Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

IV. METODE PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

IV. METODE PENELITIAN

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

ANALISA USAHATANI BAYAM

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

RENTABILITAS USAHATANI CABAI RAWIT VARIETAS TARUNA DI KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISA USAHATANI KEDELAI VARIETAS WILIS PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI DESA KLOMPANG BARAT KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Welson Wangke Benu Olfie L.

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BAWANG MERAH RAMAH LINGKUNGAN DI KABUPATEN TEGAL

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

IV METODOLOGI PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. METODE PENELITIAN

ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BAWANG MERAH RAMAH LINGKUNGAN DI KABUPATEN TEGAL

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

PROFITABILITAS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

Abstrak

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

Transkripsi:

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep) Isdiantoni Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja Sumenep email : antonie_isd@yahoo.co.id ABSTRAK Gambaran kemampuan petani dalam mengalokasikan sumberdayanya dapat dilihat dari kedudukan ekonomi usahatani tersebut dan besarnya nilai manfaat yang diperoleh. Penelitian ini dilakukan di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep yang dipilih secara sengaja (purposive), karena merupakan salah satu sentra uasahatani bawang merah dengan jumlah petani terbanyak (75 petani). Sampel pada penelilitian ini diambil secara acak berstrata secara proporsional (proportionate stratified random sampling), dengan pertimbangan, luas areal penanaman bawang merah pada masing-masing responden, yang dibagi ke dalam 3 strata. Dari strata 1 dengan luas tanah garapan sempit (< 0,250 ha) diambil sebanyak 27 responden, strata 2 dengan luas tanah garapan sedang ( 0, 250 ha s/d 0,375 ha) dambil sebanyak 28 responden, dan strata dengan luas tanah garapan luas (> 0,375 ha) diambil sebanyak 10 responden. Untuk melihat kedudukan ekonomi usahatani bawang merah digunakan analisa nisbah antara penerimaan dengan biaya (R/C rasio) dan untuk menilai besarnya manfaat dari penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani menggunakan analisis B/C. Hasil penelitian menunjukkan nilai R/C = 1,5 yang memberikan gambaran usahatani bawang merah memberikan keuntungan, yaitu sebesar Rp. 17,853,644.10 per hektar. amun demikian, karena analisanya menggunakan biaya riil, sehingga ada biaya usahatani yang tidak diperhitungkan (seperti sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga dan pajak), maka dapat dikatakan keuntungan usaha tersebut masih rendah. Penggunaan paket tekologi yang diterapkan petani tidak mampu memberikan manfaat atau penambahan biaya dari setiap rupiah penerapan paket teknologi petani tidak mampu memberikan tambahan penerimaan sebesar penambahan biaya tersebut, karena nilai B/C < 1, yaitu hanya mencapai 0,49. Kata kunci : keuntungan, efisiensi, nilai manfaat I. PEDAHULUA Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas holtikultura unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani. Komoditas ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Maka dari itu, permintaan bawang merah sangat tinggi, bahkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Alamat Korespondensi: Isdiantoni, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja Sumenep. Jl. Raya Sumenep-Pamekasan Km. 5 Patian- Sumenep Kabupaten Sumenep merupakan salah satu penghasil bawang merah yang cukup tinggi di Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat dari total produksi bawang merah di Kabupaten Sumenep yang mencapai 5.258,9 ton dengan produktivitas 12,23 ton/ha sehingga Kabupaten Sumenep menjadi salah satu yang mempunyai peran penting dalam memenuhi kebutuhan bawang merah di Jawa Timur (Disperta Kabupaten Sumenep, 2010) Dalam rentang waktu dari tahun 2006 hingga 2010, perkembangan produksi bawang merah di Kabupaten Sumenep relatif berfluktuasi. Pada tahun 2006 dan 2007 produksi bawang merah menurun dengan rata-rata tingkat penurunan sebesar 1,45 persen per tahun. Sementara pada tahun 2008, 2009 dan 2010 produksi bawang merah di Kabupaten Sumenep 64

meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,88 persen per tahun. Tabel 1 Perkembangan Areal, Produktivitas Dan Produksi Bawang Merah Di Kabupaten Sumenep, 2006-2010. o. Tahun Luas panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) 1 2006 409 10,90 4.458,1 2 2007 394 11 4.334 3 2008 401 11 4.411 4 2009 410,18 12,23 5.016,5 5 2010 430 12,23 5.258,9 Sumber : Disperta Kabupaten Sumenep, 2010 Laju peningkatan produksi bawang merah di Kabupaten Sumenep yang berfluktuasi tersebut mengindikasikan adanya faktor yang mempengaruhi pada kegiatan produksinya. Faktor tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat keuntungan (pendapatan) dari usahatani bawang merah. Rendahnya tingkat pendapatan usahatani bawang merah dapat tejadi karena kurangnya kemampuan petani mengalokasikan sumberdayanya secara efisien. Melihat permasalahan yang dihadapi oleh usahatani bawang merah di Kabupaten Sumenep, maka penelitian tentang kelayakan ekonomi bawang merah penting dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran pemanfaatan sumberdaya pada usahatani bawang merah, apakah keluarannya (output) mampu melebihi masukannya (input), berkaitan dengan teknologi budidaya yang diklakukan oleh petani. Gambaran kemampuan petani dalam mengalokasikan sumberdayanya dapat dilihat dari kedudukan ekonomi usahatani tersebut dengan melihat nilai nisbah antara penerimaan dengan biayanya (R/C) dan besarnya nilai manfaat yang diperoleh dari penerapan tekologi oleh petani dapat diketahui dari nilai B/C. II. METODE PEELITIA Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep yang dipilih secara sengaja (purposive), karena merupakan salah satu sentra uasahatani bawang merah dengan jumlah petani terbanyak (75 petani). Data Disperta Kabupaten Sumenep melalui Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep (2010), menyebutkan luas areal budidaya bawang merah Kecamatan Pasongsongan 192,30 ha dengan jumlah produksi 2.473,88 ton (47 % dari total produksi kabupaten). Metode Pengambilan Sampel Sampel pada penelilitian ini diambil secara acak berstrata secara proporsional (proportionate stratified random sampling), dengan pertimbangan, luas areal penanaman bawang merah pada masing-masing responden, yang dibagi ke dalam 3 strata, yaitu strata 1dengan luas areal tanam sempit, strata 2 dengan luas areal tanam sedang dan strata 3 dengan luas areal tanam luas. Pembagian berdasarkan statistik adalah sebagai berikut : Strata 1 : < (k + luas tanah garapan tersempit) Strata 2 : (k + luas tanah garapan tersempit) - (2k + luas tanah garapan tersempit) Strata 3 : > (2k + luas tanah garapan tersempit) Dimana : K = Lahan terluas lahan tersempit Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh strata sebagai berikut : 3 65

Strata 1 : < 0,250 ha sebanyak 32 petani Strata 2 : 0, 250 ha s/d 0,375 ha sebanyak 33 petani Strata 3 : > 0,375 ha sebanyak 10 petani Ukuran sampel untuk populasi mengacu pada pendapat Prijana dan Semendison (2005) dengan rumus sebagai berikut: dimana : n : sampel (size of sample) no : sampel asumsi t : koefisien kepercayaan (1,96 ditentukan peneliti) d : sampling error (0,05 ditentukan peneliti) p & q : parameter proporsi binomial (50% : 50% ditentukan peneliti) : Populasi (size of populasi) : Sub populasi h Jumlah populasi petani yang menanam bawang merah di Desa Rajun sebanyak 75 petani. Dari perhitungan penarikan sampel di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 63 petani. Selanjutnya, perhitungan besarnya sampel pada masing-masing strata (subpopulasi) digunakan rumus : dimana: = sampel pada populasi ke-h nh n n = 1 + n = W = nh = h x. n Wh.ph. V V = [d/t]² n h = sampel (size of sample) = Subpopulasi ke-h = Populasi (size of populasi) Berdasarkan rumus diatas, maka diketahui jumlah sampel dari masingmasing strata (subpopulasi) adalah: Strata 1 : sebanyak 26,9 (27) petani Strata 2 : sebanyak 27,7 (28) petani Strata 3 : sebanyak 10 petani Metode Pengumpulan Data Penelitian ini pada pokoknya menggunakan data primer yang bersumber langsung dari petani bawang merah. Teknik pengambilan datanya menggunakan pengisian kuisioner yang dilakukan berdampingan pada saat mewancarai responden. Penggunaan teknik ini, memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi tambahan berkenaan dengan berbagai hal yang berkaitan dengan usahatani bawang merah, dan dapat langsung mengkonfirmasi dari setiap pernyataan atau informasi yang diberikan petani. Metode Analisis Data Pendekatan yang digunakan untuk menjawab pemasalahan pada penelitian ini, untuk memberikan gambaran kedudukan ekonomi usahatani bawang merah, menggunakan analisis R/C (Return Cost Ratio) yang dikemukakan oleh Soekartawi (2002): a = R / C R = P Y y C = FC VC a = P Y / ( FC VC ) dimana : R : penerimaan (revenue) C : biaya (cost) P : harga output y y Y : ouput FC : biaya tetap (fixed cost) 66

