BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seluruh makhluk hidup di dunia sangat membutuhkan air untuk dapat

BAB II KERANGKA TEORI. Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Keputusan Pembelian. akan dikemukakan definisi mengenai keputusan membeli menurut para ahli.

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

Pengaruh Citra Merek (Brand Image) terhadap Loyalitas Konsumen pada Produk Air Minum dalam Kemasan Merek Ades (Kasus pada Konsumen di Kota Bandung)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Bauran pemasaran ( Marketing mix)

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya. membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat karena setiap

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

LANDASAN TEORI. Menurut F. Sikula dalam Kotler dan Armstrong (2008:6) manajemen pada umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbedaannya yang mendukung penelitian ini. yang berjudul Measuring customer-based brand equity : empirical evidence

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

Produksi Media PR Cetak. Modul ke: 05FIKOM. Brand Image. Fakultas. Program Studi HUMAS. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Kotler dan Armstrong (2019:253) produk adalah segala sesuatu yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan dalam dunia usaha semakin hari semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya dengan melihat pentingnya sebuah brand image. Konsumen dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. topik penelitian selama beberapa dekade terakhir. Budaya dan sejarah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah pada persaingan ketat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari penelitian terdahulu dari Faculty of

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek

BAB II KERANGKA TEORI. brand (merek) dapat diibaratkan seperti kita mengenal manusia lewat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat kompetitif di era globalisasi sangat sekali memberikan peluang

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan industri di bidang fashion sangat berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran adalah mengatur hubungan konsumen yang menguntungkan. Dua tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan konsumen. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. cara-cara baru dalam mempertahankan pelanggan atau mencari pembeli-pembeli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan (Kotler dan Keller, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

BAB II KERANGKA TEORI Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. mengembangkan produk, menetapkan harga, mempromosikan produk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) :

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai perubahan pata perilaku terhadap. Penggunaan Perceived Fit dalam penelitian mengenai Brand

BAB I LATAR BELAKANG. dilakukan oleh Rio, Vazquez, dan Iglesias (2001) yang berfokus pada sepatu

BAB 1 PENDAHULUAN 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Merek memberi nilai kepada pelanggan dan sekaligus kepada perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa: globalisasi, teknologi dan deregulasi. Perkembangan, perubahan, dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek (Brand) Konsumen akan mengidentifikasi dan memberikan penilaian pada suatu produk melalui kualitas, bentuk, dan juga merek yang dimiliki oleh produk tersebut, merek dapat menjadi alasan yang kuat bagi untuk membuat keputusan pembelian. Merek pada produk digunakan oleh perusahaan untuk menandakan bahwa produk tersebut merupakan buatannya dan hasil output yang perusahaan proses, sehingga perusahaan akan berusaha menciptakan merek yang menarik dan dapat dikenal dengan mudah yang mana akan memudahkan untuk dapat mengenali produk yang diproduksi perusahaan tersebut. America marketing Association (Kotler dan Keller 2012:263) menyatakan bahwa merek merupakan suatu istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk menjadi bahan pembeda dari barang atau jasa pesaing. Merek juga adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu (Aaker 1991:2). Menurut Kotler (2005 : 418) pemberian merek atau branding merupakan seni dan landasan dalam pemasaran. Tujuan branding adalah untuk menciptakan berbagai persepsi dalam benak dan memfasilitasi perkembangan 17

hubungan antara pelanggan dan perusahaan (Foster, 2008 : 192). Terence A. Shimp menjelaskan (2003: 298) merek merupakan rancangan unik perusahaan atau merek dagang (trademark) yang membedakan penawarannya dari kategori produk pendatang lainnya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa merek merupakan suatu bagian dari produk yang memiliki peran identitas dan juga bahan pembeda dari produk pesaing, baik itu berupa istilah, tanda, simbol, ataupun kombinasi dari semuanya. Menurut Kotler (2006:82) ada enam tingkatan arti dari sebuah merek, yaitu : 1. Atribut : Suatu merek mengingatkan atribut-atribut tertentu. 2. Manfaat : Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. 3. Nilai : Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. 4. Budaya : Merek dapat mewakili atau melambangkan suatu budaya tertentu. 5. Personal : Sebuah Merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakai : Merek tersebut menyiratkan jenis yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Merek yang bagus dan telah dikenal oleh masyarakat merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi perusahaan, menurut Terence A.Shimp (2003:8) merek mempunyai beberapa peran bagi perusahaan yang memasarkannya : 18

