bagaimana perilaku siswa-siswi SMA X dalam menggunakan alat ortodontik cekat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa mengenai perawatan ortodontik cekat pada siswa SMA X 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademik a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan kesehatan gigi masyarakat tentang perawatan ortodontik cekat sehingga masyarakat lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. b. Bagi peneliti untuk menambah wawasan tentang gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengenai perawatan ortodontik cekat melalui penelitian lapangan. c. Sebagai referensi untuk dijadikan dasar penelitian selanjutnya di Fakultas Kedokteran Gigi.

5 2. Manfaat praktis a. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mensosialisasikan pengetahuan, sikap, dan perilaku selama perawatan ortodontik cekat yang tepat. b. Menjadi bahan penyuluhan bagi dokter gigi spesialis ortodontik agar masyarakat mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku yang tepat selama perawatan ortodontik cekat agar dapat menjaga kesehatan rongga mulut. 1.5 Landasan Teori Perawatan ortodontik cekat membutuhkan operator yang sudah terlatih dan harus dilakukan oleh dokter gigi spesialis ortodontik, karena perawatan yang tidak tepat berpotensi menyebabkan efek yang merugikan. 8 Alat ortodontik cekat dapat mempersulit pengguna untuk menjaga kebersihan mulut. Plak dan debris makanan lebih mudah berakumulasi di sekitar braket dan sulit untuk dibersihkan. Dokter gigi spesialis ortodontik mempunyai tanggung jawab untuk meminimalkan risiko dekalsifikasi atau karies sebagai konsekuensi perawatan ortodontik. Sikap kooperatif pasien sangat dibutuhkan selama perawatan ortodontik. Pasien perlu memiliki pengetahuan mengenai ortodontik cekat dan apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan rongga mulut selama perawatan ortodontik cekat. 8,14 Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya). 15 Tingkat pengetahuan seseorang akan saling berhubungan dengan sikap, dan

6 perilakunya. 16 Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal dan non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. 17 Pengetahuan tentang ortodontik termasuk tenaga kesehatan yang memberi perawatan ortodontik, alasan memakai alat ortodontik, dan pentingnya mengikuti instruksi yang diberikan. 9 Alat ortodontik cekat merupakan suatu piranti perawatan yang sangat digemari oleh pasien sehingga banyak dokter gigi umum bahkan tukang gigi mencoba melakukan perawatan ortodontik cekat tanpa dibekali ilmu dan keterampilan yang memadai. Perawatan ortodontik cekat sebenarnya merupakan kewenangan dokter gigi spesialis ortodontik. 18 Alasan seseorang mencari perawatan ortodontik bermacam-macam, seperti gigi tidak beraturan, kesulitan makan, nyeri pada sendi temporomandibular, kurang percaya diri. Gigi yang tidak beraturan dapat menyebabkan kerusakan pada gigi dan jaringan lunak jika dibiarkan tidak dirawat. Kesulitan makan bisa disebabkan oleh oklusi yang buruk, seperti pada kasus maloklusi kelas II, penderita tidak bisa menggigit makanan dengan gigi insisivusnya, mereka hanya bisa mengunyah dengan gigi posterior. 19 Nyeri pada sendi temporomandibula menandakan adanya kelainan pada sendi temporomandibula yang terutama disebabkan oleh maloklusi. 20 Banyak individu, terutama usia remaja, mencari perawatan ortodontik untuk alasan estetik. Anak remaja lebih sering diejek karena kelainan giginya, dibandingkan karena baju yang mereka gunakan, berat badan dan tinggi badan mereka. Tetapi ada juga individu dengan deformitas dentofasial yang tidak memerdulikan penampilannya. 19

7 Instruksi yang harus diberikan kepada pasien setelah pemasangan alat ortodontik meliputi kontrol rutin, diet yang baik, dan cara menjaga kebersihan rongga mulut. Kontrol setiap empat sampai enam minggu sekali untuk mengencangkan kawat dan pemeriksaan kebersihan mulut. Selama perawatan ortodontik, sebaiknya mengurangi makanan yang manis, minuman bersoda, dan camilan, menghindari makanan yang keras, lengket. 21,22 Instruksi untuk menjaga kebersihan rongga mulut sangat penting untuk diberikan kepada pasien pengguna alat ortodontik, pasien dapat diinstruksikan untuk rajin menggosok gigi, menggunakan sikat gigi khusus ortodontik, sikat interproksimal, obat kumur yang mengandung chlorexidine dan fluoride, menyikat gigi atau berkumur segera setelah makan dan scaling rutin ke dokter gigi. 21 Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku. 15 Sikap terdiri dari kepercayaan atau keyakinan, emosional atau evaluasi terhadap objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam menentukan sikap yang utuh, dibutuhkan pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi. 23 Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. 15 Perilaku pasien ortodontik yang kooperatif dapat dideskripsikan sebagai pasien yang dapat mempertahankan kebersihan mulut dengan baik selama perawatan, diet yang

8 tepat, menjaga keutuhan alat, kontrol rutin, dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh dokter. Pasien yang kooperatif membantu tercapainya tujuan perawatan. 9 Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan 85% pasien ortodontik mengetahui tujuan perawatan ortodontik. Lebih dari 90% pengguna alat ortodontik cekat mengetahui pentingnya mengikuti instruksi yang diberikan. Kebanyakan pasien pengguna alat ortodontik cekat menyikat gigi lebih sering, tetapi 28,9% pasien tidak perduli dengan kebersihan mulutnya. 12,7% pasien pengguna alat ortodontik cekat seringkali lupa tanggal kontrol. 9 1.6 Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survei untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa mengenai perawatan ortodontik cekat pada siswa SMA X. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah whole sample. Jumlah keseluruhan populasi siswa SMA X kelas X, XI, dan XII yaitu sebanyak 753 orang, besar sampel yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 81 orang. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA X di Kota Bandung. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Maret 2016.