VC : biaya variabel (variable cost) kriteria keputusannya : R / C > 1,0 usahatani untung R / C < 1,0 usahatani rugi R / C = 1,0 usahatani impas (tidak untung/tidak rugi) Lebih lanjut, untuk mendapatkan penjelasan mengenai besarnya manfaat penerapan tenologi petani pada budidaya bawang merah mengunakan rumus yang diterapkan oleh Zairin, dkk. (2003) yaitu: B/C ratio = RAVC / TVC RAVC = Gross Income TVC dimana : Gross Income : ilai produksi TVC : Total Variable Cost (total biaya berubah) RAVC : Keuntungan biaya berubah III. HASIL DA PEMBAHASA Didalam kegiatan usahatani bawang merah, untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan mutu yang baik, sorang petani harus mampu menguasai teknik budidaya yang baik dan benar, serta mampu mengalokasikan sumber dayanya secara efisien. Dengan hasil yang tinggi dan mutu yang baik diharapkan pendapatan yang tinggi dapat diperoleh. Lebih lanjut Soekartawi (2002), berpendapat untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarnya, maka petani penting untuk berprilaku efisien dalam usahataninya. Dikatakan efisien bila penmanfaatan sumber daya oleh petani, menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukannya (input). Kedudukan Ekonomi Usahatani Bawang Merah Hernanto (1991), menyatakan ukuran kedudukan ekonomi usahatani suatu komoditi penting untuk diketahui, karena dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani dan kemungkinan pengembangan komoditi tersebut. Kedudukan ekonomi komoditi tersebut dapat dilihat dari nisbah penerimaan atas biaya (R/C). Gambaran kedudukan ekonomi usahatani bawang merah di Kabupaten Sumenep tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi, Biaya riil, Penerimaan dan R/C Usahatani Bawang Merah per hektar Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep o Uraian Satuan Jumlah ilai (Rp) % Biaya terhadap ilai Produksi I. Produksi kg 6549 55,664,102.56 100 II. Biaya Tetap Akumulasi penyusutan alat 471,727.69 0.8 III. Biaya Tidak Tetap 1. Benih kg 977 16,612,923.08 29.8 2. Pupuk organik kg 9175 4,587,692.31 8.2 3. Pupuk an-organik kg 713 1,271,200.00 2.3 4. Pestisida lt 26 314,338.46 0.6 5. Bahan bakar minyak liter 197 985,000.00 1.8 6. Tenaga kerja HKSP 396 13,567,576.92 24.4 IV. Total Biaya 37,810,458.46 67,9 V. Total Penerimaan 55,664,102.56 VI. Pendapatan 17,853,644.10 VII. Biaya per satuan hasil 1 kg 5,773.72 VIII. R/C ratio 1.5 67