1. Peran ekonomi Merek memungkinkan perusahaan untuk mencapai skala ekonomis dengan memproduksi merek tersebut secara massal dan merek yang sukses dapat menjadi penghambat bagi pesaing yang ingin memperkenalkan merek mereka. 2. Peran strategis Merek dapat menjadi strategi pemasaran yaitu menjadi bahan pembeda antara produk yang ditawarkan suatu perusahaan dengan merek-merek saingannya. Merek memiliki peran yang begitu penting dalam penjualan produk suatu perusahaan, sehingga menjadikan merek bagian vital dalam suatu perusahaan, karena menyangkut identitas dan kredibilitas suatu perusahaan. 2.1.1 Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk atau jasa.ekuitas merek dapat tercermin dalam cara berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, serta profitabilitas yang diberikan merek (Kotler & Keller 2009:263), Menurut Kotler dan Amstrong (2008:350) ekuitas merek merupakan nilai suatu merek berdasarkan seberapa kuat nilai merek tersebut memilki nilai loyalitas merek, kesadaran akan merek tersebut, kualitas yang dipersepsikan, asosiasi merek, dan berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan hubungan jaringan distribusi 19

Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan. Pendekatan berbasis pelanggan memandang ekuitas merek dari perspektif (baik perorangan maupun organisasi) (Kotler 2008:263). Menurut perpektif sebuah merek memiliki ekuitas sebesar pengenalan kosumen atas merek tersebut dan menyimpannya dalam memori mereka beserta asosiasi merek yang mendukung, kuat, dan unik. Ekuitas merek dalam perspektif terdiri dari 2 bentuk pengetahuan tentang merek yaitu kesadaran merek (brand awareness) dan citra merek (brand Image) (Terence A.Shimp 2003:10). 1. Kesadaran Merek (brand awareness) Kesadaran merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudah nama tersebut dimunculkan. 2. Citra Merek (brand image) Citra merek merupakan jenis asosiasi yang muncul di benak ketika mengingat sebuah merek tertentu. 20

Gambar 2.1Kerangka ekuitas merek berbasis Sumber : Terence A.Shimp 2003 2.2 Citra Merek (brand image) Dewasa ini di indonesia sudah begitu banyak merek yang tersebar dan muncul hal ini membuat di indonesia memiliki banyak sekali pilihan dan pertimbangan dalam memutuskan keputusan pembeliannya. Saat ini tidak hanya mempertimbangkan produk dari kualitas dan harga tapi juga citra merek yang dimilki oleh produk tersebut. Seiring berkembangnya pasar dengan cepat membuat cenderung mempertimbangkan citra merek dibandingkan dengan aspek aspek produk yang lainnya. Ini membuktikan bahwa lebih menyenangi produk yang telah di kenali baik itu dari pengalaman dengan produk ataupun dari informasi yang telah didapatnya. Menurut Kapferer (dalam Arijana Hubanic dan Vedrana Hubanic 2009:4) citra merek adalah semua sinyal yang datang dari produk, jasa, dan komunikasi yang dicakup oleh merek dan ditafsirkan oleh sinyal tersebut berupa 21