Tabel 2. memberikan gambaran usahatani bawang merah di Kabapaten Sumenep, mempunyai nilai R/C = 1,5. ilai tersebut menunjukkan, bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,5. Secara teoritis, nilai R/C = 1,5 menunjukkan usahatani bawang merah menguntungkan. amun demikian, karena analisa di atas menggunakan biaya riil, sehingga ada biaya usahatani yang tidak diperhitungkan (seperti sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga dan pajak), maka dapat dikatakan keuntungan usaha tersebut masih rendah. Soekartawi (1991), berpendapat untuk analisa usahatani yang biaya usahataninya tidak dihitung secara keseluruhan (ada biaya yang tidak diperhitungkan), maka R/C rasio yang lebih dari satu dikatakan menguntungkan, dapat saja dipakai nisbah R/C minimal 1,5 atau 2,0. Rendahnya pendapatan (keuntungan) petani bawang merah di Kabupaten Sumenep, menunjukkan petani tidak cukup efisien mengalokasikan sumberdaya yang dikuasainya, sehingga pemanfaatan sumberdaya tersebut tidak menghasilkan keluaran (output) yang besar. Penggunaan biaya produksi pada usahatani bawang merah sangat besar, dari Tabel 2 terlihat total biaya produksinya mencapai 67,9% terhadap nilai produksinya. Hal ini menyebabkan nilai biaya per satuan hasilnya menjadi tinggi, yaitu sebesar Rp.5,773.72 per kilogram. Penggunaan input produksi terbesar, terjadi pada kebutuhan benih yaitu senilai 29,8% terhadap nilai produksinya. Hal ini dapat terjadi karena petani tidak secara ketat mengatur jarak tanamnya, di samping tingkat produksinya yang rendah (kurang dari 7 ton/ha). Sementara untuk varietas Filipina yang ditanam di daerah yang kering (mempunyai kemiripan dengan Kabupaten Sumenep), yaitu di Kabupaten Bima usa Tenggara Barat (TB) pada tahun 2000 mampu mencapai 15.170 kg (15,17 ton) per hektar (Zairin, dkk. 2003). Teknologi Usahatani Bawang Merah yang Diterapkan Petani Didalam berusahatani bawang merah, petani di Kabupaten Sumenep masih melakukannya dengan caranya sendiri, berdasarkan pengalaman dan warisan dari para pendahulunya. Keadaan alam dan kondisi sosial ekonominya menjadi faktor utama pembentuk cara budidayanya, sehingga adopsi teknogi dalam kaitannya dengan teknis budidaya bawang merah scara teknis (intensif) berjalan lambat. Teknologi usahatani yang diterapkan oleh petani bawang merah di Kabupaten Sumenep disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Komponen Paket Teknologi yang Diterapkan Petani di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep o Komponen Teknologi Cara Petani 1 Varietas Sumenep 2 Pengolahan tanah bajak/ pencangkulan 3 Jarak tanam tidak teratur 4 Kebutuhan benih 977 kg per hektar 5 Jenis takaran pupuk organik/ pudang 9175 kg per hektar Urea 197 kg per hektar SP-36 202 kg per hektar ZA 314 kg per hektar 6 Bedengan Menggunakan bedengan 7 Pengairan disiram dengan gembor 8 Pengendalian gulma penyiangan 9 Pengendalian OPT kebiasaan petani dengan pestisida 10 Panen 60 70 hst 11 Penanganan lepas panen dijemur 1-2 hari dan diikat 68