asosiasi merek yang terkandung dalam produk yang kemudian akan diterjemahkan oleh dan menghasilkan persepsi. Keller menjelaskan (2008:51) Asosiasi merek adalah kumpulan informasi tentang merek selain bersifat verbal dan visual yang ada dalam ingatan serta membawa suatu makna dari merek tersebut kepada nya. Menurut keller (2008:51) citra merek adalah, Persepsi terhadap suatu merek refleksi dari asosiasi merek yang ada pada pikiran. Persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan (sumber:wikipedia.org). Konsumen akan menyusun informasi yang telah didapatnya dan selanjutnya akan menafsirkan informasi tersebut melalui pengalamannya, persepsi yang terbentuk dari pengalaman pribadi yang baik akan menghasilkan persepsi yang kuat mengenai produk tersebut, dan sebaliknya persepsi yang timbul dari pengalaman pribadi yang buruk tentang produk akan menghasilkan persepsi yang lemah mengenai produk tersebut. Menurut pendapat Setiadi (2003:180), citra merek mengacu pada skema memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi atas atribut,kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan karakteristik pemasardan/atau karakteristik pembuat dari produk/merek tersebut. Citra merek adalah apa yang pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat namasuatu merek. Sedangkan David A. Aaker (1991:685) menyatakan citra merek merupakan kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi sesuatu yang berarti. 22

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah seperangkat keyakinan mengenai merek suatu produk yang terjadi dari hasil persepsi akan merek tersebut yang terdiri dari kumpulan asosiasi merek yang ada pada pada pikiran. Meenaghan (dalam Melka Neria 2012:18) mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam organisasi bisnis. Meenaghan menyatakan bahwa citra merek yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi: 1. Meningkatkan pemahaman pengetahuan terhadap aspek-aspek perilaku dalam mengambil keputusan. 2. Memperkaya orientasi terhadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih dari pada fungsi-fungsi produk. 3. Meningkatkan kepercayaan terhadap produk. 4. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah ditiru oleh pesaing. 2.2.1 Faktor Pembentuk Citra Merek Menurut Keller (2008) ada beberapa faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek : 1. Favorability of brand association / Keunggulan asosiasi merek. Keunggulan asosiasi merek dapat membuat percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh suatu merek dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan sehingga menciptakan sikap yang 23

positif terhadap merek tersebut. Tujuan akhir dari setiap konsumsi yang dilakukan oleh adalah mendapatkan kepuasan akan kebutuhan dan keinginan mereka. Adanya kebutuhan dan keinginan dalam diri melahirkan harapan, dimana harapan tersebut yang diusahakan oleh untuk dipenuhi melalui kinerja produk dan merek yang dikonsumsinya. Apabila kinerja produk atau merek melebihi harapan, maka akan puas, dan demikian juga sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa keunggulan asosiasi merek terdapat pada manfaat produk, tersedianya banyak pilihan untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan, harga yang ditawarkan bersaing, dan kemudahan mendapatkan produk yang dibutuhkan serta nama perusahaan yang dapat dipercaya dan juga dapat menjadi pendukung merek tersebut. 2. Strength of brand association/familiarity of brand association / Kekuatan asosiasi merek. Kekuatan asosiasi merek, tergantung pada bagaimana informasi masuk dalam ingatan dan bagaimana informasi tersebut dikelola oleh data sensoris di otak bagian dari brand image. Ketika secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi pada suatu produk atau jasa maka akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada ingatan. Konsumen memandang suatu objek stimuli melalui sensasi-sensasi yang mengalir lewat kelima indera: mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah. Namun demikian, setiap mengikuti, mengatur, dan mengiterprestasikan data sensoris ini menurut cara masing-masing. 24

Persepsi tidak hanya tergantung pada stimulasi fisik tetapi juga pada stimulasi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu tersebut. Perbedaan pandangan pelanggan atas sesuatu objek (merek) akan menciptakan proses persepsi dalam prilaku pembelian yang berbeda. 3. Uniquesness of brand association / Keunikan asosiasi merek. Inti dari brand positioning adalah bahwa merek memiliki keuntungan bersaing yang terus-menerus atau unique selling proposition yang memberikan alasan yang menarik bagi mengapa harus membeli merek tersebut (keller, 2008:58). Oleh karena itu, harus diciptakan keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi untuk memilih suatu merek tertentu. Asosiasi yang kuat dan unik sangat penting bagi keberhasilan sebuah merek. Asosiasi merek membantu ruang lingkup persaingan dengan produk dan layanan lain (Keller, 2008:58). Membuat kesan unik menunjukkan perbedaaan yang signifikan diantara merek-merek lain nilai saing dan membuat tertarik untuk memilih merek tersebut. Tujuan dari strategi ini adalah menciptakan asosiasi yang kuat dan unik yang melekat dalam benak secara mendalam. Keunikan asosiasi merek bergantung pada dua faktor, yaitu point of parity dan point of difference yang akan dijelaskan berikut : 25