Dari Tabel 3. di atas terlihat bahwa petani dalam menerapkan teknologi budidaya pada usahatani bawang merah umumnya masih belum memenuhi anjuran teknis, sehingga produksinya masih rendah. Rendahnya produksi bawang merah yang dicapai oleh petani karena teknologi budidayanya yang kurang baik, misalnya jarak tanam yang belum teratur, takaran dan jenis pemupukan yang kurang tepat, serta pengendalian OPT yang belum optimal. Dalam hal pemupukan misalnya, pemberian pupuk kandang hanya 9,2 ton/ha. Anjuran teknis budidaya bawang merah menurut Susila, A.D. (2006), untuk pemberian pupuk kandang sebanyak 15 20 ton/ha. Lebih lanjut menurut Santoso, B.H. (dalam Zairin, dkk. 2003), pupuk organik mempunyai 2 fungsi yaitu (1) sebagai bahan pembenah tanah yang berfungsi memperbaiki struktur tanah terutama tanah kering dan ladang, (2) memperbaiki sifat kimia tanah yang berfungsi mempertinggi kemampuan pertukaran kation (KPK) baik pada tanah ladang maupun tanah sawah. Keuntungan lain dari penggunaan pupuk organik adalah mampu mengembalikan kesuburan tanah, mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur. Untuk penggunaan pupuk anorganik, petani bawang merah tidak menggunakan pupuk KCl, padahal pupuk ini sangat penting karena sebagai sumber dari kebutuhan unsur makro (K) tanaman. Sementara penggunaan pupuk untuk memenhi unsur, juga kurang khususnya dari pupuk ZA yang hanya 314 kg/ha, sementara anjuran teknisnya 400 kg/ha. begitu juga dengan penyediaan unsur P, yang diperoleh dari pupuk SP-36, petani hanya memberikannya 202 kg/ha, sementara anjuran teknisnya 311 kgha (Susila, A.D. 2006). Belum optimalnya penggunaan komponen paket teknologi yang diterapkan petani terhadap budidaya bawang merah, akan berdampak pada rendahnya nilai manfaat (B/C rasio) yang diperoleh dari penggunaan teknologi tersebut, sehingga penerapan teknologi petani tidak mampu memberikan tambahan penerimaan. Untuk lebih memperjelas hal tersebut, berikut disajikan hasil perhitungan B/C rasio dari penggunaan teknologi budidaya bawang merah oleh petani. RAVC = Gross Income TVC = 55,664,102.56-37,338,730.77 = 18,325,371.79 B/C ratio = RAVC / TVC = 18,325,371.79 /37,338,730.77 = 0,49 Dari perhitungan B/C ratio, menunjukkan bahwa nilai B/C = 0,49. Besrnya nilai tersebut membuktikan bahwa penambahan biaya dari setiap rupiah penerapan paket teknologi petani tidak mampu memberikan tambahan penerimaan sebesar penambahan biaya tersebut (R < TC). ilai B/C < 1 mengindikasikan keuntungan (pendapatan) yang diperoleh dari usahatani bawang merah yang dilakukan petani rendah. IV. KESIMPULA DA SARA 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap informasi yang diperoleh dari petani bawang merah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat produksi usahatani bawang merah yang dicapai melalui penerapan teknologi petani, kurang dari 7 ton/ha (6549 kg) 2. Dilihat dari kedududukan ekonominya, dengan menggunakan analisis biaya secara riil usahatani bawang merah memberikan keuntungan per hektar sebesar Rp. 17,853,644.10 dengan nilai R/C = 1,5. 3. Dari struktur biaya, persentase penggunaan biaya terhadap nilai produksinya mencapai 67,9%. Komponen penggunaan biaya terbesar terjadi terhadap kebutuhan benih, yaitu Rp. 16,612,923.08 per hektar atau 29,8% terhadap nilai produksinya. 4. Besarnya biaya per satuan hasil dari usahatani bawang merah mencapai Rp. 5,773.72 per kilogram. 5. Penggunaan paket tekologi yang diterapkan petani tidak mampu 69

memberikan manfaat atau penambahan biaya dari setiap rupiah penerapan paket teknologi petani tidak mampu memberikan tambahan penerimaan sebesar penambahan biaya tersebut, karena nilai B/C < 1, yaitu hanya mencapai 0,49. 4.2 Saran Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah: 1. Diperlukan perbaikan paket teknologi terhadap teknologi yang diterapkan oleh petani agar produktivitas hasil persatuan luas dapat dicapai secara optimal. 2. Perbaikan paket teknogi yang dapat diberikan, yaitu (a) perbaikan mutu bibit (b) penerapan jarak tanam, dan (c) perbaikan dosis dan jenis pupuk yang diberikan (pupuk organik dan anorganik) DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Dalam Angka. BPS. Sumenep Hernanto, F.1991. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta : UI - Press. Prijana dan Semendison. 2005. Metode Sampling Terapan untuk Penelitian Sosial. Bandung : Humaniora. Zairin, M., Hastuti, S., Basuki, dan Hipi, A. 2003. Usahatani Bawang Merah pada Lahan Kering Bersumber Pengairan Sumur Pompa. Jurnal. TB : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi dan Holtikultura. Fakultas Pertanian IPB. 70