a. Point of parity Point of parity adalah sejauh mana asosiasi-asosiasi merek memiliki unsur kesamaan, tidak perlu memiliki keunikan jika dibandingkan dengan asosiasi-asosiasi merek lainnya. Point of parity digolongkan menjadi dua (Keller, 2008:109), yaitu : 1) Category point of parity Dalam hal ini, target memandang suatu merek memiliki kredibilitas sehingga diakui merek yang memiliki kualitas sejajar dengan produk sejenis lainnya dalam kategori produk yang pasti. 2) Competitive point of parity Merupakan asosiasi yang dirancang untuk meniadakan point of difference kompetitor. Perusahaan membuat mereknya menjadi hal yang luar biasa agar mampu bersaing dengan kompetitor. b. Point of difference Point of difference adalah atribut atau manfaat yang dikaitkan dengan merek, yang dinilai secara positif, dan dipercaya bahwa tidak akan menemukan hal tersebut pada merek pesaing (Keller, 2008:107). Point of difference terkait dengan dua pendekatan dalam pemasaran yaitu : 1) Unique selling proposition Dalam pendekatan ini, komunikasi pemasaran yang dirancang harus lebih mengutamakan isi pesan, bukan bagaimana menyampaikan pesan 26

tersebut, yaitu manfaat dan produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan. 2) Sustainable competitive advantage Pendekatan ini berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan nilai produk atau jasa yang unggul ke dalam pasar untuk jangka waktu yang lama. 2.2.2 Indikator Citra Merek Menurut David Aaker dan Alexander L Biel (dalam Thambrin 2010:61) bahwa indikator citra merek terdiri dari tiga komponen : 1. Citra pembuat (Corporate Image) yaitu : sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan terhadap perusahaan yang membuat suatu produk dan jasa. Citra pembuat meliputi : Popularitas, Kredibilitas, dan Jaringan Perusahaan. 2. Citra Pemakai (User Image) yaitu : sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan terhadap pemakai yang menggunakan barang atau jasa, meliputi pemakai itu sendiri, gaya hidup atau kepribadian dan status social. Citra pembuat meliputi : Pemakai itu sendiri dan status sosialnya. 3. Citra Produk (Product Image) yaitu : sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan terhadap suatu produk, yang meliputi atribut produk tersebut, manfaat bagi, penggunaannya, serta jaminan. Citra pembuat meliputi : atribut dari produk, manfaat bagi, serta jaminanya. 27

2.3 Loyalitas Konsumen Loyalitas secara bahasa diartikan kesetiaan, yaitu adalah kesetiaan seseorang pada suatu hal. Terbentuknya loyalitas pada seseorang membutuhkan proses yang harus dilalui baik itu dalam jangka panjang ataupun dalam jangka pendek, baik itu dari proses belajar, pengalaman yang telah dilaluinya, dan pembelian produk secara berkesinambungan. Menurut Kotler dan Keller (2012 : 127) Loyalitas adalah komitmen yang dipegang teguh untuk kembali membeli produk yang disukai atau jasa di masa depan, meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran pada saat itu memiliki potensi untuk menyebabkan beralih ke produk lain. Menurut Tjiptono (2003:110) loyalitas adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka panjang. Griffin (dalam Melka Neria.S 2012 : 43) menklasifikasikan loyalitas menjadi empat jenis yang akan dijelaskan pada Tabel 1.4 berikut : Tabel 2.1 Empat Jenis Loyalitas Konsumen Pembelian Berulang Tinggi Rendah Keterikatan Tinggi Relatif Rendah Sumber : Griffin (2005 : 22) Loyalitas Premium Loyalitas yang lemah Loyalitas Tersembunyi Tanpa loyalitas 28

1. Loyalitas Premium Jenis loyalitas ini merupakan loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, karena keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang tinggi juga. Jenis loyalitas ini merupakan jenis yang paling disukai untuk semua pelanggan disetiap perusahaan. 2. Loyalitas Lemah Keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah. Pelanggan jenis ini membeli produk atau jasa karena faktor kebiasaan. Solusinya adalah aktif mendekati pelanggan dan meningkatkan diferensiasi positif di benak pelanggan. 3. Loyalitas Tersembunyi Pada jenis loyalitas ini tingkat ketertarikan yang relatif tinggi digabungkan dengan pembelian berulang yang rendah dapat menunjukkan loyalitas tersembunyi. 4. Tanpa Loyalitas Untuk beberapa alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Keterikatan yang rendah dikombinasikan dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan tidak adanya loyalitas. Loyalitas pelanggan adalah kesediaan pelanggan untuk terus membeli dari suatu perusahaan dalam jangka panjang dan merekomendasikan produk kepada teman dan rekan, termasuk preferensi, keinginan dan niat masa depan (Lovelock 2012:360). Konsumen dengan tingkat loyalitas tinggi akan memberikan 29

keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan, dari segi keuangan akan berkontribusi banyak disebabkan pembeliannya yang terus menerus dan dari segi pemasaran tersebut akan dengan senang hati membagi atau menceritakan kepuasan yang ia dapat dari produk tersebut kepada yang lainnya, maka dari itu perusahaan perlu menjaga dengan loyalitas yang tinggi untuk manjaga kelangsungan perusahaan di masa depan. 2.3.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Menurut Mardalis ada empat faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas (dalam Melka Neria.S 2012 : 45) yaitu: 1. Customer Satisfaction Kotler (Mardalis, 2005 : 114) mendifiniskan kepuasan pelanggan perasaan suka atau tidak seseorang terhadap suatu produk setelah membandingkan prestasi produk tersebut dengan harapannya. 2. Service Quality Salah satu faktor penting yang membuat pelanggan loyal adalah kualitas jasa. Produk atau jasa yang berkualitas rendah akan menanggung resiko pelanggan tidak setia. 3. Image Kotler (2000:553) mendefinisikan image atau citra seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Selanjutnya kotler menjelaskan bahwa sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh citra objek tersebut. 30

4. Switching Barrier Merupakan hambatan yang dibangun untuk mencegah berpindah ke merek lain. Hambatan tersebut bersifat ekonomis, sosial, psiklogis atau fungsional, yang terdiri dari biaya keuangan, biaya transaksi, diskon bagi pelanggan yang loyal, biaya sosial, dan biaya emosional. Semakin besar hambatan yang dibuat akan membuat pelanggan menjadi loyal, tetapi loyalitas pelanggan tersebut mengandung unsur keterpaksaan. 2.3.2 Indikator Loyalitas Konsumen Indikator dari loyalitas menurut Griffin (2005:31) adalah : 1. Pembelian ulang secara teratur. Konsumen yang memiliki loyalitas yang tinggi pada suatu produk akan melakukan proses pembelian produk secara berkesinambungan dan tingkat skala pembeliannya mungkin akan meningkat. 2. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing. Setiap perusahaan akan berusaha dengan berbagai cara untuk menarik yang dimiliki oleh pesaing, bagi yang memiliki loyalitas terhadap produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu ia tidak akan mudah untuk beralih ke merek lain meskipun terus menerus digempur dengan penawaran yang ditawarkan oleh perusahaan lainnya. 3. Mereferensikan kepada orang lain. Loyalitas terhadap produk muncul melalui beberapa proses yang dijalaninya, salah satunya proses penggunaan produk secara terus 31

menerus dikarenakan merasa bahwa kepuasannya terpenuhi dengan baik. Konsumen yang merasa puas berpotensi tinggi untuk menjadi yang loyal dan dengan senang hati akan menceritakan kepuasan kepuasan yang didapatnya kepada orang lain. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk menambah jumlah pelanggan yang dimilikinya. Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa loyalitas tidak hanya ditentukan oleh satu faktor seperti kepuasan akan suatu produk dan tingginya skala pembelian, akan tetapi lebih penting lagi bagaimana perusahaan dengan segala sumber daya yang dimilikinya menjaga kepercayaan terhadap loyalitas yang diberikannya. Selanjutnya loyalitas akan muncul apabila sesuatu yang mereka harapkan dari produk tertentu terpenuhi. Dengan kata lain, antara harapan dengan produk yang mereka rasakan tidak berbeda sama sekali. 32

2.4 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan (Nama & Penelitian Penelitian Rencana Tahun) Terdahulu Penelitian 1 George The Menunjukkan Citra merek Ada 2 Variabel S.Low dan measurement bahwa citra (brand independen Charles and merek, image) independen hanya satu W.Lamb dimensionality persepsi yang berbeda yaitu citra Jr (2000) of brand kualitas, dan yaitu persepsi merek. associations sikap terhadap independen. kualitas dan merekdapat sikap. mempengaruhi keakraban Variabel Variabel dependen dependen terhadap dalam dalam produk. penelitian penelitian adalah adalah keakraban loyalitas. terhadap produk 2 Dyah Ayu Pengaruh Penelitian Citra merek Citra merek Peneliti Anisha Citra Merek membuktikan (brand (brand hanya Pradipta (brand image) bahwa semua image) image) membahas (2012) terhadap dimensi (citra citra merek loyalitas pembuat, citra veriabel (brand pemakai, independen. independen image) produk oli dan citra dibahas lebih pelumas PT produk) dari dalam Pertamina citra Loyalitas hingga independen. (Persero) merek secara penjelasan Enduro 4T di simultan mengenai 33

kota Makassar mempunyai tiap dimensi. pengaruh yang dependen. signifikan Objek Objek terhadap penelitian Penelitian Menggunakan mengenai mengenai dependen, satu produk oli produk yaitu loyalitas independen pelumas di AMDK Ades. dan satu kota di kota Makassar. Bandung. dependen. 3 Fransisca The Impact of Dampak dari Citra merek Mengukur Mengukur Andreani, Brand Image, citra merek (brand image loyalitas loyalitas Tan Lucy Customer McDonald ) Taniaji Loyalty with untuk loyalitas dengan dengan and Ruth Customer pelanggan independen. kepuasan frekwensi Natalia Satisfaction as dengan pembelian, Made A Mediator in kepuasan Loyalitas ketahanan Puspitasari Mcdonald s pelanggan mediatornya. terhadap (2012) penawaran mediator lain dan hanya 58,4 %. dependen. referensi Sisanya 41,6 % dipengaruhi Menggunakan indikatornya. oleh faktor satu lain yang tidak independen diteliti dalam dan satu penelitian ini. dependen. 34

4 Melka Pengaruh Terdapat Citra merek Objek Objek Neria S Citra Merek hubungan (brand penelitian penelitian (2012) Terhadap yang kuat dan image) mengenai mengenai Loyalitas positif antara perusahaan perusahaan Konsumen citra penghasil penghasil Maskapai merek independen. jasa. produk jadi. Penerbangan terhadap Loyalitas Garuda loyalitas Wilayah Wilayah Indonesia penelitian penelitian garuda mencakup terpusat di indonesia. Dan dependen. seluruh kota diketahui Indonesia. Bandung. bahwa pada Menggunakan satu loyalitas independen dan satu indikator dengan dependen. dengan mean tertinggi 3,92 yaitu tidak terpengaruh menggunakan maskapai lain. 5 Bayu Pengaruh Secara Citra merek Ada satu Variabel Fajarianto, Kualitas simultan (brand image) independen Nawazirul Pelayanan dan terdapat independen hanya satu Lubis& Brand Image pengaruh yang berbeda yaitu citra Saryadi Terhadap positif dan independen. yaitu kualitas merek (brand (2013) Loyalitas signifikan pelayanan. image). Pelanggan antara kualitas 35

Melalui pelayanan, dan Loyalitas Mengukur Mengukur Kepuasan brand image pelanggan loyalitas loyalitas Pelanggan dan kepuasan (studi kasus pelanggan menggunakan menggunakan pada CV. terhadap dependen. indikator semua AHASS loyalitas kepuasan. indikator. Sahabat Sejati pelanggan. Motor Tembalang Semarang) 36